Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT ILMU (ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI,


AKSIOLOGI)

Dosen pembimbing : Bapak Rudi Hartono

Disusun oleh :

HAFIZ GILANG GUMILANG


NPM : 21.01.0005

MIRA AGUSTINA
NPM : 21.01.0001

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
PEMATANGSIANTAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, dan aksiologi ) ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Dosen pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengetahuan ontologi, epistemologi
dan aksiologi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rudi Hartono, selaku Dosen
Mata Kuliah Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

PematangSiantar , 16 september 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENGANTAR ILMU FILSAFAT
1. Pengertian Filsafat..................................................................................... 4
2. Ontologi Pendidikan ................................................................................. 5
3. Epistemologi Pendidikan .......................................................................... 6
4. Aksiologi Pendidikan................................................................................. 7

BAB II ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI


FILSAFAT ILMU
1. Pengertian metafisika (ontologi) .............................................................. 7
2. Pengertian epistemologi............................................................................ 8
3. Pengertian aksiologi ................................................................................. 8

BAB III ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI


KEILMUAN
1. Ontologi.................................................................................................... 9
2. Epistemologi ............................................................................................ 9
3. Aksiologi .................................................................................................. 9

BAB IV PENGETAHUAN MISTIK DITINJAU DARI ASPEK ONTOLOGI,


EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI
1. Pengetahuan mistik................................................................................... 10
2. Epistemologi pengetahuan mistik............................................................. 11
3. Aksiologi pengetahuan mistik................................................................... 11

BAB V PENGERTIAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI


1. Pendekatan ontologis ................................................................................ 11
2. Pendekatan epistemologi .......................................................................... 12
3. Pendekatan aksiologi ................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
Pengantar ilmu Filsafat

1. PENGERTIAN FILSAFAT
Kata filsafat berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris, yaitu
philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani philein atau philos dan sofein atau sophi. Ada
pula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah, yang artinya al-
hikmah. Philos, artinya cinta, sedangkan sophia, artinya kebijaksanaan. Dengan demikian,
filsafat dapat diartikan “cinta kebijaksanaan atau al-hikmah”. Orang yang mencintai atau
mencari kebijaksanaa atau kebenaran disebut filsuf. Filsuf selalu belajar dan mencari kebenaran
dan kebijaksanaan tanpa mengenal batas. Mencari kebenaran dengan pendekatan filosofis yang
radikal dan kontemplatif, yaitu mencari kebenaran hingga ke akar-akarnya yang dilakukan
secara mendalam.

Beberapa definisi filsafat dapat dikemukakan sebagi berikut.

1. Filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber
kebenaran secara sistematis, logis, kritis, rasional, dan spekulatif. Alat yang digunakan
untuk mencari kebenaran adakah kak yang merupakan sumber utama dalam berpikir.
Dengan demikian, kebenaran filosofis adalah kebenaran berpikir yang rasional, logis,
sistematis, kritis, radikal dan universal.
2. Filsafat adalah pengetahuan tentang cara berpikir terhadap segala sesuatu atau sarwa
sekalian alam. Artinya, materi pembicaraan filsafat adalah segala hal yang menyangkut
keseluruhan yang bersifat universal.
3. Filsafat adalah pengembaraan alam pikir manusia yang tidak mengenal kenyang dengan
ilmu pengetahuan dan kebenaran yang hakiki.
4. Filsafat adalah pencarian kebenaran dengan cara berpikir sistematis yang dilakukan
secara teratur mengikuti sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapan mudah diikuti.
Berpikir sistematis senantiasa mengikuti aturan logika yang benar normatif, artinya cara
berpikir yang mengikuti aturan logika yang benar normatif, artinya cara berpikir yang
mengikuti premis-premis tertentu, misalnya menarik kesimpulan dari pemikiran umum
ke arah pemikiran khusus atau sebaliknya dari pemikiran khusus menuju pemikiran
umum. Keduanya lebih dikenal dengan logika deduktif dan induktif.
5. Pengertian formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yabg dijunjung tinggi. Suatu sikap falsafi yang benar adalah
sikap yang kritis dan mencari kebenaran tanpa batas. Sikap tersebut merupakan sikap

