Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“BISNIS YANG DILARANG”


Untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Etika Bisnis Syariah
Dosen : Ayu Azhara, M. M

Kelompok 7

Disusun Oleh :

Arfiah : 1904110085

Norhayati : 1904110062

Putri Sari : 1904110063

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasullullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas
makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Syariah.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Bisnis yang dilarang”
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber referensi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan berguna bagi pembaca khususnya
para mahasiswa. Penulis sadar bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu,
kepada dosen Mata Kuliah Etika Bisnis Syariah khususnya, penulis meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah ini agar untuk kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi dan
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palangka Raya, 5 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1

C. Tujuan..................................................................................................................................1

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.............................................................................................................................3

A. Pengertian Bisnis yang dilarang........................................................................................3

B. Kriteria Bisnis yang Dilarang............................................................................................4

C. Ketentuan Barang Bisnis yang Dilarang..........................................................................5

D. Cara Bisnis Yang Dilarang................................................................................................7

BAB III.........................................................................................................................................10

PENUTUP....................................................................................................................................10

A. Kesimpulan........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sebagai Ad-din mengandung ajaran yang komprehensif dan sempurna
(syaumul). Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, tidak saja aspek ibadah, tetapi
juga aspek muamalah, khususnya ekonomi islam. Al-qur’an secara tegas menyatakan
kesempurnaan islam tersebut dalam banyak ayat. Ajaran islam tentang ekonomi cukup
banyak dan ini menunjukkan bahwa bahwa perhatian islam dalam masalah ekonomi sangat
besar.
Sejak zaman Rasulullah saw semua bentuk perdagangan yang tidak pasti telah
dilarang, berkaitan dengan jumlah yang tidak ditentukan secara khusus atas barang-barang
yang akan ditukarkan atau dikirimkan. Begitu banyak jenis-jenis bisnis yang dilakukan
masyarakat pada saat sekarang ini. Namun, tak semua jenis ataupun bentuk bisnis itu
dibolehkan dalam islam. Karena ada beberapa unsur kecurangan yang bisa mengakibatkan
kerusakan meskipun kecil.
Seorang pengusaha muslim haruslah mengetahui bentuk-bentuk transaksi yang
dilarang dalam islam agar tidak terjerumus dalam lubang dosa dalm berbisnis.
Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar dalam
persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan
transaksi antara perusahaan dengan pelanggan, dan perusahaan dengan perusahaan yang
lain.
Maka dari itu, penulis akan membahas pengertian bisnis yang dilarang, kriteria bisnis
yang dilarang, ketentuan barang bisnis yang dilarang, dan cara bisnis yang dilarang, semua
akan penulis bahas didalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bisnis yang dilarang?
2. Bagaimana kriteria bisnis yang dilarang?
3. Apa saja ketentuan barang bisnis yang dilarang?
4. Bagaimana cara bisnis yang dilarang?
C. Tujuan

1
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan bisnis yang dilarang.
2. Untuk mengetahui kriteria bisnis yang dilarang.
3. Untuk mengetahui ketentuan barang bisnis yang dilarang.
4. Untuk mengetahui cara bisnis yang dilarang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bisnis yang dilarang


Bisnis yang dilarang adalah bisnis yang tidak memenuhi salah satu atau semua syarat-
syarat yang ada didalam bisnis yang dibenarkan itu. Secara umum islam melarang semua
bentuk transaksi yang akan menimbulkan kesulitan dan masalah. Tak peduli apapun
bentuknya, esensi dari bisnis yang tidak dihalalkan adalah suatu bisnis yang didalamnya
mengandung cara konsumsi yang tidak halal, atau melanggar atau merampas hak dan
kekayaan orang lain. Inilah yang Al-Quran larang dengan keras dengan menyebutkannya
sebagai akl bi al-bathil (makan dengan cara yang batil) dan zulm (kezhaliman).
Islam telah mengatur tata cara etika bisnis yang ideal sehingga tidak merugikan salah
satu pihak ataupun bagi keduanya, yang mana dalam hal ini Islam selalu mengedepankan
prinsip keadilan dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam setiap kegiatan bisnis dengan
berpedoman pada Q.S. Al-Baqarah ayat 188 yang menyebutkan : “Dan janganlah
sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang
bathil”.
Adapun dalam perspektif fiqh keuangan istilah bisnis dalam Islam secara lazim disebut
dengan istilah tijarah yaitu pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan, yang mana
dalam bisnis syariah pencarian keuntungan tersebut bukanlah semata-mata hanya terfokus
pada sudut pandang materil saja, melainkan juga meliputi pada usaha untuk mendapatkan
ridha dari Allah SWT dalam menjalankan bisnis tersebut.1
Dalam urusan muamalah, semua diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarangnya.
Ketika suatu transaksi baru ada dan belum dikenal sebelumnya dalam hukum Islam, maka
transaksi tersebut dianggap dapat diterima, kecuali terdapat implikasi dari dalil Al-Quran
dan Hadis yang melarangnya. Dengan demikian, dalam bidang muamalah, semua transaksi
dibolehkan kecuali yang diharamkan. Penyebab terlarangnya sebuah transaksi adalah
disebabkan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Haram zatnya.

