Anda di halaman 1dari 11

Al-Ijaz Wal Ithnab Wal Musawa

Makalah:
Disusun untuk memenuhi Tugas Balaghah (Stilistika AlQuran)

Oleh :
RAFI AGENG SUGARA (E73218064)
NURUL QO’IMA (E73218062)
CEPTY AFIFFAH RANTY (E73218135)

Dosen Pengampu:
MASNA HIMAWATI, MA

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA
2020
LATAR BELAKANG

Balaghah merupakan ilmu yang membahas cara-cara menyusun kalimat yang baik
dan bernilai tinggi menurut sastrawan dan salah satu tujuannnya adalah untuk dapat
berbicara atau menulis dengan teratur sesuai dengan kondisi dan situasi dan dengan cara
yang indah. Seseorang yang baligh atau sastrawan juga memiliki kalimat fasih, kalam
fasih, dan muatakalim fasih.

Keindahan adalah merupakan sifat-sifatnya yang paling menonjol. Keistimewaan


yang Nampak dan sasaran keindahannnya ialah bahasa yang menampilkan khayalan
indah, gambaran halus, dan menyentuh kepada bentuk-bentuk penyerupaan yang jauh
antara beberapa hal. Belajar ilmu balaghah baik melalui ilmu Bayan, ilmu Ma‟ani,
maupun ilmu Badi‟ tujuannnya sama tidak lain adaalah agar memeahami bahasa Al-
Quran. Karena Al-Quran sebagai pedoman hidup yang memiliki makna dan bahasa yang
indah.

Oleh karena itu perlu untuk memahami kaidah-kaidah bahasa agar tidak salah
dalam menafsirkan Al-Quran. Karena dalam Al-Quran ada makna hakiki a nada pula
makna majazi dan banyak perumpamaan atau tasybih yang memiliki tujuan tertentu.
Lafaz-lafaz yang indah juga dibahas dalam ilmu Badi‟, kesesuaian dibahas dalam ilmu
Ma‟ani, dan ilmu Bayan.1 Dalam makalah ini saya akan memaparkan tentang “Ijaz,
Ithnab, dan Al-Musawa”

1
Hipni Bek Nasif, Qowaid Al-Lughah Ar-Rabiah, hal.102
A. Al-Ijaz
Kalam ijaz diungkapkan oleh seoran penutur yang berhadapan dengan orang yang
dalam pemahamannya adalah orang yang cerdas yang tidak memerlukan
informasi yang terperinci dan panjang lebar. Orang cerdas akan terjebak dalam
kejenuhan apabila berhadapan dengan kalimat yang panjang bisa disimplikasikan
dengan tanpa mereduksi maknanya.Di dalam kalimat yang ringkas tersebut
terdapat makna yang banyak yang tidak disebutkan.Ijaz dibagi menjadi dua, yaitu
ijaz bil khadzf dan ijaz bidunil khadzf. 2

1. Ijaz bil khadzf

,‫فهوما حيذف منهاملفرد واجلملة لد اللة فحوى الكالم على احملذوف‬

.3‫واليكون إال فيها زاد معناه على لفظو‬


Ijaz bul khadzf menghapus satu kata atau kalimat dengan tetap menyertakan petunjuk
dalam kalimat atas kata atau kalimat yang dihapus tadi. Ini hanya terjadi jika memnag
makna yang dikandung lebih banyak daripada lafadnya. Ijaz bil khadzif bisa terletak di
beberpa tempat. Diantaranya.4
a. Huruf, contoh pada surah Maryam ayat 20

٠ٓ – ‫ت اَ ىّّن يَ ُك ْو ُن ِ ِْل ُغ ىل ٌم َّوََلْ َيَْ َس ْس ِ ِْن بَ َشٌر َّوََلْ اَ ُك بَغِيًّا‬


ْ َ‫قَال‬
Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-
laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan
seorang pezina!”

Pada lafdz ‫بَغِيًّا‬ ‫ َّوََلْ اَ ُك‬bentuk asalnya adalah ‫ولما أكه‬.

b. Menghapus isim yang berposisi sebagai mudof, contoh surah al-haj ayat 78

ٖۗ‫اّللِ َح َّق ِج َه ِاده‬ ِ


ّ‫َو َجاى ُد ْوا ِِف ى‬

Pada lafadz ِ‫اّلل‬


ّ‫ى‬ ‫ ِِف‬terdapat kata yang dihapus yaitu lafadz ‫سبيل‬.

2
Haniah, Al-Balagah, Al-Arabiyyah, (Makassar: Alaudin University Press, 2013), 148
3
Abdul Aziz atiq, ilm Al-Ma’ani, (Baiurut: Dar Al-Nahdoh Al-Arabiyya, 2009), 176
4
Ahmad Al-Hasyimi, Jawahirul Balagah, (Baiurut: Al-Maktabah Al-‘Ashiriyah, tt), 198-199
c. Dihapus nya isim mudof ilaih, contohnya ada disurah al-A‟raf ayat 142

‫ىها بِ َع ْش ٍر‬ ِ
َ ْ ‫َوىو َع ْد ََن ُم ْو ىسى ثَ ىلث‬
َ ‫ْي لَْي لَةً َّواَْْتَ ْمن‬

ْ ‫ بِ َع‬terdapat kata yang dihapus yaitu ‫ليال‬.


Pada lafadz ‫ش ٍر‬

2. Ijaz bidunil khadf

Ijaz bidunil khadf adalah kalimat yang telah ringkas tanpa ada penghapusan
namun sudah mengandung makna yang banyak. Misalnya pada surah Al-
Baqarah ayat 179.

ِ
ِ ‫ص‬
ٌ‫اص َحىيوة‬ َ ‫َولَ ُك ْم ِِف الْق‬
Jika dilihat pada ayat ini kandungan lafadz nya ringkas yakni dan bagi kalian
didalam hukum qisas itu terdapat kehidupan, secara lafadz maknanya hanya
itu, tetapi ia tidal mengandung makna itu. tetapi juga mengandung makna
yang lain yakni. Beratnya hukuman membunuh oranglain karena ketika
seseorang mengetaui jika ia membunuh orang lain maka ia juga akan dibunuh
berdasarkan hukum qisas. Maka dari itu dalam hukum qisas ini terdapat
kehidupannya dan kehidupan oranglain, 5

B. Kalam ithnab
ِ ‫ع الْب‬
‫اب‬ ِ َ‫ف ِب ِْلطْن‬
َ َ ‫اك هللا قَ ْر‬
َ ‫ ) َك الَْزْم َر َع‬341 ( ‫اب‬ ُ ‫َو َع ْك ُسوُ يُ ْعَر‬
Dan kebalikannya ijaz dikenal dengan istilah ithnab, seperti ‫ الزم رعاك هللا قرع الباب‬: Tetaplah
kamu, semoga Allah SWT selalu menjagamu untuk mengetuk pintu Rahmat-Nya. Kalam
ithnab dapat dilihat dalam kalimat yang berulang-ulang, disebutkan seperti firman Allah
SWT dalam Q.S. al-Takatsur/102: 3-4

َ ‫) ُثَّ َك َّال َس ْو‬1( ‫ف تَ ْعلَ ُم ْو َن‬


)4( ‫ف تَ ْعلَ ُم ْو َن‬ َ ‫َك َّال َس ْو‬
“Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.”
Allah SWT menegaskan peringatan dalam ayat ini agar lebih diperhatikan dan
terkesan lebih menakutkan kemudian kata sambung ‫ ثم‬dalam ayat ini mengisyaratkan
bahwa peringatan yang kedua lebih keras dan lebih menakutkan.6

5
Ibid, 198
6
Nailul Huda, Balaghah Praktis(Terjemah Jauharul Maknun Saku), (Kediri: Santri Salaf Press, 2017), 296
 Pengertian Ithnab

