Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Al-Alfazh(Kata)

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ilmu Mantiq

Dosen Pengampu : Aris Priyanto,M.Ag

Disusun Oleh :

RIZKA KHAERUNNISA 3220009

DWI NUGROHO 3220010

ILMU HADITS A

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PEKALONGAN

2021
PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaiakan tugas makalah yang berjudul Al-Fazh ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Ilmu Mantiq program studi Ilmu Hadits.Selain itu,makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Ilmu Mantiq dan pada khususnya Metode Al-Fazh bagi para pembaca dan juga
bagi penulis

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Aris Priyanto,M.Ag selaku dosen


pengampu mata kuliah Ilmu Mantiq program jurusan Ilmu Hadits yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari,makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini

Pekalongan,17 Maret 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sesungguhnya Ilmu Mantiq membahas tentang fikiran-fikiran dan persesuaiannya dengan


undang-undang berfikir, dari itulah maka hubungan ilmu mantiq ialah dengan fikiran-fikiran.
Tidak ada sangkut pautnya dengan lafadz; tetapi dikarenakan lafadz itu sebagai tanda yang
menunjukkan kepada maksud dan pengertian, maka untuk mengambil faidah makna-makna itu,
tidak terlepas dari hubungannya dengan lafadz-lafadz itu menunjukkan atas nama dan petunjuk
lafadz itu, dengan arti memahami makna dari lafadz.  

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apa pengertian lafadz dan pembagian lafadz?


2. Apa saja macam-macam taqabul?
3. Apa pengertian lafadz kulli dan Pembagian lafadz kulli?

C. Tujuan masalah

Berdasarkan Rumusan masalah yang telah kita ambil,ditemukan tujuan masalah sebagai
berikut :

1. Untuk mengetahui serta memahami pengertian lafadz dan pembagian lafadz


2. Untuk mengetahui macam-macam taqabul
3. Untuk mengetahui Lafadz kulli dan pembagiannya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lafadz Dan Pembagian Lafadz

Lafadz adalah susunan beberapa huruf yang mengandung arti. Istilah lafadz berasal dari
bahasa Arab dan diartikan sebagai 'kata' dalam bahasa Indonesia yang diberikan pada rangkaian
huruf abjad atau susunan beberapa huruf yg mempunyai arti. Jika lafadz tidak mempunyai arti
maka rangkaian huruf itu tidak dapat disebut sebagai lafadz. Seperti kayu, batu, air dan lain-lain.
Lafadz ada dua macam, yaitu: lafadz mufrod dan lafadz murokkab.

1. Lafadz mufrod

Lafadz mufrod ialah lafadz yang bermakna tunggal.

‫هو ما ليس له جزء يدل دال لة مقصودة على جز ء المعنى المراد منه‬

·         Kata yang tidak mempunyai bagian yang tidak menunjukkan kepada penunjukkan yang
dimaksud oleh bagian makna yang tidak dikehendakinya1.

Lafazh mufrad terdiri dari dua kata yaitu, lafazh dan Mufrad.  Lafazh artinya kata-kata,
sedangkan Mufrad artinya satu kata. Dlam istilah ilmu mantiq, lafazh adalah kata-kata yang tidak
mempunyai bagian yang masing-masing bagian itu menunjuk kepada makna yang dikandungnya
sendiri.

Terdapat perbedaan pendapat antara Ahli Mantiq dan Ahli Nahwu tentang pengertian ini.
Ahli mantiq melihat lafadz pada maknanya, bukan pada jumlah lafadz-nya. Artinya, susunan
lafadz yang jumlahnya lebih dari satu kata tetapi menunjukkan makna satu tetap disebut sebagai
lafadz mufrod. Meja, kursi, rumah, Amir Syarifuddin, Muhammad Ali adalah contoh lafadz
mufrod. Ahli nahwu lebih melihat pada bentuk dan jumlah susunan kata, sehingga lafadz seperti
Muhammad Abdullah Syafi'i tidak dapat disebut lafadz mufrod.2

Berdasarkan bagian-bagian katanya lafadz mufrad terbagi :

1 Lafadz mufrod ialah lafadz yang bermakna tunggal. Kata yang tidak mempunyai bagian yang tidak
menunjukkan kepada penunjukkan yang dimaksud oleh bagian makna yang tidak dikehendakinya, Syukriadi
sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 46.

