Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ BANK RIBA RENTE DAN FEE“

DOSEN PENGAMPU: Drs. H. Baehaqi, M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

Rachmat Humam Fadhillah (210101127)

Baiq Yun Sulistya Fajriati (190101149)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN AJARAN

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan Karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Fiqih
Kontemporer yang berjudul, " Bank Riba Rente Dan Fee “ selanjutnya Shalawat serta salam
tak lupa pula kami ucapkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad Saw. yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang seperti sekarang ini.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada Drs. H. Baehaqi, M.Pd selaku
dosen pengampu pada mata kuliah Fiqih Kontemporer, yang telah mengamanahkan kepada
kelompok kami untuk membahas materi ini sehingga kami dapat menambah wawasan dialam
bidang ini. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di
berikan bapak dosen pada mata kuliah Fiqih Kontemporer.

Meskipun demikian, kami mengakui bahwa apa yang kami sajikan dan kami susun
dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik
dan saran dari pembaca khususnya bapak dosen sangat kami harapkan untuk perbaikan
selanjutnya. Jikalau di dalam makalah ini terdapat kebenaran dan kegunaan, semua itu berasal
dari Allah Swt. Sebaliknya, kalau terdapat kekurangan dan keterbatasan itu datangnya dari
kami sendiri.

Mataram, 31 Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. latar belakang..............................................................................
B. rumusan masalah.........................................................................
C. tujuan...........................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Bank dan pendapat para ulama....................................................


B. Riba dan pendapat para ulama....................................................
C. Rente dan pendapat para ulama...................................................
D. Fee dan pendapat para ulama.......................................................

BAB 3 PENUTUP
A. kesimpulan..................................................................................
B. daftar pustaka..............................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan modern keberadaan bank ternyata sudah menjadi


kebutuhan yang penting bagi masyarakat luas. Mulai dari yang menabung,yang
meminjam uang dan sampai kepada yang menggunakan jasanya untuk
mentransfer uang dari satu kota atau negara kekota atau negara lain. Mengenai
perbankan ini sebenarnya sudah dikenal kurang lebih 2500sebelum masehi di
Mesir Purba dan Yunani dan kemudian oleh bangsaRomawi. Perbankan modern
berkembang di Italia pada abad pertengahanyang dikuasai oleh beberapa
keluarga untuk membiayai ke-Pausan dan perdagangan wol. Selanjutnya
berkembang pesat pada abad ke-18 dan 19.

Sesuai dengan fungsinya bank-bank terbagi kepada bank primer, yaitu bank
sirkulasi yang menciptakan uang dan bank sekunder, yaitu bank-bank yang tidak
menciptakan uang, juga tidak dapat memperbesar dan memperkecil arus uang, seperti
bank-bank umum, tabungan, pembiayaan usaha dan pembangunan. Dalam topik
ini, ada tiga masalah yang akan dibahas, yaitu bank, riba dan rente.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Bank, Riba, Rente, dan Fee?
2. Bagaimana pendapat ulama mengenai hal diatas?

C. TUJUAN
1. Mengetahui hal-hal mengenai bank, riba, rente, dan fee dan macam-macamnya
2. Mengetahui pendapat ulama mengenai permasalahan bank, riba, rente, dan fee
BAB 2
PEMBAHASAN

A. BANK
A.1. pengertian Bank

Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan Penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi
intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem
operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah.1
Menurut undang-undang yang ada di indonesia ,Bank memiliki makna tersendiri.
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun1992 Tentang perbankan, Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Kemudian menurut nomor 10 tahun 1998 Perubahan Undang-Undang nomor 7 Tahun
1992 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.2

A.2. macam-macam Bank

A. Bank konvensional ( Bank non islami )

1
Andrianto, SE., M. Ak. Dkk, MANAJEMEN BANK SYARIAH, (CV. PENERBIT QIARA MEDIA 2019) hal.23-24
2
Saeed, Abdullah, Bank Islam dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Bealajar 2008) hal 10-11
Lembaga keuangan yang memiliki fungsi utama untuk menghimpun dana yang
dikumpulkan untuk diberikan kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya guna
investasi ( penanaman modal )

