Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Tugas


Pada Mata Kuliyah Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu
Bapak Drs. Maksum, M.Pd.I

Di Susun Oleh ;
Aziz Abdullah Nmp : 192210158
Rijal Mutarulloh Al Fatih Nmp : 192210181

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF (IAIM ) NU
METRO – LAMPUNG
2020/2021

i
KATA PENGATAR

Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat melaksanakan

makalah ini sebagai tugas kelompok dalam Mata Kuliah Kapita Selekta

Pendidikan Agama Islam yang dibimbing oleh Bapak Drs. Maksum, M.Pd.I Tema

yang akan dibahas di makalah ini sengaja dipilih oleh Dosen Pembimbing kami,

untuk kami pelajari lebih dalam.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari

sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,

sehingga kami dapat berusaha lebih baik lagi sesuai kemampuan yang kami miliki

dalam penyusunan tugas di masa yang akan datang. Atas kritik dan saran dari para

pembaca kami ucapkan terimakasih.

10 Maret 2021

PENULIS

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ,.............................................................................. i

KATA PENGANTAR...............................................................................  ii        

DAFTAR ISI.............................................................................................  iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

A.     Latar Belakang Penulisan..........................................................  1

B.     Rumusan Masalah...................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................  3

A.     Pengertian Prinsip Pendidikan Islam..........................................  3

B.     Prinsip-prinsip dasar pendidikan islam...................................... 3

C.     Prinsip-Prinsip Pedidikan Islam Sebagai Disiplin Ilmu, ......... 9

BAB III PENUTUP................................................................................. 17

A.     Keseimpulan............................................................................... 17

B. Saran........................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber utama pendidikan Islam adalah


kitab suci Al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah SAW. Serta pendapat para sahabat
dan ulama atau ilmuan muslim sebagai tambahan. Pendidikan Islam sebagai
sebauah disiplin ilmu harus membuka mata bahwa keadaan pendidikan yang
terjadi saat ini jauh dari apa yang kita harapkan. Kita mengaharapkan bahwa
pendidika Islam memberika kontribusi terhadap pendidikan yang terdapat di
Indonesia, namun hal tersebut belum terealisaikan dengan maksimal.

Salah satu faktor yang menjadi penyebab hal tersebut adalah tidak di terapkannya
sebuah prinsip sebagai dasar dalam pendidikan. Pemikiran pendidikan adalah
aktivitas pemecahan masalah yang terkait dengan persoalan-persolan yang ikut
mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Pemikiran pendidikan dalam Islam
lahir akibat dari ideologi Islam yang digambarkan oleh al-Qur‟an dan al-Sunnah
serta suasana baru yang muncul dalam dunia Islam. Pemikiran pendidikan Islam
cepat membuat respon bagi semua perubahan dan perkembangan itu. Allah dalam
pemikiran pendidikan Islam adalah sumber dari segala sumber. Artinya dari kitab
al-Qur‟an dapat diketahui cita-cita, materi dan metode pendidikan Islam sebagai
pedoman menjalankan aktivitas pendidikan.

Sering kali sebuah prinsip hanya dijadikan sebagai sebuah formalitas saja. Prinsip
tidak dijadikan sebagai dasar atau pondasi sebagai pencapaian sebuah tujuan.
Padahal dalam pencapaian tujuan yang digarapkan dalam pendidikan Islam,
keberadaan prinsip-prinsip sangatlah penting dan urgent.

Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan mencoba sedikit memaparkan
tentanng bagaimana sebuah prisnip-prinsip pendidikan islam sebagai displin ilmu
dan bagaimana kontribusinya.

1
B. Rumusan Masalah
 Bagaimana pengertian prinsip pendidikan islam?
 Apa saja prinsip-prinsip dasar pendidikan islam?
 Apa saja prinsip-prinsip pedidikan islam sebagai disiplin ilmu?

C. Tujuan Penulis
 Mengetahui Pengertian Prinsip Pendidikan Islam
 Mengetahui Apa saja prinsip-prinsip dasar pendidikan islam
 Mengetahui Apa saja prinsip-prinsip pedidikan islam sebagai disiplin ilmu

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Prinsip Pendidikan Islam

Prinsip berarati asas atau kebenaran yang jadi pokok dasar orang berfikir,
bertindak dan sebagainya. Menurut Dagobert D. Runes yang di kutip oleh
Syamsul Nizar, mengartikan prinsip sebagai kebenaran yang bersifat universal
(universal trith) yang menjadi sifat dari sesuatu.

Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan adalah suatu proses


penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem
penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan
pendidikan tersebut.

Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka prinsip pendidikan dapat


sebagai kebenaran yang universal sifatnya dan menajadi dasar dalam merumuskan
perangkat pendidikan. Prinsip pendidikan diambil dari dasar pendidikan, baik
berupa agama atau ideologi negara yang dianut.

Prinsip pendidikan Islam juga ditegakan di atas dasar yang sama dan
berpangkal dari pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia,
masyarakat, ilmu pengetahuan dan akhlak. Pandangan islam terhadap masalah-
masalah tersebut, melahirkan berbagai prinsip dalam pendidikan islam.

B. Prinsip-prinsip dasar pendidikan islam

Kesulitan dalam mengemukakan prinsip-prinsip dasar secara normative


ada pada masalahnya yang sering tercampur dengan hal-hal yang bersifat mikro
sehingga para ahli biasanya berbeda dalam menetapkan mana hal-hal yang
termasuk prinsip-prinsip dasar itu. Memang tidak diragukan bahwa ide mengenai
prinsip-prinsip dasar pendidikan islam banyak tertuang di dalam ata-ayat al quran
dan hadits Nabi. Dalam hal ini akan dikemukakan ayat-ayat atau hadits-hasits

3
yang dapat mewakili dan mengandung ide tentang prinsip-prinsip dasar tersebut
dengan asumsi dasar, seperti yang dikatakan oleh al Nahlawiy[1]bahwa pendidik
sejati atau maha pendidik itu adalah Allah yang telah menciptakan fitroh manusia
dengan segala potensi dan kelebihan serta menetapkan hukum-hukum
pertumbuhan, perkembangan, dan interaksinya, sekaligus jalan yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Prinsip integrasi

Suatu prinsip yang harus dianut adalah bahwa duna ini merupakan
jembatan menuju kampong akhirat. kerena itu, mempersiapkan diri secara utuh
merupakan hal yang tdak dapat dielakkan agar masa hidup di dunia ni benar-benar
bermanfaat untuk bekal yang akan dibawa ke akhirat. Persiapan-persiapan
merupakan kegiatan yang layak di dunia. Prilaku yang teridik dan nukmat tuhan
apapun yang di dapat dalam kehidupan harus diabadikan untuk mencapai
kelayakan-kelayakan itu terutama dengan mematuhi kemauan tuhan. Disinilah
letak pentngnya kebiasaan diri secara utuh hingga dapat mengendaikannya supaya
setiap perilaku seseuai dengan keingina tuhan untuk kesejahteraan hidupnnya
sendiri, sesame manusia, dan lingkungannya.

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS Al-Qashash: 77).

Ayat tersebut menunjukkan kepada prinsip integrasi, dimana diri dan


segala yang ada padanya dikembangkan pada satu arah, yakni kebajikan dalam
rangka pengabdian kepada tuhan. Keselamatan hanya akan dicari dengan
menumbuhkan diri dengan menumbuhkan diri sesuai dengan fitrahnya yang baik

4
itu, sebaliknya kegagalan akan didapat ketika fitrahnya diselewengkan kea rah
yang negative.

(7). dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), (8). Maka Allah


mengilangkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (9).
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (10). dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. Al-syam: 7-10).

Dalam kaitan itu terdapat ayat yang memerintahkan agar manusia tidak
mengembangkan dirinya secara persial atau setengah-setengah, pengembangannya
harus terintegrasi sehingga akan mencapai hasil yang diinginkan.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam


keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(QS. Al-baqarah: 208).

Dari sini terdapat syarat bahwa manusia berkewjiban menumbuhkan


kesadaran akan kedudukannya sebagai makhluk mulia yang mau tidak mau
berkewajiban membentuk dirinya dimana dengan demikian dapat memainkan
peranannya sebagai pewaris bumi ini.

