Anda di halaman 1dari 8

TUGAS Dosen Pembimbing

PENGANTAR ILMU EKONOMI Putriana,SE,MM

SCARCITY DALAM EKONOMI ISLAM

DISUSUN OLEH :
1. ARI SYABRI
2. GIA REALDY
3. SYAHRUL HIDAYAT
4. NADIA JUNITA

JURUSAN ADMINISTRASI PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
1441 H / 2019 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa atas berkat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu dicurahkan kepada baginda
tercinta Nabi Muhammad SAW dengan mengucapkan: ‘’Allahumma Sholli ‘Ala Muhammad
Wa’Ala Ali Muhammad’’.
Tugas ini disusun agar dapat memperluas ilmu tentang “SCARCITY DALAM
EKONOMI ISLAM” dan alhamdulillah tugas ini dapat terselesaikan walau dengan persiapan
yang cukup singkat, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Walaupun tugas ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi
pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing, Ibuk
Putriana,SE,MM , yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana
cara kami membuat makalah ini. Semoga ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya dan semoga dengan adanya tugas ini Allah senantiasa meridhoinya dan akhirnya
membawa hikmah untuk semuanya. Aamiin.

Pekanbaru, Juni 2019


BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Memenuhi kebutuhan hidup sebagai sebuah upaya dalam mencapai kesejahteraan


merupakan tujuan pokok dalam ekonomi. Maka, segala aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh
para pelaku ekonomi sudah barang tentu merupakan sebuah keniscayaan yang mau tidak mau
harus dilakukan.Hal ini dikarenakan sumber daya sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan
sangatlah terbatas,sementara kebutuhan manusia tidak terbatas. Oleh karena itu, munculnya
masalah ekonomi menurut mazhab Mainstream Ekonomi Islam adalah karena sumber daya
yang terbatas harus dihadapkan pada kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Sebagai bukti
bahwa sumber daya terbatas adalah seseorang tidak akan bisa menggunakan waktu lebih dari
24 jam dari sehari. Sementara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya adalah sifat alami manusia yang serba kurang dan kebutuhan
manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa ilmu ekonomi adalah studi tentang pilihan atas berbagai kebutuhan dan keinginan
manusia yang dibatasi oleh sumber daya yang sifatnya terbatas. Kelangkaan tidak dapat
terelakkan dalam kehidupan manusia dan telah menjadi pusat permasalahan ekonomi. Namun
apakah sumber daya masyarakat itu? Lalu kenapa kelangkaan itu terjadi? Kemudian
konsekuensi apa yang didapat dari terjadinya kelangkaan? Sumber daya terdiri atas sumber
daya alami dan sumber daya buatan. Sumber daya alami terdiri dari sumber daya alam dan
sumber daya manusia.Adapun sumber daya buatan adalah modal dan pengusaha.Para ahli
ekonomi menamakan seluruh sumber daya ini sebagai faktor-faktor produksi, sebab mereka ini
digunakan untuk memproduksi barang-barang yang dibutuhkan orang.Barang-barang yang
dihasilkan atau diproduksi disebut komoditas. Komoditas dapat dipisahkan menjadi barang dan
jasa, di mana barang selalu berwujud sedangkan jasa tidak berwujud. Kelangkaan
(scarcity)merupakan persoalan pokok dalam masalah ekonomi. Dengan demikian, manusia
akan dihadapkan pada persoalan-persoalan di mana mereka harus menentukan dengan tepat
untuk memilih dan menciptakan apa yang mereka perlukan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya.