2 Terdapat perbedaan pendapat antara Ahli Mantiq dan Ahli Nahwu tentang pengertian ini. Ahli mantiq
melihat lafadz pada maknanya, bukan pada jumlah lafadz-nya. Artinya, susunan lafadz yang jumlahnya lebih dari
satu kata tetapi menunjukkan makna satu tetap disebut sebagai lafadz mufrod. Meja, kursi, rumah, Amir
Syarifuddin, Muhammad Ali adalah contoh lafadz mufrod. Ahli nahwu lebih melihat pada bentuk dan jumlah
susunan kata, sehingga lafadz seperti Muhammad Abdullah Syafi'i tidak dapat disebut lafadz mufrod,
Muqaddam.M.Mahmud, Pelajaran Mantiq Perkenalan Dasar-dasar Logika Muslim,terj.Iwan Setiawan, (Yogyakarta
: Rausyanfikr Institute, 2014), hlm.60
a. Lafadz yang tidak mempunyai suku kata sama sekali, misalnya lafadz yang terdiri dari satu
huruf.
b. Lafadz yang mempunyai bagian kata (huruf), tetapi jika dipisahkan, bagian itu tidak
mempunyai arti sama sekali.
c. Lafadz yang mempunyai bagian kata dan masing-masing bagian itu mempunyai arti
sendiri. Rangkaian kata seperti ini dalam bahasa Arab disebut Mudhaf dan Mudhaf ilaih.
1) Pembagian Lafadz Mufrad:
a. Isim ; adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat dengan
waktu,

‫ما دل على معنى مستقل بالفهم من غير دال لة على زما ن ذلك المعنى‬

Contoh: sekolah, rumah, pesantren, Muhammad, Zainab, dll.3

Pembagian Isim :
I. Dilihat dari segi Mafhum (konsep yang dikandungnya), isim terbagi 2 ;
1. Kulli (isim kulli) adalah lafadz mufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan
kepada semua arti atau maknanya.
2. Juz’i (isim juz’i) adalah lafadz mufrad yg ketika disebutkan lantas menunjukkan
kpd satu bagian saja dari kesluruhan makna yg terkandung oleh lafzh kulli.
Kulli dan Juz’i dilihat dari pengertiannya : 
Kulli artinya menetapkan suatu ketentuan (hukum) atas sesuatu secara
menyeluruh, Kulliyat artinya menetapkan suatu ketentuan atas sesuatu secara
satu persatu, Juz’i artinya menetapkan sesuatu ketentuan (hukum) atas sebagian
secara keseluruhan dari yg sebagian itu., Juz’iyat artinya menetapkan sesuatu
ketentuan (hukum) atas sebagian secara masing-masing dari yg sebagian itu.

II. Pembagian Isim dilihat dari segi ada tidaknya madlul


1. Muhashal adalah lafadz mufrad yang menunjuk kepada suatu benda yang ada
atau suatu sifat yang ada.
2. Ma’dul adalah Lafadz mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sesuatu atau
ketidakadaan sifat (kebalikan Muhashal).
3. ‘Adami adalah lafadz mufrad yang menunjuk kepada ketidakadaan sifat yang
lazimnya ada.

b. Fi’il adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai artis sendiri yang terikat dengan
waktu.

3Isim ; adalah lafadz (kata-kata) yang mempunyai arti sendiri tanpa terikat dengan waktu Syukriadi
Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 47
‫ما دل على معنى فى زمن من االز منة الثال ثة‬

Kata yang menunjukkan suatu arti dengan disertai penunjukkan ketiga


dimensi waktu (waktu lampau, kini, dan akan datang ).4

c. Adat adalah (menurut ilmu Nahwu) = huruf seperti bi, min, wa, ila dll.

‫ما ال يدل وححده على مستقل با لفه‬

Kata yang tidak dapat menunjukkan suatu arti yang sempurna secara mandiri.5

Contoh: ‫ الى‬،‫عن‬،  dll. “Adat”, dalam Ilmu Nahwu, disebut kalimat harf.

2. Lafadz Murakkab (‫)مركب‬

Lafadz Murakkab yaitu:

‫هو ما يد ل جز ؤه د ال لة مقصود ة على جزء المعنى المقصود‬

·          Kata yang bagiannya menunjukkan arti yang dimaksud oleh bagian yang terkandung
dalam kata tersebut.6

Lafadz murakkab terdiri dari dua kata yaitu Lafadz dan Murakkab. Lafadz artinya kata-


kata dan murakkab artinya disusun atau dirangkai. Jadi, lafadz murakkab artinya kata-kata yang
disusun atau dirangkai baik dari 2, 3, 4, ataupun lebih dari itu.

Pembagian Lafadz Murakkab ada dua, yaitu:

a. Lafadz Murakkab Tam, adalah kata-kata yang dirangkai atau disusun sedemikian rupa


sehingga memberi pengertian yang lengkap. Dalam bahasa Indonesia, murakkab tam
disebut kalimat efektif atau kalimat sempurna.

Pembagian Murakab Tam

I. Murakkab Khabari,adalah murakkab tam yang isinya mungkin benar dan mungkin
juga salah (mengandung keraguan).

Contoh: Laptop ini murah. Baju ini Mahal. Jokowi itu ganteng. Awkarin itu
salehah. Dan lain-lain

4 Kata yang menunjukkan suatu arti dengan disertai penunjukkan ketiga dimensi waktu (waktu lampau,
kini, dan akan datang ). Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
48

5 Kata yang tidak dapat menunjukkan suatu arti yang sempurna secara mandiri. Ibid., 48

6 Kata yang bagiannya menunjukkan arti yang dimaksud oleh bagian yang terkandung dalam kata tersebut,
Ibid., 46
II. Murakkab Insya’i, adalah murakkab tam yang tidak mungkin benar dan tidak
mungkin pula salah

Contoh: Andaikan aku menjadi kekasihmu. Aku tidak bisa hidup tanpamu.
Jangan lakukan itu. Cintailah aku dengan setulus hatimu. Dan contoh-contoh lainnya.

b. Lafadz Murakkab Naqish, adalah rangkaian kata yang belum memberikan pengertian


efektif atau sempurna (kalimat gantung).
Pembagian Murakkab Naqish
I. Taqyidiy 
Definisnya: “ma kanat al-Kalimat al-Tsaniyah fihi qaidan li al-Kalimat al-Ula”
(suatu rangkaian kalimat yang kata keduanya mengikat kata yang pertama)
Contoh: Pilot Pesawat. Rumah Hantu. Tumbuhan yang hijau itu. Cowok ganteng
itu. Dan lain-lain.
II. Ghair Taqyidi
Definisinya: “ma taallafa min ism wa adat” (kalimat yang terangkai dari ism dan
huruf)”.
Contoh: Keluar dari. Masuk ke. Pergi menuju. Datang dari. Dan lain-lain..

B. Macam-Macam Taqabul

Taqabul ialah lafadz yang maknanya tak dapat kumpul dalam suatu barang dan dalam
suatu hukum, tak dapat kumpul pula dalam suatu barang pada waktu yang sama.Taqabul itu di
bagi menjadi beberapa macam,yaitu;

1. Taqabul naqidhain(contra dictories) yaitu dua lafadz yang tidak akan dapat berkumpul 
bersama-sama dalam satu maudhu dan satu waktu, contohnya ialah: manusia tak manusia,
hewan tak hewan, genap tak genap, dan sebagainya.
2. Taqabul dhidaini(cotraries) ialah dua keadaan yang ada yang tak dapat kumpul keduanya
dalam satu waktu, tapi kemungkinan keduanya itu hilang semuanya dalam waktu itu juga,
karna adanya keadaan yang lain dari keduanya. Contoh taqabul dhidaini seperti: hitam dan
puti, panas dan sejuk, duduk dan berdiri, dan sebagainya.
3. Taqabul mutadhayifain(alternative term) yaitu satu sama lain sandar menyandarkan.
Contoh dari taqabul mutadhayifain seperti: bapak dan anak, murid dan guru, mubtada dan
khabar, dan sebagainya.

C. Lafadz Kulli Dan Pembagiannya7

7 Kholik,C.A,Mukarromah,Q, Ilmu Mantiq Undang-Undang Berpikir Valid, (Jakarta : PT.Raja Grafindo


Persada,2013) hlm.26.31
Lafadz kulli adalah suatu lafadz yang mengandung beberapa afrad. Seperti lafadz rumah
artinya mencakup segala/semua macam-macam rumah. Lafadz ini terbagi pada beberapa bagian.
Ada lafadz kulli yang afradnya wujud/nyata, dan ada yang tidak wujud/nyata atau tidak ada
dalam kenyataan atau mustahil (menurut akal atau adat).

Menurut Imam al-Adhari dan Al-Darwi Lafadz Mufrad Kulli terdiri dari: musta’mal
(yang digunakan dan ghairu musta’mal (yang tidak digunakan).8

Macam-macam kulli ada 3 macam, yaitu:

1 Kulli Dzati

Lafadz  kulli dzati adalah lafadz yang menunjukkan kepada mahiyah (hakekat) sepenuhnya,
dan kepadanya diajukan pertanyaan ”apa dia”. Kulli dzati ini dibagi menjadi tiga, yakni:

a. Jins, adalah: kulli yang sesuai dengan afrad dari bermacam-macam hakekat yang
berlawanan. Jins adalah bagian dari mahiyah yang sama antara satu mahiyah dengan
mahiyah yang menjadi tempat bernaung dari macam-macam kulliyah yang lebih khusus.
1) Jins safil (qarib), ialah kulli yang di bawahnya tidak ada jenis, sedang di atasnya
ada beberapa jenis, contoh hewan, di atas hewan ini ada jism yang berkembang,
jism dan jauhar, sedang di bawahnya tidak ada jenis kecuali berbagai nau’ yang
bermacam-macam hakikatnya, seperti manusia, kuda, kambing, kucing, dan
sebagainya.
2) Jins mutawasshith (menengah), ialah kulli yang di atasnya ada jenis dan di
bawahnya juga ada jenis, contoh jismi nami (benda yang bekembang), nisbah
kepada hewan dan jisim.
3) Jins ‘ali atau ba’id (tinggi atau jauh), ialah suatu jenis yang tak ada jenis yang
lain di atasnya, tapi di bawahnya ada beberapa jenis, contoh jauhar di bawah
jauhar ini ada jisim, jisim yang berkembang dan hewan.
b. Nau’, kata nau’ berasal dari bahasa arab yang berarti ragam, jenis, macam dan
sebagainya. Maksudnya adalah, ragamnya suatu hakekat, yang berkumpul pada yang
lebih umum, tetapi dibawah kulli, seperti: manusia/insan, hakekatnya Ali, Muhammad,
Umar dan lain-lain. Nau’ sendiri dibagi menjadi dua:
a) Nau’ haqiqi, adalah lafadz kulli yang berada dibawah jins, sedang masadaqnya
merupakan hakekat yang sama, nau’ haqiqi tidak ada lagi dibawahnya kecuali afrad-
afrad saja.

