PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
3. Apa hikmah yang dapat diambil terkait perumpamaan dalam Q.S. Al-Baqarah
ayat 17-18?
4. Korelasi Sifat Munafik dan Mental Korup Masyarakat beserta Ancaman dalam
ayat Amtsal Al-Baqarah ayat 17-18
C. Tujuan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
“Keadaan (yang sungguh mengehrankan dari) ,mereka adalah seperti keadaan (yang
aneh dari) seorang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya Allah membawa pergi cahaya (yang menyinari) mereka, dan
membiarkan mereka dalam kegelapan-kegelapan, sehingga mereka tidak dapat
melihat. Tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka kembali.”
Dhomir ُه ْمyang dimaksud dalam ayat Amtsal ini merujuk pada kaum munafik
yang pada mulanya beriman kemudian kafir. Kaum munafik adalah mereka yang
beragama islam namun tidak ada cahaya iman dalam hatinya dikarenakan telah
kemasukan keragu-raguan yang menyebabkan mereka kafir.1 Selaras dengan
perumpamaan yang digambarkan yaitu mereka menyalakan api (petunjuk) lalu setelah
sekitarnya menjadi terang sehingga dia mampu melihat kanan kirinya tiba-tiba api
tersebut padam (tersesat) dan menyebabkan kegelapan, tidak dapat melihat petunjuk,
Artinya adalah mereka mendapat cahaya petunjuk, namun karena kemunafikan dalam
diri mereka, maka diambilah cahaya tersebut, sehingga kaum munafik tersebut dalam
kegelapan, kesesatan. Keterangan ini disampaikan oleh Ar-Razi dalam kitab
tafsirnya.2
1
Ahmad Mustofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi, (Mesir: Maktabah Mustofa, 1946), hal. 56
2
Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-‘Adhim, Muhaqqiq: Mustofa Sayyid Muhammad, Muhammad Sayyid
Rosyad, Muhammad Fudhail Al-Ajmari, Ali Ahmad Abd Al Baqi, (Mesir: Maktabah Aulad Asy Syaikh Al-
Laits, 2000),. 296
2
َ َ أyang disandarkan pada api yang dinyalakan kaum munafik ini
Lafadz ْضا َءت
memberi pengertian bahwa cahaya api tersebut bersumber dari diri sendiri yakni
َ َأsebab sinar
petunjuk Al-Quran, maka redaksi yang digunakan Al-Quran adalah ْضا َءت
yang dimaksud lafadz ini merujuk pada sinar yang bukan pantulan, yakni Al-Quran
memiliki sinar petunjuk dari kandungan Al-Quran tersebut. Berbeda ketika
mengungkapkan cahaya yang dihilangkan oleh Allah, menggunakan redaksi ُ َب هَّللا
َ َذه
ِ ِب ُن, sebab yang dihilangkan adalah pantulan sinarnya Al-Quran, atau petunjuk
ور ِه ْم7
yang berasal dari Al-Quran. Bukan Al-Qurannya. 3
Seperti dalam ayat yang menerangkan tentang sinar matahari berbeda dengan
ketika menyatakan cahaya bulan yang menggunakan redaksi ور ِ ُن, lihat QS Yunus ayat
5. Sedangkan ت ٍ ا777 ُظلُ َمtersebut berbentuk jamak, sebab mengungkapkan betapa
bertumpuk-tumpuknya kegelapan yang diderita kaum munafik tersebut sehingga
mereka mengalami tuli, buta, bisu, dan tidak dapat kembali lagi dikarenakan panca
indera mereka telah lumpuh4.
3. اس َت ْو َق َد:
ْ lafadz ini mengikuti wazan استفعلmemiliki faidah للطلب, yakni untuk
meminta.
َ َأ: merupakan fi’il yang terkadang lazim dan terkadang muta’addi. Dalam
5. ْضا َءت
konteks ayat ini dia termasuk muta’addi.
7. ُ َب هَّللا
َ َذه:
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Vol. 1 (Tangerang: Lentera Hati, 2017) hal. 136
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah hal. 136
5
Wahbah Zuhayli, Tafsir Al-Munir, (Damaskus: Daar Al-Fikr, 2009), hal. 97
3
ِ ب ُن:
8. ور ِه ْم ِ menggunakan lafadz nur sebab yang dibawa pergi dari mereka adalah
cahayanya, bukan sumbernya.
ٍ ا7777 ُظلُ َم: berbentuk jamak mengisyaratkan kegelapan yang pekat dan
10. ت
menakutkan
11. َاَل ُي ْبصِ ُرون: merupakan حالdari lafadz َو َت َر َك ُه ْم. Keadaan kaum munafik yang
ditimpa kegelapan yang menakutkan, mereka menjadi buta.
13. َون77اَل َي ْر ِج ُع: Mereka tidak dapat kembali menjadi semula, sebab telah cacat,
kehilangan panca indera mereka. Artinya selamanya dalam kegelapan dan
kecacatan.
a. Musyabbah: Keimanan
ً َن
Musyabbah bih: ارا
Wajah Syibih: Api dan Keimanan sama dalam hal adanya penerangan,
cahaya petunjuk
4
b. Musyabbah: Al-Quran
َ َأ
Musyabbah bih: ْضا َءت
c. Musyabbah: Petunjuk
ْ ُن
Musyabbah bih: ور
d. Musyabbah: kesesatan
ٍ ُظلُ َما
Musyabbah bih: ت
5
untuk berfikir jernih dan cermat. Para ulama memiliki pandangan dan pembagian
bermacam-macam mengenai fungsi amtsal. Beberapa diantaranya fungsi amtsal yang
melekat sesuai QS. Al-Baqarah ayat 17-18 sebagai berikut:6
Hikmah yang dapat diambil dari perumpamaan kaum munafik dalam ayat
tersebut adalah. Seseorang yang menjual agama Allah dengan kesesatan maka akan
dicabut darinya hidayah atau petunjuk, sehingga hati mereka menjadi mati sebab
kesesatan yang dideritanya.
E. Korelasi Sifat Munafik dan Mental Korup Masyarakat beserta Ancaman dalam
ayat Amtsal Al-Baqarah ayat 17-18
Kata munafik berarti orang-orang yang nifak. Nifak secara bahasa maknanya
adalah berbeda antara apa yang tampak (lahir) dan tidak tampak (batin). Apabila
perbedaan itu menyangkut perkara iman maka orang tersebut tersebut termasuk nifaq
i’tikad. Contohnya orang yang berkata “Kami beriman” tetapi mengingkari di dalam
hati.
Ciri orang munafik yang pertama adalah jika berbicara ia berbohong. Orang
yang suka berbohong atau menutupi kebenaran maka dia akan semakin dekat dengan
sifat kemunafikan. Menurut Ibnu Katsir (1302-1371 M) seorang alim terkemuka, ahli
fiqih dan tafsir, orang munafik itu ialah orang yang menampakkan kebaikan dan
6
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah Kajian atas Amtsal Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012) hal. 63-70
6
merahasiakan kejahatan. Kemunafikan itu bermacam-macam. Secara garis besar
kemunafikan terbagi 2, yakni yang berhubungan dengan I’tikad, ini merupakan dosa
besar yang tidak terampuni serta menyebabkan kekalnya di neraka dan kemunafikan
yang berhubungan dengan amaliah, ini termasuk dosa besar.
Apabila para pelaku korup tersebut diqiyaskan dengan amtsal Al-Baqarah 17-
18. Yakni apabila ditafsirkan lebih kontekstual menjadi
7
ً َن
Musyabbah bih: ارا
Wajah Syibih: Api dan Amanah sama dalam hal keduanya merupakan
jalan hidayah yang diberikan Allah SWT, untuk memeperoleh
petunjuk. Pada mulanya amanah yang diberikan pada seseorang secara
umum adalah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
َ َأ
Musyabbah bih: ْضا َءت
ْ ُن
Musyabbah bih: ور
ٍ ُظلُ َما
Musyabbah bih: ت
8
kebesaran Allah, sehingga tidak mungkin mereka kembali memperoleh
keberkahan dari pekerjaan mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
2. Adat Syibih: َك َم َث ِل
f. Musyabbah: Keimanan
ً َن
Musyabbah bih: ارا
Wajah Syibih: Api dan Keimanan sama dalam hal adanya penerangan,
cahaya petunjuk
g. Musyabbah: Al-Quran
َ َأ
Musyabbah bih: ْضا َءت
h. Musyabbah: Petunjuk
ْ ُن
Musyabbah bih: ور
i. Musyabbah: kesesatan
ٍ ُظلُ َما
Musyabbah bih: ت
10
Wajah Syibih: Penggambaran kehilangan panca indera menyatakan
sebuah kelumpuhan, kecacatan, seperti halnya kehilangan keimanan
menyebabkan kecacatan dan kelumpuhan hati.
3. Hikmah yang dapat diambil dari perumpamaan kaum munafik dalam ayat tersebut
adalah. Seseorang yang menjual agama Allah dengan kesesatan maka akan dicabut
darinya hidayah atau petunjuk, sehingga hati mereka menjadi mati sebab kesesatan
yang dideritanya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
13