B. Bank Islam
Suatu lembaga yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada
orang atau lembaga yang membutuhkannya dengan sistem tanpa bunga, Contoh bank
muamalah. Tujuannya untuk Menghindari bunga uang yang diberlakukan oleh Bank
konvensional.3
Adapun perbedaan dari kedua jenis bank ini adalah bank konvensional memakai
sistem bunga sedangkan untuk Bank Islam sama sekali tidak menggunakan sistem bunga.
Untuk menggantikan bunga dalam bank islam yaitu :
a. Wadiah yaitu titipan uang, barang, dan surat-surat berharga. Dengan cara menerima
deposito berupa uang benda dan surat berharga sebagai amanat yang wajib dijaga
keselamatannya oleh bank.
b. Mudharabah (kerja sama antara pemilik modal dan pelaksana) dengan ini bank dapat
menambah modal kepada pelaksana (perusahaan) dengan perjanjian yang sudah
ditentukan.
c. Musyarakah/syirkah (persekutuan) adalah pihak bank dan pengusaha sama sama
mempunyai andil (saham) pada usaha patungan dan menanggung untung dan rugi
bersama.
d. Murabahan (jual beli barang degan tambahan harga atas dasar harga pembelian yang
pertama secara jujur), dengan syarat bahawa pihak bank harus memberikan informasi
selengkapnya kepada pembeli tentang harga pembeliannya dan keuntungannya
bersihnya dari untung ruginya.
e. Qard hasan (pinjaman yang baik) yaitu memberikan pinjaman tanpa bunga pada
nasabah yang baik terutama memiliki deposito.
f. Bank islam boleh mengelola zakat di negara yang pemerintahannya tidak mengelola
zakat secara langsung.
g. Membayar gaji para pegawai bank yang melakukan pekerjaan untuk kepentingan
nasabah untuk sarana dan prasarana yang disedikan oleh bank dan biaya administrasi
pada umumnya.4

3
Hafsah, FIQIH, (Bandung: Cita Pustaka, 2011) hal.87
4
Masjfuk Zuhdi, masail fiqhiyah edisi ke II, (malang : PT TOKO GUNUNG AGUNG,1994), hlm 102
A.3. Pendapat para ulama mengenai Bank

1. Pierson
Menurut pierrson, seorang ahli ekonomi dari belanda, bank adalah badan atau lembaga yang
yang menerima kredit. Bank menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro,
deposito berjangka dan tabungan. Simpanan dari masyarakat tersebut kemudian dikelola
dengan cara menyalurkannya dalam bentuk investasi dan krediit kepada badan usaha swasta
atau pemerintah.
2. Sommary
Bank adalah suatu badan yang berfungsi sebagai pengambil dan pemberi kredit, baik untuk
jangka pendek maupun jangka panjang.

B. RIBA'
B.1. pengertian Riba’

Riba menurut bahasa berarti tambahan. Adapun Riba menurut syara adalah
transaksi dengan menggunakan kompensasi tertentu yang tidak diketahui kesamaannya
dalam ukuran syariat pada saat akad, atau disertai penangguhan serah terima dua barang
yang dibarter atau salah satunya. Atau secara sederhananya riba berarti pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara batil dan bertentangan dengan prinsip muamalat
dalam Islam.5

Riba’diharamkan menurut Al Qur’an, As Sunnah, Dan Ijma’

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Ali-Imran ayat 130 yang berbunyi :

‫ٰٓي َاُّي َه ا اَّلِذ ْي َن ٰا َم ُنْو ا اَل َت ْأُك ُلوا الِّر ٰب ٓو ا َاْض َع اًفا ُّم ٰض َع َف ًة َّۖو اَّتُقوا َهّٰللا َلَع َّلُك ْم ُتْف ِلُحْو َۚن‬

5
Saeed, Abdullah, Bank Islam dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Bealajar 2008) hal 10-11
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakanriba dengan
berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supayakamu mendapat
keberuntungan.”

Pada ayat tersebut terkandung penolakan tegas terhadap orang-orangyang


membolehkan riba dapat ditafsirkan sebagai pembantahan hukum-hukum yang telah
ditetapkan oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi MahaBijaksana. Riba yang dahulu
telah dimakan sebelum turunnya firman Allahini, apabila pelakunya bertobat, tidak ada
kewajiban untuk mengembalikannya dan dimaafkan oleh Allah Swt. Sedangkan bagi
siapasaja yang kembali lagi kepada riba setelah mengetahui larangan dari Allah,maka
mereka adalah penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya.6

B.2. Macam macam Riba’

Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah riba
utang-piutang dan riba jual beli. Kelompok pertama terbagi menjadi riba qardh dan riba
jahiliyah. Sedangkan kelompok kedua ,riba jual beli terbagi menjadi riba fadhl dan riba
nasi’ah. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

a) Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan kualitas
yang berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan. Contoh : tukar menukar
emas dengan emas, perak dengan perak, beras dengan beras dan sebagaianya.
b) Riba Yad, yaitu berpisah dari teempat sebelum ditimbangdan diterima, maksudnya :
orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia menerima barang tersebut
dari si penjual, pembeli menjualnya kepada orang lian, jual beeli seperti ini tidak
diperbolehkan, sebab jual beli masih dalam ikatan dengan pihak pertama.
c) Riba Nasi’ah, yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang disebabkan
memperhitungkan waktu yang ditangguhkan. Contoh : Aminah meminjam cincin 10
gram pada ramlan. Oleh ramlan disyaratkan membayarnya tahun depan dengan cincin
sebesar 12 gram, dan apa bila terlambat 1 tahun, maka tambah 2 gram lagi, meejadi
14 gram dan seterusnya. Ketentuan melambatkan pembayaran satu tahun.

6
Ibid hal, 28-24
d) Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau
tambahan bagi orang yang memberikan pinjaman. Contoh : Ahmad meminjam uang
sebesar Rp. 25.000 kepada Adi. Adi mengharuskan dan mensyaratkan agar Ahmad
agar mengembalikan hutangnya kepada Adi sebesar Rp. 30.000 maka tambahan Rp.
5.000 adalah Riba Qardh.

B.3. Pendapat para ulama mengenenai Riba’

A. Menurut Imam Ar-Razi dalam tafsir AL-Qur'an, Riba adalah suatu perbuatan
mengambil harta kawannya tanpa ganti rugi, sebab orang yang meminjamkan uang 1000
rupiah mengganti dengan 2000 rupiah, maka ia mendapat tambahan 1000 rupiah tanpa ganti.

B. Menurut Al- Jurnaini merumuskan definisi riba yaitu kelebihan atau tambahan
pembayaran tanpa ada ganti atau imbalan yang disyaratkan dari salah seorang bagi dua orang
yang membuat akad.

C. Menurut Al- Farabi, Riba adalah setiap keuntungan yang bukan berasal dari tambahan
akibat beerproduksi (ikhtiar), berdagang produktif (ghurni)_ dan memberikan jasa (dhaman)

C. RENTE

C.1. pengertian Rente


Dilihat dari segi bahasa berasal dari bahasa belanda, yang berarti bunga. Adapun
secara terminologi ialah keuntungan yang diperoleh perusahaan bank karena jasanya
meminjamkan uang untuk melancarkan perusahaan orang yang meminjam.
Rente merupakan keuntungan yang diperoleh dari perusahaan jasa perbankan dan
sejenisnya. Pihak jasa perbankan meminjamkan uang untuk melancarkan usaha dari orang
yang meinjamnya. Maka atas jasanya bank ini mendapatkan keuntungan yang layak dari uang
yang di pinjamkan kepada si peminjam, keuntungan itulah yang dinamakan rente. Sedangkan
berpa keuntungan yang diperoleh pihak bank sudah di tentukan terlebih dahulu.
Berbeda dengan riba. Tekhniknya adalah hampir kepemerasan kepada orang
ekonominya sedang terpuruk. Biasnya hal ini terjadi jika sepinjam atau orasng yang
berekonomi lemah sedang kebingungan membutuhklan dana tetapi tidak mempunyai
jaminan. Praktek ribanya disini adalah dengan memberikan batas waktu yang singkat dan
apabila tidak mampu dibayar lunas tepat waktu, maka pihak si pemberi dana menambah
bunganya, hal ini terus dilakukan sebelum si peminjam mampu membayar lunas, sehingga
bunga lama semakin lama semakin tinggi, dan pada akhirnya terjadi penyitaan barang milik si
peminjam, bisa tanah, rumah atau hal lainnya.

