PEMBAHASAN
1. Definisi yang ditulis dalam frame (bingkai iluminasi teks Alquran) cetak
perdana Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia pada 1983. Dalam frame ini
tertulis “Mushaf Standar hasil penelitian Badan Litbang Agama dan
Musyawarah Ahli Al-Qur`an dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik
Indonesia tahun 1403 H/1983 M.”2
3
4
juga sama.
c. Tanda waqaf ( )قditiadakan karena waqaf tersebut tidak mu’tamad (da'if)
14Ibid., 283.
15Ibid., 283-290.
7
hamzah wasal.
d. Tanda Isymam, Imalah, dan Tashil menggunakan (lafal) kata dimaksud yang
diletakkan di bawatr kata tersebut, sedang bacaan masyhur menggunakan
12. Muker Ulama Ahli Alquran XII (Masjid Istiqlal, 26-27 Maret 1986)
a. Mengusahakan agar Mushaf Alquran Standar Bahriyah dapat
dimasyarakatkan sebelum Muker Ulama Alquran XIII Tahun 1987.
b. Mendorong agar semua Penerbit Alquran melaksanakan Instruksi Menteri
Agama No. 7 Tahun 1984, tentang Penggunaan Mushaf Alquran Standar.
c. Mengusahakan tewujudnya cita-cita mendirikan Museum Nasional Alquran
di Indonesia.
d. Mengusahakan agar Eksperimen Penggunaan alat-alat elektronik menjadi
paket untuk membantu proses belajar mengajar Alquran.
13. Muker Ulama Ahli Alquran XIII (Tugu Bogor, 12-14 Maret 1987)
a. Menyetujui ide tentang paket tajwid dan pengajaran Alquran dengan bantuan
elektronik agar direalisasikan dan disempurnakan.
b. Mendukung langkah-langkah pemasyarakatan Alquran Standar yang
dinrnjang dengan mesin cetak offset, pemberian tanda tashih untuk satu kali
terbit,.dan kesediaan penerbit menggganti mushaf karena kesalahan teknis
percetakan.
c. Keharusan Penerbit melaksanakan KMA No.25 tahun 1984.
d. Mengusatrakan pembuatan anak master Mushaf Alquran standar untuk
disebarluaskan ke seluruh kantor Departemen Agama hingga tingkat
kecamatan
14. Muker Ulama Ahli Alquran XIV (Ciawi Bogor, 25-27 Februari 1988)
a. Merumuskan program penyimpanan pelestarian Naskah Alquran standar dan
kelengkapannya.
b. Menerima Pedoman Transliterasi arab Latin, berdasarkan SKB Menag dan
Mendikbud No. 158/1987 dan 0543bN/1987.
c. Pedoman Transliterasi Arab Latin perlu dilengkapi dengan beberapa Tanda
Tajwid untuk membaca Alquran dengan benar. Pedoman tersebut digunakan
dalam keadaan darurat.
15. Muker Ulama Ahti Alquran XV (Jakarta, 23-25 Maret 1989)
a. Menerima baik hasil penulisan Mushaf Alquran lil Huffazh (Mushaf Alquran
Bahriyah/Sudut) untuk segera dimasyarakatkan penulisannya.
b. Komputerisasi Alquran dipandang perlu untuk mulai dirintis pelaksanaannya,
karena komputer sebagai alat bantu audio visual canggih dalam mempelajari
Alquran.
c. Perlu segera melaksanakan pentashihan kaset atau rekaman Alquran yang
beredar dan yang akan diedarkan untuk mendapat Tanda Tashih.
12
16Ibid.,290.
17Ibid.
18Ibid.
19Ibid.
13
Adapun untuk menetapkan satu mushaf atau lebih dari satu sebagai mushaf
standar, diperlukan adanya Surat Keputusan sebagai dasar landasan penetapan
mushaf standar. Sebagaimana Negara-negara lain dengan mushaf standarnya,
Indonesia memiliki dasar penetapan Mushaf Standar Indonesia seperti yang telah
tercantum diatas yakni pada Muker Ulama Ahli Alquran kesepuluh yang diadakan
di Masjid Istiqlal pada 28-30 Maret 1984.20
Memang Mushaf Alquran Standar Indonesia telah disahkan dalam Muker IX
tanggal 23 Maret 1983 dan mendapat restu dari Bapak Menteri Agama, Namun
Ulama dan Lajnah masih mempertimbangkan agar Alquran Standar itu diteliti
kembali sehingga yakin bahwa tidak ada kesalahan sama sekali. 21 Sehingga pada
Muker X telah ditetapkan bahwa Alquran standar Usmani, Bahriyah dan Alquran
Braille sebagai Mushaf Alquran Standar Indonesia.
