Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

“STUDI HADIS DI YAMAN”


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Studi Pusat Kajian Hadis Klasik
Dosen Pengampu : Adi Abdullah Muslim Lc,M.A, Hum

Disusun oleh:
Dwi Nugroho (3220010)
Zahra Kartika (3220018)

JURUSAN ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2022
PEMBAHASAN

A. Sosio-Historis Yaman
Yaman adalah sebuah negara republik yang berada di Teluk Arab berbatasan
langsung dengan Arab Saudi di sebelah utara, Oman di sebelah timur, Teluk Aden di
sebelah selatan, Laut Merah dan Bab Al-Mandeb di sebelah barat. Selain itu Yaman
menjadi negara yang strategis karena memiliki letak geografis yang cukup berpengaruh,
seperti Laut Merah dan Teluk Aden yang menjadi lalu lintas perdagangan dunia

Yaman memiliki kondisi geografis yang tidak menguntungkan mayoritas kota di


Yaman berada di pegunungan dan lembah. Sama halnya dengan bangsa Arab lainnya, di
Yaman suku memiliki peranan yang tinggi dan vital.

Dalam konflik Yaman, suku-suku di Yaman Utara banyak yang masuk dalam
aliansi Houthi serta menyerang pemerintah, sebagian suku lainnya masuk dalam aliansi
pemerintah serta menyerang kelompok teror Houthi. Sementara suku-suku di Yaman
selatan, banyak yang berpihak kepada Southern Transnational Council (STC) dan
sebagian suku lainnya berpihak kepada pemerintah.
1. Madrasah Yaman
Sahabat-sahabat yang tinggal di Yaman adalah sahabat-sahabat yang pernah diutus
oleh Nabi ke Yaman, di antaranya:
a. Mu’adz bin Jabal (20 SH-18H)
b. Abu Musa Al-Asy’ari (w. 42 H)
Tiap sahabat ini meriwayatkan hadis kepada beberapan tabi’in

Mengenal Muaz bin Jabbal


Muaz bin Jabbal lahir di Medinah pada tahun 20 sebelum hijriyah dan meninggal
di Yordania pada tahun 18 hijriyah. Beliau termasuk salah seorang shahabat terdekat
dengan dengan Rasul, beliau juga dikenal dengan ahli hadits, ahli fiqh, mujtahid dam
mufti.

Ia berasal dari kaum Anshar dan termasuk kelompok ash-shabiqunal awwalun


(umat Islam pertama). Ia masuk Islam melalui Mus’ab bin Umair dan ikut mengikat
sumpah setia pada Aqabah kedua ketika usianya 18 tahun.

Muaz bin Jabbal menduduki tempat khusus di mata Rasulullah dan para
shahabat lainnya. Dia adalah seorang ahli fikih yang sulit dicari tandingannya pada
zamannya. Dia satu dari enam shahabat yang diberi kepercayaan memberikan fatwa pada
masa Rasulullah, di samping Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Ubay bin Kaab, dan Zaid bin Tsabit.

Seperti Umar bin Khatab, Muaz bin Jabbal adalah shahabat yang menjunjung
tinggi fungsi akal dan berani mengeluarkan pendapat ijtihadnya. Hal ini terlihat dalam
dialog dengan Nabi ketika dia diutus ke Yaman untuk mengajarkan Islam ke sana.

Berpegang teguh kepada al-Qur’an dan sunnah tidak berarti tertutup


kemungkinan baginya untuk mengikuti pendapat akal; akalnya tidak pasif dalam
menghadapi segala persoalan yang muncul dan memerlukan pemecahan. Ia termasuk
tokoh mujtahid pertama dalam dunia Islam. Hadits di atas selalu dijadikan rujukan dalam
menetapkan perlunya ijtihad.

