Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT ILMU


PENGETAHUAN DAN KEBENARAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


FILSAFAT ILMU

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si

Oleh:
Ni Kadek Putri Juliantini
NIM. 1829071005

PRODI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena penulis dapat

menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

matakuliah Filsafat Ilmu. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk

menambah wawasan tentang ilmu sebagai pengetahuan sistematis. Penulis menyadari bahwa

makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis

menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih. Semoga materi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 10 Nopemer 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Pengertian Filsafat........................................................................................................3
2.2 Pengertian Filsafat Ilmu...............................................................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
1.1 Simpulan....................................................................................................................10
1.2 Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat seringkali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk semang dari ilmu-ilmu.
Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan
ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Filsafat telah
mengantarkan pada sebuah fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga membentuk
sebuah konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah
tumbuh mekar-bercabang secara subur sebagai sebuah fenomena kemanusiaan. Masing-
masing cabang pada tahap selanjutnya melepaskan diri dari batang filsafatnya,
berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya
ilmu-ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-
spesialisasi. Ilmu pengetahuan hakekatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-
menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya
dapat ditentukan dengan patokan-patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran
masing-masing bidang. Pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of
knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat umum.
Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya Ilmu (Pengetahuan).
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi dalam kehidupan manusia. Landasan ilmu mencakup: konsep-konsep dasar,
anggapan-anggapan dasar, asas-asas permulaan, struktur-struktur teoretis, dan ukuran-
ukuran kebenaran ilmiah. Filsafat melakukan dua hal: (1) membangun teori tentang
manusia dan alam semesta, menyajikannya sebagai landasan bagi keyakinan dan
tindakan, (2) memeriksa secara kritis segala hal yang disajikan, termasuk teori, untuk
mencapai kebenaran.

1
Dari pemaparan diats secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebuah ilmu tidak
pernah lepas dari sebuah filsafat yang mendasarinya, dari sebuah pemikiran manusia yang
dapat dipertanggungjawabkan lewat logika berpikir dan logika bahasa akan muncul
sebuah filsafat, kamudian dari filsafat itu akan membuat manusia berusaha membuktikan.
Setelah filsafat tersebut bisa terbukti dengan benar pasti akan ada ilmu yang mempelajari
tentang teori yang di hasilkan lewat filsafat tersabut. Untuk itu, makalah ini disusun untuk
membahas lebih mendalam tentang materi mengenai filsafat, dan filsafat ilmu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan filsafat?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan dari rumusan masalah diatas adapun tujuan penelitian dalam makalah ini
sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mendeskripsikan pengertaian filsafat?
1.3.2 Untuk mendeskripsikan tentang filsafat ilmu?

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang penulis harapkan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan pembacaan mengenai filsafat dan filsafat ilmu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FILSAFAT

The Liang (2006) menjelaskan bahwa secara etimologi, kata philosophy berasal dari
bahasa Inggris yang berarti filsafat atau berasal dari kata Yunani philosophia yang lazim
diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya adalah philos (philia, cinta) dan sophia
(kearifan). Menurut pengertian awalnya dari zaman Yunani Kuno, filsafat itu berarti cinta
kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu,
sophia tidak hanya kearifan, tetapi juga kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan
intelektual, pertimbangan sehat, sampai kepandaian perajin dan kecerdikan dalam
memutuskan soal-soal praktis.
Filsafat, dalam hal ini dianggap memiliki tanggung jawab penting dalam
mempersatukan berbagai kajian ilmu untuk dirumuskan secara padu dan mengakar dalam
tiga dimensi ilmiahnya (ontologi, epistemologi dan aksiologi) yang kokoh dan sejajar
dengan ilmu lain.
Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain
merupakan pengkajian mengenai teori tentang ada. Dasar ontologi dari ilmu berhubungan
dengan materi yang menjadi obyek penelaahan ilmu, ciri-ciri esensial obyek itu yang
berlaku umum. Ontologi berperan dalam perbincangan mengenai pengembangan ilmu,
asumsi dasar ilmu dan konsekuensinya pada penerapan ilmu. Ontologi merupakan sarana
ilmiah untuk menemukan jalan penanganan masalah secara ilmiah . Dalam hal ini
ontologi berperan dalam proses konsistensi ekstensif dan intensif dalam pengembangan
ilmu.

