Judul
Oleh:
Dosen Pengampuh :
Dr. Firdaus, M.Ag,
Dr. Muchlis Bahar, Lc,M.Ag
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kami dalam menyusun dan
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam juga tak lupa kami sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan mata
kuliah Ushul Fiqh Fil Iqtishad dalam perkuliahan Pasca Sarjana (S2) semester 2 tahun ajaran
2020/2021. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami
Bapak Dr. Firdaus, M.Ag, dan Dr. Muchlis Bahar, Lc,M.Ag yang telah memberikan
kesempatan dan bimbingan kepada kami untuk menyusun dan membahas makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, terutama mengenai teknis penulisan dan dari segi
konten makalah. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari
dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa semuanya. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam pembahasan ushul fiqh merupakan kaidah yang penting untuk
mempelajari ilmu fiqh, banyak topik-topik yang menjadi bahasan dalam ilmu ushul
fiqh seperti: amar, nahi, ‘am, khas, mujmal, mutlak, muqayyad dan lain sebagainya.
Di dalam pembahasan tentang mutlak dan muqayyad merupakan hal yang paling
terpenting untuk dijelaskan karena seseorang yang tidak mengerti akan perbedaan dari
masing-masing keduanya sehingga seseorang yang belajar ilmu fiqh dan dia tidak
mengerti akan perbedaan dari mutlak dan muqayyad akan terjadi kesalahpahaman
dalam mengartikan sebuah ayat atau kitab lainnya.
Hukum lafadz mutlak dan muqayyad merupakan pembahasan yang sangat
penting seperti halnya seseorang yang memahami hadis yang berbunyi “sesesorang
yang membunuh orang mukmin secara tidak sengaja maka dia harus memerdekakan
hamba sahaya” di hadis ini banyak orang yang keliru pemahaman karena dia tidak
memahami makna dari mutlak dan muqayyad. Sehingga mereka memahami hamba
sahaya yang mutlak artinya baik hamba yang kafir atau yang islam, sebenarnya pada
keterangan tersebut di batasi artinya hamba sahaya yang muslim. Dan didalam
pembahasan ushul fiqh yang banyak terjadi kesalahpahaman itu terletak pada
pembahasan mutlak dan muqayyad. Memang pembahasan tersebut sangat sulit
sehingga seseorang dalam memahami ayat tidak cukup memahami secara zhahir saja.
akan tetapi harus mengetahui tentang mutlak dan muqayyad atau memahami tafsiran
ayat tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian muthlaq dan muqayyad ?
2. Bagaimana contoh lafdz dari muthlaq dan muqayyad?
3. Bagaimana pemabagian lafadz muthlaq dan muqayyad?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian muthlaq dan muqayyad
2. Untuk mengetahui contoh lafadz muthlaq dan muqayyad.
3. Untuk mengetahui dan memahami pembagian dari muthlak dan muqayyad.
BAB II
PEMBAHASAN
“Lafadz yang menunjuk kepada suatu benda atau beberapa anggota benda
dengan ada suatu qayid”.
1
Enny Nazrah Pulungan, MUTHLAQ DAN MUQAYYAD SEBAGAI METODE ISTINBAT HUKUM
DARI ALQURAN DAN HADIS, Vol.8 No.1 Januari-Juni 2019 ISSN 2086-4191, hal. 2.
2
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011),
hal.304-305
3. Abdul Hamid Hakim
Mutlaq adalah “Lafadz yang menunjukkan sesuatu hakekat, tanpa ada satu
ikatan dari (beberapa) ikatannya.” Sedangkan muqayad adalah “Lafadz yang
menunjukkan sesuatu hakekat,dengan ada satu ikatan dari (beberapa)
ikatannya.3
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa yang dinamakan
mutlaq adalah lafadz-lafaz yang menunjukkan suatu hakekat tanpa ada batasan
(qayid) tertentu. Sedangkan muqayyad adalah lafadz-lafaz yang menunjukkan
suatu hakekat dengan ada batasan (qayid) tertentu.
Artinya : “Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang
beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barangsiapa membunuh
seorang yang beriman karena tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang
hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada
3
Abdul Hamid Hakim, As-Sullam, (Jakarta: Pustaka As-Sa’adiyah Putra. 2007), hlm. 32
4
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, hlm. 304
keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga si terbunuh)
membebaskan pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu,
padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba
sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian
(damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar
tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan
hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa tidak mendapatkan (hamba sahaya), maka
hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai tobat kepada
Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa:92).
5
Syafi’i Karim, Fiqih Ushul Fiqih, (Bandug: CV Pustaka Setia, 2006), h. 171-172
6
Manna Al-Qaththan op.cit., h. 304
Dalam hal ini masing-masing mutlaq dan muqayyad tetap pada tempatnya
sendiri. Contoh mutlaq yang menerangkan tentang tayamum:
Ayat yang muqayyad tidak bisa menjadi penjelas hadits yang mutlaq,
karena berbeda hukum yang dibicarakan yaitu wudhu dan tayamum meskipun
sebabnya sama yaitu hendak shalat atau karena hadats.
ظ ْونَ بِ ۗه َو ه
ّٰللاُ بِ َما تَ ْع َملُ ْونَ َخبِي ٌْر َ س ۗا ٰذ ِل ُك ْم ت ُْو
ُ ع َّ حْر ْي ُر َر َقبَة ِ ِّم ْن َق ْب ِل اَ ْن يَّت َ َم ۤا َ َِِّوالَّ ِذ ْينَ يُ ٰظ ِه ُر ْونَ مِ ْن ن
ِ َ س ۤا ِٕى ِه ْم ث ُ َّم يَعُ ْود ُْونَ ِل َما َقالُ ْوا َفت
Artinya : “Dan mereka yang menzihar istrinya, kemudian menarik kembali apa yang
telah mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak
sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepadamu, dan
Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS. Mujadalah: 3)
Contoh Muqayyad:
Artinya : “Dan tidak patut bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang
beriman (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barangsiapa
membunuh seorang yang beriman karena tersalah (hendaklah) dia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga
si terbunuh) membebaskan pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang
memusuhimu, padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh)
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum
(kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si
pembunuh) membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh)
serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa tidak mendapatkan
(hamba sahaya), maka hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut
sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (QS. An-
Nisa:92).
Kedua ayat diatas berisi hukum yang sama, yaitu pembebasan budak. Sedangkan
sebabnya berbeda, yang ayat pertama karena zhahir dan yang ayat yang kedua karena
pembunuhan yang sengaja.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Mutlaq adalah lafadz-lafaz yang menunjukkan suatu hakekat tanpa ada
batasan (qayid) tertentu. Sedangkan muqayyad adalah lafadz-lafaz yang menunjukan
suatu hakekat dengan ada batasan (qayid) tertentu. Lafadz mutlaq menjadi tidak
terpakai jika ada lafadz muqayyad yang menjelaskan sebab dan hukum tersebut.
Pembagian lafadz mutlaq dan muqayyad ada empat bentuk- bentuk yang realistis
yaitu: sebab dan hukumnya sama, sebab sama namun hukum berbeda, sebab berbeda
namun hukum sama, sebab dan hukum berbeda.
B. Saran
Adapun saran yang kami sampaikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk penulis, agar lebih banyak membaca untuk menambah khazanah keilmuan
serta menambahkan sumber referensi dalam penulisan makalah.
2. Untuk pembaca, agar mencari sumber-sumber bacaan lain sebagai pembanding dan
pelengkap makalah ini.
3. Untuk dosen, agar memberikan saran dan kritik kepada penulis khususnya yang dapat
dijadikan pedoman penulisan ke depannya.
Daftar Pustaka