‫ف ْالَْو َسا ِط لَِفائِ َدةِ تَ ْق ِويَتِ ِو َوتَ ْوكِْي ِد ِه‬


ِ ‫االطْناب ِزيدةُ اللَّ ْف ِظ علَى الْمعن لَِفائِ َدةِ أَو ىو َتْ ِديةُ الْمعن بِعِبارةِ زاي َدةِ عن مت عا ِر‬
َ َُ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ َْ َ َ ََ ُ َ ْ
ِ

Ithnab ialah menambah lafal melebihi atas maknanya karena suatu faedah. Dalam
pengertian lain ithnab adalah menyampaikan makna dengan ungkapan yang melebihi apa
yang telah di kenal orang dalam tingkatan yang sedang, karena untuk faedah menguatkan
atau mengukuhkannya. Sebagaimana telah diketahui bahwa ijaz dan ithnab berhubungan
dengan pengungkapan suatu makna sesuai dengan tuntutan keadaan. Ketika keadaan
menuntut untuk memanjangkan perkataan, maka digunakanlah ithnab. 7
Contohnya: (Jawaahir al-Balaghah)

‫ب َش ِقيًّا‬ َ ِ‫س َشْي بًا َّوََلْ اَ ُك ْن بِ ُد َعآئ‬


ِّ ‫ك َر‬ َّ ‫ب اِِّن َوَى َن الْ َعظْ ُم ِم ِِّن َوا ْشتَ َع َل‬
ُ ْ‫الرأ‬ ِّ ‫ال َر‬
َ َ‫ق‬
Ia berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban. (Q.S Maryam: 4).
Maksud ayat diatas adalah: Saya sudah tua. Nah, didalam ayat tersebut mengandung
penjelasan bahwa tulang yang lemah dan kepala yang sudah ditumbuhi ubah, itu
mengindikasikan bahwa seseorang tersebut sudah tua.
Apabila terdapat penambahan lafadz yang didalamnya tidak ada faedahnya dan tidak
tertentu, maka diistilahkan dengan “Tathwil”, sedangkan jika penambahannya itu
memiliki faedah dan tertentu diistilahkan dengan “Hasywu”.

a. Tathwil
Seperti ucapan Ady bin Zaid Al-Ubbady mengatakan kepada Nu‟man bin Mundir
sambil mengingatkan musibah yang terjadi pada Judzaimah Al-Abrosy dan Zaba‟:

‫ت ْالَ ِد َْي لَِر ِاى َشْي ِو َوأَلْ َفى قَ ْوَلَا َك ِذ ًب َوِمْي نًا‬
ْ ‫َوقَ َّد َد‬
“Dan dia Zaba‟ telah memotong kulit hingga mencapai dua urat nadinya. Dan
dia (Juzaimah) mendapatkan ucapannya (zaba‟) itu dusta dan bohong.”

Lafadz ‫ كذب‬dan ‫ مينا‬memiliki arti yang sama, maka menggunakan salah satunya sudah
cukup. Dan tambahan kata tersebut juga tidak di butuhkan karena tujuannya sudah
sah dengan menggunakan salah satunya, maka dengan penambahan lafadz tersebut
dikatakan sebagai Tathwil yang tanpa faidah.
7
Ibid.,.
b. Hasywu
Seperti ucapan Zuhair bin Abi Salma yang ia ucapkan pada perdamaian yang
terjadi antara Qois dan Dzibyan :
ِ ‫َوأَ ْعلَ ُم عِلْ َم الْيَ ْوِم َو ْالَ ْم‬
‫س قَ ْب لَوُ َولَكِنَِِّن َع ْن عِلْ ِم َم ِاف غَ ٍد َع ْم ِي‬
“Dan saya mengatahui seperti pengetahuan hari ini, sebelum hari ini, dan tetapi
saya tidak tahu akan pengetahuan dihari besok.”

Lafadz ‫ قبلو‬menunjukkan arti yang sama dengan ‫( المس‬kemarin), nah tambahan


tersebut nyata sebagai suatu tambahan. Dimana ‫ المس‬yang artinya kemarin,
semakin diperjelas dengan adanya lafadz ‫ قبلو‬yang artinya sebelum hari ini. Jadi
penambahan tersebut memberikan faedah tertentu, yakni semakin memperjelas
suatu makna. 8

 Klarifikasi Ithnab
1. Menyebutkan lafadz khusus setelah lafadz umum. 9
Contoh:
‫اد ْوا ِف ُد ُرْو ِس ُك ْم َواللغَ ِة الْ َعَربِيَّ ْة‬ ِ
ُ ‫إِ ْجت َه‬
Bersungguh-sungguhlah pada pelajaran kalian dan bahasa Arab.

Faidahnya: mengingatkan atas keutamaan lafadz khusus itu, seolah-olah


karena keutamaannya ia seperti jenis yang berbeda pada lafadz
sebelumnya.
2. Menyebutkan lafadz umum setelah lafadz khusus
Contoh:
ِ َ‫ْي والْمؤِمن‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ي ولِمن دخل ب ي‬ ِ ِ ِِ ِ‫ر‬
‫ات‬ ْ ُ َ ِ ْ ‫ت ُم ْومنًا َوللْ ُم ْؤمن‬
َ َْ َ َ َ ْ َ َ َّ ‫ب ا ْغف ْرِل َول َوال َد‬
َّ
Wahai tuhanku, ampunilah aku, kedua orang tuaku, orang yang masuk
rumahku dengan beriman, dan orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan. (Q.S Nuh: 28)
Dalam ayat ini Allah menyebutkan lafadz ‫ املؤمنْي واملؤمنات‬yang mencakup
lafadz umum, yang mencakup lafadz sebelumnya. Berfaedah untuk
menunjukkan ketercakupan lafadz yang khusus ke dalam lafadz yang
umum dengan memberi perhatian khusus kepada sesuatu yang khusus
karena disebut dua kali.
3. Menjelaskan setelah menyamarkan
Contoh:
8
Ibid, Balaghah Praktis..298
9
Hasan al-Bandariy, Fi al-Balagah al‟Arrabiyyah; „Ilm al-Ma‟aniy, (Kairo : Maktabah al-Anjalual-
Misriyyah, 1990), h. 230
ِ ِ
َْ ‫أََم َّد ُك ْم بَا تَ ْع َملُ ْو َن أََم َّد ُك ْم ِبَنْ َعاٍم َوبَن‬
‫ْي‬
Allah telah membantu kalian dengan segala sesuatu yang kalian kerjakan,
Allah telah membantu kalian dengan beberapa hewan ternak dan anak
laki-laki. (Q.S Asy Syuaro‟: 132)
Berfaedah untuk mempertegas makna dalam perhatian pendengar dengan
disebutkan dua kali, pertama secara samar, dan kedua dengan tegas
4. Mengulangi lafadz karena adanya tujuan, seperti panjangnya pemisah.
Contoh ucapan penyair:
ِ ِِ ِ
ٌ‫ت َم َواث ُق َع ْهده َعلَى مثْ ُل َى َذا إِنَّوُ لَ َك ِرْي‬
ْ ‫َوإِ َّن ْامَرأَ َد َام‬
Sesungguhnya seseorang yang jaminan perjanjiannya itu tetap seperti ini,
maka seseorang ini mulia.
Pada bait tersebut lafadz ‫ إن‬diulang diawal dan diakhir bait, supaya kalam
tidak kelihatan terputus. Berfaedah untuk menegaskan dan memantapkan
maknanya di hati pendengar.
5. I‟tirodh yaitu menyisipkan lafadz antara bagian-bagian satu jumlah atau
antara dua jumlah yang masih berkaitan ma‟na, dikarenakan adanya
sebuah tujuan.
Contoh Ucapan Penyair (A‟uf bin Mahlam Asy Syaibany yang
mengadukan kelamahannya):
ِ ‫إِ َّن الثَّمانِْي وب لٍّغْتَها قَ ْد أَحوجت سَْعِي إِ َل تُر ُج‬
‫ان‬َْ ْ ْ َ َْ َ ُ َ َْ َ
“Sesungguhnya 80 tahun usiaku, dan engkau telah berusia segitu
pendengaranku membutuhkan orang yang menjelaskan.”
Lafadz ‫ وبلغتها‬dikatakan jumlah I‟tirodhiyah. Berfaedah untuk
meningkatkan kebalighan suatu kalimat.
6. Ihtiros yaitu mendatangkan pada kalam yang memberi persepsi berbeda
dari tujuan, dengan kalam lain yang menolak kesalahpahaman itu.
Contoh ucapan penyair (Torfah bin Abd):
‫الربِْي ِع َوِدَْيَةٌ تَ ْه ِم ْي‬
َّ ‫ب‬ ِِ ِ
ُ ‫ص ْو‬
َ ‫فَ ْس َقى د َي َرَك َغْي َر ُم ْفسد َىا‬
Hujan pada musim semi menyirami rumahmu tanpa merusakkan, dan
hujan terus menerus itu membanjiri.
Jika tidak disebutkan lafadz ‫ غري مفسدىا‬maka secara muthlaq akan dipahami
lebih umum atau mendo‟akan kejelekan dengan robohnya rumah, lalu
didatangkanlah lafadz tersebut untuk menolak pemahaman yang salah. 10