Epistemologi membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha
untuk memperoleh pengetahuan. Ini terutama berkaitan dengan metode keilmuan dan
sistematika isi ilmu. Metode keilmuan merupakan suatu prosedur yang mencakup
berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh
pengetahuan baru atau mengembangkan yang telah ada.
Aksiologi ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari

3
pengetahuan yang didapatnya. Bila persoalan value free dan value bound ilmu
mendominasi fokus perhatian aksiologi pada umumnya, maka dalam hal pengembangan
ilmu baru menjadi dimensi aksiologi diperluas lagi sehingga secara inheren mencakup
dimensi nilai kehidupan manusia seperti etika, estetika, religius (sisi dalam) dan juga
interrelasi ilmu dengan aspek-aspek kehidupan manusia dalam sosialitasnya (sisi luar
aksiologi). Keduanya merupakan aspek dari permasalahan transfer pengetahuan.
Relevansi filosofis ini pada gilirannya mensyaratkan pula komunikasi lintas, inter dan
muiltidisipliner ilmu-ilmu terkait dalam upaya menjawab persoalan dan tantangan yang
muncul dari fenomena yang ada . Dengan kata lain, proses timbal balik yang sinergis
antara khasanah keilmuan dan wilayah praktisi muncul, dan menjadi tanggungjawab
filsafat untuk mengkritisi, memetakan dan memadukan hal tersebut.
Ciri-ciri berpikir secara kefilsafatan menurut Ali Mudhofir sebagai berikut.
a. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal. Radikal berasal dari bahasa
Yunani, Radix artinya akar. Berpikir secara radikal adalah berpikir sampai ke akar-
akarnya, berpikir sampai pada hakikat, esensi, atau sampai ke substansi yang
dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk menangkap
pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan
indrawi.
b. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara universal (umum). Berpikir secara
universal adalah berpikir tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum,
dalam arti tidak memikirkan hal-hal yang parsial. Filsafat bersangkutan dengan
pengalaman umum dari umat manusia. Dengan jalan penelusuran yang radikal itu
filsafat berusaha sampai pada berbagai kesimpulan yang universal (umum).
c. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual. Konsep di sini adalah
hasil generalisasi dari pengalaman tentang hal-hal serta prosesproses individual.
Dengan ciri yang konseptual ini, berpikir secara kefilsafatan melampaui batas
pengalaman hidup sehari-hari.
d. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsisten. Koheren
artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir (logis). Konsisten artinya tidak
mengandung kontradiksi.
e. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara sistematik. Sistematik berasal dari kata
sistem. Sistem di sini adalah kebulatan dari sejumlah unsur yang saling
berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau
menunaikan sesuatu peranan tertentu.