4
terbuka dalam melihat persoalan dengan berbagai sudut o adang tanpa prasangka.
Filsafat adalah mencari jawaban yang tidak pernah abadi.
6. Filsafat adalah seni kritikan dengan tidak membatasi diri pada destruksi pemikiran
tentang kebenaran. Franz magnis Suseno menegaskan bahwa kritis dalam filsafat adalah
kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah puas diri, tidak pernah membiarkan sesuatu
dianggap sudah selesai. Filsafat akan terus membuka kembali perdebatan, dalam arti
bahwa setiap kebenaran menjadi lebih benar dengan setiap putaran tesis-antitesis dan
sintetisnya. Sifat kritis filsafat ditunjukkan dengan tiga pendekatan dalam filsafat, yaitu
pendekatan ontologi, epistemologis, dan aksiogis. Ahli filsafat selalu berpikir kritis
dengan melakukan pemeriksaan kedua terhadap segala sesuatu yang telah ditemukan
secara filosofis.
7. Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan
(realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional atas keseluruhan realitas untuk mencapai
hakikat (kebenaran) dan memperoleh hikmah (kebijaksanaan). Al-Kindi (801-873 M)
menyebutkan bahwa filsafat adalah “kegiatan manusia tingkat tertinggi yang
merupakan pengetahuan yang benar mengenai hakikat segala yang ada bagi manusia.
Bagian filsafat yang paling mulia adalah pengetahuan kebenaran pertama yang
merupakan sebab dari segala kebenaran”²
8. Filsafat³ adalah pencarian kebenaran tanpa mengenal batas dengan menggunakan rasio
secara sistematis dan radikal yang diawali keraguan atas segala sesuatu. Menjangkau
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, yang bersifat kontemplatif, logis, kritis,
dan spekulatif. Filsafat menjelajah keberadaan yang empiris, fisik, metafisik, natural,
supranatural, materiil, immateriil, rasional, dan suprarasional.
9. Objek materia filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, sedangkan
objek forma filsafat adalah pencarian terhadap yang ada dan yang mungkin ada yang
dipikirkan secara kontemplatif pada problematika yang tidak dapat dijangkau oleh
pendekatan empiris dan observatif yang biasa berada dalam sains.1

2. Ontologi pendidikan
Berbicara masalah ontologi tidak terlepas dari filsafat karena filsafat diperlukan untuk
menjelaskan dasar ontologis dari ilmu, termasuk dalam kajian pendidikan. Aspek realitas yang
dijangkau teori pendidikan melalui pengalaman pancaindra adalah dunia pengalaman manusia
secara empiris. Adapun objek materiil filsafat pendidikan adalah manusia seutuhnya, manusia
yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi

1
Anas Salahuddin, filsafat pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 13

5
pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial makhluk sosial
mengingat sebagai warga masyarakat, ia mempunyai ciri warga yang baik (good citizenship
atau kewarganegaraan yang sebaik-baiknya)¹.

Pendekatan ontologis atau metafisik menekankan pada hakikat keberadaan, dalam hal
ini keberadaan pendidikan itu sendiri. Keberadaan pendidikan tidak terlepas dari keberadaan
manusia. Oleh sebab itu, hakikat pendidikan berkenaan dengan hakikat manusia. Dalam
pendekatan ini, keberadaan peserta didik dan pendidik tidak terlepas dari makna keberadaan
manusia itu sendiri. Apakah manusia itu, dan apakah makna keberadaan manusia itu?
Pertanyaan- pertanyaan metafisik tersebut juga merupakan pertanyaan – pertanyaan yang
esensial dalam proses pendidikan. 2

3. Epistemologi pendidikan
Epistemologi adalah kata lain dari filsafat ilmu bermasalah dari bahasa Latin episteme,
berarti knowledge, yaitu pengetahuan dan logos, berarti theory. Jadi, epistemologi, berarti
“teori pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan dasar ilmu pengetahuan, atau studi
tentang hakikat tertinggi, kebenaran, dan batasan ilmu manusia. Dalam filsafat, epistemologi
merupakan cabang filsafat yang meneliti asal, struktur, metode-metode, dan kesahihan
pengetahuan. Istilah epistemologi pertama kali dipakai oleh J.F. Ferrier, institute of
Metaphysics (1854 M) yang membedakan dua cabang filsafat, yaitu epistemologi dan ontologi.
Epistemologi berbeda dengan logika. Jika logika merupakan sains formal (formal science) yang
berkenaan dengan atau tentang prinsip-prinsip penalaran yang sahih, epistemologi adalah sains
filosofis (philosophical science) tentang asal usul pengetahuan dan kebenaran yang membawa
ke ambang pintu metafisika. ¹⁰