Dasar hukum ini juga diperkuat dengan Keputusan Menteri Agama No. 25
Tahun 1984 tentang Penetapan Alquran Standar dan Pemasyarakatannya
bahwasanya kementrian Agama RI menetapkan mushaf standar Indonesia sebagai
pedoman dalam mentashih Alquran yang dicetak di Indonesia. 22 Dan sebagai
lembaga pentashih Lajnah Pentashih Mushaf Alquran (LPMA) ditugaskan untuk
memasyarakatkan Al-Qur'an Standar di kalangan para penerbit Al-Qur'an dan umat
Islam di seluruh Indonesia.
Penulisan alquran dinusantara diperkirakan telah ada sekitar akhir abad ke-13
ketika pasai, aceh, diujung laut pulau sumatra, menjadi kerajaan pesisir pertama di
Nusantara yang memeluk islam secara resmi melalui pengislaman sang raja. 23
20 Ibid., 287.
21Departemen Agama RI, Mengenal Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia (Jakarta: t.p,
1984. 29.
22E. BadriYunardi, “Sejarah Lahirnya…”, 292.
23Fadhal AR. Bafadhal (ed), dkk. Mushaf-mushaf Kuno Indonesia, (Jakarta:
Puslitbang Lektur Keagamaan Depag RI, 2005), 11.
14
Penyalinan alquran secara tradisional terus berlangsung sampai akhir abad ke-19,
yang berlangsung diberbagai wilayah penting masyarakat islam masa lalu.
Penyalinan mushaf kuno sejak awal didorong oleh semangat dakwah dan dan
mengajarkan alquran,dikarenakan pada masa itu belum ada teknologi untuk
penggandaan dalam jumlah besar sehingga semua naskah ditulis tangan. Pada
penghujung abad ke-19 M minat penulisan mushaf alquran diIndonesia semakin
berkurang bahkan diperkirakan pembuatan seni mushaf alquran mulai berhenti
diawal abad 20.24 Berdasarkan alur perkembangan, ada 3 periode perkembangan
mushaf di indonesia, yaitu:
1. Mushaf tulisan tangan
Periode ini sudah dimulai sejak abad ke-13 M. Hasilnya sangat banyak dan
saat ini tersimpan dibeberapa museum, perpustakaan, museum dsb. Beberapa
mushaf alquran Indonesia,diantaranya seperti; mushaf alquran aceh, kini telah
menjadi koleksi berbagai lembaga didalam dan diluar negeri. Adapun beberapa
contoh mushaf nusantara lainnya, seperti:
a. Mushaf banten
Yang menonjol dari mushaf ini adalh kaligrafinya. Setiap lembar berlatarkan
emas dengan motif bunga, yang tampaknya dilukis dengan teknik cap atau
sablon, sehingga menjadikan mushaf ini tampak mewah dan mengesankan.
Semua kata 'Allah' ditulis merah, dihalaman depan terdapat kolofon yang
menjelaskan bahwa mushaf ini milik Sultan Banten Muhammad 'ali ad-Din
ibn Sultan Muhammad 'Arif. Namun tidak ada penunjuk angka penulisannya.
Kanjeng kyai alquran adalah salah satu benda warisan berupa mushaf alquran
kuno yang selesai ditulis pada tahun 1799 di Surakarta, Hadiningrat. Qiraat
yang digunakan adalah qiraat Imam 'Ashim yang diriwayatkan oleh Imam
Hafsh.
24Lenni Lestari, “Mushaf Al-Quran Nusantara”, Jurnal At-Tibyan, Vol. I, No.1 (Januari–
Juni 2016), 174.
15
c. Mushaf Albanjari
Merupakan karya yang indah dengan hiasan dan lukisan yang jarang
ditemukan dalam tradisi penulisan mushaf dunia islam pada umumnya,
dipinggir halaman dilengkapi bacaan qiraat sab'ah. Metode tulisan ini mulai
berkembang pada tahun 1995 sampai tahun 2011. Hal ini kembali dilakukan
untuk menjaga tradisi penulisan mushaf Al-quran.
