Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

USHUL FIQH FIL IQTISHAD

Judul

MUTHLAQ DAN MUQAYYAD

Oleh:

Rahmina Auliyah 2020030013


Heriyanto 2020030018

Dosen Pengampuh :
Dr. Firdaus, M.Ag,
Dr. Muchlis Bahar, Lc,M.Ag

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
2021 M/1442 H
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kami dalam menyusun dan
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam juga tak lupa kami sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan mata
kuliah Ushul Fiqh Fil Iqtishad dalam perkuliahan Pasca Sarjana (S2) semester 2 tahun ajaran
2020/2021. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami
Bapak Dr. Firdaus, M.Ag, dan Dr. Muchlis Bahar, Lc,M.Ag yang telah memberikan
kesempatan dan bimbingan kepada kami untuk menyusun dan membahas makalah ini.

Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, terutama mengenai teknis penulisan dan dari segi
konten makalah. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari
dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa semuanya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.

Padang, 01 Mei 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam pembahasan ushul fiqh merupakan kaidah yang penting untuk
mempelajari ilmu fiqh, banyak topik-topik yang menjadi bahasan dalam ilmu ushul
fiqh seperti: amar, nahi, ‘am, khas, mujmal, mutlak, muqayyad dan lain sebagainya.
Di dalam pembahasan tentang mutlak dan muqayyad merupakan hal yang paling
terpenting untuk dijelaskan karena seseorang yang tidak mengerti akan perbedaan dari
masing-masing keduanya sehingga seseorang yang belajar ilmu fiqh dan dia tidak
mengerti akan perbedaan dari mutlak dan muqayyad akan terjadi kesalahpahaman
dalam mengartikan sebuah ayat atau kitab lainnya.
Hukum lafadz mutlak dan muqayyad merupakan pembahasan yang sangat
penting seperti halnya seseorang yang memahami hadis yang berbunyi “sesesorang
yang membunuh orang mukmin secara tidak sengaja maka dia harus memerdekakan
hamba sahaya” di hadis ini banyak orang yang keliru pemahaman karena dia tidak
memahami makna dari mutlak dan muqayyad. Sehingga mereka memahami hamba
sahaya yang mutlak artinya baik hamba yang kafir atau yang islam, sebenarnya pada
keterangan tersebut di batasi artinya hamba sahaya yang muslim. Dan didalam
pembahasan ushul fiqh yang banyak terjadi kesalahpahaman itu terletak pada
pembahasan mutlak dan muqayyad. Memang pembahasan tersebut sangat sulit
sehingga seseorang dalam memahami ayat tidak cukup memahami secara zhahir saja.
akan tetapi harus mengetahui tentang mutlak dan muqayyad atau memahami tafsiran
ayat tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian muthlaq dan muqayyad ?
2. Bagaimana contoh lafdz dari muthlaq dan muqayyad?
3. Bagaimana pemabagian lafadz muthlaq dan muqayyad?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian muthlaq dan muqayyad
2. Untuk mengetahui contoh lafadz muthlaq dan muqayyad.
3. Untuk mengetahui dan memahami pembagian dari muthlak dan muqayyad.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muthlaq dan Muqayyad


Secara bahasa kata muthlaq ‫المطلق‬ berarti bebas tanpa ikatan, dan kata
muqayyad ‫ المقيد‬berarti terikat. Kata muthlaq menurut istilah seperti dikemukakan Abd
alWahhab Khallaf, ahli Ushul Fiqh, adalah : ‫مادل على فرد غير مقيد لفظا بأي قيد‬Artinya :
Lafaz yang menunjukkan suatu satuan tanpa dibatasi secara harfiah dengan suatu
ketentuan. Seperti misriy ‫ مصري‬,seorang Mesir, dan ‫ رجل‬seorang laki-laki, dan
sebaliknya lafal muqayyad adalah lafal yang menunjukkan suatu satuan yang secara
lafziyah dibatasi dengan suatu ketentuan, misalnya, mishriyun muslimun (seorang
berkebangsaan Mesir yang beragama Islam), dan rajulun rasyidun (seorang laki-laki
yang cerdas).1

Pengertian mutlaq dan muqayyad secara terminologi menurut beberapa pakar


Al-Qur’an, diantaranya:
1. Manna Al-Qaththan
Mutlaq adalah lafadz yang menunjukkan suatu hakikat (dalam suatu
kelompok) tanpa suatu qayid (pembatas), hanya menunjukkan suatu dzat tanpa
ditentukan (yang mana) dari (kelompok) tersebut. Sedangkan muqayad adalah
lafadz yang menunjukkan suatu hakikat dengan qayid (pembatas).2
2. T. M. Hasbi Ash-Shiddieqy
Lafadz yang menunjuk kepada suatu benda atau beberapa anggota
benda dengan jalan berganti-ganti.
Sedangkan muqayad yaitu:

. ‫مادل على فرد او افرا ٍدشائعة بقيد مست قل‬

“Lafadz yang menunjuk kepada suatu benda atau beberapa anggota benda
dengan ada suatu qayid”.

1
Enny Nazrah Pulungan, MUTHLAQ DAN MUQAYYAD SEBAGAI METODE ISTINBAT HUKUM
DARI ALQURAN DAN HADIS, Vol.8 No.1 Januari-Juni 2019 ISSN 2086-4191, hal. 2.
2
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011),
hal.304-305
3. Abdul Hamid Hakim

Mutlaq adalah “Lafadz yang menunjukkan sesuatu hakekat, tanpa ada satu
ikatan dari (beberapa) ikatannya.” Sedangkan muqayad adalah “Lafadz yang
menunjukkan sesuatu hakekat,dengan ada satu ikatan dari (beberapa)
ikatannya.3
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa yang dinamakan
mutlaq adalah lafadz-lafaz yang menunjukkan suatu hakekat tanpa ada batasan
(qayid) tertentu. Sedangkan muqayyad adalah lafadz-lafaz yang menunjukkan
suatu hakekat dengan ada batasan (qayid) tertentu.

B. Contoh Lafazh Muthlaq dan Muqayyad


1. Contoh Mutlaq dalam firman Allah
َ ‫حْر ْي ُر َر َقبَة ِ ِّم ْن قَ ْب ِل ا َ ْن يَّت َ َم ۤاس َّۗا ٰذ ِل ُك ْم ت ُ ْو‬
ُ ‫ع‬
‫ظ ْونَ ِب ۗه َو ه‬
ُ‫ّٰللا‬ َ ِِّ‫َوالَّ ِذيْنَ ي ُٰظ ِه ُر ْونَ مِ ْن ن‬
ِ َ‫س ۤا ِٕى ِه ْم ث ُ َّم يَعُ ْود ُْونَ ِل َما َقالُ ْوا َفت‬
‫ِب َما ت َ ْع َملُ ْونَ َخ ِبيْر‬
Artinya : Dan mereka yang menzihar istrinya, kemudian menarik kembali apa
yang telah mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan
seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang
diajarkan kepadamu, dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
(QS. Mujadalah:3)
Lafadz (‫)ر َق َبة‬
َ adalah nakirah dalam konteks kalimat positif. Maka disini berarti
boleh memerdekakan hamba sahaya yang tidak mukmin atau hamba sahaya
yang mukmin.4
2. Contoh Muqayyad dalam firman Allah

‫سلَّ َمة ا ِٰلٰٓى اَ ْهل ِٰٓه ا ََِّّلٰٓ اَ ْن‬


َ ‫طـًٔا َفتَحْ ِر ْي ُر َر َقبَة ُّمؤْ مِ نَة َّو ِديَة ُّم‬ َ ‫َو َما َكانَ ِل ُمؤْ مِ ن ا َ ْن يَّ ْقت ُ َل ُمؤْ مِ نًا ا ََِّّل َخ‬
َ ‫طـًٔا ۚ َو َم ْن قَت َ َل ُمؤْ مِ نًا َخ‬
‫عد ُِّو لَّ ُك ْم َوه َُو ُمؤْ مِ ن فَت َ ْح ِري ُْر َرقَبَة ُّمؤْ مِ نَة َۗوا ِْن َكانَ مِ ْن قَ ْو ٍۢم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَ ُه ْم ِ ِّم ْيثَاق فَ ِديَة‬ َ ‫صدَّقُ ْوا ۗ فَا ِْن َكانَ مِ ْن قَ ْوم‬ َّ َّ‫ي‬
ٰٓ
‫ع ِل ْي ًما َح ِك ْي ًما‬ ‫ّٰللا َۗو َكانَ ه‬
َ ُ‫ّٰللا‬ ِ ‫ش ْه َري ِْن ُمتَت َابِعَي ِۖ ِْن ت َْوبَةً ِ ِّمنَ ه‬ ِ َ‫سلَّ َمة ا ِٰلى ا َ ْهلِه َوت َ ْح ِري ُْر َرقَبَة ُّمؤْ مِ نَة ۚ فَ َم ْن لَّ ْم يَ ِجدْ ف‬
َ ‫صيَا ُم‬ َ ‫ُّم‬

Artinya : “Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang
beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barangsiapa membunuh
seorang yang beriman karena tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang
hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada

3
Abdul Hamid Hakim, As-Sullam, (Jakarta: Pustaka As-Sa’adiyah Putra. 2007), hlm. 32
4
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, hlm. 304
keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga si terbunuh)
membebaskan pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu,
padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba
sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian
(damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar
tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan
hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa tidak mendapatkan (hamba sahaya), maka
hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada
Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa:92).

Lafadz ‫ َر َق َبة‬disini tidak sembarangan hamba sahaya yang dapat dibebaskan


tetapi ditentukan, hanyalah hamba sahaya yang beriman.5

C. Pembagian Lafadz Muthlaq dan Muqayyad


Lafadz Mutlaq dan Muqayyad mempunyai bentuk-bentuk yang bersifat
rasional, bentuk-bentuk yang realistis sebagai berikut ini.
1. Sebab dan hukumnya sama
Dalam hal ini mutlaqharus ditarik pada yang muqayyad, artinya muqayyad
menjadi penjelasan mutlaq. Seperti “puasa” untuk kaffarah sumpah. Lafadz itu dalam
qiraah mutawatiryang terdapat dalam mushaf diungkapkan secara mutlaq,
َ َّ‫َف َم ْن لَّ ْم َي ِج ْد َف ِص َيا ُم ث َ ٰلث َ ِة ا َ َّيام ٰۗذ ِلكَ َكف‬
‫ارةُ ا َ ْي َما ِن ُك ْم اِذَا َحلَ ْفت ُ ْم‬

Artinya : Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka


kaffarahnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar)...” (Qs. al-
Maidah: 89)
Lafadz ‫ َف ِص َيا ُم ث َ ٰلث َ ِة اَ َّيام‬itu di-muqayyad-kan atau dibatasi dengankata“at-tatabu”,
yaitu berturut-turut seperti dalam qiraah Ibnu Mas’ud:
“Maka kaffarahnya adalah berpuasa selama tiga hari berturut-turut.”
Pengertian lafadz yang mutlaq ditarik kepada yang muqayyad, karena “sebab”
yang satu tidak akan menghendaki dua hal yang bertentangan.6
2. Sebab sama namun hukum berbeda

5
Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandug: CV Pustaka Setia, 2006), h. 171-172
6
Manna Al-Qaththan op.cit., h. 304
Dalam hal ini masing-masing mutlaq dan muqayyad tetap pada tempatnya
sendiri. Contoh mutlaq yang menerangkan tentang tayamum:

“Tayamum ialah sekali mengusap debu untuk muka dan kedua


tangan.”(HR. Ammar).

Contoh muqayyadyang menerangkan tentang wudhu:

“Basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku”(Qs. al-Maidah: 6)

Ayat yang muqayyad tidak bisa menjadi penjelas hadits yang mutlaq,
karena berbeda hukum yang dibicarakan yaitu wudhu dan tayamum meskipun
sebabnya sama yaitu hendak shalat atau karena hadats.

3. Sebab sama namun hukum berbeda


Dalam hal ini ada dua pendapat:
a. Menurut golongan Syafi’i, mutlaq dibawa kepada muqayyad.
b. Menurut golongan Hanafi dan Makiyah, mutlaq tetap pada tempatnya
sendiri, tidak dibawa kepada muqayyad.
Contoh mutlaq:

‫ظ ْونَ بِ ۗه َو ه‬
‫ّٰللاُ بِ َما تَ ْع َملُ ْونَ َخبِي ٌْر‬ َ ‫س ۗا ٰذ ِل ُك ْم ت ُْو‬
ُ ‫ع‬ َّ ‫حْر ْي ُر َر َقبَة ِ ِّم ْن َق ْب ِل اَ ْن يَّت َ َم ۤا‬ َ ِِّ‫َوالَّ ِذ ْينَ يُ ٰظ ِه ُر ْونَ مِ ْن ن‬
ِ َ ‫س ۤا ِٕى ِه ْم ث ُ َّم يَعُ ْود ُْونَ ِل َما َقالُ ْوا َفت‬

Artinya : “Dan mereka yang menzihar istrinya, kemudian menarik kembali apa yang
telah mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak
sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepadamu, dan
Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS. Mujadalah: 3)

Contoh Muqayyad:

ٰٓ َّ ‫سلَّ َمة ا ِٰلٰٓى ا َ ْهل ِٰٓه ا‬


‫َِّل اَ ْن‬ َ ‫طـًٔا َفت َ ْح ِر ْي ُر َر َق َبة ُّمؤْ مِ نَة َّو ِد َية ُّم‬
َ ‫طـًٔا ۚ َو َم ْن َقت َ َل ُمؤْ مِ نًا َخ‬
َ ‫َو َما َكانَ ِل ُمؤْ مِ ن ا َ ْن َّي ْقت ُ َل ُمؤْ مِ نًا ا ََِّّل َخ‬
‫عد ُِّو لَّ ُك ْم َوه َُو ُمؤْ مِ ن فَت َ ْح ِري ُْر َرقَبَة ُّمؤْ مِ نَة َۗوا ِْن َكانَ مِ ْن قَ ْو ٍۢم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَ ُه ْم ِ ِّم ْيثَاق فَ ِديَة‬ َ ‫صدَّقُ ْوا ۗ فَا ِْن َكانَ مِ ْن قَ ْوم‬ َّ َّ‫ي‬
ٰٓ
‫ع ِل ْي ًما َح ِك ْي ًما‬ ‫ّٰللا ۗ َو َكانَ ه‬
َ ُ‫ّٰللا‬ ِ ‫ش ْه َري ِْن ُمتَت َابِعَي ِۖ ِْن ت َ ْوبَةً ِ ِّمنَ ه‬ ِ َ‫سلَّ َمة ا ِٰلى ا َ ْهلِه َوت َ ْح ِري ُْر َرقَبَة ُّمؤْ مِ نَة ۚ فَ َم ْن لَّ ْم يَ ِجدْ ف‬
َ ‫صيَا ُم‬ َ ‫ُّم‬

Artinya : “Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang
beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barangsiapa
membunuh seorang yang beriman karena tersalah (hendaklah) dia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga
si terbunuh) membebaskan pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang
memusuhimu, padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh)
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum
(kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si
pembunuh) membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh)
serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa tidak mendapatkan
(hamba sahaya), maka hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut
sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. An-
Nisa:92).

Kedua ayat diatas berisi hukum yang sama, yaitu pembebasan budak. Sedangkan
sebabnya berbeda, yang ayat pertama karena zhahir dan yang ayat yang kedua karena
pembunuhan yang sengaja.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Mutlaq adalah lafadz-lafaz yang menunjukkan suatu hakekat tanpa ada
batasan (qayid) tertentu. Sedangkan muqayyad adalah lafadz-lafaz yang menunjukan
suatu hakekat dengan ada batasan (qayid) tertentu. Lafadz mutlaq menjadi tidak
terpakai jika ada lafadz muqayyad yang menjelaskan sebab dan hukum tersebut.
Pembagian lafadz mutlaq dan muqayyad ada empat bentuk- bentuk yang realistis
yaitu: sebab dan hukumnya sama, sebab sama namun hukum berbeda, sebab berbeda
namun hukum sama, sebab dan hukum berbeda.

B. Saran
Adapun saran yang kami sampaikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk penulis, agar lebih banyak membaca untuk menambah khazanah keilmuan
serta menambahkan sumber referensi dalam penulisan makalah.
2. Untuk pembaca, agar mencari sumber-sumber bacaan lain sebagai pembanding dan
pelengkap makalah ini.
3. Untuk dosen, agar memberikan saran dan kritik kepada penulis khususnya yang dapat
dijadikan pedoman penulisan ke depannya.
Daftar Pustaka

Al-Qaththan,Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011.

Ash-Shiddieqy, Hasbi. .Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.Hakim, 1981.

Abdul Hamid, As-Sullam,. Jakarta: Pustaka As-Sa’adiyah Putra, 2007

Hanafie, A, Usul Fiqih ,Jakarta: Widjaya, 1993.

Karim,Syafi’i..Fiqih Ushul Fiqih. Bandug: CV Pustaka Setia, 2006.

Shihab, Quraish. Kaidah Tafsi,. Tanggerang: Lentera Hati, 2013

Zamroni, Anang&Suratno, Mendalami Fikih 2,Ttp: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,


2013

Anda mungkin juga menyukai