2. Prinsip Keseimbangan

Karena ada prinsip integrasi, maka prinsip keseimbangan merupaka


kesemestian hingga dalam pengembangan dan pembinaan manusia tidak ada
kepincangan dan kesenjangan. Pertam adalah keseimbangan antara material dan
spiritual, unsure jasmani dan rohani. Pada banyak ayat dalam al-quran Allah
menebutkan iman dan amal secara bersamaan. Iman adalah unsure yang
menyangkut dengan hal spiritual, sedangkan amal atau karya adalah yang
menyangkut dengan material, yakni unsure jasmani. “demi masa, sesungguhnya
manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh..,” (QS.
Al-Ashr: 1-3). Tidak kurang dari67 ayat yang menyebutkan iman dan amal secara
bersamaan, secara implicit menggambarkan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
“ Siapa yang beramal berupa karya yang saleh, sedangkan ia dalam keadaan

5
beriman maka usahanya tidak akan di sia-siakan dan kami mencatat semuanya.”
(QS. Al-Anbya’: 94).

Disamping itu, walaupun manusia telah sampai ketingkat pengalaman


spiritual puncak berada di hadapan Tuhan, namun unsure material tetap di
pelihara, dan Allah tetap mengingatkan tentang hal itu. Umpamanya, dan riwayat
nabi musa As yang terdapat dalam Al-quran, dimana Allah mengingatkan Nabi
Musa As. Kepada hal yang bersifat material ketika ia berada dipuncak
pengalaman spiritualnya berhadapan dengan hadirat Allah, yakni mengingatkan
tongkat yang ada di tangannya. (QS. Taha: 9-24). Nabi pun mengingatkan ibnu
Amr ra. Yang diketahui bahwa ia selalu bangun sepanjang malamuntuk sholat dan
puasa sepnjang hari dalam Hadits ”Sesungguhnya dirimu mrmpunyai hak, dan
keuargamu mempunyai hak atas dirimu, maka puasa dan berbukalah, bangun dan
tidurlah,.(HR. Al-Bukhori). Karena itu pencapaian pengalaman spiritual dan
pemeliharaan dan pengembangan unsure material haruslah berjalan seimbang.

Seorang muslim wajib mencari ilmu sebagai bekal untuk berbuat dan hal-
hal yang bersifat praktik. Beramal dan berpraktik harus sudah dimulai sejak dini
seperti juga pengetahuan yang diberikan melalui keteladanan dari pendidik dan
keluarga di lingkungannya. Seorang anak harus sudah diajarkan dan
melaksanakan sholat pada saat usia 7 tahun “ suruhlah anak-anakmu mengerjakan
sholat ketika telah berumur 7 tahun…”(HR. Ahmad Abu Daud dan al Hakim).
Dengan demikian keseimbangan antara teori dan praktik mesti diperhatikan dan
merupakan prinsip keseimbangan dari segi lain. Aspek lain dari prinsip
keseimbangan ini adalah prinsip pengembangan dan pembinaan masyarakat
sebagai individu dan anggota masyarakat.

3. Prinsip Persamaan

Prinsip berikutnya adalah prinsip persamaan. Prinsip ini berakar dari


konsep dasar manusia yang mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan
drajat, baik antara jens klamin, kedudukan social, bangsa, suku, ras, atau warna
kulit, sehingga budak sekalipun mendapat hak yang sama dalam pendidikan.”

6
Siapapun siantara seorang laki-laki yang mempunyai seorang budak perempuan,
lalu diajar dan di didiknya dengan ilmu dan pendidikan yang baik, kemudian di
merdekakannya lalu dikawininya, maka (laki-laki) itu mendapat dus pahala (HR.
Al-Bkhori). Seperti dikeahui bahwa budak perempuan merupakan status manusia
ter rendah pada masyarakat arab pra-islam. Dengan hadits ini Rasulullah
mengangkat derajtnya menjadi sama dengan manusia yang lainnya, khususnya
dalam bidang pendidikan. Persamaan hak dalam pendidikan dengan demikian,
merupakan suatu prinsip yang mempunyai dasar yang kukuh karena di dasarkan
kepada persamaan asasi tentang hakikat dan keberadaan manusia di permukaan
bumi.

4. Prinsip Pendidkan Seumur Hidup

Sebenarnya prinsip ini bukanlah merupakan suatu hal yang baru. Di


kalangan umat islam. Ungkapan seperti “tunutlah ilmu mulai dari ayunan sampai
ke liang kubur” dan “tuntutlah ilmu walaupun ke negeri cina” merupakan pepatah
yang cukup popular sejak prioe islam. Sesungguhnya prinsip ini bersumber dari
pandangan mengenai kebutuhan dasar manusia dalam kaitan keterbatasan
manusia dimana manusia sepanjang hidupnya di hadapkan dengan berbagai
tantangan dan godaan yang dapat menjerumuskan dirinya sendiri kejurang
kehinaan. Dalam hal ini manusia dituntut untuk selalu membimbing dirinya
sendiri agar selalu terhindr dari kehinaan tersebut. Dengan demikian, manusia
dituntut menjadi pendidik bagi dirinya sendiri yang berarti pula manusia akan
selalu dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya sepanjang hayatnya
serta menyesali segala perbuatan yang menyimpang dari jalan lurus Tuhan
mereka.