Mushaf ini beredar di Asia Tenggara pada paruh akhir abad ke-19. Mushaf
yang paling tua dicetak di Palembang pada 1848 dan 1854, hasil cetak batu
(litografi) Haji Muhammad Azhari bin Kemas Haji Abdullah, selesai dicetak
pada 21 Ramadhan 1264 (21 Agustus 1848). Sejauh yang diketahui hingga
kini , inilah mushaf cetakan tertua di Asia Tenggara.
25Ibid., 187.
16
Pada tahun 1957, penerbit Menara Kudus yang merupakan percetakan tertua
di Jawa Tengah mencetak Al-Quran pojok atau Bahriyya, yang dikhususkan
untuk huffadz. Masyarakat Indonesia mulai menggunakan Al-quran pojok
tersebut, terutama para huffadz, dimana akhir ayat di akhir setiap halaman
yang menjadi tanda akhir bacaan . Tanda ini lebih praktis digunakan karena
patokannya hanya satu. Setiap halaman terdiri dari 15 baris dan setiap juz
terdiri dari 20 halaman.
Pada tahun-tahun berikutnya, percetakan Al-quran menjadi berkembang
pesat. Perkembangan selanjutnya adalah munculnya upaya-upaya untuk
memelihara dan menjaga kesucian dari salah cetak, dengan mendirikan
sebuah Lajnah Pentashih Mushaf Alquran pada tanggal 1 Oktober 1959.
Lajnah ini menerbitkan 3 jenis mushaf standar, yaitu;
a. Alquran digital
b. Audio Alquran
c. Alquran in Microsoft
26Ibid., 188.
27Ibid., 287.
18
1984, tiga varian ini telah tersebar dan banyak digunakan, baik untuk dibaca
maupun dijadikan objek kajian.
riwayat dari Abu Daud sedangkan mushaf madinah lebih tertuju kepada pola
penulisan Abu Daud saja.30 Jadi penulisan MASU tidak hanya tertuju pada
satu imam. penulisan rasm terkesan menyesuaikan diri, sesuai dengan kondisi
yang terjadi. Bukan mengacu pada kaidah imam rasm yang masyur.
2. Penulisan Harakat
Dalam Alquran Standar Indonesia, penulisan harakat dilakukan secara
penuh. Artinya, setiap huruf yang berbunyi diberi harakat sesuai dengan
bunyinya, termasuk harakat sukun untuk mad tabi’i. Adapun harakat-harakat
(_َ), kasrah (_ِ), dammah (_ُ), dan sukun (_ْ) tetap menggunakan seperti apa
Hukum penempatan dammah terbalik terdapat pada “ha damir” atau pada
kata-kata tertentu pada mad tabi’i yang tidak menggunakan wawu sukun.33
Adapun harakat fath}ah/ kasrah berdiri, selain terdapat pada ”ha damir” juga
terdapat pada huruf-huruf yang dibaca panjang (mad tabi’i) yang tidak
menggunakan alif atau ya’ sukun.34 Khusus mengenai “ha damir” dibaca
panjang baik ketika berharakat dammah maupun kasrah (menggunakan
harakat dammah terbalik dan kasrah berdiri). Hal ini berlaku apabila: a)
sebelumnya tidak berharakat sukun, b) sebelumnya tidak dibaca panjang
(mad), dan, c) sesudahnya tidak berharakat sukun. Apabila terdapat 3 poin
diatas maka harakat "ha damir" kembali seperti biasa (berharakat dammah
dan kasrah biasa). (lihat QS. al-Baqarah: 26,37,64)
3. Penulisan Tanda-tanda Tajwid
Terdapat beberapa rumusan petunjuk dalam membaca untuk kaidah-kaidah
(hukum-hukum) tajwid yang terdapat pada Alquran Standar Indonesia.
Kaidah-kaidah tajwid yang memerlukan lambang-lambang atau petunjuk-
petunjuk membaca tersebut adalah idgham, iqlab, mad wajib, mad jaiz, dan
mad-mad selain mad tabi'i, saktah, imalah, isymam, dan tashil.35
a. Idgham
Bacaan-bacaan yang mengandung hukum-hukum idgam dalam Alquran
Standar Indonesia adalah idgham bigunnah, idgham bila gunnah, idgham
mimi, idgham mutamatsilain, idgham mutajanisain, darr idgham
mutaqaribaln. Huruf-huruf yang mengandung hukum-hukum tajwid
tersebut diberi tanda tasydid (ّ) Tidak ada perbedaan diantara seluruh
bacaan idgham.
b. Iqlab
33Atifah Thoharoh, “Mushaf Al-Quran Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah”
(Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Tulungagung, 2017),
100.
