Disusun Oleh:
Oleh:
Adriansyah
Nim : 2020030011
Dosen pengampu
Dr. Rozalinda, M.Ag
Ahmad Wira, M.Ag, M.Si, Ph.D
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh suatu bangsa untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh
masyarakatnya. Setelah memcoba memanfaatkan yang ada, namun jika masih terjadi
ekonomi dari Negara lain untuk dapat memberikan dukungan yang cukup bagi
investor dari negeri lain atau mendapatkan suntikan dana berupa pinjaman atau
hutang luar negeri. Kalau kita lihat hutang atau pinjaman yang diberikan suatu
negara/lembaga luar negeri yang diterima hampir seluruh negara pengutang hampir
tidak ada yang lepas dari bunga ribawi dan tekanan politik berupa perjanjian-
jumlah pajak dan pembayaran lain yang ditarik pemerintah kepada masyarakat.
Disamping itu juga, dampak dari peningkatan utang luar negeri ini menyebabkan nilai
1
tukar mata uang dalam negeri merosot dibanding dengan mata uang negara lain, yang
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kenaikan biaya hidup masyarakat dari
B. Rumusan Masalah
berhutang?
C. Tujuan Masalah
melakukan hutang
4. Untuk mengetahui dampak apa saja yang dialami oleh negara yang
berhutang baik secara ekonomi dan politis ataupun dari sisi lainnya
2
5. Untuk mengetahui bagaimana solusi atau jalan keluar yang diberikan
islam untuk negara berhutang dan solusi supaya negara tidak melakukan
hutang.
3
BAB II
UTANG NEGARA (PINJAMAN LUAR NEGERI)
Utang adalah perkara yang hampir tidak ada satupun manusia di dalam
kehidupan yang bebas dari perkara ini. Termasuk juga suatu bangsa atau negara
dalam mengelola kehidupan bangsa dan negara yang dikelola oleh pemerintahan
yang baik maka tentu sangat diperlukan sumber daya ekonomi yang memadai. Jika
sumber ekonomi tersebut tidak memadai maka dengan terpaksa negara tersebut
mencari sumber ekonomi lain termasuk mendatangkan dana dari luar negeri berupa
pinjaman dalam bentuk utang yang bermacam ragam kriteria dan syarat yang
resident).1 Sedangkan menurut Suparmoko Utang luar negeri adalah utang atau
pinjaman yang berasal dari orang-orang atau lembaga-lembaga dari negara lain.2.
membayar kembali terhadap pihak luar negeri baik dalam valuta asing maupun dalam
Rupiah.3Utang luar negeri merupakan bantuan luar negeri (loan) yang diberikan oleh
1
Bank Indonesia. Statistik Utang Luar Negeri Indonesia. Vol. VII Mei, (Jakarta: Bank
Indonesia, 2016), h. iii
2
Suparmoko, Keuangan Negara:Dalam Teori Dan Praktek, Edisi ke-5, Cet. Ke-3
(Yogyakarta: BPFE, 2000), h. 243
3
Muhammad Iqbal Maulidi. Pengaruh Utang Luar Negeri dan Penanaman Modal Asing
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode 1999-2011 (Jakarta: UIN syarif Hidayatullah,
2013), h. 20
4
untuk memberikan pinjaman semacam itu dengan kewajiban untuk membayar
Hutang luar negeri bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi Indonesia selaku
dimulai dari Presiden Soekarno hingga presiden saat ini yaitu Joko Widodo,
merupakan negara miskin termasuk indonesia, dalam arti tidak memiliki sumberdaya
sumberdaya alam tersebut masih bersifat potensial, artinya belum diambil dan
Pada kondisi yang seperti itu, maka sangatlah dibutuhkan adanya sumberdaya
ekonomi dapat berjalan dengan lebih baik, lebih cepat, dan berkelanjutan. Dengan
4
Zulkarnain djamin, Masalah Utang Luar Negeri Bagi Negara-Negara Berkembang Dan
Bagaimana Indonesia Mengatasinya, (Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
1996), h. 19
5
Adwin Surya Atmadja, Jurnal akutansi dan keuangan, vol 2, no 1 hal.85
5
adanya sumberdaya modal, maka semua potensi kelimpahan sumberdaya alam dan
Pada banyak negara yang sedang berkembang, modal asing seolah-olah telah
menjadi salah satu modal pembangunan yang diandalkan. Bahkan, beberapa negara
saling berlomba untuk dapat menarik modal asing sebanyak-banyaknya dengan cara
menyediakan berbagai fasilitas yang menguntungkan bagi para investor dan kreditur
utang luar negeri dibutuhkan untuk menutupi 3 (tiga) defisit, yaitu kesenjangan
Tambunan6, tingginya Utang Luar Negeri (ULN) di suatu negara disebabkan oleh tiga
jenis defisit :
1. Defisit transaksi berjalan (TB) yakni ekspor (X) lebih sedikit daripada impor
(M);
2. Defisit investasi atau I-S gap, yakni dana yang dibutuhkan untuk membiayai
investasi (I) di dalam negeri lebih besar daripada tabungan nasional atau
domestik (S);
Dari faktor-faktor tersebut, defisit transaksi berjalan (TB) sering disebut di dalam
literatur sebagai penyebab utama membengkaknya utang luar negeri (ULN) dari
6
Tulus Tambunan, Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran : Teori dan Empiris,
(Jakarta : LP3ES, 2001), h. 249.
