Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ibu Regina L.P.M.P.Fis Selaku
Dosen Filsafat Pendidikan

Disusun oleh
Giny Nuraeni Husniah 1300118/08
Widyastuti

1300186/11

Melly Amalia

1300106/06

Frahmadia

1300333/15

Dini Malinda

1300117/07

Kelas 1-A

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirramaanirrahiim.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Mata
Kuliah Filsafat Pendidikan dengan judul Peranan Filsafat Pendidikan.
Shalawat serta salam mudah-mudahan selalu tercurah kepada Rasul kita tercinta
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia
sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mengalami banyak kesulitan.
Namun, berkat bimbingan dan batuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan dengan cukup baik. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima
kasih kepada:
1. Orang tua dan keluarga tercinta yang banyak memberi motivasi serta
bantuan, baik secara moral maupun spiritual.
2. Dosen yang tidak lelah dan bosan untuk memberikan arahan dan
bimbingan.
3. Seluruh pihak yang membantu proses penyelesaian makalah ini.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang Peranan Filsafat Pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi. Kami
sangat menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaaan, meskipun
demikian

mudah-mudahan

bisa

bermanfaat

bagi

semua

pihak

yang

membutuhkannya terutama teman-teman dan pembaca sekalian. Amin. Oleh


karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan dimasa
yang akan datang.
Sumedang, 8 Maret 2014
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................1
C. Tujuan penulisan...........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Metafisika dan Pendidikan............................................................................4
B. Epistemologi dan Pendidikan........................................................................6
C. Aksiologi dan Pendidikan.............................................................................8
D. Logika dan Pendidikan................................................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Filsafat Pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai


masalah-masalah pendidikan.
Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para
perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.
Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak,
menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah
bangsa dan negaranya.
Tujuan dari filsafat sendiri adalah untuk mendidik dan membangun diri
sendiri, memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan mengenai ilmu
mendidik.
Berbicara tentang pendidikan, maka membahas perkembangan peradaban
manusia. Perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap
dinamika sosial-budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak
pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban
manusia. Seperti yang dikatakan Aristoteles, ahli filsafat yunani kuno berpendapat
bahwa perbaikan masyarakat hanya dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
memperbaiki sistem pendidikan. Maka filsafat pendidikan sangat berperan penting
untuk kelangsungan pendidikan yang lebih baik. Dalam mengkaji peranan filsafat
pendidikan,

dapat

ditinjau

dari

tiga

lapangan

filsafat,

yaitu

metafisika,epistemologi, dan aksiologi.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang muncul dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana peran metafisika dan pendidikan dalam peranan filsafat
pendidikan?
2. Bagaimana peran epistemologi dan pendidikan dalam memberikan
sumbangan bagi pendidikan?
3. Apa saja nilai-nilai pendidikan yang berada dalam aksiologi dan pendidikan?
4. Bagaimana peran logika dan pendidikan dalam proses penalaran dan
mengidentifikasi aturan-aturan?
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, pembahasan makalah ini mempunyai


tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metafisika dan pendidikan dalam peranan filsafat
pendidikan.
2. Untuk mengetahui peran epistemologi dan pendidikan dalam memberikan
sumbangan bagi pendidikan.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang berada dalam aksiologi dan
pendidikan.
4. Untuk mengetahui peran logika dan pendidikan dalam proses penalaran dan
mengidentifikasi aturan-aturan.
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan pembahasan diatas, makalah ini mempunyai manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat penulisan makalah untuk lembaga diri sendiri, yaitu mahasiswa
dapat mengetahui cara pembuatan makalah. Sehingga dapat bermanfaat untuk
kemudian hari dan sebagai bagian dari tugas Filsafat Pendidikan di
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Daerah Sumedang.
2. Manfaat penulisan makalah untuk penulis agar dapat melatih kemampuan,
keterampilan

dan

berpikir

secara

kritis

dalam

membuat

makalah,

meningkatkan daya nalar dan kreatifitas penulis.