Kedalaman ilmu fikih Muaz mendapat pengakuan dari Rasulullah, seperti


terlihat dalam sabda beliau, “Umatku yang paling tahu tentang soal halal dan haram
adalah Muaz bin Jabbal, bahkan dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Umar, Rasul
berkata: ”Ambillah al-Qur’an dari empat orang, yaitu Ibn Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Salim
Maula Abi Huzaifah, dan Muaz bin Jabbal”.

Muaz mendapat pengakuan dan kekaguman dari para sahabat lainnya.Khalifah


Umar bin Khatab, misalnya sering meminta pendapat dan sarannya. Suatu ketika khalifah
berkata, “Andaikan Muaz bin Jabbal tidak ada, aku bisa celaka”. Pada waktu lain, ia
berkata, “Andaikan aku memilih Muaz bin Jabbal sebagai khalifah dan bila Tuhan
bertanya kenapa aku memilihnya, niscaya aku akan menjawab, “Aku telah mendengar
nabi-Mu berkata, sesungguhnya para ulama akan menghadap Tuhan dan Muaz bin Jabbal
berdiri paling depan”. Pernyataan serupa ditegaskan Umar tidak lama sesudah Muaz
wafat, “Andaikan Muaz bin Jabbal masih hidup dan aku mengangkatnya sebagai
khalifah, kemudian aku menghadap Tuhanku dan ia bertanya, “Siapakah yang kamu
angkat sebagai pemimpin umat Muhammad?”, aku akan menjawab, “Aku pilih Muaz
untuk memimpin mereka, setelah aku mendengar nabi berkata, Muaz bin Jabbal adalah
imam para ulama di hari kiamat.”

Muaz adalah tempat kaum muslimin mengajukan pertanyaan bila mereka


menemui masalah yang belum jelas. Abu Idris al-Khaulani bercerita, “Pada suatu ketika
aku masuk ke mesjid Damsyik (Damaskus), aku melihat seorang pemuda berkulit putih
mengkilat dan kedua matanya hitam tajam; disekelilingnya berkumpul orang banyak, bila
mereka berselisih pendapat tentang sesuatu, maka mereka segera minta penjelasan
darinya dan menerima pendapatnya. Lalu aku bertanya kepada mereka, siapakah
gerangan pemuda itu?” mereka menjawab, “Dia adalah Muaz bin Jabbal.” Di samping
keikhlasan dalam menyebarkan dan mengajarkan agama, Muaz juga terlibat dalam
perjuangan fisik bersama Rasulullah. Ia mengikuti beberapa perperangan, seperti perang
badar, perang uhud, dan perang khandaq.

Keberangkatan Muaz ke Yaman merupakan perpisahan untuk selamalamanya


dengan rasul yang dicintai. Dalam pertemuan terakhir sebelum berangkat ke Yaman rasul
berkata kepadanya, “Wahai Muaz, kemungkinan besar kamu tidak akan bertemu lagi
denganku setelah dua tahun ini, kemungkinan nanti kamu hanya akan melewati mesjid
dan kuburanku.” Mendengar perkataan itu, Muaz menangis sedih dan kaum muslimin di
sekelilingnya pun menangis terharu. Memang benar apa yang diucapkan rasul itu, Muaz
tidak bertemu dengannya lagi. Rasul wafat ketika Muaz sedang berada di Yaman.

Dengan demikian kepribadian, kualitas, dan integritas keagamaan serta


kedalaman ilmu Muaz bin Jabbal sebagai utusan dari Rasulullah tidak diragukan. Akan
tetapi, dalam konteks kajiaan hadits ternyata hadits tentang pengutusan Muaz ke Yaman
diperdebatkan oleh para ulama. Berikut ini penulis kemukakan bebera riwayat yang
tentang pengutusan Muaz ke Yaman sebagai landasan dari kajian hadits.