10
Wakid Yusuf, Balaghah Ijaz Ithnab dan Musawah, 25 Maret
https://wakidyusuf.wordpress.com/2016/04/26/balaghah-ilmu-maani-bab-6-ijaz-ithnab-musawah/,
 Hal-hal yang mendorong untuk menyusun bentuk ithnab
1. Menetapkan makna
2. Menjelaskan makna yang diharapkan
3. Mengukuhkan
4. Menghilangkan kesamaran
5. Membangkitkan semangat
 Ithnab dinilai bagus dalam penggunaannya jika dipakai dalam hal-hal sebagai
berikut:
1. Saling memaafkan antara keluarga
2. Menyanjung
3. Mencela dan mengejek
4. Pidato dalam urusan umum
5. Menasehati dan member petunjuk
6. Ucapan selamat
7. Siaran pemerintah kepada umat
8. Surat-surat pejabat kepada raja

AL- MUSAWAH

A. Pengertian
Musawah artinya “sama” atau sebanding adalah pengungkapan kata
dengan makna yang seimbang, yakni banyaknnya makna yang akan disampaikan
sama dengan banyak nya kata-kata, atau banyak nya kata-kata sesuai dengan
banyaknya makna, satu sama lain tidak ada yang lebih dan tidak ada yang
kurang.11

B. Macam-macam
Musawa itu ada dua macam, yaitu:
1) Musawa dengan ikhtishar yaitu seorang sastrawan berhati-hati dalam
makna, yaitu dengan seringkas mungkin dari lafadz-lafadz yang hurufnya
sedikit akan tetapi maknannya banyak seperti firan Allah SWT :
ِْ ‫ٱل ْح ىس ِن إَِّال‬
‫ٱل ْح ىَس ُن‬ ِ
َ ْ ُ‫َى ْل َجَزآء‬
“tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”

11
Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, Terjemah al Balaghahtul Wdhihah. Hlm: 339
QS. Ar-Rahman : 60

2) Musawa tanpa ikhtishar yaitu (disebut juga al-Muta‟arif) yaitu maksud


ditemukan dengan tanpa upaya meringkas, seperti firman Allah SWT :

‫ٱْلِيَ ِام‬
ْ ‫ت ِِف‬
ٌ ‫ور‬
َ‫ص ى‬
ُ ‫ور َّم ْق‬
ٌ ‫ُح‬

“(bidadari-bidadari) yang jelita, putih, bersih, dipingit dalam rumah ”


QS. Ar-Rahman : 72
Dua macam bentuk diatas luhur atau bagus nilainya dalam satra, hanya
saja yang pertama memang lebih baik dan lebih menunjukan kepada
sastra. Misalnya keadaaan makna sekedar lafadz dan keadaaan lafadz juga
sekedar, makna yang diharapkan. Sebagaiaannya tidak melebihi sebagian
yang lain inilah yang menjadi ukuran seperti firman Allah SWT :