Epistemologi adalah analisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Dari mana


dan bagaimana pengetahuan diperoleh, menjadi kajian epistemologi, sebagai contoh bahwa
semua pengetahuan berasal dari Tuhan (innama al’ilm min ‘indillah, la’ilmalana illa
ma’alamatana), artinya Tuhan sebagai sumber pengetahuan. ¹¹

Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Pengetahuan yang benar adalah


pengetahuan yang telah memenuhi unsur-unsur epistemologi yang dinyatakan secara sistematis
dan logos. Dalam epistemologi, secara lebih terperinci diperbincangkan mengenai dasar, batas,
dan objek pengetahuan . Menurut sutarjo A. Wiramihardja, epistemologi dengan filsafat ilmu
itu berbeda. Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan, sedangkan filsafat ilmu
secara khusus memperbincangkan ilmu atau keilmuan pengetahuan.3

2
Anas Salahuddin, filsafat pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 127
3
Anas Salahuddin, filsafat pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm.131

6
4. Aksiologi pendidikan
Aksiologi pendidikan berkaitan dengan masalah ilmu dan pengetahuan (kognitio),
maksudnya adalah memikirkan segala hakikat pengetahuan atau hakikat keberadaan segala
sesuatu yang bersifat fisikal dan metafisikal, baik yang umum maupun yang khusus. Oleh karna
itu, kajiannya mengarahkan diri pada dasar-dasar pengetahuan dalam bentuk penalaran, logika,
sumber pengetahuan, dan kriteria kebenaran. Demikian pula, dengan aspek ontologinya, kajian
tentang hakikatnya mengarahkan diri pada hal-hal yang sifatnya metafisikal, asumsial, dan
batas-batas penjelajahan ilmu yang dilengkapi perspektif epistemologi tentang sistem berpikir
dan struktur pengetahuan ilmiah. ²¹

Dengan penjelasan diatas, dapat diambil pemahaman bahwa objek penyelidikan ilmu
pengetahuan hanya terbatas pada sesuatu yang dapat diselidiki secara ilmiah. Jika tidak dapat
diselidiki lagi, ilmu pengetahuan akan berhenti sampai disitu. Berbeda dengan penyelidikan
filsafat pendidikan, yang akan terus bekerja hingga masalah yang dikajinya ditemukan hingga
ke akar-akarnya. Bahkan, filsafat pendidikan baru menampakkan hasil kerjanya manakala ilmu
pengetahuan yang dikaji telah memiliki kemampuan mendekatkan diri antara hamba dengan
sang pencipta.

Perlu ditegaskan sekali lagi bahwa tujuan pendidikan atau aksiologi pendidikan secara
esensial adalah terwujudnya anak didik yang memahami ilmu dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Terwujudnya insan kamil, yaitu manusia yang kembali pada gitarnya
dan pada tujuan kehidupan yang sejati. 4

Bab II
Ontologi, Epistemologi, Dan Aksiologi Filsafat Ilmu

1 pengertian metafisika ( ontologi)


Metafisika merupakan bagian dari aspek ontologi dalam kajian filsafat. Konsepsi metafisika
berasal dari bahasa Inggris, metaphysics, Latin metaphysica Dari Yunani metaphysica
( sesudah fisika ); dari kata meta (setelah, melebihi) dan physikos (menyangkut alam) atau
physis (alam). Metafisika berasal dari kata meta (dibalik, tersembunyi) dan fisika ( dunia yang
tampak). Metafisika adalah bagian dari filsafat ilmu yang mempelajari di balik realitas. Salah
satu buku filsafat ilmu yang mempelajari di balik realitas. “di balik yang ada” kedudukan

4
Anas Salahuddin, filsafat pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm.

7
metafisika dalam filsafat ilmu sangat kuat. Metafisika sudah merupakan sebuah cabang ilmu
tersendiri dalam pergulatan filosofis. Setiap telaah filosofis terdapat unsur metafisik.

2. Pengertian epistemologi
Istilah epistemologi berssal dari kata “epistime” yang berarti pengetahuan dan “logos” yang
berarti teori. Secara etimologis, berarti teori pengetahuan. Epistemologi merupakan cabang
filsafat yang mempersoalkan atau menyelidiki tentang asal, susunan, metode, serta kebenaran
pengetahuan. Menurut langeveld teori pengetahuan membicarakan hakikat pengetahuan,
unsur-unsur pengetahuan, dan susunan berbagai jenis pengetahuan, pangkal tumpuannya yang
fundamental, metode-metode dan batas-batasnya. Jadi epistemologi merupakan cabang atau
bagian dari filsafat yang membahas masalah-masalah pengetahuan.

