Disusun oleh
Giny Nuraeni Husniah 1300118/08
Widyastuti
1300186/11
Melly Amalia
1300106/06
Frahmadia
1300333/15
Dini Malinda
1300117/07
Kelas 1-A
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Mata
Kuliah Filsafat Pendidikan dengan judul Peranan Filsafat Pendidikan.
Shalawat serta salam mudah-mudahan selalu tercurah kepada Rasul kita tercinta
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia
sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mengalami banyak kesulitan.
Namun, berkat bimbingan dan batuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan dengan cukup baik. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima
kasih kepada:
1. Orang tua dan keluarga tercinta yang banyak memberi motivasi serta
bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
2. Dosen yang tidak lelah dan bosan untuk memberikan arahan dan
bimbingan.
3. Seluruh pihak yang membantu proses penyelesaian makalah ini.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang Peranan Filsafat Pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi. Kami
sangat menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaaan, meskipun
demikian
mudah-mudahan
bisa
bermanfaat
bagi
semua
pihak
yang
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................1
C. Tujuan penulisan...........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Metafisika dan Pendidikan............................................................................4
B. Epistemologi dan Pendidikan........................................................................6
C. Aksiologi dan Pendidikan.............................................................................8
D. Logika dan Pendidikan................................................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dapat
ditinjau
dari
tiga
lapangan
filsafat,
yaitu
dan
berpikir
secara
kritis
dalam
membuat
makalah,
dan
penghayatan
indera
mampu
mencakupnya.
Implikasi
perlu dilewati oleh siswa atau murid dalam melaksanakan usahanya untuk
mengenal dan memahami pengetahuan. Agar mereka berhasil dalam
mencapai tujuan perlu diperkenalkan sedikit demi sedikit hakikat dari
pengetahuan.
Dapat disimpulkan bahwa epistemologi berguna untuk teori atau filsafat
pendidikan dalam menentukan kurikulum. Seorang guru harus bisa menentukan
pengetahuan atau materi tentang apa yang pantas untuk diberikan kepada siswa di
sekolah dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Selain itu
juga, seorang guru harus mengetahui bagaimana cara menyampaikan pengetahuan
tersebut.
C. Aksiologi dan Pendidikan
Aksiologi sebagai cabang filsafat yang membahas niai baik dan nilai buruk,
indah dan tidak indah (jelek), erat berkaitan dengan pendidikan, karena dunia nilai
akan selal dipertimbangkan, atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam
menentukan tujuan pendidikan. Langsung atau tidak langsung, nilai akan
menentukan perbuatan pendidikan. Brubacher (1950 : 92) mengemukakan tentang
hubungan antara aksiologi dengan pendidikan sebagai berikut : directly or
indirectly questios of value are invoved in nearly every decision whice the
educator makes. Education is directly concerted with values at number of points.
Most abvious, of course, are point such as instuctional aims, motivations and
marks or grades. To state ones aims of education is at once to state his
educational values. It is through such a statments that we get at the purposes of a
teacher or school system.
Pendidikan secara langsung berkaitan dengan nilai. Berdasarkan nilai
tersebut, pendidikan dapat menentukan tujuan, motivasi, kurikulum, metode
belajar dan sebagainya. Pendidikan terlebih dahulu harus menentukan nilai mana
yang akan di anut sebbelum menentukan kegiatan. Hal ini menunjukan bahwa
nilai terletak dalam tujuan. Pembahasan nilai-nilai pendidikan terletak dalam
rumusan dan uraian tentang tujuan pendidikan. Di dalam tujuan pendidikan itulah
tersimpul semua nilai pendidikan yang hendak di wujudkan dalam pribadi peserta
didik.
Proses pendidikan tidak berlangsung tanpa arah dan tujuan yang hendak di
capai sebagai garis kebijaksanaannya, sebagai program dan sebagai tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan dalam isinya maupun rumusanya tidak mungkin di
tetapkan tanpa mengerti dan mengetahui tentang nilai-nilai yang benar. Dalam
upaya pendidikan seharusnya kita mampu memegang satu keyakinan tentang
nilai-nilai yang kita anggap sebagai suatu kebenaran.