Contohnya terdapat dalam surat

 QS. AL-Baqarah : 110


۟ َّ ‫ٱلصلَ ىوَة َوءَاتُ ۟وا‬ ۟ ِ
َّ ‫ٱّللِ إِ َّن‬
‫ٱّللَ ِبَا تَ ْع َملُو َن‬ َّ ‫ٱلزَك ىوَة ۚ َوَما تُ َق ِّد ُموا ِلَن ُف ِس ُكم ِّم ْن َخ ٍْري ََِت ُدوهُ ِع َند‬ َّ ‫يموا‬
ُ ‫َوأَق‬
ِ
ٌ‫بَصري‬
“dan laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat. Dan segerakanlah kebaikan
yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) disisi
Allah. Sungguh Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.
 QS. Fatir : 43
ِِ ِ ِ ‫ٱستِكْبَ ًارا ِِف ْٱل َْر‬
َ ‫ٱلسيِّ ُئ إَِّال ِب َْىلوۦ ۚ فَ َه ْل يَنظُُرو َن إَِّال ُسن‬
‫َّت‬ ُ ‫ٱلسيِّ ِئ ۚ َوَال َحي‬
َّ ‫يق ٱلْ َمك ُْر‬ َّ ‫ض َوَمكَْر‬ ْ
‫ٱّللِ ََْت ِو ًيال‬ ِ ‫ٱّللِ تَب ِد ًيال ۖ ولَن ََِت َد لِسن‬
َّ ‫َّت‬ ِ ِ ِ ِ
ُ َ ْ َّ ‫ْي ۚ فَلَن ََت َد ل ُسنَّت‬
َ ‫ْٱل ََّول‬
“ karena kesombongan (mereka) di bumi dank arena rencana (mereka) yang
jahat. Rencana yang jahat itu hanya menimpa kepada orang yang
merencanakannya sendiri. Mereka hanyalah menunggu (berlakunya) ketentuan
orang-orang yang terdahulu. Maka kamu tidak akan perubahan bagi Allah, dan
tidak pula akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah”12

Bila diperhatikan contoh-contoh diatas kita dapatkan bahwa kata-katanya


disusun sesuai dengan makna yang dikehendaki, dan seandainnya kita tambahi
satu kata saja akan terlihat ada kelebihan dan bila kita kurangi satu kata saja maka
akan mengurangi maknannya. Jadi kata-kata yang tersusun dalam setiap contoh
diatas sama dengan banyaknya makna. Oleh karena itu pengungkapan kalimat
yang demikian disebut sebagai musawah.

C. Perbedaan Musawah dan Ijaz


pada pembahasan ijaz lafadz-lafadz yang diungkapkan lebih sedikit dari
pada makna yang dikandungnya. Sedangkan pada ungkapan ithnab kebalikannya,
maka musawah berada diantara keduanya, yaitu lafadz-lafadz yang diungkapkan
sebanding dengan makna yang dikandungnya.

12
Ali al-jarimi dan Mustafa Amin, op, cit., h.240
DAFTAR PUSTAKA

Nasif Hibni Bek, Qowaid Al-Lughah Ar-Rabiah, hal.102

Haniah, Al-Balagah, Al-Arabiyyah, (Makassar: Alaudin University Press, 2013), 148

Abdul Aziz atiq, ilm Al-Ma‟ani, (Baiurut: Dar Al-Nahdoh Al-Arabiyya, 2009), 176

Al-Hasyimi Ahmad, Jawahirul Balagah, (Baiurut: Al-Maktabah Al-„Ashiriyah, tt), 198-


199
Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, Terjemah al Balaghahtul Wdhihah. Hlm: 339

Ali al-jarimi dan Mustafa Amin, op, cit., h.240

Wakid Yusuf, Balaghah Ijaz Ithnab dan Musawah, 25 Maret


https://wakidyusuf.wordpress.com/2016/04/26/balaghah-ilmu-maani-bab-6-ijaz-ithnab-
musawah/,

Anda mungkin juga menyukai