Sisi lain dari prinsip pendidikan seumur hidup adalah dalam kaitan ilmu
yang maha luas. Karena ilmu luas tanpa batas maka manusia tidak akan pernah
selesai mencari dan menemukan ilmu sementara dipihak lain ada perintah atau
kewajiban menuntut ilmu, dan Prinsip pendidikan seumur hidup merupakan jalan
yang bisa menclearkannya.

7
5. Prinsip Keutamaan

Prinsip yang terakhir adalah prinsip keutamaan (al-fadlilah). Keutamaan


merupakan inti dari segala kegiatan pendidikan. Dengan prinsip ini ditegaskan
bahwa pensisikan bukanlah sekedar proses mekanik melainkan merupakan proses
yang mempunyai ruh dimana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada
keutamaan-keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari nilai-nila
moral. Nilai moral yang paling tinggi adalah tauhid, seangkan nilai moral yang
paling buruk adalah syirik.

Dengan prinsip keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas


menyediakan kondisi belajar bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut
membentuk kepribadiannya dengan perlakuan dan keteladanan-keteladanan yang
ditunjukkan oleh pendidik tersebut.” Hargailah anak-anakmu dan bakkanlah budi
pekerti mereka”, (HR. al-Nasa’iy).

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, maka prinsip-prinsip


pendidikan yang yang telah disebutkan adalah sebagai berikut: (1) integrasi, (2)
keseimbangan, (3) persamaan, (4) pendidikan seumur hidup, (5) keutamaan.
Tentunya, banyak lagi prinsip-prinsip yang dapat dijadikan dasar pendidikan,
akan tetapi seperti telah dikemukakan untuk menetapkan prinsip-prinsip yang
lebih rinci mestilah akan mengikuti alur pemikiran mikro, dan hal tersebut akan
menimbulkan banyak keragaman. Contoh prinsip-prinsip yang bersifat mikro
yang dimasukkan oleh sebagian ahli pendidikan islam adalah prinsip-prinsip
psikologik seperti komunikasi yang baik, keanekaan metode, dan lain sebagainya.
Prinsip-prinsip seperti itu akan tentu berkembang sepanjang perjalanan sejarah
dan hal ini tidak sejalan dengan analisis makro yang dilakukan yang pada
gilirannya akan mempersulit menemukan konsep umum komunikatifdalam
kerangka pikir sosio-historis. Namun, hal itu akan dapat dipahami sejauh
perkembangan aktualisasi yang pernah terjadi dalam sejarahnya.

8
C. Prinsip-Prinsip Pedidikan Islam Sebagai Disiplin Ilmu

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sumber utama pendidikan Islam


sebagai disiplin ilmu adalah kitab suci Alquran dan Sunah Rosulullah saw. Serta
pendapat para sahabat dan ulama atau ilmuwan muslim sebagai tambahan.

Sebagai disiplin ilmu, pendidikan Islam bertugas pokok mengilmiahkan wawasan


atau pandangan tentang kependidikan yang terdapat di dalam sumber-sumber
pokok dengan bantuan dari pendapat para sahabat dan ulama atau ilmuwan
muslim. Dalam sumber-sumber pokok itu terdapat bahan-bahan fundamental yang
mengandung nilai kependidikan atau implikasi-implikasi kependidikan yang
masih berserakan. Untuk dibentuk suatu ilmu pendidikan islam, bahan tersebut
perlu disistematisasikan dan diteorisasikan sesuai dengan kaidah (norma-norma)
yang ditetapkan dalam dunia pengetahuan.