C.2. Pendapat Para Ulama/ Ahli mengenai Rente

a. Fuad Muhammad Fachruddin


Menyebutkan bahwa rente ialah keunutngan yang diperoleh perusahaan bank, karena jasanya
meminjamkan uang untuk melancarkan perusahaan orang yang meminjam. Berkat bantuan
untuk yang meminjamkan uang kepadanya, perusahannya bertambah maju dana keuntungan
yang diperolehnya juga bertambah banyak.7

b. Al Jurjanji
Adalah kelebihan atau tambahan pembayaran tanpa ada ganti atau imbalan yang disyaratkan
bagi salah seeorang dari dua orang yang membuat akad.

D. FEE

D.1. Pengertian Fee

Dalam bahasa inggris, fee dapat diartikan sebagai biaya, sedangkan dalam kamus besar
bahasa indonesaia itu sendiri, biaya merupakan uang yang dikeluarkan untuk mengadakan
atau mendirikan, melakukan sesuatu, seperti misalnya ongkos, belanja, dan pengeluaran.

7
sabiq,sayyid, Fiqih sunnah edisi12, (bandung: PT.ALMA”ARIF,1987)Hal.59
Dapat disimpulkan bahwa segala pengeluaran dan pengorbanan yang tidak terhindarkan
untuk tujuan mendaptkan barang atau jasaa yang kita inginkan dapat disebut sebagai biaya.

Biaya tersebut dapat berupa pengorbanan ataupun pengeluaran yang dikenakan kepada suatu
perusahaan atau individu untuk memperoleh manfaat dari aktivitas yang dilakukannya.

D.2. Macam Macam Fee

a. Booking Fee, merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka
bentuk sebuah komitmen dan keseriusan ketika membeli suatu barang.
b. Succes Fee merupakan biaya yang akan dibayarkan kepada bank investasi karena
berhasil menutup transaksi.
c. Management Fee merupakan biaya manajer untuk mengelola akun investasi
seseorang.
d. Convenience Fee merupakan biaya kenyamanan yang dikenakan oleh penjual saat
konsumen membayar sesuatu dengan kartu pembayaran elektronik, bukan dengan
bentuk pembayaran yang standar seperti uang tunai.
e. Royalty Fee merupakan biaya yang harus dibayar oleh franchisee kepada pihak
franchisor dari penggunaan brand atau merek usaha fanchisor beserta dukungan dari
pihak franchisor.
f. Franchise Fee merupakan hal yang berbeda dari royalty Fee meskipun keduanya
saling berhubungan.
g. Tution Fee merupakan sejumlah uang atau biaya yang dibebankan kepada suatu
pihak dalam rangka pengajaran oleh instansi pendidikan seperti sekolah, perguruan
tinggi, atau universitas.
h. Usage fee merupakan biaya yang harus dibayarkan sesorang kepada pelaku
pertunjukan untuk penggunaan serta akses kelanjutan dari artis untuk materi dalam
mengiklankan produk yang menampilkan artis tersebut sebagai duta pada merek
tertentu.
i. Listing fee atau biaya listing merupakan hal yang termasuk ke dalam biaya
administrasi dan berhubungan langsung dengan kegiatan untuk mendapatkan,
menagih, serta memelihara penghasilannya, sehingga listing fee tersebut dapat
menjadi pengurang penghasilan bruto dari sebuah perusahaan secara langsung.
j. Audit fee merupakan bayaran yang diterima oleh seorang akuntan publik ketika
mereka telah melaksanakan pekerjaannya yakni memberikan jasa audit dalam bentuk
uang. Seorang auditor bekerja untuk mendapatkan imbalan atau upah yang berupa fee
audit tersebut.
k. Upfront fee atau yang berarti biaya awal merupakan biaya operasional perbankan
dalam menjual produk bancassurance yang biasanya dibayarkan oleh pihak asuransi
terlebih dahulu pada tahap awal kerja sama dilakukan.
l. Maintenance fee atau yang diartikan sebagai biaya administrasi merupakan
biaya yang dibebankan secara berkala kepada setiap pemegang rekening suatu bank.
Biaya yang dibebankan oleh bank kepada pemegang rekeningnya tersebut berlaku jika
nasabah menjaga saldo minimum dalam jumlah tertentu.
m. Enrollment fee atau yang dalam bahasa Indonesia berarti biaya pendaftaran
merupakan sejumlah uang yang dibebankan sekolah untuk menutupi biaya yang
dikeluarkan oleh sekolah itu sendiri dalam memproses perjanjian pendaftaran
siswanya dan setelahnya membuat sistem pencatatan siswa.
n. Joining fee atau biaya bergabung merupakan sejumlah biaya yang dikenakan atau
dibayarkan oleh investor ketika mengikuti suatu investasi atau waralaba. Biaya
joining fee hanya akan dikenakan satu kali ketika investor tersebut bergabung atau
joining investasi kepada pemilik saham.