34Ibid.
35Mazmur Sya'roni, “Prinsip-Prinsip Penulisan..”, 133.
21
Iqlab adalah nun sukun atau tanwin yang bertemu dengan ba’. lambang
yang digunakan untuk tanda iqlab idalah mim kecil yang terletak di dekat
nun sukun atau tanwin tanpa menghilangkan tanda sukun atau pun tanwin
yang ada pada huruf tersebut.
c. Mad Wajib
Lambang untuk mad wajib yang digunakan ialah garis meliuk dengan
bentuk khas di atas huruf mad (ۤ) yang diiibaratkan seperti layar. Tanda
mad wajib juga digunakan sebagai lambang untuk mad lazim mutsaqqal
kilmi, mad lazim mukhaffaf kilmi, dan mad lazim harfi musyabba'. Tanda
di atas sengaja disamakan bentuknya, karena selain panjang bacaannya
yang sama, juga untuk menyerderhanakan tanda-tanda tajwid yang ada di
dalam mushaf.36
d. Mad Jaiz munfasil
Untuk Mad jaiz Di atas huruf mad tersebut diberi tanda garis meliuk
seperti pad mad wajib,namun perbedaannya garisnya lebih menyudut
untuk mad wajib sedangakn untuk mad jaiz lambangnya lebih
bergelombang. Bentuk tersebut sengaja dibedakan karena adanya
perbedaan dalam panjang bacaan.37
e. Saktah, Imalah, Isymam, dan Tashil
Empat bacaan ini tidak diberi tanda atau lambang tertentu, melainkan
dengan menuliskan nama hukum tersebut dalam tulisan arab. Dalam
penempatannya nama-nama bacaan tersebut diletakkan diatas bacaan atau
dibawah. Untuk lambang saktah diletakkan diatas antara dua kata,
sedangkan 3 bacaan lainnya dletakkan dibawah bacaan.38
4. Penulisan Alif Qata’ dan Alif Wasal
Dalam MASU Indonesia alif qata’ tidak dibedakan dengan alif washal.
Hukum penulisan keduanya adalah dengan menuliskan huruf alif saja tanpa
ada tambahan-tambahan lain. Adapun untuk membedakan keduanya adalah
36Ibid., 134.
37Ibid., 135.
38Ibid., 135-136.
22
mushaf ada enam, yaitu :. _:., ل, ج, قلصصى, صصصلى, م. Keseluruhan tanda waqaf
tidak diberi harakat, dan semua semua bacaan yang mengandung hukum-
hukum tajwid tidak dicantumkan tanda-tanda tajwidnya. 41
4. Ketentuan-ketentuan Khusus Lain
Di dalam Al-Qur'an Standar Indonesia, selain prinsip-prinsip penulisan
di atas, terdapat beberapa ketentuan lain yang perlu diperhatikan juga oleh
para pentashih. Ketentuan-ketentuan itu adalah sebagai berikut :
a. Penulisan Tanda Waqaf Lazim
Pada tanda waqaf tersebut, selain ditulis pada teks ayat, dituliskan juga
lafal "وقصصف لزمdi pinggir halaman sebelatr luar sejajar dengan baris di
c. Tanda Ruku'
Dalam setiap surah terbagi ke dalam beberapa ruku'. Pada setiap ruht'
diberi tanda dengan huruf " "عatau dengan kepala 'ain saja ()ء. Tanda
d. Tanda Juz
Alquran dibagi menjadi 30 juz. Setiap juz terdiri dari beberapa halaman
tergantung pada jumlah baris di setiap halaman. semakin banyak baris
dalam setiap halaman, semakin sedikit jumlah halaman pada setiap juz.
Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit jumlah baris pada tiap
halaman, semakin banyak jumlah halaman pada setiap juz. pada
Alquran standar Indonesia, setiap juz terdiri dari 8-9 lembar (18
halaman). Pada setiap akhir juz ditulis kata “”الصصزجءsebagai tanda bahwa
juz tersebut telah berakhir. Pada ayat berikutnya dimulai lagi dengan
awal juz selanjutnya dan ayat yang ditulis pada setiap awal juz,
ukurannya dibesarkan dari yang lain (sebagai contoh lihat Q.S. 2: 141).
2. Mushaf Standar Bahriyyah
Karakteristik Mushaf Standar Bahriyyah:
a. Penulisan Mushaf Alquran Bahriyyah menggunakan rasm
Usmani dan rasm al-Imla’i.45
b. Model mushaf ini diambil dari mushaf Turki yang memiliki
kaligrafi yang sangat indah.46
c. Di bagian depan mushaf tertulis "Mushaf Ayat Sudut
Departemen Agama", artinya mushaf ini berpola 'ayat sudut'
(atau 'ayat pojok'), yaitu setiap halaman, di bagian
sudut/pojok bawah-kiri, berakhir dengan penghabisan ayat.47
d. Mushaf ini dipilih juga karena telah familiar di kalangan
masyarakat Indonesia, terutama di kalangan para penghafal,
sejak awal kemunculannya pada akhir abad ke-16 di Turki
Usmaniyah.48
tersebut bukan sekedar hanya berfungsi untuk keindahan, tetapi terdapat makna yang
terkandung didalamnya.55
3. Mushaf Standar Braille
Mushaf Standar Braille merupakan salah satu dari Mushaf Standar
Indonesia dan penulisannya menggunakan simbol Braille. 56 Mushaf ini
diperuntukkan untuk para penyandang tunanetra. Mushaf ini menggunakan
huruf Braille Arab sebagaimana diputuskan oleh Konferensi Internasional
Unesco 1951, yaitu al-Kitabah al-‘Arabiyyah al-Nafirah.57
Untuk memudahkan para pembaca Alquran dalam membacanya, Kemenag
sudah menerbitkan Pedoman Membaca dan Menulis Al-Qur’an Braille di Tahun
2011. Pada Tahun 2012 sudah menyusun dan menerbitkan Juz 1 – 15. Tahun
2013, Kemenag menyusun dan menerbitkan juz 16 – 30. 58 Kehadiran Mushaf
Standar Braille tidak lepas dari sejarah penyalinan mushaf Alquran Braille di
Indonesia yang perkembangannya melewati beberapa fase, yaitu fase duplikasi,
adaptasi dan standarisasi.59
Dalam penulisannya Mushaf Braille menggunakan kaidah penulisan rasm
Usmani sebagaimana penulisan mushaf biasa, dengan catatan dalam batas-batas
tertentu yang bisa dilakukan. Untuk kata-kata tertentu yang dianggap sulit, maka
penulisannya menggunakan rasm Imla’i, seperti contoh as-Salat. 60 Begitu pula
dalam penggunaan harakat, tanda-tanda baca dan tanda tanda waqafnya. 61Dalam
penulisan Alquran Arab Braille Standar Indonesia, dirintis jalan menuju Alquran
Arab Braille yang mirip dengan tulisan Alquran Awas yang telah ditashih oleh
Lajnah Pentashih Mushaf Alquran, baik tulisan maupun tanda-tanda bacanya.62
DAFTAR PUSTAKA
55Lenni Lestari, “Mushaf Al-Quran...”, 193-196.
56Ahmad Jaeni, “Mushaf Standar Braille”, https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/326-
mushaf- standar-braille (Minggu, 21 April 2019, 09:10 WIB)
57Lenni Lestari, “Mushaf Al-Quran...”, 187.
58Ibid.
59Ahmad Jaeni, “Mushaf Standar Braille”, https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/326-
mushaf- standar-braille (Minggu, 21 April 2019, 09:10 WIB)
60E. Badri, “Sejarah Lahirnya...”, 291.
61Abdul Aziz Sidqi, “ Sekilas tentang...”, 18.
62E. Badri, “Sejarah Lahirnya...”, 291.
28
Lenni Lestari. “Mushaf Al-Quran Nusantara”. Jurnal At-Tibyan. Vol. I. No.1 (Januari–
Juni 2016)
Sidqi, Abdul Aziz. “ Sekilas tentang Mushaf Standar Indonesia” (Katalog dalam Pameran
pada Musabaqah Fahmi Kutubit-Turats) Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an
Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI (Juli 2011)
Sya'roni, Mazmur. “Prinsip-Prinsip Penulisan dalam Al-Qur' an Standar Indonesia”,
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 5, No. 1 (tahun 2007)
Thoharoh, Atifah. “Mushaf Al-Quran Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah”
(Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Tulungagung.
2017)
Tim Penyusun. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departcmen Pendidikan
Nasional. 2008. 1375.
Yunardi, E. Badri. “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia”. JurnalLektur. Vol. 3.
No. 2 (tahun 2005)
29
Lampiran
Mushaf Standar Usmani Indonesia tahun 2004 dan 2006