Dunia ilmu pengetahuan yang akademik telah menetapkan norma-noram,


syarat-syarat, dan kriteria-kriteria oleh suatu ilmu yang ilmiah. Persyaratan
keilmuan yang ditetapkanitu tampak bersifat sekuler, dalam arti bahwa
mengilmiahkan suatu pandangan atau konsep dalam banyak seginya, yang
melibatkan nilai-nilai ketuhanan dipandang tidak rasional dan logis. Nilai-nilai
ketuhanan berada diatas nilai keilmiahan dan pengetahuan. Agama adalah bukan
ilmu pengetahuan, karena bukan ciptaan budaya manusia. Agama adalah wahyu
tuhan yang diturunkan kepada umat manusia melalui rasul-rasulnya untuk
dijadikan pedoman hidup yang harus diyakini kebenarannya.

Ilmu penegtahuan pendidikan Islam pada khususnya tersusun dari konsep-


konsep dan teori-teori yang disistematisasikan menjadi suatu kebulatan yang
terdiri dari komponen-komponen yang satu sama lain saling berkaitan.

Teori tersebut dijadikan pedoman untuk melaksanakan proses kependidikan Islam


itu. Antara teori dengan proses operasionalisasi saling berkait, yang satu sama lain
saling menunjang bahkan saling memperkokoh.

Sebagai suatu disiplin ilmu, pendidikan Islam merupakan sekumpulan ide-ide dan
konsep-konsep intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui pengalaman dan

9
pengetahuan. Jadi, mengalami dan mengetahui merupakan pengokoh awal dari
konseptualisasi manusia yg berlanjut kepada terbentuknya ilmu pengutahuan itu.
Untuk itu Nabi Adam as. Diajarkan nama – nama benda terlebih dahulu sebagai
dasar konseptual bagi pembentuknya ilmu pengetahuannya.

Dengan kata lain, ilmu pendidikan islam harus bertumpu pada gagasan-
gagasan yg dialogis dengan pengalaman empiris yg terdiri atas fakta atau
informasi untuk diolah menjadi teori yg valid yg menjadi tempat berpijaknya
suatu ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan demikian, ilmu pendidikan Islam dapat di
bedakan antara ilmu pendidikan teoritis dan ilmu pendidikan praktis. Justru IPI
menuntut adanya teori yang dijadikan pedoman operasional dalam lapangan
praktik pendidikan.

Pengetahuan tentang apa, bagaimana, dan sejauh mana pandangan Islam


tentang kependidikan yang bersumberkan Alquran, dapat kita jadikan bahan untuk
merumuskan konsepsi pendidikan Islam teoretis dan praktis yang dilaksanakan
(flexible) dalam lapangan operasional.

Ada tiga komponen dasar yang harus dibahas dalam teori pendidikan islam
yang pada gilirannya dapat dibuktikan validitasnya dalam operasionalisasi, yaitu:

1. Tujuan pendidikan Islam harus dirumuskan dan ditetapkan secara jelas dan
sama bagi seluruh umat islam sehingga bersifat universal. Tujuan
pendidikan islam adalah yang asasi karena ia sebegitu jauh menentukan
corak metode dan materi (content) pendidikan islam. Metode dan content
itu bukanlah kurang pentingnya, karena antara tiga komponen tersebut
saling berkaitan dalam proses pencapaian tujuan islam. Meskipun tujuan
pendidikan itu beridealitas tinggi, namun bila metode dan materinya tidak
memadai, maka proses kependidikan tersebut akan mengalami kegagalan.
Oleh karena itu, suatu tujuan pendidikan tidak akan dapat berwujud dalam
suatu proses yang kedap metode dan content. Jika pendidikan islam
menetapkan tujuan yang berbeda-beda menurut idealitas kultural
masyarakat masing-masing, maka manusia ideal menurut citra islam yang

10
bernilai universal tak akan dapat mencerminkan hakikat islam, akan
kualitas moral dan ideal yang berbeda-beda pula. Padahal Isalamic way of
life telah ditetapkan oleh ajaran Alquran dimana ilmu pendidikan islam
harus mengacu kepadanya.

Tujuan pendidikan islam yang universal itu telah dirumuskan


dalam seminar Pendidikan Islam su-Dunia di Islamabad pada tahun 1980
yang disepakati oleh seluruh ulama ahli pendidikan Islam di negara-negara
Islam. Rumusan tersebut mencerminkan idealitas Islami seperti
terkandung didalam Alquran. Sebagai esensinya tujuan pendidikan Islam
yang sejalan dengan tuntutan Alquran itu tidak lain adalh sikap
penyerahan diri secara total kepada Allah SWT, yang telah kita ikrarkan
dalam shalat sehari-hari.

Yang Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku,


hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(QS. Al-
An’aam: 162)

Dengan demikian, kita tidak menghendaki rumusan-rumusan lain yang


ditetapkan oleh para ahli pikir yang orientasinya tidak mengacu pada
petunjuk Alquran. Bagi umat Islam, Alquran adalah kriteria dasar yang
dipakai untuk menetapkan segala hal yang bercorak islami.

2. Metode pendidikan islam yang kita ciptakan harus berfungsi secara


efektif dalam proses pencapaian tujuan pendidikan islam itu.
Komprehensivitas daripada tujuan pendidikan itu harus paralel dengan
keanekaragaman metode, mulai dari metode verbalistik-simbolisme
sampai kepada berinteraksi langsung dengan situasi belajar mengajar,
misalnya kegiatan belajar dengan berdiskusi atau soal-jawab dengan guru.

Metode yang dipakai dalam proses kependidikan islam bertumpu


dalam paedosentrisme, dimana kemampuan fitrah manusia dijadikan pusat
proses kependidikan. Sebagai ilustrasi, metode pendidikan yang
diterapkan oleh Ibnu Sina di rumah sakit Muristan secara learning team

11
yang bertingkat menurut kemampuan yang seragam. Metode ini adalah
learning by going dalam ilmu kedokteran. Bila tim pertama yang
ditugaskan untuk menyelesaikan studi tentang jenis penyakit besrta
pengobatannya gagal, maka tim pertama menyerahkan kepada tim kedua,
berturut-turt kepada tim berikutnya. Bila semua tim-tim itu tidak dapat
mengerjakan secara tuntas tugas yang diberikan, barulah Ibnu Sina turun
tangan, menunjuk atau mengajarkan ilmu pengetahuan yang berkaitan
disertai praktik sekaligus. Metode demikian mendorong anak didik untuk
melakukan problem solving dengan cara trial and error yang semakin
meningkatkan penegtahuan mereka ke arah penemuan validitas
pengetahuannya. Guru mengesahkan dan men-tahqiq-kannya pada daur
terakhir.

Metode islami atau Alqurani al-hikmah dan maukizhah al-hasanah


serta mujadalah yang paling baik, menuntut kepada pendidik untuk
berorientasi kepada educational needs dari anak didik, dimana faktor
human nature yang potensial tiap pribadi anak dijadikan sentrum proses
kependidikan sampai kepada batas maksimal perkembangannya. Misalnya,
mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan kejiwaannya, memberi contoh
teladan yang baik, mendorong kretivitas dalam berpikir, menciptakan
suasana belajar-mengajar yang favorable, (di waktu marah, atau sesak
dada guru tidak boleh mengajar), dan lain-lain metode yang dipraktikkan
oleh para ulama, guru, ahli pikir, filsuf islam yang dapat kita pelajari
dalam sejarah pendidikan islam.

3. Irama gerak yang harmonis antara metode dan tujuan pendidikan


dalam proses akan mengalami vakum bila tanpa kehadiran nilai atau ide.
Oleh karena itu, content pendidikan islam menjadi conditiosine qua non
dalam proses tersebut. Secara prinsipal content yang diwujudkan sebagai
kurikulum, mengandung makna sebagai petunjuk (baik bagi guru maupun
murid) kearah pengembangan kualitas hidup manusia selaku khalifah
diatas bumi, yang memiliki kepribadian yang utuh dalam hidup mental-

12
rohaniah (iman dan taqwa) dan material-jasmaniah (kemampuan
jasmaniah yang tinggi) yang seimbang dan serasi.

Konsepsi Alquran tentang ilmu pengetahuan, tidak membeda-


bedakan antara ilmu pengetahuan dan umum. Kedua jenis ilmu
pengetahuan itu merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisah-
pisahkan, karena semua ilmu adalah merupakan manifestasi dari ilmu
pengetahuan yang satu, yaitu ilmu pengetahuan Allah. Oleh karena itu,
dalam islam tidak dikenal adanya ilmu penegtahuan yang religius dan
nonreligius (sekuler).

Firman-firman Allah yang menunjukkan bahwa semua ilmu


pengetahuan berasal dari Allah ialah seperti tercantum dalam surat Ar-
Rahman ayat 1-4 (Allah mengajrkan Alquran dan bahasa), Al-Baqarah
ayat 31 (mengajarkan nama-nama benda dan segala sesuatu), Al-‘Alaq
ayat 4-5 (mengajarkan ilmu pengetahuan yang tidak diketahui), Al-
Baqarah ayat 282 (Allah mengajarkan administrasi dan pembukuan uang),
Allah mengajarkan tentang bagaimana berpikir, mengamati, dan
merenungkan gejala alamiah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang
beraneka ragam dan sebagainya dalam banyak ayat-ayat Alquran.

