Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Hadist tentang iklas sebagai sumber motivasi

Disusun Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Tugas Pada Mata Kuliah hadist
tarbawi
DOSEN PEMBIMBING
Bapak ZARNUJI,M.Pd.I

DI SUSUN OLEH :
Abdul mukit hasbiyanur :191210001
Pipin rezeki :192210204
Puji lestari : 191210122

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF (IAIM) NU METRO


FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020/2021
BAB I
IKHLAS : SUMBER MOTIVASI

‫ئ َمانَ َو‬ ٍ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُوْ ُل اِنَّما ْاالَ ْع َما ُل باِلنِّيَ ِة َواِنَّ َمااْل ِ ْم ِر‬
َ ِ‫ي هللاُ َع ْنهُ قَا َل َرسُوْ َل هللا‬ <َ ‫ض‬
ِ ‫ب َر‬ ِ ‫ع َْن ُع َم َر ب ِْن ْالخَطَّا‬
‫<راَ ٍة يَتَزَ َّو ُجهَ<<ا‬
َ <‫ُص< ْيبُهَا< اَوْ اِ ْم‬ ِ ‫َت ِهجْ َرتُهُ اِلَى ُد ْنيَاي‬ ْ ‫َت ِهجْ َرتُهُ اِلَى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه فَ ِهجْ َرتُهُ اِلَى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه َو َم ْن َكان‬
ْ ‫ىفَ َم ْن َكان‬
) ‫فَ ِهجْ َرتُهُ اِلَى َماهَا َج َر اِلَ ْي ِه ( رواه البخاري‬

Diriwayatkan dari Umar ibn Khattab RA, ia berkata, saya mendengar Rasulullah
SAW bersabda: “Bahwasanya amal itu hanyalah berdasarkan pada niatnya.
Sesungguhnya bagi tiap-tiap orang (akan memperoleh) sesuai dengan apa yang ia
niatkan. Barang siapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya , maka ia akan
memperoleh keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu
karena mencari dunia ia akan mendapatkannya atau karena seorang perempuan,
maka ia akan menikahinya. Maka (balasan) hijrah itu sesuai dengan apa yang
diniatkan ketika hijrah.” (Muttafaqun Alaih).

Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin
Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan
Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam
kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits Bukhari no. 1 dan
Muslim no. 1907

A.      Sumber Riwayat
Adapun yang menjadi sumber riwayat dari hadis di atas adalah Umar ibn
Khattab yang menerima dan terlibat langsung dalam penerimaan hadis dari
Rasulullah SAW. Umar ibn Khattab al-Faruq berasal dari etnis Bani Adi yang
terkenal sebagai etnis yang terpandang mulia dan berkedudukan tinggi. Ia lahir di
kota Mekkah 4 tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Umar
mempunyai postur tubuh yang tegap dan kuat, wataknya keras, berani dan sangat
disiplin. Pada masa remajanya, ia dikenal sebagai pegulat perkasa dan sering
menampilkan dan mendemonstrasikan kemampuan dan keperkasaannya dalam
pesta tahunan pasar Ukaz di Mekkah. Umar sebelum masuk Islam, adalah seorang
tokoh Arab yang sangat terhormat, berwibawa, dan mempunyai pengaruh sangat
besar, ia sangat keras menentang seruan dan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah
SAW. Rasulullah berdoa kepada Allah agar Umar mauk Islam, doanya yaitu : “Ya
Allah kuatkanlah Islam ini dengan salah seorang dari dua Umar (yaitu Umar ibn
Khattab atau Amr ibn Hisyam, maksudnya Abu Jahal).
Doa Rasulullah SAW tersebut diperkenankan Allah dengan masuk Islamnya
Umar ibn Khattab pada tahun kelima dari kenabian Muahammad SAW. Masuknya
Umar dalam Islam telah membawa cahaya terang dengan permulaan perjuangan
Islam. Dakwah Islam yang semulanya sembunyi-sembunyi dan rahasia, kini
disiarkan secara terang-terangan. Umar menjadi pembela dan pelindung umat
Islam dari segala gangguan.
Umar terkenal sebagai seorang yang jujur, ahli hadis, dan selalu mendapat
inspirasi ilham. Keberanian, ketegasan, dan kejujurannya nabi SAW memberinya
gelar dengan nama al-Faruq, maksudnya seorang pembeda antara yang hak dan
yang batil. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Seandainya setelah aku meninggal
dunia ada lagi nabi, maka Umarlah orangnya.” Ibnu Ma’ud berkata: “Islamnya
Umar adalah suatu kemenangan, hijrahnya adalah suatu pertolongan, dan
pemerintahannya adalah suatu rahmat.” Dia yang menggagas pengumpulan
dan  penulisan ayat-ayat al-Qur`an pada masa pemerintahan Abu Bakar. Umar
Ibnu Kattab menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah yang kedua ari tahun 13 H–
23 H / 634 M–644 M.
Ia menjadi khalifah selama 10 tahun 6 bulan. Selama pemerintahannya Islam
semakin luas dengan takluknya dua kekusaan besar, yaitu Persia dan Byzantium,
termasuk juga Mesir. Dalam masa hidupnya Umar sempat meriwayatkan sebanyak
537 hadis. Umar ibn Khattab mengakhiri hidupnya di tangan seorang pembunuh
yang bernama Abu Lu’lu’ah, seorang budak Nasrani dari Persia yang ditawan oleh
tentara Islam di Nahawand, kemudian diambil oleh Mughirah ibn Syu’bah untuk
dijadikan sebagi budaknya. Ketika Umar memasuki masjid hendak shalat subuh,
tiba-tiba diserang dan ditikam. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan dimakamkan
disamping kuburan Rasulullah

