Al-Alfazh(Kata)
Disusun Oleh :
ILMU HADITS A
(IAIN) PEKALONGAN
2021
PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaiakan tugas makalah yang berjudul Al-Fazh ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Ilmu Mantiq program studi Ilmu Hadits.Selain itu,makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Ilmu Mantiq dan pada khususnya Metode Al-Fazh bagi para pembaca dan juga
bagi penulis
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari,makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan masalah
Berdasarkan Rumusan masalah yang telah kita ambil,ditemukan tujuan masalah sebagai
berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
Lafadz adalah susunan beberapa huruf yang mengandung arti. Istilah lafadz berasal dari
bahasa Arab dan diartikan sebagai 'kata' dalam bahasa Indonesia yang diberikan pada rangkaian
huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg mempunyai arti. Jika lafadz tidak mempunyai arti
maka rangkaian huruf itu tidak dapat disebut sebagai lafadz. Seperti kayu, batu, air dan lain-lain.
Lafadz ada dua macam, yaitu: lafadz mufrod dan lafadz murokkab.
1. Lafadz mufrod
هو ما ليس له جزء يدل دال لة مقصودة على جز ء المعنى المراد منه
· Kata yang tidak mempunyai bagian yang tidak menunjukkan kepada penunjukkan yang
dimaksud oleh bagian makna yang tidak dikehendakinya1.
Lafazh mufrad terdiri dari dua kata yaitu, lafazh dan Mufrad. Lafazh artinya kata-kata,
sedangkan Mufrad artinya satu kata. Dlam istilah ilmu mantiq, lafazh adalah kata-kata yang tidak
mempunyai bagian yang masing-masing bagian itu menunjuk kepada makna yang dikandungnya
sendiri.
Terdapat perbedaan pendapat antara Ahli Mantiq dan Ahli Nahwu tentang pengertian ini.
Ahli mantiq melihat lafadz pada maknanya, bukan pada jumlah lafadz-nya. Artinya, susunan
lafadz yang jumlahnya lebih dari satu kata tetapi menunjukkan makna satu tetap disebut sebagai
lafadz mufrod. Meja, kursi, rumah, Amir Syarifuddin, Muhammad Ali adalah contoh lafadz
mufrod. Ahli nahwu lebih melihat pada bentuk dan jumlah susunan kata, sehingga lafadz seperti
Muhammad Abdullah Syafi'i tidak dapat disebut lafadz mufrod.2
1 Lafadz mufrod ialah lafadz yang bermakna tunggal. Kata yang tidak mempunyai bagian yang tidak
menunjukkan kepada penunjukkan yang dimaksud oleh bagian makna yang tidak dikehendakinya, Syukriadi
sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 46.
2 Terdapat perbedaan pendapat antara Ahli Mantiq dan Ahli Nahwu tentang pengertian ini. Ahli mantiq
melihat lafadz pada maknanya, bukan pada jumlah lafadz-nya. Artinya, susunan lafadz yang jumlahnya lebih dari
satu kata tetapi menunjukkan makna satu tetap disebut sebagai lafadz mufrod. Meja, kursi, rumah, Amir
Syarifuddin, Muhammad Ali adalah contoh lafadz mufrod. Ahli nahwu lebih melihat pada bentuk dan jumlah
susunan kata, sehingga lafadz seperti Muhammad Abdullah Syafi'i tidak dapat disebut lafadz mufrod,
Muqaddam.M.Mahmud, Pelajaran Mantiq Perkenalan Dasar-dasar Logika Muslim,terj.Iwan Setiawan, (Yogyakarta
: Rausyanfikr Institute, 2014), hlm.60
a. Lafadz yang tidak mempunyai suku kata sama sekali, misalnya lafadz yang terdiri dari satu
huruf.
b. Lafadz yang mempunyai bagian kata (huruf), tetapi jika dipisahkan, bagian itu tidak
mempunyai arti sama sekali.
c. Lafadz yang mempunyai bagian kata dan masing-masing bagian itu mempunyai arti
sendiri. Rangkaian kata seperti ini dalam bahasa Arab disebut Mudhaf dan Mudhaf ilaih.
1) Pembagian Lafadz Mufrad:
a. Isim ; adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat dengan
waktu,
ما دل على معنى مستقل بالفهم من غير دال لة على زما ن ذلك المعنى
Pembagian Isim :
I. Dilihat dari segi Mafhum (konsep yang dikandungnya), isim terbagi 2 ;
1. Kulli (isim kulli) adalah lafadz mufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan
kepada semua arti atau maknanya.
2. Juz’i (isim juz’i) adalah lafadz mufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan
kpd satu bagian saja dari kesluruhan makna yg terkandung oleh lafzh kulli.
Kulli dan Juz’i dilihat dari pengertiannya :
Kulli artinya menetapkan suatu ketentuan (hukum) atas sesuatu secara
menyeluruh, Kulliyat artinya menetapkan suatu ketentuan atas sesuatu secara
satu persatu, Juz’i artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian
secara keseluruhan dari yg sebagian itu., Juz’iyat artinya menetapkan sesuatu
ketentuan (hukum) atas sebagian secara masing-masing dari yg sebagian itu.
b. Fi’il adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai artis sendiri yang terikat dengan
waktu.
3Isim ; adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat dengan waktu Syukriadi
Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 47
ما دل على معنى فى زمن من االز منة الثال ثة
c. Adat adalah (menurut ilmu Nahwu) = huruf seperti bi, min, wa, ila dll.
Kata yang tidak dapat menunjukkan suatu arti yang sempurna secara mandiri.5
2. Lafadz Murakkab ()مركب
· Kata yang bagiannya menunjukkan arti yang dimaksud oleh bagian yang terkandung
dalam kata tersebut.6
I. Murakkab Khabari,adalah murakkab tam yang isinya mungkin benar dan mungkin
juga salah (mengandung keraguan).
Contoh: Laptop ini murah. Baju ini Mahal. Jokowi itu ganteng. Awkarin itu
salehah. Dan lain-lain
4 Kata yang menunjukkan suatu arti dengan disertai penunjukkan ketiga dimensi waktu (waktu lampau,
kini, dan akan datang ). Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
48
5 Kata yang tidak dapat menunjukkan suatu arti yang sempurna secara mandiri. Ibid., 48
6 Kata yang bagiannya menunjukkan arti yang dimaksud oleh bagian yang terkandung dalam kata tersebut,
Ibid., 46
II. Murakkab Insya’i, adalah murakkab tam yang tidak mungkin benar dan tidak
mungkin pula salah
Contoh: Andaikan aku menjadi kekasihmu. Aku tidak bisa hidup tanpamu.
Jangan lakukan itu. Cintailah aku dengan setulus hatimu. Dan contoh-contoh lainnya.
B. Macam-Macam Taqabul
Taqabul ialah lafadz yang maknanya tak dapat kumpul dalam suatu barang dan dalam
suatu hukum, tak dapat kumpul pula dalam suatu barang pada waktu yang sama.Taqabul itu di
bagi menjadi beberapa macam,yaitu;
1. Taqabul naqidhain(contra dictories) yaitu dua lafadz yang tidak akan dapat berkumpul
bersama-sama dalam satu maudhu dan satu waktu, contohnya ialah: manusia tak manusia,
hewan tak hewan, genap tak genap, dan sebagainya.
2. Taqabul dhidaini(cotraries) ialah dua keadaan yang ada yang tak dapat kumpul keduanya
dalam satu waktu, tapi kemungkinan keduanya itu hilang semuanya dalam waktu itu juga,
karna adanya keadaan yang lain dari keduanya. Contoh taqabul dhidaini seperti: hitam dan
puti, panas dan sejuk, duduk dan berdiri, dan sebagainya.
3. Taqabul mutadhayifain(alternative term) yaitu satu sama lain sandar menyandarkan.
Contoh dari taqabul mutadhayifain seperti: bapak dan anak, murid dan guru, mubtada dan
khabar, dan sebagainya.
Menurut Imam al-Adhari dan Al-Darwi Lafadz Mufrad Kulli terdiri dari: musta’mal
(yang digunakan dan ghairu musta’mal (yang tidak digunakan).8
1 Kulli Dzati
Lafadz kulli dzati adalah lafadz yang menunjukkan kepada mahiyah (hakekat) sepenuhnya,
dan kepadanya diajukan pertanyaan ”apa dia”. Kulli dzati ini dibagi menjadi tiga, yakni:
a. Jins, adalah: kulli yang sesuai dengan afrad dari bermacam-macam hakekat yang
berlawanan. Jins adalah bagian dari mahiyah yang sama antara satu mahiyah dengan
mahiyah yang menjadi tempat bernaung dari macam-macam kulliyah yang lebih khusus.
1) Jins safil (qarib), ialah kulli yang di bawahnya tidak ada jenis, sedang di atasnya
ada beberapa jenis, contoh hewan, di atas hewan ini ada jism yang berkembang,
jism dan jauhar, sedang di bawahnya tidak ada jenis kecuali berbagai nau’ yang
bermacam-macam hakikatnya, seperti manusia, kuda, kambing, kucing, dan
sebagainya.
2) Jins mutawasshith (menengah), ialah kulli yang di atasnya ada jenis dan di
bawahnya juga ada jenis, contoh jismi nami (benda yang bekembang), nisbah
kepada hewan dan jisim.
3) Jins ‘ali atau ba’id (tinggi atau jauh), ialah suatu jenis yang tak ada jenis yang
lain di atasnya, tapi di bawahnya ada beberapa jenis, contoh jauhar di bawah
jauhar ini ada jisim, jisim yang berkembang dan hewan.
b. Nau’, kata nau’ berasal dari bahasa arab yang berarti ragam, jenis, macam dan
sebagainya. Maksudnya adalah, ragamnya suatu hakekat, yang berkumpul pada yang
lebih umum, tetapi dibawah kulli, seperti: manusia/insan, hakekatnya Ali, Muhammad,
Umar dan lain-lain. Nau’ sendiri dibagi menjadi dua:
a) Nau’ haqiqi, adalah lafadz kulli yang berada dibawah jins, sedang masadaqnya
merupakan hakekat yang sama, nau’ haqiqi tidak ada lagi dibawahnya kecuali afrad-
afrad saja.
8 Menurut Imam al-Adhari dan Al-Darwi Lafadz Mufrad Kulli terdiri dari: musta’mal (yang digunakan dan
ghairu musta’mal (yang tidak digunakan), Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), 49
b) Nau’ Idhafi atau nau’ tambahan, adalah nau’ yang jenisnya dibagi sama, seperti:
tinggi, rendah pertengahan atau nau’ yang memiliki sifat tambahanyang tida pasti
yang membedakan dengan nau’ haqiqi. Dapat pula dikatakan sebagai lafadz kulli
dibawah jins. Nau’ idhafi ada tiga macam, yaitu:
i. Safil, berasal dari bahasa arab, artinya bawah. Maksudnya lafadz safil adalah
lafadz kulli yang tidak ada dibawahnya kecuali juz’inya, yakni Muhammad,
Ali dll.
ii. Mutawasith, berasal dari bahasa arab yang berarti pertengahan. Maksudnya
nau’ mutasith adalah lafadz kulli yang diatas dan dibawahnya terdapat nau’.
Seperti: hewan, diatasnya ada nau’ al-nami’ sedang dibawahnya ada nau’
yaitu manusia. Demikian pula di atas nami’ ada nau’ jisim dan dibawahnya
manusia.
iii. Ali, berasal dari bahasa arab yang artinya tinggi. Maksudnya disini lafadz ’ali
adalah nau’ yang tertinggi, tidak ada lagi nau’ diatasnya, contoh: jisim.