D.3. Pendapat para ulama/ahli mengenai Fee

Pertama, pendapat yang melarang, hal ini diungkapkan oleh Jumhur Ulama, yaitu Madzab
Hambali, Syafi’i, Hanafi dan Maliki. Argumentasinya adalah, bahwa jika yang ditanggung
adalah berupa harta (māl) dalam kafālah al-māl, sementara syarat kompensasi juga berupa
harta, maka pada dasarnya hal ini sama dengan akad al-qardlu jara naf’an lil muqridl, yaitu
suatu akad utang piutang yang disertai adanya syarat manfaat bagi pihak yang memberi
utang, sehingga akad semacam ini sudah masuk kategori akad ribawi sehingga ulama
mengharamkannya. Contoh argumentasi dari pendapat ini misalnya adalah ulama dari
kalangan Hanabilah, seperti Ibnu Qudamah, dalam kitab al-Mughni, ia berkata : 8

8
Ibnu Qudamah, Al-Mughni, vol. 6 (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, tt), 441
‫ فإذا أخذ‬،‫ فصار كالقرض‬،‫ فإذا أداه وجب له على المكفول عنه‬, ‫ اكفل عني ولك ألف لم يجز ألن الكفيل يلزمه الدين‬: ‫ولوقال‬
‫ فلم يجز‬،‫عوضا صار القرض جارا للمنفعة‬

Artinya: “Seandainya ada orang berkata: Berikan jaminan kepadaku, kamu akan saya
kasih 1000! (Akad seperti ini, adalah) tidak boleh karena sesungguhnya seorang kāfil terikat
olehnya utang. Ketika ia menunaikan jaminan itu, maka menjadi wajib baginya menanggung
orang yang dijamin sehingga layaknya utang piutang (qardlu). Maka dari itu, apabila kāfil
memutuskan memungut ‘iwadl (kompensasi) maka jadilah akad tersebut menjadi utang
berbuntut manfaat, oleh karena itu tidak boleh.”

Ulama Mazhab Syafi’i dan Hanafi berpendapat bahwa akad kafālah dan imbalan
tidak sah bila kāfil (penjamin) mensyaratkan imbalan dari jaminan yang dia berikan kepada
pihak yang dijamin makfūl ‘anhu, dan bila tidak disyaratkan dalam akad dan pihak yang
dijamin memberikan imbalan dengan sukarela maka imbalannya tidak sah namun akad
kafālah tetap sah. Hal ini sebagaimana ungkapan Imam Mawardi dalam kitab al-Hawi al-
Kabir:9

‫ والضمان إن كان بشرط اجلعل فاسدا‬.‫ وكان اجلعل ابطال‬.‫فلو أمره ابلضمان عنه جبعل جعله له مل جيز‬

Artinya: “Jika seseorang meminta orang lain untuk menjadi penjaminnya dan dia akan
memberikan imbalan kepadanya, akad ini tidak dibolehkan. Dan imbalannya tidak sah. Dan
akad Kafalah yang dengan persyaratan imbalan tidak sah”.

Kedua, pendapat yang membolehkan pemberian fee pada akad kafālah, hal ini diantaranya
Ibnu Rusyd Al-Qurtubi dalam kitab Al-Muqaddimah Al-Mumahhadah yang megatakan:

“Kafālah terhadap harta diperbolehkan baik diketahui ataupun tidak pembayaran ujrah
adalah sah walaupun tidak diketahui kadar objek yang dijaminkan. Sebab pihak yang
memberi tanggungan, telah membayar apa yang pihak penanggung lakukan, dan apa yang
telah kafil lakukan tersebut dimaklumi dan diketahui.”10

9
Imam Abu Hasan Al-Mawardi, Al-Hawi Al-Kabir, vol. 6 (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, tt),
10
Ibnu Rusyd Al-Qurtubi, Al-Muqaddimat Al-Mumahhadah, vol. 2 (Beirut: Dar al-Fikr, tt), 378.
Sayyid Sabiq dalam kitab Fikih Sunnah juga memperbolehkan pemberian fee pada akad
kafālah karena memang dibutuhkan demi terlaksananya amal-amal kebaikan dan ketaatan,
dan sulitnya mencari orang yang mau menjamin tanpa diberi fee pada zaman sekarang,
namun tetap saja pemberian fee tersebut tidak boleh disyaratkan sedemikian rupa dan tidak
boleh memberatkan. Alangkah baiknya jika pemberian upah fee tersebut dilandaskan oleh
keikhlasan nasabah atas berapapun fee yang diberikan kepada penjamin demi untuk
menjaga dan menghormati asal pensyariatan kafālah, yaitu sebagai bentuk akad tabarru’. 11

Dewan Syariah Nasional (DSN) Indonesia melalui fatwa nomor 11/DSNMUI/IV/2000 tentang
kafālah, menjelaskan tentang rukun dan syarat akad kafālah, dan menyatakan bolehnya
menerima fee sepanjang tidak memberatkan. Adapun pendapat mengenai kafalah dengan
imbalan menurut MUI bersandar kepada Mustafa alHamsyari yang bependapat bahwa, fee
kafālah diberikan atas jasa jah (kewibawaan) yang menurut Mazhab Syafi’i hukumnya
boleh.12

BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kemudian menurut nomor 10 tahun 1998 Perubahan Undang-Undang nomor 7


Tahun 1992 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.Adapun Riba menurut syara adalah transaksi dengan menggunakan kompensasi
tertentu yang tidak diketahui kesamaannya dalam ukuran syariat pada saat akad, atau
disertai penangguhan serah terima dua barang yang dibarter atau salah satunya. 7 Tahun1992
Tentang perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka

11
Sayid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Juz. 3 (Beirut: Darul Kutub Al-Arabi, 1977), 184
12
Zainuri, “Fee Pada Perjanjian Kafalah (analisis Bank Garansi),” 156–57.
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pada ayat tersebut terkandung penolakan tegas
terhadap orang-orangyang membolehkan riba dapat ditafsirkan sebagai pembantahan
hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi
MahaBijaksana.
Riba yang dahulu telah dimakan sebelum turunnya firman Allahini, apabila
pelakunya bertobat, tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya dan dimaafkan oleh
Allah Swt. Sedangkan bagi siapasaja yang kembali lagi kepada riba setelah mengetahui
larangan dari Allah,maka mereka adalah penghuni neraka dan mereka kekal di
dalamnya.Ulama Mazhab Syafi’i dan Hanafi berpendapat bahwa akad kafālah dan imbalan
tidak sah bila kāfil (penjamin) mensyaratkan imbalan dari jaminan yang dia berikan kepada
pihak yang dijamin makfūl ‘anhu, dan bila tidak disyaratkan dalam akad dan pihak yang
dijamin memberikan imbalan dengan sukarela maka imbalannya tidak sah namun akad
kafālah tetap sah. pengertian Riba

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, SE., M. Ak. Dkk, MANAJEMEN BANK SYARIAH, (CV. PENERBIT QIARA
MEDIA 2019) hal.23-24
Saeed, Abdullah, Bank Islam dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Bealajar 2008) hal 10-11
Hafsah, FIQIH, (Bandung: Cita Pustaka, 2011) hal.87
Masjfuk Zuhdi, masail fiqhiyah edisi ke II, (malang : PT TOKO GUNUNG AGUNG,1994),
hlm 102
Sabiq,sayyid, Fiqih sunnah edisi12, (bandung: PT.ALMA”ARIF,1987)Hal.59
Ibnu Qudamah, Al-Mughni, vol. 6 (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, tt), 441
Imam Abu Hasan Al-Mawardi, Al-Hawi Al-Kabir, vol. 6 (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah,
tt),
Ibnu Rusyd Al-Qurtubi, Al-Muqaddimat Al-Mumahhadah, vol. 2 (Beirut: Dar al-Fikr, tt),
378.
Sayid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Juz. 3 (Beirut: Darul Kutub Al-Arabi, 1977), 184
Zainuri, “Fee Pada Perjanjian Kafalah (analisis Bank Garansi),” 156–57.

Anda mungkin juga menyukai