Klasifikasi ilmu pengetahuan yang ditetapkan oleh para filsuf


seperti Al-Farabi, Ibnu Khaldun, dan Ibnu Sina menunjukkan bahwa ilmu
pengetahuan Islam, baik yang paling eksternal sekalipun memiliki ciri
sakral, selama ilmu itu setia kepada prinsip-prinsip kewahyuan karena
semua ilmu pengetahuan bersumber dari firman Allah SWT, seperti yang
dinyatakan dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Rosulullah
dalam Surah AL-A’laq ayat 1-5 (Sayyyid Hosein Nasr, 1970,p.64).

Al-Farabi mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menjadi ilmu


bahasa, ilmu logika, ilmu pengetahuan tingkat persiapan, ilmu alam,
metafisika, ilmu kemasyarakatan, beserta perincian masing-masing.
Sedangkan Ibnu Khaldun juga mengklasifikasikan sains islami itu menjadi

13
sains filosofis beserta perinciannya, dan sains yang ditransmisikan beserta
perinciannya (yang berupa ilmu-ilmu agama). Perincian sains tersebut
dapat dilihat dalam buku Science and Civilization in Islam. (Sayyid
Hosein Nasr,p.60-64). Fahruddin Al-Razi (pada abad ke-12 M) dalam
buku karyanyaThe Book of Sixty Sciences (terj.) mengembangkan sains
tersebut menjadi enam puluh jenis.

Dalam klasifikasi sains dari para ahli pikir muslim diatas, tidak
dapat didiskriminasi antara ilmu yang religius dan ilmu yang sekuler,
semuanya merupakan ilmu-ilmu yang wajib dipelajari oleh umat islam.
Dengan demikian content (kurikulum) pendidikan Islam harus
mencerminkan jenis-jenis sains yang dibutuhkan oleh manusia muslim
untuk menunjang tugas sebagai mandataris Tuhan diatas bumi.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka pendidikan islam sebagai


disiplin ilmu telah mempunyai modal besar yang potensialuntuk
dikembangkan sehingga mampu berperan di jantung masyarakat dinamis
masa kini dan mendatang. Pendidikan islam saat ini masih berada pada
garis marginal masyarakat, belum memegang peran sentral dalam proses
pembudayaan umat manusia dalam arti sepenuhnya. Untuk itu ilmu
pendidikan islam yang menjadi pedoman operasionalisasi pendidikan
islam perlu dikembangkan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam dunia akademik, yaitu sebagai berikut.

1) Memiliki objek pembahasan yang jelas dan khas pendidikan


yang islami meskipun memerlukan ilmu penunjang dari yang
nonislami.

2) Mempunyai wawasan, pandangan, asumsi, hipotesisi, serta


teori dalam lingkup kependidikan yang islami yang bersumberkan
ajaran islam.

3) Memilki metode analisis yang relevan dengan kebutuhan


perkembangan ilmu pendidikan yang berdasarkan islam, beserta

14
sistem pendekatan yang seirama dengan corak keislaman sebagai
kultur dan revilasi.

4) Memiliki struktur keilmuan yang sistematis mengandung


totalitas yang tersusun dari komponen-komponen yang saling
mengembangkan satu sama lain dan menunjukkan kemandiriannya
sebagai ilmu yang bulat.

Oleh karena itu, suatu ilmu yang ilmiah harus bertumpu pada
adanya teori-teori, maka teori-teori pendidikan islam juga harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut.

1. Teori harus menetapkan adanya hubungan antara fakta yang ada.

2.Teori harus mengembangkan sistem klasifikasi dan struktur dari


konsep-konsep, karena alam kita tidak menyediakan sistem siap
pakai untuk itu.

3.Teori harus mengihtisarkan sebagai fakta, kejadian-kejadian,


oleh karenanya maka sebuah teori harus dapat menjelaskan
sejumlah besar fakta.

4.Teori harus dapat meramalkan fakta atau kejadian-kejadian


karena tugas sebuah teori adalah meramalkan kejadian-kejadian
yang belum terjadi.