B.       Mukharrijul Hadis
1.      Imam Bukari
Periwayat yang menyampaikan hadis tersebut adalah Imam Bukhari. Dialah
yang disebutkan sebagai mukharrij, yaitu orang yang mengeluarkan, mengoleksi,
dan menghimpun hadis ini ke dalam kitab Shahihnya. Adapun nama Asli dan
lengkap Imam Bukhari adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim
ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al’Ju’fiy al-Bukari. dilahirkan setelah jumat pada
tanggal 13 syawal 194 H atau bertepatan dengan tanggal 21 Juli 810 M di Bukhara
suatu kota di Uzbekistan yang dulu termasuk dalam wilayah kekuasaan Uni Sovyet
yang merupakan persimpangan jalan antara Rusia, Hindia, dan Tiongkok. oleh
karena beliau kelahiran Bukhara sehingga ia dikenal dengan panggilan  Imam
Bukhari.
Dalam usia 10 tahun beliau sudah memiliki perhatian yang menonjol dan
dominan dalam bidang ilmu-ilmu hadis, hal ini terbukti disaat itu sudah
mempunyai hapalan hadis yang tidak sedikit jumlahnya. Di masa kanak-kanak
telah menghapal 70.000 hadis dan dalam perkembangan selanjutnya beliau
menghapal 100.000 hadis shahih dan 200.000 yang tidak shahih. Beliau
mengetahui seluruh rangkaian sanad-sanadnya, mengetahui hari lahir, hari wafat,
dan tempat-tempat para periwayat hadis itu serta nilai dan kualitas masing-masing
periwayat itu.
Ketika berumur 16 tahun beliau sudah hafal kitab-kitab para imam, seperti
kitab imam Ibnu Mubarak, kitab imam Waki’ dan lain-lain. Beliau melawat ke
berbagai kota untuk mencari dan menemui ulama-ulama hadis, seperti ke negeri
Syiria, Mesir, Baghdad, Basrah, Hijaz, sampai bermukim di Madinah selama 6
tahun. Ia belajar kepada banyak sekali guru hingga mencapai 1.080 orang guru.
Sedangkan murid-muridnya yang mendengar langsung dan meriwayatkan hadis
dari kitab Shahih Bukhari mencapai 90.000 orang. Imam Bukhari mewariskan
sekitar 20 karya besar dalam bidang hadis, ilmu rijal dan dalam  berbagai ilmu
keislaman lainnya. Diantara karyanya yaitu Jami’ ash-shahih yang lebih populer
dengan nama Shahih al-Bukhari.
Shahih al-Bukhari adalah  kitab yang mula-mula mengumpulkan dan
membukukan hadis-hadis shahih saja yang telah dipersiapkan selama 16 tahun
sebagai hasil jelajahannya dari berbagai kota. Menurut hasil perhitungan al-Hafizh
Ibnu Hajar al-Asqalani, bahwa jumlah hadis yang terdapat dalam kitab Shahih al-
Bukhari  adalah sebanyak 7.397 hadis. Hitungan ini termasuk hadis yang diulang-
ulang dan di luar hitugan hadis mu’allaq dan mutabiat. Dan hadis yang tidak
beukang-ulang sebanyak 2.602 hadis.. Sedang jumlah yang mu’allaq ada 1.341 dan
yang mutabiat ada 344 hadis. Jadi jumlah seluruhnya adalah 9.082 hadis. Namun
yang jelas  dilihat dari nomor hadisnya khususnya yang ada dalam Fath al-
Bari suatu kitab berisi komentar dan penjelasan tentang hadis-hadis dalam Shahih
Bukhari adalah sampai hadis 7.563.
Imam Bukhari wafat pada malam sabtu setelah shalat isya tepat pada malam
idul fitri 1 Syawal 256 H atau 31 Agustus 870 M di Khartand suatu kampung tidak
jauh dari kota Samarkand yang terletak di wilayah bekas kekuasaan Unisovyet.