8 Menurut Imam al-Adhari dan Al-Darwi Lafadz Mufrad Kulli terdiri dari: musta’mal (yang digunakan dan
ghairu musta’mal (yang tidak digunakan), Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), 49
b) Nau’ Idhafi atau nau’ tambahan, adalah nau’ yang jenisnya dibagi sama, seperti:
tinggi, rendah pertengahan atau nau’ yang memiliki sifat tambahanyang tida pasti
yang membedakan dengan nau’ haqiqi. Dapat pula dikatakan sebagai lafadz kulli
dibawah jins. Nau’ idhafi ada tiga macam, yaitu:
i. Safil, berasal dari bahasa arab, artinya bawah. Maksudnya lafadz safil adalah
lafadz kulli yang tidak ada dibawahnya kecuali juz’inya, yakni Muhammad,
Ali dll.
ii. Mutawasith, berasal dari bahasa arab yang berarti pertengahan. Maksudnya
nau’ mutasith adalah lafadz kulli yang diatas dan dibawahnya terdapat nau’.
Seperti: hewan, diatasnya ada nau’ al-nami’ sedang dibawahnya ada nau’
yaitu manusia. Demikian pula di atas nami’ ada nau’ jisim dan dibawahnya
manusia.
iii. Ali, berasal dari bahasa arab yang artinya tinggi. Maksudnya disini lafadz ’ali
adalah nau’ yang tertinggi, tidak ada lagi nau’ diatasnya, contoh: jisim.
Lafadz jisim tidak ada lagi diatasnya ia jins Ali yakni Jauhar.
c. Fashal

Berasal dari bahasa arab yang artinya beda, pisah atau isolasi. Maksudnya adalah dengan
fashal kita dapat membedakan hakekat sesuatu dengan hakekat lainnya yang terdapat dalam satu
jenis (jins). Dalam ilmu mantiq fashal adalah suatu sifat dari beberapa sifat kulliyah, dimana
suatu hakekat bersatu dalam satu jenis. Fashal terbagi menjadi dua, yakni:

d. Fashal gharib, adalah satu ciri yang membedakan dari sesuatu yang menyamainya dalam
jenisnya yag dekat.

Contoh:

Lafadz berfikir, karena ia membedakan dari yang menyamainya dalam satu jenis,
yakni hewan.

e. Fashal baid, adalah ciri yang membedakan dari sesuatu yang menyamainya dalam
jenisnya yang jauh.

Contoh:

Lafadz merasa, adalah lafadz baid bagi manusia yang membedakan dengan
hewan.

2 Kulli Irdhi

Lafadz kulli irdhi adalah lafadz abstrak yang menyifati benda. Lafadz irdhi dibagi
menjadi dua, yakni:
a. Irdhi Khashah adalah sifat tambahan yang hanya berlaku satu dzat tertentu atau term
yang menyamakan sifat hakikat dari suatu spesial sebagai akibat dari sifat pembeda yang
dimilikinya.

Contoh:

Sifat pembeda yang dimiliki manusia adalah berfikir. dari sifat berfikir ini timbul
sifat khusus, seperti: kawin, membentuk pemerintah, adanya peradaban, pakaian, dan
mengembangkan kebudayaan.

contoh: mampu berbahasa/belajar satu bahasa/beberapa bahasa.adalah irdhi. khas


(sifat khusus) bagi manusia.

b. Irdhi Ammah, adalah sifat tambahan yang dapat ditemukan pada beberapa zat atau
golongan.

Contoh:

Sifat melihat pada manusia.meliahat ini juga dimiliki oleh hewan yang lain

3 Kully Wasithoh

Lafadz kulli wasithoh ialah kulliy yang mencakup dua hakikat. Seperti kata “Rokok”.
Rokok mengandung dua hakikat: a. Tembakau (tembakau bukan linting), b. Linting (linting
bukan tembakau).9