3. Pengertian aksiologi
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti
dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”¹. Sedangkan pengertian
Aksiologi menurut Jujun S. Suriasumantri adalah teori, nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang di peroleh². Sejak dalam tahap-tahap pertama pertumbuhannya ilmu
susah dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan, untuk menguasai alam
melainkan juga untuk memerangi sesama manusia dan menguasai mereka.

Secara etimologi, aksiologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri kata Axios “nilai” dan Logos
“teori atau ilmu”. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. “Aksiologi ialah cabang filsafat yang
menjelaskan tentang bagaimana seharusnya seseorang menggunakan atau mengembangkan
pengetahuan atau ilmu yang dimiliki dengan berlandaskan nilai etika dan estetika demi
kemaslahatan bersama” . Aksiologi adalah cabang filsafat yang memperhatikan tentang baik
dan buruk ( good and bad ) , benar atau salah ( right and wrong ), tentang cara dan tujuan
( means dan destination ) penggunaan atau pengembangan suatu pengetahuan atau ilmu.
Menuruti Suriasumantri aksiologi adalah teori yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di peroleh ⁵. Menurut Kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan
ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. 5

5
Aceng Rachmat, Filsafat Ilmu Lanjutan, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2011), hlm. 139-155

8
BAB III

Ontologi, Epistemologi, Dan Ontologi Keilmuan

A.ontologi
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani.
Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi ilmu yang
membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang dapat dipikirkan manusia secara rasional dan
yang bisa di amati melalui panca indera manusia

Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam
dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-
pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, Sifat, ruang, waktu,
hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.

Terkait dengan metafisika, Abdul Hakim menyatakan Tidak ada sesuatu yang disebut sebagai
‘konsep metafisika’, tidak ada sesuatu yang disebut dengan nama metafisika. Metafisika
merupakan suatu determinasi atau arah yang diambil oleh suatu mata rantai seseorang tak dapat
mengharapkan nya pada sebuah konsep, tetapi pada suatu proses kerja tekstual atau
perangkaian yang (Abdul Hakim, 2000:. 95).

B. Epistemologi
Epidemiologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan
pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and
limits of human knowledge). Epidemiologi juga disebut teori pengetahuan ( theory of
knowledge) berasal dari kata Yunani episteme, yang berarti “pengetahuan”, “pengetahuan yang
benar”, “pengetahuan ilmiah”, dan Logos = teori, epidemiologi dapat di definisikan sebagai
cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan sah nya
(valibitas) pengetahuan

C. Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata akxios yakni dari bahasa yunani Yang berarti nilai dan logos yang
berati teori dengan Demikian , maka aksiologi adalah teori tentang nilai (amsal Bakhtiar,2004).
Aksiologi di artikan sebagai teori nilai yang Berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
Diperoleh.( Suriasumantri, 2000). Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangan

9
nya melahirkan sebuah polemik tentang kebebasan tentang pengetahuan terhadap nilai atau
yang bisa disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis pengetahuan
yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai (value bound) .Terkait
dengan pendekatan aksiologi dalam filsafat ilmu maupun dalam ilmu, maka muncullah dua
penilaian yang sering digunakan yaitu etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang
membahas secara kritis dan sistematis secara moral. 6

Bab IV

PENGETAHUAN MISTIK DITINJAU DARI ASPEK


ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGIS

1 PENGETAHUAN MISTIK

A. Pengertian Mistik
Istilah mistik berasal dari bahasa yunnani mystes yang berarti orang yang mencari rahasia-
rahasia kenyataan . .dalam bahasa inggris istilah (mystic) bisa berarti ghaib, melampaui
pemahaman manusia , dan misterius, serta dapat pula menurut kepada pelaku dalam mistisisme.
Sehingga mistik secara luas berkonotasi seorang yang menyatakan bahwa ia telah mengalami
atau menjalani pengalaman mistik dan memahami kebenaran-kebenaran di luar jangkauan
pemahaman manusia secara primitif.