2.      Imam Muslim

Selain Bukhari, ada seorang mukharrij yang tidak kalah pentingnya dalam
meriwayatkan hadis yaitu Imam Muslim. Nama lengkapnya adalah Abu al-Husain
Muslim ibn Hajjaj ibn Muslim ibn Khusyad al-Qusyairi an Naisaburi. Lahir pada
tahun 206 H/820 M di an-Naisaburi sebuah kota di khurasan wilayah bekas Uni
Sovyet.
Adapun karya dari Imam Muslim yaitu Shahih Muslim, Al-Musnad Al-Kabir,
Al-Asma’ wal kuna, al-‘lal, al-Aqran, Sualatihi Ahmad Ibnu Hambal, al-
Muhadharamin, Man Laisa Lahu Illa rawin Wahid, Aulad ash-Shahabah, Auham
al-Muhadditsin.
Dalam menghimpun hadis Imam Muslim mengadakan lawatan keberbagai
negara seperti Hijaz, Irak, Syiria, Mesir dan negara-negara lainnya untuk belajar
hadis.
Ia belajar hadis ketika usianya masih 12 tahun. Salah satu gurunya adalah
Imam Bukhari. Muslim merupakan rujukan hadis yang utama terpercaya dan
tershahihnya kedua setelah Imam Bukahri.. Para Ulama sepakat bahwa kitab hadis
tershahih adalah dua kitab yaitu Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim
Kitab Shahih Muslim berisi 12.000 hadis, namun ada yang mengatakan 4000
hadis. Tapi itu tidak saling bertentangan. Karena yang mengatakan 12.000 hadis itu
menghitung secara keseluruhan, sedangkan yang mengatakan 4.000 hadis
menghitung hadis yang tidak diulang.
Imam Muslim wafat pada hari Ahad sore dan dimakamkan pada hari Senin 25
Rajab 261 H atau 875 M dalam usia 55 tahun di Kampung Nashr Abad salah satu
daerah di luar daerah Naisaburi
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim ini disebut
dengan hadis muttafaqun alaih, artinya hadis yang disepakati oleh Imam Bukhari
dan Imam Muslim

C.      Takhrijul Hadis
Pengertian Takhrij hadis menurut bahasa memiliki beberapa makna. Yang
paling mendekati disini adalah adalah berasal dari kata kharaja ‫خرج‬ yang artinya
nampak dari tempatnya atau keadaaannya, dan terpisah,dan kelihatan. Demikian
juga kata al-ikhraj ‫الخرج‬ yang artinya menampakkan dan memperlihatkannya. Dan
kata al-makhraj ‫المخرج‬ yang artinya tempat keluar dan akhraj al-hadistwa kharajahu
artinya menampakkan dan memperlihatkan hadist kepada orang dengan
menjelaska ntempat keluarnya.Sedangkan menurut istilah muhaditsin, takhrij
diartikan dalam beberapa pengertian :
1. Sinonim dan ikhraj, yakni seorang rawi mengutarakan suatu hadist dengan
menyebutkan sumber keluarnya (pemberita) hadist tersebut.
2. Mengeluarkan hadist-hadist dari kitab-kitab, kemudian sanad-sanadnya disebutkan.
3. Menukil hadist dari kitab-kitab sumber (diwan hadist) dengan menyebut
mudawinnya sertadi jelaskan martabat hadistnya.
Takhrij ialah penunjukan terhadap tempat hadist dalam sumber aslinya yang
dijelaskan sanadnya dan martabatnya sesuai dengan keperluan”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa takhrij meliputi kegiatan
a.    Periwayatan (penerimaan, perawatan, pentadwinan, dan penyampaian) hadist.
b.    Penukilan hadist dari kitab-kitab asal untuk dihimpun dalam suatu kitab tertentu.
c.    Mengutip hadist-hadist dari kitab-kitab fan (tafsir, tauhid, fiqh, tasawuf, dan
akhlak) denganmenerangkan sanad-sanadnya.
d.   Membahas hadist-hadist sampai diketahui martabat kualitas (maqbul-mardudnya)
Adapun orang yang mengeluarkan hadis tersebut adalah Imam Bukhari.
Bukhari meriwayatkan hadis tersebut di atas yang sepertinya enam kali dalam kitab
shahihnya, yaitu pada hadis no.1, 54, 2529, 3898, 6689, dan 6953. Muslim dalam
kitab shahihnya pada hadis no.1907. Tirmidzi dalam sunannya pada hadis no.1647.
Abu Daud dalam sunannya pada hadis no.2202. Nasai dalam sunannya pada hadis
no.75, 3437, dan 3794. Ibnu Majah dalam sunannya pada hadis no. 4227. Ahmad
dalam musnadnya pada hadis no. 169. Hanya ada sedikit susunan redaksinya agak
berbeda dengan di atas. Riwayat Bukhari yang sampai 6 kali, ada yang tidak
menggunakan kata “ innama” tapi langsung pada kata pertamanya adalah “A’malu
Binniyat”. Dan susunan redaksi yang paling banyak menggunakan kata niat dalam
bentuk Mufrad (tunggal). Tidak seperti hadis tersebut di atas yang menggunakan
kata niat dalam bentuk jamak (plural) “Binniyat” adanya susunan redaksi hadis
yang beragam seperti ini disebabkan, boleh jadi karena hadis tersebut proses
periwayatannya menggunakan metode maknawi.
Menurut al-Iraqi (806 H/1404 M), hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh
33 sahabat Nabi Saw, bahkan bisa lebih dari itu, sehingga banyak ulama
memposisikan hadis tersebut sebagai hadis mutawatir. Dan dalam sejarahnya
memang disebutkan bahwa Nabi Saw. Menyampaikan hadis tersebut di atas
mimbar di depan orang banyak. Oleh karena itu, al-katani(1927) memasukkannya
dalam daftar hadis mutawatir pada urutan pertama dalam buku koleksi hadis-hadis
mutawatir yang berjudul Nazhm al-mutanaatsir Min al-hadits al-mutawatir. Ada
juga menilainya sebagai mutawatir maknawi, maksudnya hadis-hadis yang memuat
masalah niat dan ikhlas seperti ini sangat banyak walaupun susunan redaksinya
berbeda, namun maksudnya sama.
Namun demikian, ada juga ulama tetap menilainya bukan hadis mutawatir ,
tapi hadis ahad. Termasuk imam Ibnu ash-Shalah(643 H/1245 M),An –
Nawawi(676 H/1277 M), dan ulama di era kotemporer ini adalah DR. Nuruddin
‘Itr. Alasannya. Pada pertengahan sanadnya mencapai jumlah mutawatir.
Sementara di awal sanadnya hanya sampai pada tingkatan ahad. Kriteria hadis
mutawatir adalah jumlah periwayat pada setiap thabaqah dari awal sanad harus
sama atau seimbang sampai pada akhir sanad. Oleh karena itu, hadis tersebut
adalah hadis ahad, yang kualitasnya shahih.

D.      Asbab Al-Wurud
Dalam tradisi ilmu hadis, untuk menentukan kualitas sebuah hadis
diperlukan serangkaian penelitian, baik menggunakan metode atau kaidah yang
digunakan untuk menentukan kualitas sanad maupun metode untuk menentukan
kualitas matan. Hal ini dilakukan karena kualitas keduanya tidak selalu sejalan, ada
kalanya sanad-nya shahih akan tetapi matannya mardud. Dari langkah-langkah
tersebut minimal akan diketahui proses penentuan kualitas hadis secara
keseluruhan baik dilihat dari sanad dan matan meskipun hal itu
tergolong ijtihad (relative). Tidak berhenti disitu, jika dilihat secara seksama akan
terlihat bahwa ungkapan, perilaku dan ketetapan Nabi saw, selain bersifat lokal dan
temporal juga bersifat universal. Pemahaman terhadap berbagai peristiwa
disekeliling beliau tersebut jika dihubungkan dengan latar belakang terjadinya
maka ada yang harus diterapkan secara tekstual dan ada yang harus ditetapkan
secara kontekstual pada masa sekarang.
Dalam pada itu, adalah sebuah keniscayaan bahwa memahami sebuah hadis
tidak cukup hanya melihat teks hadis namun juga perlu memperhatikan konteksnya
karena tidak jarang ada hadis yang secara tekstual nampak bertentangan
(mukhtalif) atau sulit dipahami (gharib). Nah ketika hadis itu memiliki asbab
wurud, setidaknya dapat diraba kepada siapa hadis itu disampaikan dan dalam
kondisi sosio-kultural yang bagaimana Nabi menyampaikannya. Hal itu perlu
dikaji untuk menangkap pesan moral di dalamnya. Tanpa memperhatikan konteks
historisitas tersebut, terkadang akan ditemui kesulitan dalam menangkap dan
memahami makna suatu hadis, bahkan dapat membawa ke dalam pemahaman yang
barangkali kurang sesuai. Persoalannya tidak semua hadis memiliki asbab
wurud secara integral atau built in dalam sebuah riwayat. Tulisan ini sekilas
berupaya melakukan eksplorasi berkenaan dengan upaya alternatif memahami
hadis yang tidak memiliki asbab wurud dalam konteks yang seolah-olah hampa
kultural tersebut berikut aplikasi sederhana.