4
f. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara komprehensif. Komprehensif adalah
mencakup secara menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan. Berpikir secara
kefilsafatan berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
g. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara bebas. Sampai batas-batas yang luas
maka setiap filsafat boleh dikatakan merupakan suatu hasil dari pemikiran yang
bebas. Bebas dari segala prasangka sosial, historis, kultural, ataupun religius.
h. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan dengan pemikiran yang bertanggung jawab.
Seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sambil bertanggung jawab.
Pertanggungjawaban yang pertama adalah terhadap hati nuraninya sendiri. Di sini
tampaklah hubungan antara kebebasan berpikir dalam filsafat dan etika yang
melandasinya. Fase berikutnya adalah cara bagaimana ia merumuskan berbagai
pemikirannya agar dapat dikomunikasikan pada orang lain.
Banyak para ahli filsafat yang memberikan berbagai pengertian tentang cabang-
cabang filsafat. Cabang-cabang filsafat yang diuraikan oleh The liang dalam bukunya (The
Liang Gie, 2006:1.13 dan Soehadi, 1988:7) menjelaskan bahwa semua persoalan filsafat
yang ada, dengan melalui penggolongan, diantaraya.
1. Cabang Filsafat secara umum, diantaranya:
a. Metafisika: cabang yang membahas keberadaan sesuatu yang sifatnya abstrak, tak
teramati, dan tak tergoyahkan yang sifatnya transendental.
b. Ontologi: membicarakan dasar-dasar keberadaan sesuatu yang sifatnya ada dalam
kenyataan, ada dalam angan-angan, dan ada dalam kemungkinan.
c. Kosmologi: ilmu yang membicarakan kosmos/alam semesta yang meliputi isi
alam semesta, keberadaan alam semesta, dan penciptaannya yang merupakan
cabang dari ilmu astronomi.
d. Metodologi: membicarakan metode-metode pengetahuan, yaitu tata cara, teknik,
dan jalan yang dirancang untuk memperoleh pengetahuan dengan kemampuan
ilmiah. Ada dua jenis metodologi, yaitu
1) metodologi ilmu
2) metodologi filsafat.
e. Epistemologi adalah ilmu yang membicarakan pengetahuan mengenai asal mula,
batas-batas, jenis, dan sifat pengetahuan serta tentang kebenarannya, yaitu
kebenaran pragmatis, koresponden, konsistensi, dan hermeunetik.

5
f. Etika membicarakan moralitas yang berkaitan dengan baik dan buruk dari tingkah
laku manusia yang disadari, dipilih, dan disengaja. Pada umumnya, etika dibagi
menjadi dua.
1) Etika umum membicarakan kehidupan sehari-hari.
2) Etika khusus membicarakan etika yang dibatasi problem- problem khusus,
misalnya etika politik, pemerintahan, hukum, dan bisnis.
g. Logika membicarakan penalaran, pengertian pendapat, kesimpulan, dan sesat
pikir. Ini merupakan dinamika pemikiran untuk mencari kebenaran. Logika
merupakan masa kecil dari matematika dan matematika merupakan masa tua dari
logika. Logika terbagi menjadi dua.
a. Logika tradisional menerapkan metafisika, epistemologi, dan etika.
b. Logika modern secara khusus membicarakan logika simbolis yang
diterapkan dalam berbagai ilmu, misalnya fisika, biologi, dan psikologi.
h. Estetika membicarakan permasalahan seperti berikut.
1) Keindahan dan kejelekan.
2) Cita rasa seni.
3) Ukuran-ukuran baku tentang keindahan.
4) Benda-benda estetis dan nilai estetis.
5) Jiwa seni dan pengalaman estetis.
i. Sejarah Filsafat (The Liang Gie, 2006:1.3 dan Russell B, 2002:3)
Sejarah filsafat merupakan bidang pengetahuan yang sangat luas dan merupakan
cabang ketujuh dari filsafat sistematis dan membahas perkembangan filsafat dari
masa yang paling permulaan sampai sekarang. Bidang ini dibedakan menjadi tiga
bagian yaitu sejarah menurut masa, sejarah menurut negara, dan sejarah cabang-
cabang filsafat sistematis

2. Cabang filsafat secara khusus diantaranya:


1. Filsafat Hukum
Filsafat hukum dilandasi oleh sejarah perkembangannya, yaitu yang
melihat sejarah filsafat Barat. Filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari
hukum secara filosofis. Maka, objek filsafat hukum adalah hukum. Filsafat
hukum tidak dimasukkan sebagai cabang ilmu hukum, tetapi bagian dari teori
hukum (legal theory) atau disiplin hukum. Maka dari itu, teori hukum tidak
sama dengan filsafat hukum karena yang satu mencakupi yang lainnya.

6
2. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
ilmiah. Filsafat ilmu adalah pembandingan atau pengembangan pendapat-
pendapat masa lampau terhadap pendapat-pendapat masa sekarang yang
didukung dengan bukti-bukti ilmiah. Filsafat ilmu merupakan paparan dugaan
dan kecenderungan yang tidak terlepas dari pemikiran para ilmuwan yang
menelitinya. Filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai suatu disiplin, konsep, dan
teori tentang ilmu yang sudah dianalisis serta diklasifikasikan.

3. Filsafat Kebudayaan
Kebudayaan adalah aktivitas khas manusia yang berkembang seiring
kemajuan daya pikir suatu masyarakat. Meski tidak tepat untuk
menggolongkan budaya manusia dengan klasifikasi budaya primitif dan
budaya maju, proses perkembangan kebudayaan terus berjalan seiring
dinamisasi kehidupan manusia. Filsafat kebudayaan menjadi penting karena
memberikan penunjuk arah ke mana manusia seharusnya berkembang dengan
menyelidiki sedalam-dalamnya siapa manusia itu, ke mana jalannya, dan ke
mana tujuan akhir hidupnya.

4. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan
akan menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran
manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai.

5. Filsafat Politik
Filsafat politik dapat didefinisikan sebagai refleksi filsafat tentang
bagaimana kehidupan bersama ditata. Soal-soal kehidupan bersama itu
mencakup tata politik, bentuk negara, pengaturan pajak, dan tata ekonomi
(Routledge Encyclopedia of Philosophy).

6. Filsafat Agama
Filsafat agama adalah filsafat yang membuat agama menjadi objek
pemikiran. Dalam hal ini, filsafat agama dibedakan dari beberapa ilmu yang
juga mempelajari agama, seperti antropologi budaya, sosiologi agama, dan

7
psikologi agama. Kekhasan ilmu-ilmu itu adalah mereka bersifat deskriptif.
Berbeda dengan ilmu-ilmu deskriptif, filsafat agama mendekati agama secara
menyeluruh. Filsafat agama mengembangkan logika, teori pengetahuan, dan
metafisika agama. Filsafat agama dapat dijalankan oleh orang-orang beragama
yang ingin memahami secara lebih mendalam arti, makna, dan segi-segi hakiki
agama-agama.

7. Filsafat Sejarah
Filsafat sejarah merupakan ilmu yang mempelajari serta menyelidiki
teori yang berkenaan dengan perkembangan manusia sebagai makhluk sosial
dan dibagi menjadi dua bagian. Pertama, metafisika sejarah (filsafat sejarah
spekulatif) yang mempelajari latar belakang sejarah, dasar-dasar
hukumnya,arti dan motivasi dalam sejarah. Kedua, logika sejarah (filsafat
sejarah kritis) yang disebut juga metodologi sejarah yang menekankan pada
studi tentang kebenaran dari fakta dan data sejarah, mencitakan keobjektifan
sejarah, serta mengadakan interpretasi dan eksplanasi terhadap peristiwa
sejarah.

8. Filsafat Seni
Kesenian merupakan bagian kehidupan manusia. Setiap bangsa di
dunia ini pasti mempunyai kekhasan dalam berkesenian. Dengan agama,
kehidupan manusia akan menjadi terarah. Dengan ilmu pengetahuan,
kehidupan manusia akan lebih mudah. Dengan kesenian, kehidupan manusia
akan lebih indah. Filsafat seni berusaha menjelaskan seluk-beluk antara
kesenian dan aspek-aspek kehidupan lain secara integral, sistematis, dan
komprehensif. Pada kenyataannya, kesenian memang berkaitan dengan
moralitas, lingkungan hidup, pendidikan, pergaulan, dan kehidupan pada
umumnya. Kontribusi seni ternyata berpengaruh terhadap aspek-aspek
kehidupan sosial dan kemasyarakatan

9. Filsafat Bahasa
Filsafat bahasa memiliki istilah lain, yaitu filsafat analitik atau filsafat
linguistik. Penggunaan istilah itu tergantung pada preferensi filsuf yang
bersangkutan. Namun, pada umumnya, kita dapat menjelaskan pendekatan ini

8
sebagai suatu yang menganggap analisis bahasa sebagai tugas mendasar filsuf.
Filsafat bahasa ini merupakan cabang filsafat khusus yang membahas bahasa
sebagai alat dasar dan utama dari filsafat.

2.2 PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

Filsafat dan ilmu yang dikenal didunia Barat berasal dari zaman Yunani Kuno. Pada
zaman itu keduanya termasuk dalam pengertian episteme. Kata philosophia merupakan suatu
kata padanan dan episteme. Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science (teori ilmu),
meta science (adi-ilmu), science of science (ilmu tentang ilmu).
Menurut konsepsi filsul besar Yunani Kuno Aristoteles, episteme adalah “an
organized body of rational knowledge with its proper object” ( suatu kumpulan yang teratur
dari pengetahuan rasional denghan objeknya sendiri yang tepat). Jadi filsafat dan ilmu
tergolong sebagai pengetahuan rasional, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
atau rasio manusia.
Menurut Robert Ackermann (dalam The Liang Gie, 2000) bahwa filsafat ilmu adalah
sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan
terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-
ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu bukan
suatu cabang ilmu yang bebas dari praktik ilmiah. Ilmu dalam garis besarnya besangkutan
dengan apa yang dapat dianggap sebagai fakta tentang dunia yang kita diami. Filsafat ilmu
dalam garis besarnya bersangkutan dengan sifat dasar fakta ilmiah, atau bersangkutan dengan
fakta-fakta tentang dunia (D. W. Theobald dalam The Liang Gie, 2000).
Menurut Peter Caws (dalam The Liang Gie, 2000) bahwa filsafat ilmu adalah suatu
bagian filsafat yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan
pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua hal: (1) membangun teori tentang
manusia dan alam semesta, menyajikannya sebagai landasan bagi keyakinan dan tindakan,
(2) memeriksa secara kritis segala hal yang disajikan, termasuk teori, untuk mencapai
kebenaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dalam kehidupan manusia.
Landasan ilmu mencakup: konsep-konsep dasar, anggapan-anggapan dasar, asas-asas
permulaan, struktur-struktur teoretis, dan ukuran-ukuran kebenaran ilmiah.

9
BAB III

PENUTUP

1.1 SIMPULAN
Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas
dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Filsafat, dalam
hal ini dianggap memiliki tanggung jawab penting dalam mempersatukan berbagai kajian
ilmu untuk dirumuskan secara padu dan mengakar dalam tiga dimensi ilmiahnya
(ontologi, epistemologi dan aksiologi). Ciri - ciri berfikir kefilsafat diantaranya Berpikir
secara kefilsafatan dicirikan secara radikal. b. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan
secara universal (umum). c. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara konseptual.
Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara koheren dan konsisten. e. Berpikir secara
kefilsafatan dicirikan secara sistematik. f. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara
komprehensif. g. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara bebas. h. Berpikir secara
kefilsafatan dicirikan dengan pemikiran yang bertanggung jawab. Banyak para ahli
filsafat yang memberikan berbagai pengertian tentang cabang-cabang filsafat diantaranya
secara umum dianataranya Metafisik, Ontologi, Kosmologi, Metodologi, Epistemologi,
Etika, Logika, Estetika, Sejarah Filsafat. Dan Cabang filsafat secara khusus diantaranya:
Filsafat Hukum, Filsafat Ilmu, Filsafat Kebudayaan, Filsafat Pendidikan Filsafat Politik,
Filsafat Agama, Filsafat Sejarah, Filsafat Seni, Filsafat Bahasa
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan
mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi dalam kehidupan manusia. Landasan ilmu mencakup: konsep-konsep dasar,
anggapan-anggapan dasar, asas-asas permulaan, struktur-struktur teoretis, dan ukuran-
ukuran kebenaran ilmiah.

1.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaannya dimasa
mendatang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arry Mth. Soekawati, The liang Gie. 2013. Filsafat Administrasi. Tanggerang Seletan :
Universitas terbuka.
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/2016/08/08/adpu4531-filsafat-administrasi-edisi-2/#tab-id-4
( Diakses pada tanggal 9 Nopember 2018)

Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: Kampus IPB Taman Kencana

The laing Gie. 1991. Pengantar filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty

11

Anda mungkin juga menyukai