Sedangkan mistisisme secara harfiah berarti pengalaman batin, yang tidak terlukiskan,
khususnya yang mempunyai ciri religius. Dalam arti luas ia dimengerti sebagai jenis apapu dari
kesatuan degan ALLAH.mistisisme juga merupakan keyakinan bahwa kebenaran terakhir
tentang kenyataaan tidak dapat di peroleh melalui pemahaman biasa, dan tidak pula melalui
intelek, tetapi hanya elalui pengalaman mistik atau melalui suau intuisi mistikyang non-
rasional.singkatnya hakikat realitas tak dapat di ungkapkan dan tidak dialammi melalui
pengalaman dan pemikiran biasa.

6
Endem Haetami, Filsafat Ilmu, (Bandung, Yayasan Bhakti, 2017), hlm. 62-111.

10
B. EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN MISTIK
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan dasar-dasar pengethuan,
sumber pengetahuan karakteristik pengeetahuan,ukurang kebenaran, pengetahuan serta cara
mendapatkan pengetahuan pertanyaan fundamental yang kerapkalidiformulasikan dalam
hubunngannya dengan epistemologi adalah bagaimanakah seseorang memperoleh pengetauan.
Tapi, disini hanya akan di batasi pada bagaimana caranya atau metode untuk mendapatkan
pengetahuan mistik.

C AKSIOLOGI PENGETAHUAN MISTIK


Aksiologi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang nilai dan kegunaan
ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Disini haya akan di bahas satu aspek aksiologi
secara singkat, yakni kegunaan pengetahuan mistik. 7

Bab V
Pengertian Ontologi, Epistemologi, Aksiologi.

A.Pendekatan ontologis
Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Dalam kaitan dengan
ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana
wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya
tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan?

Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah-daerah
yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berada dalam batas
pra-pengalaman dan pasca-pengalaman diserahkan ilmu kepada pengetahuan lain. Ilmu hanya
merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah
kehidupan dalam batas ontologis tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang
bersifat empiris ini adalah konsisten dengan rasa epistemologi keilmuan yang mensyaratkan

7
Zaprulkhan, Filsafat Islam, (Jakarta: perpustakaan Nasional, 2014), hlm. 128-139.

11
adanya verifikasi secara empiris dalam proses penemuan dan penyusunan pernyataan yang
bersifat benar secara ilmiah.

B.Pendekatan Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber,
metode, struktur,dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam kaitan dengan ilmu,
landasan epistemologi mempertanyakan bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal yang harus diperhatikan
agar kita mendapat pengetahuan yang benar ? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ? Apakah
kriterianya? Cara atau teknik atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapat
pengetahuan yang berupa ilmu?

Landasan epistemologi ilmu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah. Pada
dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh
pengetahuannya berdasarkan : (a) kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi
yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun; (b)
menjabarkan hipotesis yang merupakan dedikasi dari kerangka pemikiran tersebut; (c)
melakukan verifikasi terhadap hipotesis termasuk untuk menguji kebenaran pernyataannya
secara faktual.

Kerangka pemikiran yang logis adalah argumentasi yang bersifat rasional dalam
mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam. Verifikasi secara empiris berati evaluasi
secara objektif dari suatu pernyataan hipotesis terhadap kenyataan faktual. Verifikasi ini berarti
bahwa ilmu terbuka untuk kebenaran lain selain tayang terkandung dalam hipotesis. Demikian
juga verifikasi faktual membuka diri terhadap kritikan terhadap kerangka pemikiran yang
mendasari pengajuan hipotesis. Kebenaran ilmiah dengan keterbukaan terhadap kebenaran baru
mempunyai sifat pragmatis yang prosesnya secara berulang (siklus) berdasarkan cara berpikir
kritis.

Dalam kaitan dengan moral, dalam proses kegiatan keilmuan setiap upaya ilmiah harus
ditujukan untuk menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa
mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan kekuatan
argumentasi secara individual. Jadi, ilmu merupakan sikap hidup untuk mencintai dan
membenci Kebohongan.

C.Pendekatan Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai
landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah

12
moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Bagaimana kaitan antara teknik, prosedural yang merupakan operasional metode ilmiah dengan
norma-norma moral atau profesional?

Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Dalam
hal ini, ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup
manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau
keseimbangan alam.

Untuk kepentingan manusia tersebut atau pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan di suruh
dipergunakan secara komunal dan universal komunal berarti ilmu merupakan pengetahuan yang
menjadi milik bersama, setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya.8

8
Surajiyo, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008) hlm. 151-152.

13

Anda mungkin juga menyukai