1.      Asbab al-Wurud, Konteks Mikro dan Makro


Secara etimologis, asbab wurud merupakan susunan idafah dari
kata asbab dan wurud. Kata asbab adalah bentuk jamak dari kata sabab, yang
berarti tali atau penghubung, yaitu segala sesuatu yang dapat menghubungkan
kepada sesuatu yang lain, atau penyebab terjadinya sesuatu. Sedangkan
kata wurud merupakan bentuk isim masdar dari kata warada-yaridu-
wurudan yang berarti datang atau sampai kepada sesuatu.
Adapun latar belakang yang menyebabkan lahirnya hadis tersebut di atas
adalah sebagaimana diriwayatkan az-Zubair ibn Bakkar bahwa hadis tersebut
disabdakan Nabi Saw. Ketika bersama umat islam dan para sahabat yang berhijrah
baru saja tiba di Madinah mereka langsung diserang perasaan lelah dan letih yang
luar biasa. Dan tiba-tiba datang pula seseorang  dalam rombongan itu yang ikut
hijrah hanya dengan harapan ingin mendapatkan dan melamar seorang perempuan
yang juga ikut berhijrah. Nabi Saw. Mengetahui hal ini, lalu beliau naik di atas
mimbar dan bersabda : “wahai sekalian manusia, sesungguhnya amal itu
didasarkan atas niatnya (sabda ini diulangi sampai tiga kali). Barangsiapa hijrahnya
karena untuk Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu untuk Allah dan RasulNya
juga (maksudnya akan memperoleh ridha-Nya). Barangsiapa yang hijrahnya untuk
mencari keduniaan atau untuk menikahi seorang perempuan, maka ia akan
memperolehnya. Sesungguhnya seseorang itu mendapatkan dari hijrahnya untuk
mencari keduniaan atau untuk menikahi seorang perempuan, maka ia akan
memperolehnya. Sesungguhnya seseorang itu mendapatkan dari hijrahnya itu
berdasar pada niat hijrahnya. Lalu beliau mengangkat tangannya sambil berdoa
“Ya allah, hindarkanlah bencana ini dari sisi kami” doa ini beliau ulang-ulangi
sampai tiga kali. Ketika tiba waktu pagi, beliau bersabda: “ Tadi malam aku
bermimpi dipertemukan dengan seorang yang sakit, maka tiba-tibadibawa masuk
seorang nenek-nenek tua hitam yang mengelayut diantara kedua tangan orang yang
mengantarkannya masuk. Lalu orang itu bertanya: “nenek ini sakit, bagaimana
pendapat tuan? Maka aku pun menjawab: ”tempatkan dia di khim”.
     Ath-Thabrani(360 H) meriwayatkan dalam al-mu’jam al-kabir dengan
sanad yang dapat dipercaya bersumber dari Ibnu Mas’ud, beliau menerangkan
bahwa di antara para sahabat ada seorang laki-laki yang ikut berhijrah ke Madinah
dengan harapan untuk meminang seorang ummu Qais. Perempuan tersebut tidak
mau menerima pinangannya, kecuali jika laki-laki yang meminangnya itu mau ikut
juga berhijrah ke Madinah dan akhirnya mereka kawin. Berkenaan dengan
peristiwa inilah, Nabi Saw. Menyabdakan hadis tersebut di atas.
E.       Fiqhul Hadis
Kata fiqh (‫)فقه‬, yang secara bahasa berarti “mengetahui sesuatu dan
memahaminya”.
Secara istilah Fiqh al-Hadits adalah dasar-dasar atau aturan-aturan yang
digunakan untuk memahami teks-teks dan implikasi riwayat-riwayat dan juga
penafsiran dan penjelasan yang diajukan atas hadits-hadits berdasarkan pada dasar
dan aturan ini.
Pada mulanya ulama, terutama dalam disiplin ilmu fikih, hadis tersebut
dijadikan dasar hukum penetapan wajibnya niat dalam melakukan suatu ibadah.
Menurut mereka tidak sah ibadah tanpa disertai dengan niat. Jalaludin as_suyuthi
(911 H/1505 M) dalam bukunya Asbab Wurud al-Hadits yang memuat hadis-hadis
ibadah dan hukum menempatkan hadis tersebut di atas pada hadis pertama dalam
bab Thaharah. Ini sustu indikasi bahwa beliau dan yang sependapat dengannya
berpendapat bahwa thaharah tidak sah tanpa niat. Dan pandangan seperti ini
mayoritas dipegang oleh para ulama dengan berdasarkan pada teks hadis tersebut
di atas.
Namun demikian, setelah memperhatikan konteks dan latar belakang historis
munculnya hadis tersebut di atas dapat dipahami bahwa muatan dan pesan utama
dari hadis tersebut adalah persoalan ikhlas        dalam melakukan hijrah, karena
ucapan ketika Nabi Saw hijrah dari Mekah dan baru saja tiba di Madinah
menyikapi adanya seseorang yang ikut hijrah bukan karena didorong oleh
perjuangan menegakkan agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw, tetapi
dimotivasi oleh keinginan-keinginan lain. Dalam hadis tersebut digambarkan oleh
beliau adanya tiga macam motivasi dan orientasi yang mendorong seseorang untuk
ikut hijrah ke Madinah :
1.    Karena didorong oleh motivasi ekonomi dengan harapan setibanya di Madinah
mereka akan berbisnis, masyarakat arab memang diakui naluri dan bakat bisnisnya
sampai-sampai pergi melakukan ibadah bisnisnya sampai-sampai pergi
melaksanakan ibadah haji pun mereka juga tetap berbisnis hingga turun ayat
mengenai masalah bisnis ketika tengah dalam melaksanakan ibadah haji.
2.    Karena didorong oleh motivasi cinta kepada seorang perempuan. Perempuan
yang ikut hijrah itu namanya Ummu Qais, dia dilamar oleh seseorang, tapi ditolak,
kecuali mau ikut hijrah ke Madinah. Akhirnya laki-laki itu ikut hijrah bergabung
dengan rombongan Rasulullah Saw. dan  para sahabat dengah harapan di Madinah