3. Manfaat penulisan makalah untuk para pembaca mudah-mudahan dapat
memberikan sebuah pengetahuan yang baru dan pengaplikasiannya yang baru
pula dalam pembelajaran berbasis filsafat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metafisika dan Pendidikan
Metafisika merupakan bagian dari filsafat spekulatif. Yang menjadi pusat
persoalannya adalah hakikat realitas akhir. Metafisika secara praktis akan menjadi
persoalan utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia sekitarnya,
maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami tentang segala sesuatu
yang ada. Anak, baik di sekolah maupun di masyarakat, selalu menghadapi

realitas, mengalami segala macam kejadian dalam kehidupannya. Anak melihat


benda mati, makhluk hidup, hewan, manusia, bahkan ia menyaksikan tentang
kematian makhluk hidup.
Mempelajari metafisika bagi filsafat pendidikan diperlukan untuk
mengontrol secara implisist tujuan pendidikan, untuk mengetahui bagaimana
dunia anak, apakah ia merupakan makhluk rohani atau jasmani saja, atau
keduanya.
a. Teologi
Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan sekitar tuhan dan bagaimana hubungannya
dengan realitas, bagaimana hubungan Tuhan dengan manusia dan dengan kosmos.
Siapa Tuhan, bagaimana sifat-sifatnya.
b. Kosmologi
Kosmologi membicarakan realitas jagat raya, yakni keseluruhan sistem alam
semesta. Kosmologi terbatas pada realitas, yang lebih nyata, yaitu alam fisik yang
sifatnya material. Walaupun kosmologi membicarakan alam fisik, tidak mungkin
pengamatan

dan

penghayatan

indera

mampu

mencakupnya.

Implikasi

pembicaraan kosmologi bagi pendidikan bahwa kosmologi akan mengisi


kepribadian manusia dengan realitas fisik. Peserta didik harus mengenal
lingkungannya, mengenal hukum-hukum alam, hukum kausal, sehingga ia akan
mengerti dan memahami keteraturan yang terjadi pada jagat raya.
c. Manusia
Hanya manusialah yang secara sadar melakukan pendidikan untuk
sesamanya. Pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia, dan
untuk manusia. Pendidikan berusaha membantu manusia untuk menyingkapkan
dan menemui rahasia alam, mengembangkan fitrah manusia yang merupakan
potensi untuk berkembang, mengarahkan kecenderungannya dan membimbingnya
demi kebaikan dirinya dan masyarakat. Pada akhirnya dengan pertolongan dan
bimbingan tadi, manusia akan menjadi manusia yang sebenarnya, insal kamil,
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1) Manusia Sebagai Makhluk Individu

Kesadaran diri sendiri yang dimulai dengan kesadaran adanya pribadi di


antara segala yang ada, merupakan pangkal segala kesadaran terhadap segala
sesuatu. Eksistensi diri mencakup pengertian yang luas, termasuk diantaranya
percaya diri, harga diri, egoisme, martabat kepribadian, persamaan dan perbedaan
dengan pribadi lain, dan yang sangat mendasar adalah kesadaran akan potensipotensi diri yang menjadi dasar bagi realitas dan aktualisasi diri.
2) Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Sejak mulai lahir anak manusia akan berinteraksi dengan ibunya dengan
ayahnya, dengan saudara-saudaranya, dengan masyarakat disekelilingnya. Anak
hanya akan menjadi manusia kalau ia hidup bersama-sama dengan manusia lain
diluar dirinya. Semua ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan manusia, dari dan ke dalam
masyarakat.
3) Manusia Sebagai Makhluk Susila
Manusia yang lahir dilengkapi dengan kata hati atau hati nurani, yang
memungkinkan ia memiliki potensi untuk dapat membedakan perbuatan baik dan
buruk, sehingga ia dapat memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan itu.
Manusia sebagai makhluk susila mampu memikirkan dan menciptakan normanorma untuk mengatur kehidupannya, baik kehidupan individunya maupun
kehidupan sosialnya.
4) Manusia Sebagai Makhluk Ber-Tuhan
Manusia adalah makhluk yang sadar akan dirinya sendiri, sadar akan
keterkaitannya dengan kehidupan sosial, sadar akan fungsi nilai susila dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial. Lebih meningkat lagi manusia
adalah makhluk yang sadar akan adanya suatu kekuatan yang berada diluar
dirinya, yang menguasai jagat raya ini, yang mengatur kehidupan jagat raya ini,
Tuhan Yang Mahakuasa.
B. Epistemologi dan Pendidikan

Secara etimologis, epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme


dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos artinya menunjukan
pengetahuan yang sistematik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa epistemology
adalah pengetahuan yang sistematik tentang pengetahuan.
Epistemologi merupakan salah satu filsafat yang mempelajari tentang
hakikat pengetahuan. Karena pengetahuan bersifat ilmiah, maka epistemologi
sangat menjunjung tinggi sesuatu yang nyata dan terbukti kebenarannya.
Seorang filsuf atau seorang guru akan mempunyai pemikiran yang
bersangkutan dengan epistemologi, karena akan menimbulkan implikasi-implikasi
signifikan yang berguna untuk pendekatan pada kurikulum dan pengajaran. Cara
untuk menyelesaikan masalah yang timbul akibat adanya pemikiran tentang
epistemologi adalah sebagai berikut:
1. Seorang guru harus bisa menentukan apa yang benar tentang materi
pembelajaran yang akan diajarkan
2. Seorang guru harus bisa menentukan alat atau model pembelajaran yang tepat
untuk menyampaikan materi pembelajaran tersebut kepada siswa.
Oleh karena itu, epistemologi mempunyai peranan yang penting untuk
memperlihatkan banyak cara untuk mengetahui proses penyampaian materi
kepada siswa atau dapat disebut dengan pencipta model-model pembelajaran.
Beberapa cara berbeda yang harus diketahui oleh seorang guru adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui yang didasarkan otoritas
Pemerolehan pengetahuan siswa dapat diwujudkan dari sumber-sumber
otoritas yang sudah pasti kebenarannya, seperti dari orang bijak, sastrawan,
penceramah, petinggi-petinggi di sekolah, buku, guru dan lain sebagainya.
2. Mengetahui yang didasarkan pada wahyu Tuhan
Pengetahuan bisa diperoleh manusia dari wahyu-wahyu Allah diturunkan
kepada orang dan kitab yang terpercaya mengenai alam semesta beserta
isinya.
3. Mengetahui yang didasarkan pada empirisme atau pengalaman

Istilah empiris atau pengalaman merujuk pada pengetahuan yang diperoleh


melalui indera. Secara informal data empiris yang dikumpulkan akan
mengarahkan pada perilaku keseharian.
4. Mengetahui yang didasarkan pada nalar
Pengetahuan bisa diperoleh dengan kemampuan bernalar dan menganalisis
dengan cara yang logis. Karena setiap siswa yang belajar di sekolah selalu
dituntut untuk selalu berpikir, belajar dan mengerjakan semua tugas dengan
metode ilmiah yang penuh dengan daya nalar dan analisis yang logis. Metode
ilmiah ini dapat mengidentifikasi suatu permasalahan, mengumpulkan data
yang relevan dan akan membentuk sebuah hipotesis yang dapat diuji secara
empiris.
5. Mengetahui yang didasarkan pada intuisi
Pengetahuan yang diperoleh secara intuisi akan bersifat naluriah, sehingga
setiap orang akan mendapatkan pengetahuan dengan cara tersebut.
Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang nondiskursif atau berada di
luar daya nalar manusia. Intuisi ditarik dari pengetahuan dan pengalaman
awal manusia atau siswa akan member suatu pemahaman yang dekat terhadap
situasi yang ada. Intuisi dapat mempengaruhi pengetahuan siswa sebagai
manusia, karena intuisi dapat mengetahui sesuatu yang telah diketahui oleh
siswa. Tetapi siswa tidak dapat mengetahui bagaimana cara siswa tersebut
mengetahui pengetahuan tersebut. Perasaan intuisi yang tampak merupakan
campuran dari insting, emosi dan imajinasi.
Bagi guru, tidak hanya mengetahui bagaimana cara siswa memperoleh
pengetahuan, tetapi juga bagaimana siswa belajar. Berkaitan dengan masalah
belajar, ahli pendidikan harus mengetahuinya agar bisa menentukan kurikulum
dan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang harus disampaikan di
sekolah.
Kegunaan atau fungsi dalam memahami epistemology bagi pendidikan
dikemukakan oleh Imam Barnadib (dalam Uyoh Sadullah, 2012:87) sebagai
berikut
Epistemologi diperlukan antara lain dalam hubungan dengan penyusunan
dasar kurikulum. Kurikulum yang lazimnya diartikan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan pendidikan, dapat diumpamakan sebagai jalan raya yang