2. Rumusan masalah
1. Adakah konsep scarcity dalam ekonomi islam?
2. Apa apa saja konsep scarcity dalam ekonomi islam?
3. Akibat dan mengatasi konsep scarcity dalam ekonomi islam?
BAB 2
PEMBAHASAN

SCARCITY DALAM EKONOMI ISLAM

A. Konsep Scarcity Dalam Ekonomi, Benarkah Adanya?

1. Konsep Scarcity dalam Ekonomi Konvensional

Scarcity atau kelangkaan, menurut ilmu ekonomi, mempunyai dua makna, yaitu:
pertama, terbatas dalam arti tidak cukup dibandingkan dengan banyaknya kebutuhan manusia. Kedua
yaitu terbatas dalam arti manusia harus melakukan pengorbanan untuk memperolehnya. Inti dari konsep
ekonomi konvensional yaitu seseorang itu pasti memiliki kebutuhan atau keinginan yang tidak terbatas
sedangkan kebutuhan sumber daya yang dimiliki terbatas sehingga menyebabkan setiap orang harus
memilih di antara pilihan-pilihan yang ada untuk mencapai kepuasan maksimum. Kebebasan yang
dimiliki oleh individu dalam memenuhi kebutuhan cenderung mementingkan diri sendiri (selfishness)
tanpa peduli kesejahteraan hidup orang lain. Apapun usaha dan kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam
sistem ekonomi ini, semuanya dilakukan dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri dengan sebebas-
bebasnya. Implikasinya yaitu memperlebar ―gap” antara si kaya dan si miskin yang pada
gilirannya, akan merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Seperti berlaku di Indonesia,
misalnya, golongan kaya-raya bahkan pada kenyataannya telah menguasai mekanisme penentuan harga
di pasar yang secara teori seharusnya terbentuk melalui mekanisme penawaran dan permintaan antara
konsumen dan produsen. kebebasan dan keuntungan individu sebagai pendorong lajunya roda
perekonomian negara telah mengakibatkan pudar dan bahkan hilangnya nilai-nilai rasionalitas
masyarakat dalam membangunan negara, dan bahkan telah menjadikan hawa nafsu sebagai acuan
dalam berbagai tindakan mereka

2. Konsep Scarcity dalam Ekonomi Islam


Dalam ekonomi Islam, sumber ekonomi ciptaan Allah yang terdiri dari tanah, buruh, modal dan
entrepreneurship itu tidak terbatas jumlahnya. Dengan kata lain, konsep kelangkaan (scarcity) yang ada
dalam ekonomi konvensional itu ditolak oleh ekonomi Islam. Kerena kalau kita mengatakan
sumberdaya ekonomi itu langka dan terbatas, maka secara tidak langsung kita mengatakan bahwa Allah
Yang Maha Perkasa itu lemah dan tidak berdaya. Berikut ini adalah beberapa firman Allah SWT yang
menegaskan bahwa Allah telah menciptakan sumberdaya ekonomi yang tidak terbatas baik yang
bersumber dari langit, darat, dan bahkan dari lautan untuk digunakan secara optimal dalam membangun
ekonomi umat, dapat kita lihat dalam ayat berikut: “…dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya
tidak mampulah kamu menghitungnya…” (Q.S. Ibrahim: 34); “Adalah Allah swt yang telah
menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan
dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan
bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai“; (Q.S. Ibrahim: 32)

Merujuk pada makna ayat-ayat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, sebenarnya, bukanlah
sumber daya alam (nikmat) Allah swt yang terbatas, melainkan kemampuan (ilmu)
dan ketaqwaan manusialah yang terbatas untuk mengekplorasi dan mendistribusikan sumber daya
secara optimal dan adil. Penggunaan dan pendistribusian sumberdaya alam secara tidak tepat dan adil
oleh manusia yang serakah juga telah menyebabkan sebagian manusia lain untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Pendek kata, Islam tidak mengenal konsep kelangkaan (scarcity) sumber daya alam,
yang ada hanyalah terbatasnya kemampuan (ilmu) manusia untuk mengekplorasi sumber daya alam
dan tipisnya kadar keimanan dan tingkat ketaqwaan (ikhtiar/do‘a) umat dalam usahanya untuk
membangun ekonomi.