 Kulliyyat Al- khams


i. Kulliy Jinsi, yaitu kulliy yang mempunyai beberapa jenis, hakikat yang berbeda-beda, dan
ketikaterdapat persamaan, kulliy ini patut digunakan sebagai jawaban pertanyaan.
ii. Kulliy Fashal, yaitu sebagian dari zat, wujud, bahan, benda, yang sebagian darinya dapat
menunjukkan semua hakikatnya.
iii. Kulliy ‘arodh ‘Aam, yaitu kulliy di luar hakikatnya zat, wujud, benda, yang dapat
dipersesuaikan dengan hakekat wujud itu juga dengan yang lain.
iv. Kulliy Nau’, yaitu Kulliy yang mempunyai beberapa hakikat yang sama dan patut
digunakan sebagai jawaban dari pertanyaan “apa itu ?”
v. Kulliy Khoshoh, yaitu kulliy yang di luar hakikatnya zat, tetapi tertentu, khususnya bagi
hakikat zat itu sendiri, seperti “tertawa” bagi manusi, tertawa itu ada diluar hakikatnya
manusia, tetapi tertawa itu khusus ada pada manusia, selain manusia tidak ada yang bisa
tertawa.
Skema Lafadz.1.1
9 Kully Wasithoh Lafadz kulli wasithoh ialah kulliy yang mencakup dua hakikat. Seperti kata “Rokok”.
Rokok mengandung dua hakikat: a. Tembakau (tembakau bukan linting), b. Linting (linting bukan tembakau).,
Cholil Bisyri Mustofa, Tejemahan Assulamul Munauroq (Bandung: PT Alma’arif, 2000), hlm.23
lafadz
murakkab mufrad

tam naqis isim kalimat adat

khabari Insya’i taqyidhi Ghairu taqyidi


Dilihat dari
Dilihat dari Madlul Mafhum
muhassal Ma’du adami kulli Juz’i

dzati irdhi

Nau’ jins fashl

haqiqi idhafi safil mutawassithoh ali

safil mutawassithoh ali qarib baid

khassah Irdi ‘am

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Lafadz itu terbagi menjadi dua yakni mufrad dan murakkab. Adapun lafadz mufrad
sendiri terbagi menjadi tiga yakni: isim, adat, kalimah. Isim terbagi menjadi lima: muhassal,
ma’dul, adami, juzz’i, kulli. Kulli ada dua: kulli dzati dan kulli irdhi. Kulli dzati ada tiga, yaitu:
dzati nau’, jinsi, dan fashal. Nau’ ada dua: hakiki dan idhafi. Jinsi ada tiga: safil, mutawasith, dan
ali. Fashal ada dua: ba’id dan qarib. Kulli irdhi ada dua: khassah dan ‘am.

Lafadz murakkaf terbagi menjadi dua: naqish dan tam. Tam terbagi menjadi dua: khabari
dan insya’i. Ta’rif ada empat bagian: had, rasm, lafadz dan mitsal.

B. KRITIK DAN SARAN


Banyak lebih dari  keterbatasan bagi pemakalah dalam menyelesaikan makalah Ilmu
Mantiq Islam ini baik dari segi refrensi serta bacaan buku yang ada di perpustakaan, serta dari
pemahaman pemakalah sendiri. Kami berharap atas pemahaman yang ada bermanfaat bagi kita
semua. Dan bagi instansi diharapkan untuk memfasilitasi kebutuhan yang ada.

DAFRAR PUSTAKA
Kholik,C.A,Mukarromah,Q, Ilmu Mantiq Undang-Undang Berpikir Valid, Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada,2013) hlm.26.31
Muqaddam.M.Mahmud Pelajaran Mantiq Perkenalan Dasar-dasar Logika Muslim .Terj.Iwan
Setiawan..Yogyakarta ,Rausyanfikr Institute,2014.hlm.60
Mustofa,CholilBisyri Tejemahan Assulamul Munauroq . Bandung , PT
Alma’arif,,2000.hlm.23
Sambas,Syukriadi Mantik Kaidah Berpikir Islam . Bandung , PT Remaja
Rosdakarya,2012.hlm.46

Sambas,Syukriadi Mantik Kaidah Berpikir Islam . Bandung , PT Remaja


Rosdakarya,2012.hlm.47
Sambas,Syukriadi Mantik Kaidah Berpikir Islam . Bandung , PT Remaja
Rosdakarya,2012.hlm.48
Sambas,Syukriadi Mantik Kaidah Berpikir Islam . Bandung , PT Remaja
Rosdakarya,2012.hlm.49

Anda mungkin juga menyukai