perlu dilewati oleh siswa atau murid dalam melaksanakan usahanya untuk
mengenal dan memahami pengetahuan. Agar mereka berhasil dalam
mencapai tujuan perlu diperkenalkan sedikit demi sedikit hakikat dari
pengetahuan.
Dapat disimpulkan bahwa epistemologi berguna untuk teori atau filsafat
pendidikan dalam menentukan kurikulum. Seorang guru harus bisa menentukan
pengetahuan atau materi tentang apa yang pantas untuk diberikan kepada siswa di
sekolah dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Selain itu
juga, seorang guru harus mengetahui bagaimana cara menyampaikan pengetahuan
tersebut.
C. Aksiologi dan Pendidikan
Aksiologi sebagai cabang filsafat yang membahas niai baik dan nilai buruk,
indah dan tidak indah (jelek), erat berkaitan dengan pendidikan, karena dunia nilai
akan selal dipertimbangkan, atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam
menentukan tujuan pendidikan. Langsung atau tidak langsung, nilai akan
menentukan perbuatan pendidikan. Brubacher (1950 : 92) mengemukakan tentang
hubungan antara aksiologi dengan pendidikan sebagai berikut : directly or
indirectly questios of value are invoved in nearly every decision whice the
educator makes. Education is directly concerted with values at number of points.
Most abvious, of course, are point such as instuctional aims, motivations and
marks or grades. To state ones aims of education is at once to state his
educational values. It is through such a statments that we get at the purposes of a
teacher or school system.
Pendidikan secara langsung berkaitan dengan nilai. Berdasarkan nilai
tersebut, pendidikan dapat menentukan tujuan, motivasi, kurikulum, metode
belajar dan sebagainya. Pendidikan terlebih dahulu harus menentukan nilai mana
yang akan di anut sebbelum menentukan kegiatan. Hal ini menunjukan bahwa
nilai terletak dalam tujuan. Pembahasan nilai-nilai pendidikan terletak dalam
rumusan dan uraian tentang tujuan pendidikan. Di dalam tujuan pendidikan itulah
tersimpul semua nilai pendidikan yang hendak di wujudkan dalam pribadi peserta
didik.

Proses pendidikan tidak berlangsung tanpa arah dan tujuan yang hendak di
capai sebagai garis kebijaksanaannya, sebagai program dan sebagai tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan dalam isinya maupun rumusanya tidak mungkin di
tetapkan tanpa mengerti dan mengetahui tentang nilai-nilai yang benar. Dalam
upaya pendidikan seharusnya kita mampu memegang satu keyakinan tentang
nilai-nilai yang kita anggap sebagai suatu kebenaran.
Pendidikan pada hakikatnya , merupakan interaksi manusia sesamanya,
merupakan interaksi sosial. Dalam proses interaksi inilah di perlukan nilai, yang
meurupakan faktor inhern di dalamnya. Nilai merupakan fungsi hubungan sosial.
Upaya pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu amanah dari Tuhan
Yang Maha Esa. Oleh karena itu, manusia harus mempertanggungjawabkan
semua upaya pendidikkan kepadanya. Oleh karena itu setiap pendidikan tidak
hanya di landasi oleh nilai-nilai yang di hasilkan manusia sebagai hasil renungan
dari pengalamannya.
Guru selalu berhubungan dengan nilai, karena sekolah bukanlah suatu
aktivitas netral. Tidak ada sekolah yang bebas dari nilai, dan hal yang paling
mendasar dari sekolah mengekspresikan sejumlah nilai. Guru mendidik untuk
tujuan yang di anggap baik, dan yang di ajarkan adalah yang kita pikir merupakan
suatu yang baik (Nelson, Carlson, dan Palonsky, dalam Parkay : 1998).
Pada intinya , aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat
tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang di peroleh siswa melainkan juga
dalam kualitas kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan itu.
Pengetahuan yang luas tidak dapat memberi keuntungan pada individu jika ia
tidak mampu menggunakan pengetahuan itu untuk kebaikan.
a. Etika
Pengetahuan tentang etika dapat membantu guru memecahkan banyak
masalah yang ada di kelas. Dimana guru harus mengumpulkan semua fakta
relevan dan dimana tidak ada arah tindakan yang tunggal yang secara total benar
atau

salah.

Etika

dapat

membantu

guru cara-cara

berpikir

mengenai

permasalahan-permasalahan yang sulit untuk menentukan arah dan tindakan yang

benar. Cabang filsafat ini juga membantu guru memahami bahwa pemikiran etis
dan pembuatan keputusan bukanlah semata-mata mengikuti aturan-aturan.
b. Estetika
Cabang dari aksiologi yang di kenal sebagai estetika itu berhubungan
dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan keindahan dan seni. Sekalipun para guru
meminta para siswa membuat penilaian-penilaian mengenai kualitas karya seni,
kita dapat dengan mudah mengabaikan peran yang harus di mainkan estetika di
semua kurikulum. Harry Broudy ( Parkay, 1998), seorang filosof pendidikan yang
terkenal, mengatakan bahwa seni itu penting, tidak semata-mata indah. Melalui
peningkatan persepsi-persepsi estetis, para siswa dapat menemukan peningkatan
makna dalam semua aspek kehidupan.
Estetika juga membantu guru meningkatkan keefektifannya karena dapat di
pandang sebagai suatu bentuk ekspresi artistik, dapat dinilai menurut standarstandar artistik dari keindahan dan kuaitas (Parkay 1984). Oleh karena itu guru
merupakan seorang seniman dan secara terus-menerus berusaha meningatkan
kualitas kerjanya.
D. Logika dan Pendidikan
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Agar pengetahuan yang di hasikan penalaran itu memiliki dasar kebenaran, suatu
penarikan kesimpulan baru di katakan sahih apabila proses penarikan kesimpulan
tersebut dilakukan dengan cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini di sebut
logika yang di definisikansebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.
Kemampuan ekstensif manusia untuk beragam jenis pikiran merupakan
salah satu perbedaan utama antara manusia dengan kehidupan binatang. Logika
merupakan bidang filsafat yang berhubungan dengan proses penalaran dan
mengidentifikasi

aturan-aturan

yang

memungkinkan

pemikir

mencapai

kesimpulan-kesimpulan yang sahih.


Dua jenis penalaran yang perlu di kuasai para siswa adalah penalaran
deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif menyuruh kita untuk bergerak
dari suatu prinsip atau proposisi umum menjadikesimulan yang spesifik.
Penalaran induktif erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus
individual nyata menjadi kesimuln yang bersifat umum.

Lapangan-lapangan filsafat di atas seperti metafisika, epistimologi,


aksiologi, etika, estetika, dan logika. Secara singkat menggambarkan alat-alat
mental yang dapat membantu guru untuk memecahkan segala masalah yang ada
saat proses beajar.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metafisika merupakan bagian dari filsafat spekulatif. Yang menjadi pusat
persoalannya adalah hakikat realitas akhir.
Mempelajari metafisika bagi filsafat pendidikan diperlukan untuk
mengontrol secara implisit tujuan pendidikan, untuk mengetahui bagaimana dunia
anak, apakah ia merupakan makhluk rohani atau jasmani saja, atau keduanya.
Teologi merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang Tuhan.
Sedangkan kosmologi membicarakan realitas jagat raya, yakni keseluruhan sistem
alam semesta. Hanya manusialah yang secara sadar melakukan pendidikan untuk
sesamanya.

Epistemologi merupakan salah satu filsafat yang mempelajari tentang


hakikat pengetahuan.
Aksiologi sebagai cabang filsafat yang membahas niai baik dan nilai buruk,
indah dan tidak indah (jelek), erat berkaitan dengan pendidikan.
Lapangan-lapangan filsafat seperti metafisika, epistimologi, aksiologi, etika,
estetika, dan logika. Secara singkat menggambarkan alat-alat mental yang dapat
membantu guru untuk memecahkan segala masalah yang ada saat proses belajar
B. SARAN
Saran yang bisa disampaikan dalam makalah Peranan Filsafat Pendidikan
adalah dapat memberikan pedoman kepada paraperencana pendidikan dan orangorang yang bekerja dalam bidang pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai