Anda di halaman 1dari 3

tampaknya tahap-tahap penyelesaian yang dikemukakan Ibnu Hajar

lebih akomodatif. Dinyatakan demikian karena dalam praktik penelitian


matan, keempat tahap atau cara itu memang lebih dapat memberikan
alternatif yang lebih hati-hati dan relevan. Adapun penjelasan berikut
contoh penggunaan istilah-istilah di atas adalah sebagai berikut:
A. al-Jam’u adalah metode penelitian untuk mengkompromikan atau
menghimpun hadis-hadis yang tampak bertentangan sehingga semuanya
dapat dipergunakan karena sebenarnya tidak bertentangan setelah
didudukkan sesuai dengan maksud masing-masing. Contoh, di dalam
riwayat al-Bukhari diterangkan

َ ّ ‫سسسل‬
‫م‬ َ َ‫صّلى الّله عَل َي ْهِ و‬
َ ِ‫ل الل ّه‬
ُ ‫سو‬
ُ ‫مَر َر‬ ُ َ‫ل ل‬
َ َ ‫ه ك َم ِ اعْت‬ َ ‫م َقا‬ ّ ُ ‫…ث‬
َ
… ‫ل أْرب ًَعا‬ َ ‫َقا‬
…Kemudian ia (Urwah) bertanya kepadanya (Ibnu Umar), “Berapa kali
Nabi umrah?” Ia menjawab, “Empat kali…”
Sedangkan dalam riwayat Ahmad, Abdullah bin Amr menerangkan

َ ‫مَر ث ََل‬ َ
ٍ‫مر‬
َ ُ‫ث ع‬ َ ّ ‫سل‬
َ َ ‫م اعْت‬ َ َ‫صّلى الّله عَل َي ْهِ و‬
َ ‫ي‬
ّ ِ ‫ن الن ّب‬
ّ ‫أ‬
“Sesungguhnya Nabi saw. umrah tiga kali”.
Keterangan Ibnu Umar dan Abdullah bin Amr tampaknya seperti
bertentangan, namun setelah dikaji secara cermat ternyata keterangan
keduanya tidak bertentangan, karena empat kali umrah yang dimaksud
oleh Ibnu Umar adalah tiga kali di bulan Dzulqa’dah, dan satu kali di bulan
Dzulhijjah pada waji wadha (haji qiran). Sedangkan tiga kali umrah yang
dimaksud oleh Abdullah bin Amr hanya pada bulan Dzulqa’dah
B. an-Nasakh adalah penelitian untuk mengetahui tarikh wurudil hadits
(waktu datangnya hadis-hadis yang tampak bertentangan itu). Apabila
diketahui, maka yang dipergunakan adalah hadis yang terakhir
datangnya, dan hadis ini disebut sebagai nasikh (yang menghapus).
Sedangkan hadis yang terlebih dahulu datangnya tidak dipergunakan,
dan hadis ini disebut mansukh (yang dihapus).Contoh, dalam riwayat at-
Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah, Rafi’ bin Khadij menerangkan bahwa
Nabi bersabda:
َ
‫م‬
ُ ‫جو‬
ُ ‫ح‬ َ ْ ‫م َوال‬
ْ ‫م‬ ُ ‫ج‬ َ ْ ‫أفْط ََر ال‬
ِ ‫حا‬
“Yang membekam dan yang dibekam batal shaumnya”
Namun dalam riwayat al-Bukhari Ibnu Abas menerangkan bahwa Nabi
saw. pernah berbekam dalam keadaan shaum. Berdasarkan tarikh,
hadis Rafi’ disabdakan pada tahun 8 H. sedangkan amaliah Nabi pada
hadis Ibnu Abbas dilakukan pada tahun 10 H.
C. at-tarjih adalah penelitian untuk mencari mana yang memiliki argumen
terkuat di antara hadis-hadis yang tampak bertentangan itu dilihat dari
berbagai aspek, antara lain jumlah orang yang menyampaikan hadis itu
lebih banyak. Contoh, hadis tentang doa setelah adzan dalam riwayat
al-Bukhari dan lainnya tanpa kalimat innaka la tukhliful mi’ad.
Sedangkan dalam riwayat al-Baihaqi diterangkan adanya kalimat itu.
Dilihat dari jumlah rawi yang menyampaikannya maka yang
dipergunakan adalah riwayat al-Bukhari tanpa kalimat innaka la
tukhliful mi’ad.
Apabila ketiga cara di atas tidak dapat dilakukan, maka diambil cara
terakhir, yaitu at-tawaqquf. Artinya hadis-hadis yang bertentangan itu
didiamkan sementara waktu hingga ditemukan maksud yang lebih tepat
dari hadis-hadis itu. Namun sampai hari ini belum ditemukan contoh
hadis-hadis yang ditawaqqufkan.
Berbagai metode yang dipergunakan oleh ulama di atas pada
dasarnya guna mengantisipasi kesalahan dalam pengamatan dan
pemahaman terhadap dalil-dalil yang tampak kontradiktif itu, karena
tidak mungkin hadis Nabi bertentangan dengan hadis Nabi ataupun dalil-
dalil Alquran, sebab apa yang dikemukakan oleh Nabi, baik berupa hadis
maupun ayat Alquran sama-sama berasal dari Allah (lihat, misalnya Q.s.
al-Najm/53:3-4).

Anda mungkin juga menyukai