3. Puasa dan Perilaku Konsumen

Ada satu konsep yang menarik bagaimana sebenarnya konsep scarcity itu sebenarnya tidak ada di
dalam ekonomi. Rukun Islam yang ketiga yaitu Allah memerintahkan kita untuk berpuasa. Hakikat
berpuasa adalah mengendalikan diri dan hawa nafsu dari segala yang membatalkan niat pahala puasa.
Dengan demikian, puasa juga secara substansial bermakna pengendalian diri dari perilaku tercela
seperti mubazzir (berlebih-lebihan) dalam konsumsi. Manfaat ibadah puasa yaitu melahirkan sikap
hidup sederhana dan efisien dalam konsumsi. Sikap hidup berlebih-lebihan atau mubazir tidak saja
bertentangan dengan syariah atau Sunnah Rasulullah tetapi juga menunjukan sikap hidup individualis
dan egois. Berpuasa melatih kita untuk menjadi seorang yang Islamic Man yaitu mengajarkan kita
untuk tidak berlebihan sehingga keinginan yang tadinya limited menjadi unlimited dan sumber daya
menjadi tidak terbatas seperti halnya ekonomi islam yang tidak mengenal konsep scarcity.

B. Akibat dari konsep scarcity dalam Islam

Akibat pasti dari kelangkaan (scarcity) ini adalah adanya sebagian kebutuhan yang senantiasa tidak
terpenuhi secara secara sempurna atau bahkan tidak terpenuhi sama sekali. Ketika alat-alat dan sarana-
sarana pemuas yang ada tidak mencukupi jumlah yang dibutuhkan berarti manusia berada dalam
kondisi kekurangan (kemiskinan). Untuk mengatasinya, dilakukanlah berbagai macam cara sehingga
produksi barang dan jasa yang ada mencukupi semua kebutuhan manusia yang tidak terbatas tersebut.
Cara yang paling umum dilakukan adalah dengan jalan meningkatkan produksi barang dan jasa suatu
negara (dari sini lahir konsep Pendapatan Nasional). Cara lainnya, adalah dengan membatasi jumlah
penduduk melalui program pembatasan kelahiran. Misalnya dengan mendorong rakyat mengikuti
program KB, melegalisasi aborsi, sampai membolehkan hubungan di luar nikah "kumpul kebo",
hubungan sejenis (homoseksual dan lesbian) dan dengan cara-cara lain yang dapat menjamin
pembatasan jumlah penduduk. Dengan cara-cara tersebutlah diyakini problematika ekonomi dapat
dapat diatasi. Selain itu, yang dimaksud dengan kebutuhan manusia menurut pandangan sistem ekonomi
kapitalis adalah sesuatu yang diinginkan manusia tanpa memandang apakah itu bermanfaat atau
membahayakan manusia. Juga tanpa melihat berapa jumlah orang yang menginginkan barang/jasa
tersebut. Suatu barang dan jasa bisa disebut sebagai alat pemuas kebutuhan apabila barang tersebut
memiliki manfaat (nilai guna/utilitas atau qimatul manfaah). Dan disebut memiliki nilai guna apabila
ada manusia yang menginginkan barang itu walaupun cuma seorang. Sebagai contoh, ketika ada
seseorang mempunyai keinginan untuk menghilangkan rasa haus sekaligus dapat menghangatkan
tubuhnya, ia akan mencari atau memproduksi sesuatu yang bisa memenuhi keinginannya itu. Ketika
dilihat olehnya minuman keras (khamr) bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhannya itu, maka
jadilah khamr itu sebagai alat pemuas tanpa melihat lagi apakah itu barang berbahaya atau tidak. Dan
khmar akan tetap diproduksi selama masih ada yang membutuhkannya. Dalam kacamata ini, khamr
disebut sebagai barang yang bermanfaat.Pandangan sistem kapitalis yang menyamakan antara
pengertian kebutuhan (need) dengan keinginan (want) adalah tidak tepat dan tidak sesuai dengan fakta.
Keinginan (want) manusia memang tidak terbatas dan cenderung untuk terus bertambah dari waktu ke
waktu. Sementara kebutuhan manusia tidaklah demikian. Bila dikaji secara mendalam, kebutuhan
manusia ada yang merupakan merupakan kebutuhan pokok (al hajat al asasiyah) dan ada kebutuhan
yang sifatnya pelengkap (al hajat al kamaliyat), yakni berupa kebutuhan sekunder dan tersier.
Kebutuhan pokok manusia berupa pangan, sandang dan papan dalam kenyataannya adalah terbatas.
Setiap orang yang kenyang setelah memakan makanan tertentu, maka pada saat itu sebenarnya
kebutuhannya telah terpenuhi dan dia tidak memerlukan makanan yang lain. Juga, orang yang sudah
memiliki pakaian tertentu meskipun hanya beberapa potong saja, maka sebenarnya kebutuhan dia akan
pakaian sudah terpenuhi. Demikian pula jika orang telah menempati suatu rumah tertentu sebagai
tempat tinggalnya meskipun sekadar menyewa, sebenarnya kebutuhannya akan rumah tinggal juga
sudah terpenuhi. Dan jika manusia sudah mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya itu,
sebenarnya dia sudah dapat menjalani kehidupan ini tanpa mengalami kesulitan yang berarti.Berbeda
dengan kebutuhan (need), maka keinginan (want) manusia memang tidaklah terbatas. Benar ia sudah
kenyang yang berarti kebutuhan akan makanan sudah terpenuhi, tapi setelah itu ia dapat saja
menginginkan makanan lainnya sebagai variasi dari makanan pokoknya. Demikian pula seseorang yang
telah berpakaian, yang berarti kebutuhan akan pakaian telah terpenuhi, masih mungkin menginginkan
pakaian lainnya yang lebih bagus dan lebih mahal. Seseorang yang sekalipun telah memiliki rumah
tinggal, dapat saja menginginkan rumah tinggal yang lebih besar dan lebih banyak. Jadi, sebenarnya
kebutuhan pokok manusia itu terbatas. Yang tidak terbatas adalah keinginan-keinginan manusia. Oleh
karena itulah pandangan orang-orang kapitalis yang menyamakan antara kebutuhan dan keinginan
adalah tidak tepat dan tidak sesuai dengan fakta yang ada.

