Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
Berdasarkan kajian teori diatas, makalah ini akan membahas tentang
pengertian anak didik, pengertian pendidikan, alasan anak perlu dididik,
karakteristik anak didik dan hakikat anak sebagai manusia yang perlu dididik.
Tetapi akan dibahas lebih lengkap sebagai berikut:
A. Pengertian Anak Didik
Anak didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan
dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan
fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap
sebagai objek atau sasaran pendidikan, tetapi anak didik juga harus diperlukan
sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta
didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan
pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah
memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Menurut Al-Ghazali, anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan
dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada
Allah. Semua bayi yang dilahirkan ke dunia ini, bagaikan sebuah mutiara yang
belum diukir dan dibentuk, tetapi amat bernilai tinggi. Maka kedua orang
tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang
berkualitas tinggi dan disenangi semua orang.
Menurut Locke anak atau manusia itu tidak dilengkapi oleh pengetahuan
apapun pada waktu dilahirkan, tidak ada innate ideas. Seperti halnya Aristoteles
anak yang dilahirkan itu seperti tabularasa, bagaikan kertas putih bersih yang akan
ditulisi oleh pengalaman.
Seorang anak yang baru lahir memang keadaannya adalah fitrah seperti
kertas putih yang kosong, tetapi di dalamnya terdapat bakat, potensi, intelegensi

dan lain sebagainya, hanya saja itu semua tidak terlihat pada saat bayi dilahirkan.
Bakat, potensi dan intelegensi akan terlihat seiring pertumbuhan dan
perkembangan anak dan tergantung siapa yang membentuknya dan di mana anak
tinggal. Karena itulah anak membutuhkan orang dewasa yang harus mendidiknya.
B. Pengertian Pendidikan
Pendidikan mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian pendidikan dalam
arti khusus dan pengertian pendidikan dalam arti luas.
1. Pendidikan dalam arti khusus
Pedagogik merupakan kajian dari pendidikan. Secara etimologis pedagogik
berasal dari kata Yunani yaitu paedos artinya anak laki-laki dan agogos artinya
mengantar atau membimbing. Jadi pedagogik merupakan pembantu anak laki-laki
pada jaman Yunani kuno, yang mempunyai pekerjaan sebagai pengentar anak
majikan ke sekolah. Sedangkan menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (dalam Uyoh
Sadulloh, Bambang Robandi dan Agus Muharam, 2007:2) pedagogik adalah ilmu
yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya
ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Kesimpulannya,
pedagogik adalah ilmu pendidikan anak.
Dalam bahasa inggris pendidikan diterjemahkan menjadi education, kata
education dalam bahasa yunani berarti educare yang berarti membawa keluar
yang tersimpan didalam jiwa anak untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.
Dalam arti khusus Langeveld (dalam Uyoh Sadulloh, Bambang Robandi
dan Agus Muharam, 2007:3) mengemukakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya.
Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya memfokuskan kepada usaha orang
dewasa untuk membimbing anak untuk mencapai kedewasaannya. Oleh sebab itu,
pendidikan dalam arti khusus hanya berpusat pada pendidikan dalam lingkungan
keluarga saja.

2. Pendidikan dalam arti luas


Pendidikan dalam arti luas adalah proses usaha manusia dalam
mempertahankan

dan

meningkatkan

kesejahteraan

hidupnya

yang

akan

berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson (dalam Uyoh Sadulloh,


Bambang Robandi dan Agus Muharam, 2007:4) mengemukakan bahwa
But to see education as a process of growth and development taking place
as the result of the interaction of an individual with his environment, both
physical and social, beginning at birth and lasting as long as life itself a
process in which the social heritage as a part of the social environment
becomes a tool to be used toward the development of the best and most
intelligent person possible, men and women who will promote human
welfare, that is to see the educative process as philosophers and educational
reformers conceived it.
Menurut Henderson, pendidikan merupakan interaksi individu dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang berlangsung sepanjang hayat sejak
manusia tersebut dilahirkan serta menghasilkan suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan pada manusia. Manusia merupakan makhluk sosial, sehingga dapat
dijadikan sebuah alat untuk mengembangkan intelegen dan perkembangan
manusia yang lain dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses belajar anak
atau manusia sebagai peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
C. Alasan Anak Perlu Dididik
Terdapat beberapa alasan anak perlu dididik, karena itu dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Agar anak mencapai kedewasaan, karena apabila seorang anak telah
mencapai kedewasaan anak dapat bertanggungjawab. Cara anak menunjukan
kedewasaannya melalui kesadaran normatif, artinya anak dapat membedakan
mana yang benar dengan mana yang tidak benar, mana yang adil dengan
mana yang tidak adil dan anak sadar akan hal-hal yang perlu diperbaiki.
2. Untuk masa depan seorang anak.