Hadits tentang diutusnya Mu'az ibn Jabal ke Yaman terdapat di semua Kutub al-
Sittah. Semua hadits tersebut bersumber dari periwayat yang sama yaitu dari Ibn 'Abbas,
namun dengan perbedaan jalur transmisi dan redaksi hadits. Meskipun demikian,
kesemuanya dianggap tidak ada perbedaan yang cukup signifikan dari segi matan.
Sebagai contoh, satu di antaranya yang diambil dari periwayatan al-Bukhari adalah
sebagai berikut:'

‫يل بْ ِن َُأميَّةَ َع ْن حَيْىَي بْ ِن َعْب ِد اللَّ ِه‬ ِ ‫ِ ِ ِإ‬


َ ‫يد بْ ُن ُز َريْ ٍع َح َّد َثنَا َر ْو ُح بْ ُن الْ َقاسم َع ْن مْسَاع‬ ُ ‫َح َّد َثنَا َُأميَّةُ بْ ُن بِ ْسطَ ٍام َح َّد َثنَا يَِز‬
ِ َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم لَ َّما َب َع‬ ِ َ ‫َأن رس‬ ِ ٍ َّ‫ب ِن صي ِفي عن َأيِب معب ٍد عن اب ِن عب‬
ُ‫ث ُم َعاذًا َرض َي اللَّه‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ ‫اس َرض َي اللَّهُ َعْن ُه َما‬ َ ْ ْ َ َ ْ َ ْ َ ٍّ ْ َ ْ
َّ ‫َأخرِب ْ ُه ْم‬ ِ ِ ِ
ْ َ‫وه ْم ِإلَْيه عبَ َادةُ اللَّه فَِإذَا َعَرفُوا اللَّهَ ف‬ ٍ َ‫َّك َت ْق َدم َعلَى َقوٍم َْأه ِل كِت‬
َ‫َأن اللَّه‬ ُ ُ‫اب َف ْليَ ُك ْن ََّأو َل َما تَ ْدع‬ ْ ُ َ ‫َعْنهُ َعلَى الْيَ َم ِن قَ َال ِإن‬
‫ض َعلَْي ِه ْم َز َكا ًة ِم ْن َْأم َواهِلِ ْم َو ُتَر ُّد َعلَى‬ َّ ‫َأخرِب ْ ُه ْم‬
َ ‫َأن اللَّهَ َفَر‬
ِ ِ ٍ
ْ َ‫صلَ َوات يِف َي ْوم ِه ْم َولَْيلَت ِه ْم فَِإذَا َف َعلُوا ف‬ َ ‫س‬ ِ َ ‫قَ ْد َفر‬
َ ْ‫ض َعلَْيه ْم مَخ‬ َ
‫َّاس‬ ِ ِ ‫هِب‬
ِ ‫ُف َقَراِئِه ْم فَِإ َذا َأطَاعُوا َا فَ ُخ ْذ مْن ُه ْم َوَت َو َّق َكَرا َم َْأم َوال الن‬
‫ِئ‬

Telah menceritakan kepada kami [Umayyah bin Bistham] telah menceritakan


kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah menceritakan kepada kami [Rauh bin Al Qasim]
dari [Isma'il bin Umayyah] dari [Yahya bin 'Abdullah bin Shayfiy] dari [Abu Ma'bad]
dari [Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma] bahwa ketika Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
mengutus Mu'adz radliallahu 'anhu ke negeri Yaman, Beliau berkata,: "Kamu akan
mendatangi Ahlul Kitab, maka hendaklah da'wah yang pertama kali lakukan kepada
mereka adalah mengajak mereka untuk ber'ibadah kepada Allah. Jika mereka telah
mengenal Allah, maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima
waktu sehari semalam. Dan jika mereka telah melaksanakannya, maka beritahukanlah
bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shadaqah (zakat) dari harta mereka yang akan
diberikan kepada orang-orang faqir dari mereka. Jika mereka telah menaatinya, maka
ambillah dari mereka (sesuai ketentuannya) dan peliharalah kesucian harta manusia".

Anda mungkin juga menyukai