s
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

1. Sistem ekonomi Islam memandang bahwa yang dimaksud dengan barang adalah benda yang
berwujud dan mempunyai manfaat bagi manusia. Bendayang tidak mempunyai manfaat tidak
termasuk kategori barang dalam Islam, atau dengan kata lain bahwa benda tersebut harus
bersifat halal dan baik.Sedangkan jasa dalam sistem ekonomi Islam adalah semua bentuk
pelayanan yang baik, dan tidak melanggar aturan Islam. Maksudnya jasa ialah semua bentuk
pelayanan yang baik, menggunakan kata-kata halus, tingkah laku yang sopan, sambutan yang
ramah dan semua itu ditujukan untuk kesejahteraan orang lain, tetapi dengan syarat pelayanan
tersebut tidak melanggar aturan syariat Islam.

2. Sistem ekonomi Islam tidak memandang adanya kelangkaan barang maupun jasa akibat
terbatasnya sumber daya alam yang tersedia di muka bumi ini. Sebab, Allah SWT telah
menciptakan seluruh bumi dan isinya untuk manusia dalam menghadapi kehidupannya di
dunia. Allah menciptakan bumi dan langit beserta apa yang ada diantara keduanya untuk
menusia.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.podfeeder.com/pengetahuan/membahas-lebih-dalam-mengenai-
mengenai-ekonomi-makro/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/ekonomi_makro

https://alifiantikosiwi.blogspot.co.id/2014/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai