Psikologi Pendidikan
Disusun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”Belajar dan Pembelajaran” ini tepat pada waktunya. Laporan hasil
makalah ini semata-mata hanya untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang
lebih luas.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi syarat ujian mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Drs.Usman, M.Pd.I , selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran.
2. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
3. Teman-teman seperjuangan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kesalahan,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………….……………………………….…………i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………...…ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………..1
1.1. Latar Belakang ………………………………..…………………………..1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………...1
1.3. Tujuan dan Manfaat…………………………………………….................2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………3
2.1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran….………………………………………...3
2.2. Prinsip-prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran………………………………6
2.3. Motivasi Belajar………………………………………………………………9
2.4. Pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan…………………………..11
2.5. Pendekatan Pembelajaran……………………………………………………14
2.6. Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran………………………….17
2.7. Masalah-masalah Belajar……………………………………………………20
2.8. Pembelajaran dan Pengembangan Kurikulum………………………………25
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
c. Memahami implikasi prinsip-prinsip belajar
d. Memahami motivasi-motivasi Belajar
e. Memahami Pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan
f. Memahami Pendekatan Pembelajaran
g. Mengerti tentang Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran
h. Memahami Masalah-masalah Belajar
i. Mengerti tentang Pembelajaran dan Pengembangan Kurikulum
v
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil / tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat akan tetapi belajar lebih luas dari pada itu, yakni
mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang
sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain. Kegiatan belajar yang
berupa perilaku kompleks tersebut menimbulkan berbagai teori belajar. Seorang
pebelajar (siswa) harus menghayati apa yang dipelajarinya karena erat
hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru).
2.1.1 Masalah-masalah belajar
a. Masalah-masalah intern belajar
Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang
dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar
merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.
b. Faktor-faktor yang ada dalam masalah belajar, terdiri dari :
* Sikap terhadap belajar.
* Motivasi belaja
c. Konsentrasi belajar
d. Mengolah bahan belajar
e. Menyimpan perolehan hasil belajar
f. Menggali hasil belajar yang tersimpan
g. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar.
h. Cara menentukan masalah-masalah belajar
1. Pengamatan perilaku belajar
2. Analisa hasil belajar
3.Tes hasil belajar
2.1.2 Prinsip-prinsip belajar dan implikasinya
a. Pengertian prinsip
· Sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama
· Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dan sebagainya.
· Sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya.
b. Pengertian belajar
· Suatu aktivitas mental dan psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri sendiri.
· Suatu perilaku yang ditimbulkan dari respon belajar
vi
· Suatu aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan
pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanent.
Prinsip belajar adalah landasan berfikir, landasan berpijak dan sumber
motivasi agar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Adapun prinsip-prinsip belajar, terdiri dari :
1. Prinsip pengulangan ( law of exercise )
Bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin
bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila
jarang atau tidak pernah dilatih.
2. Prinsip kesiapan ( law of readiness )
Bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme
itu berasal dari pendayagunaan suatu pengantar (conduction unit) dimana
unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme
untuk berbuat atu tidak berbuat sesuatu.
3. Prinsip kesan pertama ( law of primacy )
Prinsip yang harus dipunyai pendidik untuk menarik perhatian peserta
didik.
4. Prinsip makna yang dalam ( law of intensity )
Bahwa makna yang dalam akan menunjang dalam pembelajaran.
5. Prinsip bahan baru ( law of recentcy )
Bahwa dalam suatu pembelajaran diperlukan bahan baru untuk menambah
wawasan atau pengalaman suatu peserta didik.
6. Prinsip gabungan
Bahwa hubungan antara Stimulus-Respon akan semakin kuat dan
bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin lemah dan berkurang jika
jarang atau tidak pernah dilatih.
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus menggunakan teori
teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar dapat membimbing aktifitas guru
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Prinsip-
prinsip belajar dapat digunakan untuk mengungkapkan batas-batas kemungkinan
dalam pembelajaran sehingga guru dapat melakukan tindakan yang tepat. Selain
itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar guru juga dapat memiliki dan
mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar
siswa.
2.2.1 Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
vii
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap
pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai
sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran.
Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan
hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam
bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
2. Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalaminya sendiri.
Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan
sesuatu. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi,
merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan
dan menarik kesimpulan.
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar
secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung
melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung
jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik
individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem
solving).
4. Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada
pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal,
merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka
daya-daya tersebut akan berkembang.
5. Tantangan
Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi
selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif
untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk
mengatasinya.
viii
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama
ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner.
Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada
operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini
adalah law of effectnya Thorndike. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi,
eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar
yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
7. Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa
yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.
Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
3. MOTIVASI BELAJAR
ix
pemberdayaan antribusi.
(3) Dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa.
(4) Dapat meningkat pada diri siswa apabila guru memberikan ganjaran
yang memiliki kontigen (keterkaitan), spesifik dan dapat dipercaya.
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) bukan merupakan barang baru dalam dunia
pendidikan. Belajar dengan sendirinya dalam bentuk keaktifan siswa walaupun,
tentu saja, dalam derajat yang berbeda-beda. Selanjutnya keaktifan itu dapat
mengambil bentuk yang beraneka ragam seperti misalnya : mendengarkan
(ceramah), mendiskusikan, membuat sesuatu, menulis laporan dan sebagainya.
x
Dengan perkatan lain, keaktifan dalam rangka CBSA menunjuk kepada keaktifan
mental, meskipun untuk mencapai maksud ini, dalam banyak hal, dipersyaratkan
keterlibatan langsung dalam pelbagai bentuk keaktifan fisik.
Salah satu cara meninjau derajat ke-CBSA-an di dalam peristiwa belajar mengajar
adalah dengan mengkonsepsikan rentangan antara dua kutub gaya mengajar:
2.4.1 Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif
Gagasan belajar aktif atau pengaktifan siswa dalam proses belajar mengajar pada
dasarnya bukanlah suatu barang baru dalam proses pembelajaran. Pendekatan
CBSA diartikan sebagai “anutan pembelajaran yang mengarah kepada
pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional siswa dalam proses
pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.
Penerapan CBSA dalam proses pembelajaran bertumpu pada sejumlah rasional.
Yang terpenting diantaranya ialah rasional yang berkaitan langsung dengan upaya
perwujudan tujuan utuh pendidikan serta karakteristik manusia dan masyarakat
masa depan Indonesia yang dikehendaki.
2.4.2 Prinsip-Prinsip CBSA
Pendekatan CBSA, seperti telah diisyaratkan, pada dasarnya merupakan gagasan
konseptual dan bukan merupakan suatu prosedural-perseptual. Dengan demikian
penerapan CBSA dalam pembelajaran diupayakan dengan menerapkan sejumlah
prinsip dan rambu-rambu, sementara pada sisi lain dipergunakan sejumlah
indikator untuk memperkirakan kadar keterlibatan siswa tersebut.
xi
6) umpan balik,
7) pendayagunaan lingkungan masyarakat,
8) pengajaran unit,
9) pameran/ display hasil karya siswa, dan
10) mempelajari buku sumber (teks).
5. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
2.5.1 Pengorganisasian Siswa
Lukisan perilaku mengajar tersebut menggambarkan pengorganisasian siswa
belajar. Guru kelas memerankan pembelajaran individual, memerankan
xii
pembelajaran kelas kelompok, dan memerankan pembelajaran kelas. Ketiga
pembelajaran tersebut memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-
beda.
2.5.2 Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran
1. Pembelajaran secara Individual
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitik
beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu.
Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi :
a. Tujuan Pengajaran pada Pembelajaran secara Individual
b. Peran siswa dalam pembelajaran secara individual.
c. Peran guru dalam pembelajaran secara individual
d. Program Pembelajaran dalam Pembelajaran Individual
e. Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan
2. Pendekatan Pembelajaran secara Kelompok
Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas adakalanya guru membentuk kelompok
kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3-8 orang siswa. Dalam
pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada
tiap anggota kelompok lebih intensif. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran
secara kelompok dapat ditinjau dari segi :
a. Tujuan Pengajaran pada Kelompok Kecil
b. Peran Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
c. Peran Guru dalam Pembelajaran Kelompok
3. Pendekatan Pembelajaran secara Klasikal
Pembelajaran klasikal merupakan kemampuan guru yang utama.. Hal itu
disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang tergolong
efisien. Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar. Peran guru
dalam pembelajaran secara individual dan kelompok kecil berlaku dalam
pembelajaran secara klasikal.
Tekanan utama pembelajaran adalah seluruh anggota kelas. Untuk memotivasi
siswa agar lebih senang belajar maka diperlukan pendekatan pembelajaran.
Beberapa pendekatan pembelajaran antara lain pendekatan pembelajaran
individual, pendekatan pembelajaran kelompok, dan pendekatan pembelajaran
klasikal. Pendekatan pembelajaran individual lebih menitikberatkan pada pada
bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Pendekatan
pembelajaran kelompok lebih mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok
kecil dalam proses belajar mengajar. Pendekatan pembelajaran klasikal lebih
berpusat pada guru. Dengan pendekatan pembelajaran tersebut diharapkam
peserta didik dapat termotivasi untuk belajar.
xiii
Mengapa evaluasi hasil belajar pembelajaran perlu dilakukan? Karena dengan
evaluasilah, akan diketahui apakah proses belajar mengajar, dimana pembelajaran
dan guru berinteraksi, telah mencapai sasaran yang dikehendaki ataukah belum.
Secara rinci, alasan-alasan bagi perlunya evaluasi pembelajar adalah sebagai
berikut:
a. Kemampuan mengajar guru akan diketahui, setelah diadakan evaluasi.
b. Taraf penguasa pembelajaran terhadap materi pelajaran yang diberikan akan
diketahui setelah diadakan evaluasi.
c. Letak kesulitan pembelajar akan diketahui setelah diadakan evaluasi.
d. Tingkat kesukaran dan kemudahan bahan pelajaran yang diberikan pembalajar
akan diketahui setelah diadakan evaluasi.
e. Termanfaatkan didalmya sarana dan fasilitas pendidikan akan diketahui setelah
adanya evaluasi.
2.6.1 Pengertian evaluasi
Kata evaluasi merupakan pengindonesiaan dari kata evaluation dalam bahasa
inggris, yang lazim diartikan dengan penaksiran atau penilaian. Kata kerjanya
adalah evaluate yang berarti menaksir atau menilai. Sedangkan orang yang
menilai atau menaksir disebut sebagai evaluator (Echols, 1975).
Secara harfiah kata evaluasi berasal dan bahasa Inggris Evaluation; dalam bahasa
Arab: al-taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti: pnilaian. Akar katanya adalah
value; dalam Babasa Arab ; al-qimah; dalam bahasa Indonesia berarti; nilai.
Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan (educationnal evaluation =
al-Taqdir al-Tarbawiy) dapat diartikan sebagai penilaian-penilaian dalam (bidang)
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.
Apabila definisi evaluasi yang dikemukakan oleh Edwin Wandt dan geral W
Brown itu untuk memberikan definisi tentang evaluasi pendidikan, maka evaluasi
pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai; suatu tindakan atau kegiatan (yang
dilaksanakan dengan maksud) atau suatia proses (yang berlangsung dalam rangka)
menetukan nulai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu
yang berhubungan dengan, atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau
singkatnya: Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai
pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Berdasarkan pengertian pengertian diatas, sangatlah jelas bahwa evaluasi adalah
suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menentukan patokan-patokan
tertentu untuk mencapai suatu Tujuan. Evaluasi hasil belajar pembelajaran adalah
suatu proses menentukan nilai prestasi belajar pembelajar dengan menentukan
patokan patokan tertentu guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan
sebelumnya.
2.6.2 Perbedaan Pengukuran dan Penilaian
xiv
Sebelum dilakukan evaluasi terkhir dahulu dilakukan pengukuran.Secara
etimologis, pengukuran merupakan terjemahan dari measurement (Echols,1975).
Secara terminologis, pengukuran diartikan sebagai suatu usaha untuk mengetalmi
sesuatu sebagaimana adanya. Oleh karena sesuatu yang diukur itu bermaksud
diketahui secara apa adanya, maka dalam pengukuran sedikitpun penafsiran
mengenai sesuatu. Sebagaimana adanya mengandung sesuatu pengertian bahwa
sesuatu yang diukur tidak holeh dibandingkan dengan sesuatu yang lainnya.
Jika pengertian evaluasi dan pengukuran tersebut ditarik ke setting belajar dan
pembelajaran, maka dapat dikemukakan pengertian sebagai berikut.
7. MASALAH-MASALAH BELAJAR
Masalah-masalah Belajar adalah segala masalah yang terjadi selama proses belajar
itu sendiri. Masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai. Hal ini merupakan
pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara
terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.
Masalah-masalah belajar baik intern maupun ekstern dapat dikaji dari dimensi
guru maupun dimensi siswa, sedangkan dikaji dari tahapannya, masalah belajar
xv
dapat terjadi pada waktu sebelum belajar, selama proses belajar dan sesudah,
sedangkan dari dimensi guru, masalah belajar dapat terjadi sebelum kegiatan
belajar, selama proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Masalahnya sering kali
berkaitan dengan pengorganisasian belajar.
Oleh karena itu, rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar yang
memberikan dampak bagi ketercapaianya hasil belajar yang diharapkan.
4. Konsentrasi Belajar
Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang
dihadapi siswa, karena hal itu akan menjadi kendala di dalam mencapai hasil
belajar yang diharapkan. Untuk membantu siswa agar dapat berkonsentrasi dalam
belajar tentu memerlukan waktu yang cukup lama, di samping menuntut
ketelatenan guru.
5. Mengelolah Bahan Ajar
Siswa mengalami kesulitan di dalam mengelolah bahan, maka berarti ada kendala
pembelajaran yang dihadapi siswa yang membutuhkan bantuan guru. Bantuan
guru tersebut hendaknya dapat mendorong siswa agar memiliki kemampuan
sendiri untuk terus mengelolah bahan belajar, karena konstruksi berarti
merupakan suatu proses yang berlangsung secara dinamis.
6. Menggali Hasil Belajar
Bagi guru dan siswa sangat penting memperhatikan proses penerimaan pesan
dengan sebaik-baiknya terutama melalui pemusatan perhatian secara optimal.
Guru hendaknya berupaya mengaktifkan siswa melalui pemberian tugas, latihan,
xvi
agar siswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengolah pesan-pesan
pembelajaran.
7. Rasa Percaya Diri
Salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik
dan mental dalam proses pembelajaran adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri
umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu
aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesuatu hasil yang
diinginkannya.
8. Kebiasaan Belajar
Adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif
lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan. Ada
beberapa bentuk kebiasaan belajar yang sering dijumpai :
a) belajar tidak teratur
b) daya tahan rendah
c) belajar hanya menjelang ulangan atau ujian
d) tidak memiliki catatan yang lengkap
e) sering datang terlambat, dan lain-lain
xvii
mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat
mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih
baik. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian yang penting untuk
tercapainya upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan.
xviii
Pembelajaran berbasis siswa sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru dalam
proses pendidikan dan pengajaran. Kita pahami bahwa suatu kegiatan belajar
dengan sendirinya melibatkan keaktifan peserta didik, meskipun keaktifan mereka
berada dalam kadar atau derajat yang berbeda-beda.
Peningkatan mutu pendidikan senantiasa harus dilakukan, diperbaharui dan
disempurnakan. Hal ini terjadi karena pendidikan pada dasarnya menyiapkan
peserta didik untuk mandiri terjun ke masyarakat. Pencapaian tujuan peningkatan
mutu tersebut sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
menunjukkan gejala semakin menuntut kualitas lulusan yang lebih cakap, terampil
dibanding lulusan terdahulu.
Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah pembaharuan pendekatan
pembelajaran. Dimana telah kita maklumi bersama pendidikan masa lalu
menganut pendekatan Teacher Center, yaitu pendekatan yang otorita, aktivitas
berada di tangan guru sehingga mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi
ajang pementasan guru dan sering mengabaikan potensi anak, keadaan anak, dan
kemauan/kehendak anak, serta kebutuhan anak dan masyarakat.
2.8.1 Pengembangan Pembelajaran Siswa Aktif
Kegiatan pendidikan pada hakikatnya telah berjalan sejak manusia ada. Upaya-
upaya pendidikan dilakukan dalam rangka memberikan kemampuan pada peserta
didik untuk dapat hidup secara mandiri dan hidup bersama masyarakat.
a. PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan.
b. PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.
c. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana yang memotivasi siswa agar aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan
d. Inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan.
Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif.
Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang
pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan
kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
e. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
f. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga
waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
2.8.2 Konsep Keaktifan Siswa
Pendidikan bukan sekedar memberi, tetapi menumbuhkan keberanian pada siswa
untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Setiap siswa berkesempatan untuk belajar
sesuai dengan minat dan kebutuhannya masing – masing. Namun sistem
xix
pembelajaran tersebut cenderung tidak tampak jelas, melainkan masih berupa
rencana belajar yang disusun bersama antara peserta didik dan guru. Dengan
menekankan pada minat dan kebutuhan siswa secara perorangan, maka siswa
dengan bantuan gurunya dapat menyusun rencana belajar sesuai dengan minat dan
kebutuhan masing – masing.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari – hari. Disamping itu pengajar dapat
merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga dapat merangsang
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
2.8.3 Arah, Tujuan, dan Prinsip Keaktifan Siswa
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke
dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai
dengan apa yang diharapkan.
xx
Keaktifan siswa (aktif learning) atau lebih sering disebut CBSA merupakan
konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar baik keaktifan
mengenai kegiatan guru maupun siswa. Peserta didik dipandang sebagai
komponen yang paling penting dalam system dan proses pengajaran.
Pendekatan CBSA memusatkan pada peranan, inisiatif, dan keterlibatan anak
didik dalam menetapkan masalah, mencari informasi, dan memecahkan masalah.
CBSA bertujuan untuk mengembangkan kemampuan murid agar mampu belajar
mandiri, sehingga ia memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap yang
menunjang pembentukkan kepribadian yang mandiri.
Cara pengembangan CBSA adalah dengan penggunaan lingkungan sebagai sarana
dan bahan belajar, guru pun harus mampu berinovasi dalam menciptakan dan
mengoperasionalkan media pengajaran, guru harus dapat menghargai siswa
sebagai pribadi yang unik yang memiliki sifat-sifat yang khas, guru sebagai
pendorong dan partisipatif serta bukan pemberi informasi.Pengajaran dapat
diorganisasikan secara individual, kelompok, berpasangan. Pengelompokkan
perlu diperhatikan besar kelompok, organisasi kelompok, sifat kelompok, tujuan
kelompok.
xxi
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku ataupun potensi
perilaku sebagai dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Ciri-ciri belajar
yaitu yang memenuhi 9 unsur-unsur pokok yaitu ; Perilaku (Siswa yang bertindak
belajar), Tujuan (Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup), Proses
(Internal pada diri pembelajar), Tempat (Sembarang tempat), Lama waktu
(Sepanjang hayat), Syarat terjadi (Motivasi belajar kuat), ukuran keberhasilan
(Dapat memecahkan masalah), Faedah (Mempertinggi martabat pribadi) hasil.
( Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring).
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat,
serta Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Ada beberapa istilah pembelajaran, diantaranya adalah : Metode, Pendekatan,
Teknik, Taktik. Dari istilah-istilah di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu strategi
pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang
digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan
berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode pembelajaran
guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan
penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara
guru yang satu dengan yang lain.
2. Saran
Untuk membuat pendidikan ini berjalan lebih baik lagi, para siswa harus
meningkatkan belajarnya dan aktif ketika pelajaran berlangsung. Dan bagi
seorang guru harus menggunakan metode pengajaran yang lebih baik lagi, ketika
pembelajaran berlangsung. Yang membuat siswa merasa senang di kelas dan
menggugah selera siswa untuk lebih rajin dalam belajar baik dalam kelas maupun
nanti ketika di rumah. Untuk itu cara pengajarannya pun harus yang menarik agar
tidak membuat jenuh.
xxii
DAFTAR PUSTAKA
iv
xxiii