3. Agar anak mendapatkan pendidikan yang benar, sehingga anak dapat


mengembangkan kemampuan dan bakatnya secara maksimal.
D. Karakteristik Anak Didik
Sifat khas atau karakter peserta didik terdapat beberapa faktor, antara lain
sebagai berikut:
1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas namun belum
memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggung jawab
pendidik. Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang ingin
dikembangkan

dan

diaktualisasikan.

Untuk

mengaktualisasikannya

membutuhkan bantuan dan bimbingan.


2. Individu yang sedang berkembang. Yang dimaksud dengan perkembangan di
sini ialah perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik secara wajar baik
ditunjukan kepada diri sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan
lingkungan.
3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
Dalam perkembangannya peserta didik membutuhkan bantuan dan bimbingan.
Hal ini menunjukan bahwa pada diri peserta didik ada dua hal menggejala :
a. Keadaannya yang tidak mampu menyebabkan ia membutuhkan bantuan,
hal ini menimbulkan orang tua untuk membentuknya.
b. Adanya kemampuan untuk mengembangkan dirinya,

hal

ini

membutuhkan bimbingannya. Agar bantuan dan bimbingan itu mencapai


hasil, maka harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
Dalam perkembangan peserta didik ia mempunyai kemampuan untuk
berkembang ke arah kedewasaan. Pada diri anak ada kecenderungan untuk
memerdekakan diri. Hal ini menimbulkan kewajiban pendidik dan orang tua
(si anak didik) untuk setapak demi setapak memberikan kebebasan dan
akhirnya mengundurkan diri. Jadi, pendidik tidak boleh memaksakan agar
peserta didik berbuat menurut pola yang dikehendaki pendidik. Ini dimaksud
agar perserta didik memperoleh kesempatan memerdekakan diri dan
bertanggung jawab sesuai kepribadiannya. Pada saat ini telah dapat berdiri
sendiri dan bertanggung jawab sendiri.
5. Individu yang harus dididik.

Dasar hakikat anak didik adalah dapat dididik dan harus dididik. Manusia
hakikatnya adalah Animal Educandum yaitu makhluk yang dapat dididik,
karena anak mempunyai bakat dan disposisi-disposisi yang memungkinkan
pendidikan. Dan anak harus dididik karena hakikatnya anak memiliki benihbenih sebagai makhluk susila tetapi tanpa pendidikan anak tidak mungkin
memiliki budi susila.
E. Hakikat Anak sebagai Manusia yang Perlu Dididik
Hakikat anak didik adalah dapat dididik dan harus dididik. Menurut
Langeveld (180) bahwa manusia pada hakikatnya adalah sebagai animal
educandum yaitu makhluk yang dapat dididik, karena hanya anak manusia yang
mempunyai bakat dan memungkinkan untuk bisa dididik. Tujuan manusia dididik
adalah untuk menjadikan manusia agar bisa melaksanakan kehidupannya sebagai
manusia dan juga agar dapat melaksanakan tugas-tugas dalam hidupnya secara
mandiri.
Anak sebagai manusia menjadikan pendidikan sebagai suatu alat untuk
meningkatkan dan memperbaiki nilai-nilai kehidupan, hati nurani (insting),
perasaan, pengetahuan dan keterampilannya.
Beberapa asumsi mengatakan bahwa anak sebagai manusia perlu dididik,
karena sebagai berikut:
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan yang tidak berdaya, sehingga manusia
membutuhkan bantuan dari orang lain yaitu orang tua dalam melangsungkan
kehidupannya.
2. Sejak manusia dilahirkan, manusia tidak langsung menjadi dewasa. Karena untuk
mencapai kedewasaan tersebut anak sebagai manusia harus mempersiapkan
segala sesuatunya seperti pendidikan yang dapat membantunya untuk
bertahan hidup dalam waktu yang lama.
3. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial, karena manusia tidak akan
menjadi seorang manusia yang utuh apabila tidak hidup bersama dengan
manusia lainnya. Hal ini dibuktikan oleh Prof. Dr. N. Driyarkoro yang
memberi istilah hominisasi ke humanisasi yang artinya memanusiakan
manusia. Kesimpulannya, apabila manusia itu tidak dididik maka tidak akan
menjadi manusia yang sebenarnya. Karena sesuai dengan cerita yang sering

terdengar akan tentang manusia serigala, yang peristiwanya terjadi ketika ada
seorang pemburu menemukan dua orang anak manusia yang berusia sekitar
6-7 tahun di tengah hutan. Saat keda anak tersebut melihat pemburu, mereka
lari dan meraung-raung seperti seekor serigala yang ketakutan. Kedua anak
tersebut masuk kedalam gua dan mencari perlindungan kepada seekor
serigala, tapi kedua anak tersebut ditangkap untuk diteliti dan dimanusiakan
oleh para ahli.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelahiran seorang anak manusia tidak
mempunyai jaminan bahwa dia akan hidup seperti selayaknya manusia. Karena
seorang anak manusia sangat dipengaruhi oleh siapa dan dimana dia dibesarkan
untuk dididik. Menurut Manuel Kant juga mengatakan bahwa manusia hanya
dapat menjadi manusia karena pendidikan.
Walaupun sejak lahir seorang anak sebagai manusia telah mempunyai
inisiatif, kreatifitas, potensi dan intelegen masing-masing, tapi tetap saja anak
tersebut tidak akan bisa mengembangkannya hanya dengan seorang diri. Apabila
anak tersebut benar-benar mengembangkannya sendiri dan mendidik dirinya
sendiri, maka anak tersebut akan mengikuti instingnya saja seperti seekor hewan.
Padahal setiap anak sebagai manusia harus selalu menjunjung tinggi, mengakui
dan merealisasikan nilai-nilai kemanusiaan yang didapatnya saat proses
pendidikan berlangsung.
Ada beberapa pandangan mengenai hakikat manusia, karena itu dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pandangan Psikoanalitik
Tokoh psikoanalitik (Hansen, Stefic, Wanner, 1977) menyatakan bahwa
manusia pada dasarnya digerakan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya
yang bersifat instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh
kekuatan psikologis yang sudah ada pada diri seseorang, selanjtnya Sigmund
Freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga
komponen yakni: ide, ego dan super ego.
Id atau das es adalah aspek biologis kepribadian yang original. Id ini
meliputi berbagai insting manusia yang mendasari perkembangan individu. Ego

merupakan aspek psikologis kepribadian yang timbul dari kebutuhan organism


untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara realistis. Super ego adalah
aspek sosiologis yang merupakan wakil nilai-nilai serta cita-cita masyarakat
menurut tafsiran orangtua kepada anak-anaknya yang diajarkan dengan berbagai
perintah dan larangan.
2. Pandangan Humanistik
Tokoh Humanistk (Rogers)

berpendapat bahwa manusia itu memiliki

dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri ke arah positif, manusia itu rasional,
tersosialisasikan dan dapat menentukan nasibnya sendiri.
Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia.
Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila sipembelajar telah
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain sipembelajar
dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan
dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensipotensi yang ada dalam diri mereka.
Menurut aliran Humanistik para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan
yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ini .Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia
mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan
belajar.
Secara singkat pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada
perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan
kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan
metode untuk mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri,
menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan
membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan
karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik

10

belajar dianggap berhasil apabila pembelajar memahami lingkungannya dan


dirinya sendiri.
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut (dalam Baharudin
& Wahyuni, 2008) :
1. Perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan
kepribadian peserta didik.
2. Motivasi belajar berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan
untuk mengetahui.
3. Metode belajar menggunakan

metode

pendekatan

terpadu

dengan

menekankan kepada ilmu-ilmu sosial.


4. Tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangandari segi sosial,
keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan
individu dan orang lain
5. Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai
kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu.
6. Untuk mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk
topik-topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik
7. Partisipasi peserta didik sangat dominan
8. Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman
dan pengertian bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan
Dengan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa kedudukan teori belajar
dijadikan sumber inspirasi di dalam pengembangan model pembelajaran, terutama
di dalam penetapan tingkah laku yang harus dikuasai peserta didik, karakteristik
peserta didik, kondisi-kondisi pembelajaran yang harus dirancang, beserta
berbagai fasilitas belajar yang dapat memperkuat pengalaman belajar peserta didik
3. Pandangan Martin Buber
Martin Buber berpendapat bahwa manusia tidak dapat dikatakan pada
dasarnya ini atau itu. Manusia merupakan suatu keberadaan (eksistensi) yang
berpotensi yang sifanya terbatas secara faktual, hal ini bahwa apa yang dilakukan
tidak dapat diramalkan
4. Pandangan Behaviouristik

11

Manusia pada dasarnya sepenuhnya adalah mahkluk reaktif yang tingkah


lakunya dikontrol oleh faktor yang datangnya dari luar , faktor lingkungan inilah
yang merupakan penentu tunggal dari tingkah laku manusia
Sebagaimana telah dikemukakan pada bahwa behaviorisme merupakan
salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek
aspek

mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya

kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa
belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu.

Anda mungkin juga menyukai