bisa melamar dan manikah Ummu Qais. Dan ini terbukti setelah di Madinah ia pun
nikah dengan perempuan tersebut yang belakangan disebut Ummu Muhajir.
3.    Karena motivasi murni semata-mata ingin berjuang bersama Allah dan
Rasul_Nya dalam menegakkan kebenaran Islam untuk memperoleh kerinduan
Allah.
Dengan demikian, dengan kontekstual dapat dipahami peran utama dari
hadis tersebut masalah ikhlas sebagai sumber motivasi dan orientasi dalam
melakukan aktivitas keagamaan terutama dalam memperjuangkan menegakkan
ajarab agama Allah al-Islam. Sebagaimana yang dopraktekkan oleh Nabi Saw
beserta para sahabatnya ketika hijrah dari Mekah ke Madinah. Oleh karena itu,
imam Bukhari dalam kitab Shahihnya, hadis yang nomor satu ditulis adalah hadis
tersebut di atas. Hal ini bisa menjadi, bahwa dalam memulai sesuatu harus dengan
ikhlas dan dengan tujuan yang baik dan benar. Perjuangan yang dilakukan hanya
sebatas motivasi dan orientasi kepentingan pribadi, ekonomi, politik, kekuasaan
dan lain-lain itu hanya bersifat sementara tidak bertahan lama dan tidak kuat,
karena landasannya sangat rapuh. Kedua, bisa juga dipahami, upaya
memperjuangkan kebenaran ajaran agama Allah itu selalu saja ada dan  pasti ada
tipe-tipe manusia yang berkarakter seperti disebutkan dalam hadis di atas.
Keikhlasan merupakan basis kekuatan utama dalam memperjuangkan segala cita-
cita mulia termasuk dalam hijrah yang dipraktekkan oleh Rasulullah Saw. hijrah
yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. berserta para sahabat bukanlah lari dan takut
serta menghindari orang-orang kafir Quraisy, akan tetapi lebih merupakan salah
satu bagian dari strategi politik dalam perjuangan. Hijrahnya Rasulullah Saw. itu
merupakan tonggak awal kebangkitan islam. Oleh karena itulah, penetapan awal
tahun baru dalam kalender Islam diambil dari berdasarkan awal hijrahnya
Rasulullah Saw. ke Madinah ini, dan bukan berdasarkan hari kelahiran, hari
pelantikkannya menjadi Nabi dan Rasul atau waktu di isra’mi’rajkannya.
Keikhlasan berasal dari dorongan niat. Olah karena itu, pada awal pembuka
hadis Nabi Saw. menekankan dalam berbagai aktivitas seseorang. Sesungguhnya
niat mengandung tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut :
1.      Ikrar kesungguhan melakukan suatu dengan sepenuhnya (tekad bulat) didasari
oleh keinginan mencapai ridha Allah.
2.      Bermakna permohonan bantuan Allah dalam rangka meraih  keberhasilan
terhadap apa yang dilakukan.
3.      Tersirat rasa oenyerahan diri secara total kepada Allah.
Oleh karena itulah, antara niat dan ikhlas, keduanya tidak dapat dipisahkan.
Ada hadis Nabi Saw yang menerangkan tentang peran dan kedudukan ikhlas
dalam beramal.
<َ ‫اِ َّن هللاَ اَل يُ ْقبَ ُل ِمنَ ْال َع َم ِل اِاَّل َما َكانَ لَهُ خَالِصا ً َوا ْبتُ ِغ‬
ُ‫ي بِ ِه َوجْ هُه‬
Artinya :
"sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali yang mengerjakannya
secara ikhlas, dan mencari hanya ridhanya" (HR. An-Nasai dari Abu Umamah al-
bahili).
Hadis ini diucapkan Nabi Saw sebagai jawaban terhadap adanya seseorang
yang bertanya kepada beliau tentang seseorang yang ikut berperang dengan tujuan
ingin mendapatkan pahala, popularitas, sekaligus harta kekayaan (motivasi politik
dan ekonomi. Zainuddin al-hambali ketika memberi komentas terhadap hadis
tersebut di atas mengatakan bahwa mereka yang termotivasi dan orientasi pertama
dan kedua di atas ini, tidak layak disebut muhajir.
Tapi, yang layak disebut sebagai muhajir ialah yang berhijrah benar-benar
dengan ikhlas semata karna Allah dan Rasul_Nya untuk mendapatkan ridha_Nya.
Namun, ada juga ulama menilai bahwa orang yang melakukan kegiatan
keagamaan, misalnya hijrah atau yang lain dengan motivasi lillahita’ala sambil
mencari keuntungan ekonomi, politik, sosial dan lain-lain maka bisa saja tetap
mendapatkan pahala, hanya niali dan kualitasnya tidak samadengan yang benar-
benar ikhlas murni tanpa campuran. Hal ini didasarkan pada ketika abu thalhah
masuk islam karena ingin kawin dengan Ummu Sulaim (Ibunya Annas ibn Malik)
dan didasari keikhlasan karena Allah juga. Hal ini juga ketika seseoran berpuasa
karna Allah sembil ada niat untuk kesehatan dan lain-lain. Menurut al-Ghazali
(505H/1111M), kalau motivasi duniawinya lebih dominan maka Ia tidak
mendapatkan pahala sama sekali. Dan kalau niat Ibadah dan motivasi ikhlasnya
masih lebih dominan dan niat lainnya hanya mengikuti, maka Ia tetap
mendapatkan nilai pahala..
Sebetulnya, pada tingkatan yang lebih jauh dan tegas, bahwa ikhlas itu
artinya murni tidak dicampuri apa-apa, sehingga dengan demikian ia sama dengan
tauhid (dari kata wahhada – yuwahhidu-tauhidun, artinya benar-benar mengesakan
Tuhan). Pada tataran inilah ikhlas diperlawankan dengan syirik. Begitu ia tidak
ikhlas, maka dalam waktu yang bersamaan ia akan musyrik. Itulah sebabnya ketika
seseorang beribadah tapi hanya karena riya’ bukan ikhlas Lillahi Ta’ala, maka ia
telah berbuat syirik, minimal syirik asghar (kecil). Inilah yang dimaksud dalam
firman Allah.

: Artinya
“Dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya".(Q.S. al-Kahfi ayat 110)
!
Artinya :
“Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas (taa
kepada-Nya secara murni).” (Q.S. al-Bayyinah ayat 5).

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Amr Maula Mutallib dari


Ashim dan Muhammad Labied, Nabi SAW bersabda yang artinya “Syirik kecil
adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya bagi kalian, lalu para sahabat
bertanya; apakah syirik kecil itu, ya Rasul? Jawab beliau; Riyak. Besok di hari
kiamat, Allah menyuruh mereka mencari pahala amalnya, kepada siapa tujuan
amal mereka itu, Firmannya: carilah manusia yang waktu hidup di dunia, kamu
beramal tujuannya hanya untuk dipuji/disanjung oleh mereka, mintalah pahala
kepada mereka.
Dalam hadis tersebut mengandung pengertian  bahwa amal baik apapun
yang dilakukan tanpa ikhlas, tidak akan diterima dan tiada balasannya kecuali
neraka dasarnya firman Allah Q.S. al-Isra’ ayat 18
¨`
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka Kami segerakan
baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki
dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam
Keadaan tercela dan terusir.”

DAFTAR PUSTAKA
-          Wajadi Sayadi. 2008. Hadis Tarbawi (Pesan pesan Nabi tentang
Pendidikan). Jakarta : PUSTAKA FIRDAUS
-          Sohari. 2006. Hadis Tematik. Jakarta : diADIT MEDIA
-          Muhammad Fa’ud Abdul Baqi. 2005. Mutiara Hadis Shahih Bukhari
Muslim. Surabaya : Bina Ilmu
-          Al-Faqih Abu Laits Samarqandi.1986.Tanhibul Ghafilin (Pembangun Jiwa
dan Moral Umat).Surabaya : Mutiara Ilmu
-         log.htm

Anda mungkin juga menyukai