PENDEKATAN ILMIAH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. MUH. AKBAR
3. RESKI MAWAR
4. DICKY
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Pendekatan
Ilmiah”. Dan kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah IAD, ISD,dan IBD
di Institut Agama Islam (IAI) As’adiyah Sengkang. Makalah ini disusun sebagai
tambahan pengetahuan pada mata kuliah IAD, ISD,dan IBD. Selain itu, makalah
ini juga dapat menambah wawasan kita.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Sengkang, 11 Oktober 2021
Penulis;
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Rasa ingin tahu yang merupakan salah satu insting dasar yang dimiliki
manusia. Dengan adanya insting ini manusia dapat mempunyai keinginan untuk
memperoleh sesuatu yang baru yang dapat berupa data, yang nantinya dapat
dianalisa menjadi informasi dan akhirnya menjadi pengetahuan. Pengetahuan
yang memenuhi syarat-syarat tertentu kemudian dapat disebut sebagai ilmu.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu pengetahuan untuk dapat disebut
sebagai ilmu adalah metode ilmiah. Metode ilmiah adalah tata cara atau prosedur
yang dapat ditempuh untuk mendapatkan pengetahuan.
Langkah-langkah sistematis dalam metode ilmiah antara lain meliputi:
3. Merumuskan hipotesis
4. Menguji hipotesis
5. Menarik kesimpulan
Unsur kebenaran ilmiah adalah logika berpikir deduktif dan induktif yang di
implementasikan secara bersama-sama secara terstruktur untuk mendapatkan
suatu hukum atau teori ilmu pengetahuan tentang suatu objek atau fenomena alam.
Untuk lebih jelas perbedaan antara cara berpikir deduktif dan induktif adalah
sebagai berikut:
1. Deduktif : Semua ikan hidup di air
Dari dua contoh tersebut tampak bahwa dalam cara berpikir deduktif dasar
2
pikirannya harus tahu terlebih dahulu sebelum kesimpulan ditarik. Namun dalam
cara berpikir induktif, kesimpulan dapat dicapai dengan mengamati contoh-
contoh, barulah dapat ditarik kesimpulannya.
Tahap pertama didalam metode ilmiah adalah identifikasi masalah dan
merumuskan masalah. Diketahui bahwa masalah merupakan suatu keadaan yang
tidak seimbang antara harapan atau keinginan dengan kenyataan yang ada.
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan pengamatan secara seksama dan
membaca sumber-sumber informasi. Melalui kegiatan tersebut kita dapat
menemui hal-hal yang belum dipahami.
Setelah masalah sudah ditemukan dilanjutkan dengan merumuskan masalah.
Kita mengajukan pertanyaan untuk dicari jawabannya, dan rumusan masalah
diajukan dalam bentuk pertanyaan.
Langkah berikutnya adalah menyusun kerangka berpikir dengan tujuan
mengungkapkan hal-hal esensial sebagai argumentasi dukungan dasar teoritis
untuk memecahkan masalah yang dihadapi sebagaimana dirumuskan sebelumya
di rumusan masalah. Kerangka berpikir berisikan teori-teori relevan. Pemilihan
teori dipandu oleh kata-kata kunci yang disebut dalam rumusan masalah.
Lalu merumuskan hipotesis yang diturunkan dari teori, menjadikan jawaban
sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji.
Penentuan hipotesis dapat ditolak atau tidak, ditentukan oleh pengujian
hipotesis. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan formulasi hipotesis
3
3. Menentukan Kriteria Pengujian
4
tersebut tanpa dituntut oleh petunjuk yang jelas sampai seseorang menemukan
sesuatu.
3) Penemuan kebenaran secara spekulatif
Jika penemuan trial and error tidak menggunakan panduan sama sekali, maka
dalam penemuan spekulatif seseorang dibimbing oleh suatu pertimbangan, tetapi
pertimbangan tersebut kurang dipikirkan secara matang.
4) Penemuan kebenaran secara kebetulan
Penemuan ini diperoleh dengan proses yang tidak disadari atau tidak
terpikirkan lebih dahulu. Hal ini terjadi tanpa melalui suatu pemikiran sehingga
sukar dipercaya kebenarannya, karena tidak melaui proses yang sistematis.
7) Otoritas (Kewibawaan)
5
terbarulah yang diakui sebagai kebenaran, sehingga tidak mustahil suatu
kesimpulan ilmiah bisa saja berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Tidak demikian halnya dengan pengetahuan yang didapat dari wahyu ilahi.
Kebenaran dari pengetahuan ini bersifat mutlak,artinya tidak akan berubah
sepanjang masa. Metode ilmiah memang tidak sanggup menjangkau untuk
menguji adanya Tuhan, metode ilmiah juga tidak dapat menjangkau untuk
membuat kesimpulan berkenaan dengan baik dan buruk atau sistem nilai,juga
tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.
D. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan dan
para peneliti ketika menghadapi persoalan ilmiah untuk dapat melewati proses
penelitian yang baik dengan hasil yang baik pula. Beberapa sikap ilmiah yang
harus dimiliki adalah:
1) Rasa Ingin tahu
Sikap ingin tahu terlihat dari kebiasaan bertanya, Seorang peneliti selalu
memilki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap objek yang berada di lingkungannya.
2) Jujur
Seorang peneliti harus dapat menerima apapun hasil penelitiannya, dan tidak
boleh mengubah data hasil penelitiannya.
3) Objektif
6
5) Berani dan santun
Sikap ilmiah membuat orang berani mengatakan kebenaran dan bila perlu
sekaligus mempertahankannya. Kebenaran yang dibelanya ini mungkin berupa
tulisan atau hasil penelitiannya sendiri,mungkin pula hasil penemuan karya orang
lain. Dengan memiliki keberanian mengemukakan kebenaran,cara berpikir dan
sikapnya dalam melakukan penulisan menjadi konsisten.
6) Memiliki kepedulian
Seorang peneliti dalam melakuakn penelitian harus teliti dan tidak boleh
melakukan kesalahan karena dapat mempengaruhi hasil penelitiannya.
8) Tekun
Seorang peneliti harus tekun dan tidak mudah putus asa jika menghadapi
masalah dalam penelitiannya.
7
tentang kemungkinan terjadinya gerhana matahari saat terbit,nilai
kecondongan bintang-bintang pada siang hari,orbit bulan, orbit planet, dan
orbit matahari. Ia juga berhasil menemukan bahwa perubahan musim
ditentukan oleh posisi matahari, menentukan jumlah hari dalam satu tahun
masehi.
Selain ahli astronomi ia juga ahli dalam bidang matematika, sampai
dijuluki dengan sebutan bapak trigonometti. Ia menemukan rumus-rumus
persamaan trigonometri, mengetahui titik pada garis bengkok dengan
menggunakan tabel matematika,dan melakukan perbaikan-perbaikan
dalam ilmu al jabbar.
3) Tokoh selanjutnya adalah Abu Ali Al-Husaini bin Abdullah Ibnu Sina atau
yang kita kenal dengan nama Ibnu Sina. Ia dikenal sebagai ahli filsafat dan
ahli di bidang kedokteran. Ia membuat karya cemerlang yaitu Qanun fi al
Tibb (Pengaturan tentang Pengobatan). Buku ini menjelaskan berbagai
penjelasan otentik mengenai beragam penyakit seperti radang paru-paru dan
daftar obat yang disertai cara efektif untuk menggunakannya. Dalam filsafat ia
mengeluarkan karya Syifa An Nafs (Buku Penyembuhan Jiwa) yang dikenal di
abad pertengahan dengan nama Sufficietia. Selain itu buku lainnya adalah Al
Isyarat wa Al Tanbihat (Buku Isyarat dan Petunjuk).23
4) Lalu ada Al Dinawari,yang dijuluki bapak Botani dari dunia islam.
Karyanya adalah kitab Al-Nabat, ia mampu menjelaskan sekitar 637 jenis
tanaman.
5) Selanjutnya Al-Muqaddasi adalah seorang perintis ilmu geografi asal
Palestina. Ia melakukan perjalanan ke banyak negara islam untuk menggali
informasi seputar ilmu geografi. Hasil perjalanannya hampir 20 tahun
kemudian dituangkan dalam karyanya berjudul Ahsan- at-Taqasim fi
Ma’rifat Al- Aqalim (tempat-tempat terbaik bagi ilmu pengetahuan). Ia
menjadi tokoh penting yang memberikan banyak informasi secara
mendalam mengenai tempat yang pernah ia kunjungi di sejumlah negara
islam.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Sleman: Deepublish.
Malang:UMM.
10
Salim dan Hadir.2019.Penelitian Pendidikan: Metode,Pendekatan danJenis.
Jakarta: Kencana.
11
12