Sebagai contoh, antara lain dapat dikemukakan adanya peristiwa


yang menunjukkan adanya murid sekolah yang tidak tertarik kepada
bidang studi agama. Untuk mengatasi hal tersebut, guru agama mencari
teori yang dapat memberitahukan tentang cara yang efektif dalam proses
belajar mengajar bidang studi agama yang menarik minat murid, misalnya
dengan cara mengaitkan ajaran agama dengan kebutuhan hidup murid
sehari-hari serta pengalamannya, seirama dengan tingkat perkembangan
hidup kejiwaannya. Maka pelajaran agama baru dapat menarik minat
murid bila dikaitkan dengan problema hidup remaja masa kini, misalnya

15
dalam kaitannya dangan kehidupan seksual, dengan keterampilan kerja
dan diorentasikan kepada perkembangan ilmu dan teknologi masa kini.

Adapun corak teoritis dari ilmu pendidikan islam itu hendaknya disusun
secara sistematis yang well-organized, yang mampu memberikan deskripsi
tentang adanya fakta dari pengalaman operasional dalam bentuk
pengertian sesederhana mungkin. (Gilbert Sax,1968, p. 15-16)

Permasalahan urgen yang terdapat dalam ilmu pendidikan islam,


yaitu sebagai berikut.

1) Bagaiman seharusnya pendidikan islam dapat menjawab tantangan


kebutuhan pendidikan generasi muda bagi kehidupannya dimasa depan
secara sistematis berencana, mengingat ciri khas agama islam adalah
bersifat aspiratif dan kondusif kepada kebutuhan hidup sesuai dengan
human nature (fitrah).

2) Bagaimana agar pendidikan islam mampu mendasari kehidupan


generasi muda dengan iman dan takwa dan berilmu pengetahuan yang
sekaligus dapat memotivasi daya kreativitasnya dalam kegiatan
pengemban dan pengamalan ilmu pengetahuan tersebut sejalan dengan
tuntutan Alquran.

3) Bagaiman pendidikan islam sebagai disiplin ilmu dapat melestarikan


dan memajukan tradisi dan budaya moral yang islamic-ethnic dalam
komunikasi sosial dan interpersonal dalam masyarakat yang semakin
industrial-teknologis.

4) Bagaimana agar pendidikan islam tetap mampu berkembang dalam


jalur input invironmental di lembaga pendidikan dalam proses pencapaian
tujuan akhirnya, baik dalam upaya membentuk pribadi, maupun anggota
masyarakat dan warga negara yang berkualitas baik.

16
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pemaparan dia atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa ilmu pendidikan
islam sebagai sebuah disiplin ilmu harus senantiasa berpegang kepada prinsip-
prinsip pendidikan islam yang bersumber dari al-Qur’an, hadist, ijma dan qiyas.
Hal itu disebabkan, karean apabila sebuah disiplin ilmu tidak memilki prinsip
khsusuya prinsip pendidikan Islam tersebut, maka dikahawatirkan akan terjadinya
sekularisasi dan liberalisasi pendidikan.

Pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu juga harus senantiasa mampu


mengilmiahkan wawasan atau pandangan tentang kependidikan yang terdapat di
dalam sumber-sumber pokoknya dengan bantuan dari pendapat para sahabat dan
ulama/ilmuwan muslim. Oleh karenanya kita sebagai insan akademika yang
terdapat dalam sebuah lembaga pendidikan harus lebih mengoptimalkan daya fikir
dan mental untuk menatap pendidikan ke depan yang lebih maju.

2. Saran

Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai
modal dalam mempelajafi prinsip pendidikan agama islam. Dan makalah ini juga
diharapkan dapat menumbuhkan suatu motivasi dan sikap hidup yang lebih
bermakna dalam menghadapi tantangan pendidikan masa depan, yang penuh
dengan jiwa optimis

17
DAFTAR PUSTAKA

 Hitami, Munzir. 2004. Mengonsep kembali pendidikan islam. Yogyakarta:


Infiite Press.
 Arifin, H.M, 2000 . Kapita Selekta Pendidikan (Islam & Umum). Jakarta:
Bumi Aksara.
 Arifin, Muzayyin. 2003. Kapita Selekta Penddikan Islam. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
 Mujib, Abdul. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :Kecana.
 Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :Kalam Mulia.
 http://laelilfyn.blogspot.com/2016/06/prinsip-pendidikan-islam.html

18

Anda mungkin juga menyukai