6
surplus neraca modal (CA) (kalau saldonya memang positif) mengakibatkan defisit
neraca pembayaran (BoP), yang berarti juga cadangan devisa (CD) berkurang.
Apabila saldo transaksi berjalan (TB) setiap tahun negatif, maka cadangan devisa
(CD) dengan sendirinya akan habis jika tidak ada sumber-sumber lain (misalnya
modal investasi dari luar negeri), seperti yang dialami oleh negara-negara paling
miskin di benua Afrika. Padahal devisa sangat dibutuhkan terutama untuk membiayai
dalam negeri. Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa defisit transaksi berjalan (TB)
bergantung pada utang luar negeri (ULN), terutama negara-negara yang kondisi
negara tersebut untuk mensubtitusikan ULN dengan investasi, misalnya dalam bentuk
Jika kita lihat hutang tidak akan pernah mendatangkan kebaikan bagi sipeminjam
ta’awun (tolong menolong) yang tak mengharapkan apapun kecuali kebaikan bagi
dipastikan itu bukanlah dalam rangka kebaikan untuk diri debitur kecuali hanya akan
Secara umum terdapat dua pandangan tentang utang luar negeri sebagai alternatif
7
Pandangan pertama menganggap bahwa external financing merupakan hal yang
Syariah. Pandangan tersebut dilatar belakangi oleh konsep dan fakta historis bahwa
kerjasama dengan pihak lain dalam suatu usaha diperbolehkan, bahkan dianjurkan.
financing dalam anggaran negara. Bentuk-bentuk ini pada prinsipnya lebih bersifat
flow creating equity daripada flow creating debt, dimana mulai banyak
utang luar negeri sebagai penutup saving gap-nya.7Pandangan ini sebenarnya lebih
Islam dalam utang luar negeri pasti akan berinteraksi dengan sistem bunga. Dalam
tinggi atau berlipat-lipat atau rendah) dipandang sebagai riba, dan karenanya dilarang
oleh Agama dengan tegas.hal ini akan menjerumuskan dalam berbagai bentuk
transaksi riba yang dilarang oleh Agama. Dengan demikian, maka sebaiknya negara
7
Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,
1992), h. 237-238
8
A. Azhar Basyir, Riba Utang Piutang dan Gadai, (Yogyakarta: PT Al-Ma’arif, 1983), h. 12.
8
Islam tidak memiliki utang luar negeri. Dalam fakta, bunga utang luar negeri juga
anggaran hanya pernah terjadi pada saat penaklukan Mekkah (Fathu al-Makkah),
tetapi segera dilunasi pada periode perang Hunain. Kebanyakan anggaran negara
anggaran saat itu adalah prinsip kesederhanaan dan kemampuan sebagaimana dalam
ajaran Islam. Prinsip yang telah digariskan Al-Qur’an adalah tidak membebani
Utang Luar Negeri Indonesia pada akhir Januari 2021 sebesar US$ 420,7 miliar atau
lebih tinggi dari posisi bulan desember 2020 yang sebesar US$ 417,5 miliar. Terdiri
dari utang luar negeri sektor publik (pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 213,6
miliar) dan utang luar negeri sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar US$ 207,1
miliar9
9
Kontan.co.id. diakses pada tanggal15 april 2021 puul 22.00
9
D. Dampak Negara berutang
Kenen (1990) dan Sachcs (1990) dalam Sritua Arief (1998) mengatakan bahwa
negara penghutang besar, bahkan lebih jauh lagi hutang luar negeri telah membawa
utang (debt trap) dan ketergantungan hutang (debt overhang). Sedangkan menerut
Susan George (1992), utang luar negeri secara pragmatis justru menjadi bomerang
mendukung argumen lain tentang dampak hutang luar negeri terhadap pertumbuhan
ekonomi seperti Cohen (1993), Bulow dan Rogof (1990), menyimpulkan hutang luar
negeri telah menjadi salah faktor yang signifikan dalam mendorong pertumbuhan
Studi yang dilakukan oleh Sachs dan Collins mengenai utang luar negeri negara-
10
Syaparuddin dkk, pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,
Malaysia, Thailand,Filipina,Vietnam dan Burma 1990-2003, jurnal paradigma ekonomika, vol 10,no
01 april 2015
10
terhadap kinerja ekonomi. Artinya, kinerja ekonomi akan melemah karena digerogoti
1. Dalam jangka pendek, pinjaman luar negeri dapat menutup desisit APBN, dan
jauh lebih baik dibandingkan jika defisit APBN tersebut harus ditutup dengan
kemakmuran masyarakat.