Lafadz jisim tidak ada lagi diatasnya ia jins Ali yakni Jauhar.
c. Fashal
Berasal dari bahasa arab yang artinya beda, pisah atau isolasi. Maksudnya adalah dengan
fashal kita dapat membedakan hakekat sesuatu dengan hakekat lainnya yang terdapat dalam satu
jenis (jins). Dalam ilmu mantiq fashal adalah suatu sifat dari beberapa sifat kulliyah, dimana
suatu hakekat bersatu dalam satu jenis. Fashal terbagi menjadi dua, yakni:
d. Fashal gharib, adalah satu ciri yang membedakan dari sesuatu yang menyamainya dalam
jenisnya yag dekat.
Contoh:
Lafadz berfikir, karena ia membedakan dari yang menyamainya dalam satu jenis,
yakni hewan.
e. Fashal baid, adalah ciri yang membedakan dari sesuatu yang menyamainya dalam
jenisnya yang jauh.
Contoh:
Lafadz merasa, adalah lafadz baid bagi manusia yang membedakan dengan
hewan.
2 Kulli Irdhi
Lafadz kulli irdhi adalah lafadz abstrak yang menyifati benda. Lafadz irdhi dibagi
menjadi dua, yakni:
a. Irdhi Khashah adalah sifat tambahan yang hanya berlaku satu dzat tertentu atau term
yang menyamakan sifat hakikat dari suatu spesial sebagai akibat dari sifat pembeda yang
dimilikinya.
Contoh:
Sifat pembeda yang dimiliki manusia adalah berfikir. dari sifat berfikir ini timbul
sifat khusus, seperti: kawin, membentuk pemerintah, adanya peradaban, pakaian, dan
mengembangkan kebudayaan.
b. Irdhi Ammah, adalah sifat tambahan yang dapat ditemukan pada beberapa zat atau
golongan.
Contoh:
Sifat melihat pada manusia.meliahat ini juga dimiliki oleh hewan yang lain
3 Kully Wasithoh
Lafadz kulli wasithoh ialah kulliy yang mencakup dua hakikat. Seperti kata “Rokok”.
Rokok mengandung dua hakikat: a. Tembakau (tembakau bukan linting), b. Linting (linting
bukan tembakau).9
dzati irdhi
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Lafadz itu terbagi menjadi dua yakni mufrad dan murakkab. Adapun lafadz mufrad
sendiri terbagi menjadi tiga yakni: isim, adat, kalimah. Isim terbagi menjadi lima: muhassal,
ma’dul, adami, juzz’i, kulli. Kulli ada dua: kulli dzati dan kulli irdhi. Kulli dzati ada tiga, yaitu:
dzati nau’, jinsi, dan fashal. Nau’ ada dua: hakiki dan idhafi. Jinsi ada tiga: safil, mutawasith, dan
ali. Fashal ada dua: ba’id dan qarib. Kulli irdhi ada dua: khassah dan ‘am.
Lafadz murakkaf terbagi menjadi dua: naqish dan tam. Tam terbagi menjadi dua: khabari
dan insya’i. Ta’rif ada empat bagian: had, rasm, lafadz dan mitsal.
DAFRAR PUSTAKA
Kholik,C.A,Mukarromah,Q, Ilmu Mantiq Undang-Undang Berpikir Valid, Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada,2013) hlm.26.31
Muqaddam.M.Mahmud Pelajaran Mantiq Perkenalan Dasar-dasar Logika Muslim .Terj.Iwan
Setiawan..Yogyakarta ,Rausyanfikr Institute,2014.hlm.60
Mustofa,CholilBisyri Tejemahan Assulamul Munauroq . Bandung , PT
Alma’arif,,2000.hlm.23
Sambas,Syukriadi Mantik Kaidah Berpikir Islam . Bandung , PT Remaja
Rosdakarya,2012.hlm.46