Pendidikan pada hakikatnya , merupakan interaksi manusia sesamanya,
merupakan interaksi sosial. Dalam proses interaksi inilah di perlukan nilai, yang
meurupakan faktor inhern di dalamnya. Nilai merupakan fungsi hubungan sosial.
Upaya pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu amanah dari Tuhan
Yang Maha Esa. Oleh karena itu, manusia harus mempertanggungjawabkan
semua upaya pendidikkan kepadanya. Oleh karena itu setiap pendidikan tidak
hanya di landasi oleh nilai-nilai yang di hasilkan manusia sebagai hasil renungan
dari pengalamannya.
Guru selalu berhubungan dengan nilai, karena sekolah bukanlah suatu
aktivitas netral. Tidak ada sekolah yang bebas dari nilai, dan hal yang paling
mendasar dari sekolah mengekspresikan sejumlah nilai. Guru mendidik untuk
tujuan yang di anggap baik, dan yang di ajarkan adalah yang kita pikir merupakan
suatu yang baik (Nelson, Carlson, dan Palonsky, dalam Parkay : 1998).
Pada intinya , aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat
tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang di peroleh siswa melainkan juga
dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan itu.
Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu jika ia
tidak mampu menggunakan pengetahuan itu untuk kebaikan.
a. Etika
Pengetahuan tentang etika dapat membantu guru memecahkan banyak
masalah yang ada di kelas. Dimana guru harus mengumpulkan semua fakta
relevan dan dimana tidak ada arah tindakan yang tunggal yang secara total benar
atau
salah.
Etika
dapat
membantu
guru cara-cara
berpikir
mengenai
benar. Cabang filsafat ini juga membantu guru memahami bahwa pemikiran etis
dan pembuatan keputusan bukanlah semata-mata mengikuti aturan-aturan.
b. Estetika
Cabang dari aksiologi yang di kenal sebagai estetika itu berhubungan
dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan keindahan dan seni. Sekalipun para guru
meminta para siswa membuat penilaian-penilaian mengenai kualitas karya seni,
kita dapat dengan mudah mengabaikan peran yang harus di mainkan estetika di
semua kurikulum. Harry Broudy ( Parkay, 1998), seorang filosof pendidikan yang
terkenal, mengatakan bahwa seni itu penting, tidak semata-mata indah. Melalui
peningkatan persepsi-persepsi estetis, para siswa dapat menemukan peningkatan
makna dalam semua aspek kehidupan.
Estetika juga membantu guru meningkatkan keefektifannya karena dapat di
pandang sebagai suatu bentuk ekspresi artistik, dapat dinilai menurut standarstandar artistik dari keindahan dan kuaitas (Parkay 1984). Oleh karena itu guru
merupakan seorang seniman dan secara terus-menerus berusaha meningatkan
kualitas kerjanya.
D. Logika dan Pendidikan
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Agar pengetahuan yang di hasikan penalaran itu memiliki dasar kebenaran, suatu
penarikan kesimpulan baru di katakan sahih apabila proses penarikan kesimpulan
tersebut dilakukan dengan cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini di sebut
logika yang di definisikansebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.
Kemampuan ekstensif manusia untuk beragam jenis pikiran merupakan
salah satu perbedaan utama antara manusia dengan kehidupan binatang. Logika
merupakan bidang filsafat yang berhubungan dengan proses penalaran dan
mengidentifikasi
aturan-aturan
yang
memungkinkan
pemikir
mencapai
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metafisika merupakan bagian dari filsafat spekulatif. Yang menjadi pusat
persoalannya adalah hakikat realitas akhir.
Mempelajari metafisika bagi filsafat pendidikan diperlukan untuk
mengontrol secara implisit tujuan pendidikan, untuk mengetahui bagaimana dunia
anak, apakah ia merupakan makhluk rohani atau jasmani saja, atau keduanya.
Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan.
Sedangkan kosmologi membicarakan realitas jagat raya, yakni keseluruhan sistem
alam semesta. Hanya manusialah yang secara sadar melakukan pendidikan untuk
sesamanya.