beban ekonomi yang harus diterima rakyat pada saat pembayaran kembali,
11
Sachs, Jeffrey D. dan Susan M. Collins (editors). Developing Country Debt and Economic
Performance: Country Studies Indonesia, Korea, Philippines, Turkey, (Volume 3). (Chicago:
University of Chicago Press. 1989)
11
juga beban psikologis politis yang harus diterima oleh negara debitur akibat
dana secara halal dan tunai mengalami kemandekan. Ada unsur keterpaksaan di
dalamnya dan bukan unsur kebiasaan. Dalam konteks negara, maka apakah
dalam istilah syariah disebut dengan ghalabatid dayn atau terlilit hutang. Hal ini
akan menimbulkan efek yang besar yaitu qahrir rijal. Atau mudah dikendalikan
pihak lain. Oleh karena itu Rasulullah memanjatkan doa agar beliau senantiasa
dilindungi dari penyakit ghalabatid dayn yang akan menyebabkan harga diri
menjadi hilang. Apalgi, jika yang mengendalikan adalah musuh yang mempunyai
niat buruk dan kebencian luar biasa. Dalam konteks negara harus dilihat apakah
3. Jika hutang telah dilakukan, harus ada niat untuk membayarnya. Dalam
konteks makro, terkait dengan hubungan antar negara jika Indonesia berusaha
12
Atmadja, 2008. Hutang luar negeri pemerintah Indonesia. Jurnal Akuntansi & Keuangan
Vol. 2, No. 1, Mei 2000: 83 - 94, 2(1),
13
Beik, Irfan Syauqi dan Arsyianti, Laily Dwi, Ekonomi Pembangunan Syariah, ed. Revisi,
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2016.
12
melalkukan upaya rescheduling hutang atau bahkan penghapusan hutang maka
upaya tersebut adalah hal yang sah-sah saja apalgi ternyata manfaat hutang
Dengan sistem pinjaman luar negeri saat ini yang berbasis bunga dan dampak
negatif dari utang luar negeri yang dapat terjadi, bukan berarti Negara Islam (secara
maupun luar negeri. Sumber dalam negeri dapat menggunakan berbagai instrumen
seperti wakaf dan sukuk, sedangkan sumber luar negeri dapat berupa kerjasama
Wakaf merupakan potensi yang sangat baik sebagai sumber modal dimana
wakaf adalah penahanan hak milik atas materi benda untuk tujuan menyedekahkan
manfaat, dengan kata lain wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau harta
yang diwakafkan kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran
agama Islam. Sifat wakaf adalah memberikan manfaat untuk masyarakat serta
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Infrastruktur yang ingin dibangun dapat
dibiayai dengan mekanisme wakaf, hal tersebut sangat dapat dilakukan mengingat
potensi wakaf di Indonesia yang sangat besar, yaitu sekitar Rp377 triliun atau 4,2
miliar meter persegi tanah. Pembangunan dilakukan dengan cara menggunakan wakaf
tanah sebagai lahan pembangunan infrastruktur dan wakaf tunai yang digunakan
13
Sukuk Negara yang saat ini sedang berkembang di Indonesia juga memiliki
potensi yang sangat baik untuk dijadikan sumber utama pembiayaan pembangunan
menghimpun dana US$3 miliar sekitar Rp39,96 triliun, penerbitan sukuk tersebut
menjadi yang terbesar dunia di luar Negara teluk. Selain itu, saat ini Indonesia pun
dikenal sebagai leading sovereign sukuk issuer in the world sehingga sukuk sangat
dapat dipertimbangkan untuk dijadikan salah satu instrumen fiskal dalam memenuhi
pembiayaan pembangunan.
Pinjaman luar negeri tanpa riba juga dapat dilakukan untuk pembangunan
(partnership), murabahah dan lain sebagainya. Bentuk ini pada prinsipnya lebih
bersifat flow creating equity dibanding dengan flow creating debt. Saat ini bentuk
adalah Islamic Development Bank dengan memberikan penyertaan modal yang lebih
dimana negera debitur dapat diatur oleh kreditur dalam kebijakan ekonomi yang
14
Malikul Hafidz Alamsyah dkk. Tinjauan hutang negara dalam perspektif Islam. Journal of
Islamic Economics and Finance Studies Vol. 1 No. 1 (June, 2020), pp. 62 – 81
14
diambil sebagaimana yang terjadi ketika IMF mendikte Indonesia di tahun 1990an,
utang luar negeri melanggar prinsip fair dealing dalam Islam. Dilihat dari proses
yang diutarakan terdahulu, tidak ada proses tawar menawar yang adil dalam
hasil yang didapat InsyaAllah tidak hanya berupa pembangunan secara fisik,
masyarakat yang adil (societal welfare) dengan masuknya variabel berkah dari Allah
Ta’ala. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan
Untuk menghindari dampak negatif dari utang luar negeri yang mengandung
unsur riba, maka solusi agar terlepas dari jeratan utang luar negeri yang terdiri dari:
dalam sebuah aset riil dan keuntungan yang akan dihasilkan darinya. Maka
dengan adanya konsep Musyarakah ini, akan tercipta kerjasama yang adil.
Jika terjadi kerugian dalam kegiatan proyek atau program maka kerugian
15
2. Konsep Mudharabah - Indonesia mengajukan proposal untuk mengajukan
kegiatan proyek kepada Bank Islam atau sejenisnya dengan pola bagi hasil.
Dalam hal ini bank akan memberikan modal 100% untuk dikelola oleh mitra
dan eksploitasi terhadap pihak yang terkait. Solusi diatas dijelaskan agar
16
BAB III
PENUTUP
Suatu Negara berutang terhadap Negara lain bukanlah suatu hal yang negatif.
Namun berutang itu menjadi suatu masalah besar apabila utang tersebut tidak
membuahkan hasil positif yang lebih besar dari pada nilai utang itu sendiri, yang
akhirnya Negara berutang termasuk Indonesia masih belum mampu melunasi cicilan
utang beserta bunganya. Kondisi ini merugikan Indonesia, bukan saja pemerintah
sebagai peminjam namun masyarakat sebagai pihak yang turut menangung beban
Dari fakta-fakta dan data yang telah diuraikan juga, terbukti bahwa secara
teoritis utang luar negeri memang berimplikasi negatif terhadap perekonomian dan
pembangunan Indonesia. Utang luar negeri menjadi kendala fiskal (fiscal burden)
negara. Sementara di sisi lain, Islam tidak melarang utang, karena dalam Islam juga
keperluannya. Transaksi riba melalui utang sangat sulit dilepaskan, karena itu
17
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Malikul Hafidz dkk. Tinjauan hutang negara dalam perspektif Islam.
Journal of Islamic Economics and Finance Studies Vol. 1 No. 1 (June, 2020)
Atmadja, Adwin Surya, Jurnal akutansi dan keuangan, vol 2, no 1 Tulus Tambunan,
Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran : Teori dan Empiris,
Jakarta : LP3ES, 2001
Basyir, A. Azhar, Riba Utang Piutang dan Gadai, Yogyakarta: PT Al-Ma’arif,1983
Bank Indonesia. Statistik Utang Luar Negeri Indonesia. Vol. VII Mei, Jakarta: Bank
Indonesia, 2016
Beik, Irfan Syauqi dan Arsyianti, Laily Dwi, Ekonomi Pembangunan Syariah, ed.
Revisi, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2016.
Kontan.co.id. diakses pada tanggal15 april 2021 pukul 22.00
Mannan, Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1992
Maulidi, Muhammad Iqbal. Pengaruh Utang Luar Negeri dan Penanaman Modal
Asing terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia periode 1999-2011
Jakarta: UIN syarif Hidayatullah, 2013
Syaparuddin dkk, Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia, Malaysia, Thailand,Filipina,Vietnam dan Burma 1990-2003,
Jurnal Paradigma Ekonomika, Vol 10,No 01
Sachs, Jeffrey D. dan Susan M. Collins (editors). Developing Country Debt and
Economic Performance: Country Studies Indonesia, Korea, Philippines,
Turkey, (Volume 3). Chicago:University of Chicago Press. 1989
Suparmoko, Keuangan Negara:Dalam Teori Dan Praktek, Edisi ke-5, Cet. Ke-3
Yogyakarta: BPFE, 2000
Zulkarnain djamin, Masalah Utang Luar Negeri Bagi Negara-Negara Berkembang
Dan Bagaimana Indonesia Mengatasinya, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1996
18