1
Prawitra Thalib, Hilda Yunita Sabrie dan Faizal Kurniawan, Prinsip Hukum Islam dalam Aktivitas Bisnis Islam,
http://news.unair.ac.id/2020/07/20/prinsip-hukum-islam-dalam-aktivitas-bisnis-islam/, diakses pada tanggal 21-
Maret-2021 pukul 09:42 WIB.

3
2. Haram selain zatnya.
3. Tidak sah (lengkap) akadnya.2
B. Kriteria Bisnis yang Dilarang
Hukum asal transaksi bisnis dalam Islam adalah Mubah (dibolehkan), selama tidak ada
dalil yang menunjukkan bahwa jenis dan bentuk transaksi tersebut diharamkan. Prinsip ini
menjadi dasar penting bagi pelaku bisnis (tajir/mustatsmir) untuk melakukan inovasi
(tanmiyah) dalam melakukan aktivitas bisnis selama ia tidak  bertentangan dengan kaidah-
kaidah syariah serta prinsip-prinsip dasar (maqasid) dalam Islam.
Berikut ini adalah kriteria bisnis yang dilarang dalam islam :
1. Haram zatnya
Faktor terlarangnya sebuah transaksi ini dikarenakan barang atau jasa yang
ditransaksikan juga terlarang, seperti minuman keras, bangkai, daging babi, dan
sebagainya. Maka transaksi jual beli minuman keras adalah haram, meskipun akad jual
belinya sah, sebagaimana firman Allah :

‫س ِم ْن َع َم ِل‬ ِ ِ
ِ
ٌ ‫اب َو ا أْل َ ْز اَل ُم ر ْج‬
ُ ‫ص‬َ ْ‫آم نُ وا إِ مَّنَ ا ا خْلَ ْم ُر َو الْ َم ْي س ُر َو ا أْل َ ن‬ َ ‫يَا أَيُّ َه ا الَّذ‬
َ ‫ين‬

َ ‫َّك ْم تُ ْف لِ ُح‬
‫ون‬ ُ ‫اج تَ نِ بُ وهُ لَ َع ل‬ ِ ‫الش‬
ْ َ‫َّي طَ ان ف‬
ْ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al Maidah:
90).
Dengan demikian, apabila terdapat nasabah yang mengajukan pembiayaan pembelian
minuman keras kepada bank dengan menggunakan akad murabahah, maka walaupun
akadnya sah tetapi transaksi ini haram karena objek transaksinya haram.3
2. Haram selain zatnya
Yang dimaksud haram selain zatnya yaitu cara bertransaksinya, transaksi didalamnya
mengandung unsur-unsur yang dilarang dalam agama, contohnya seperti tadlis, riba,
gharar, ikhtikar, maysir, risywah dan lainnya.4
2
Adiwarman A. Karim, Bank islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Cet. IV, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011), hlm. 30.
3
Ibid.
4
Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, cet I, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm, 127.

4
3. Tidak sah akadnya
Yang dimaksud dengan tidak sah akadnya ialah, transaksi yang terjadi belum tentu
transaksi tersebut menjadi halal. Masih ada kemungkinan transaksi tersebut menjadi
haram bila akad atas transaksi itu tidak sah atau tidak lengkap. Suatu transaksi dapat
dikatakan tidak sah atau tidak lengkap akadnya, bila terjadi salah satu (atau lebih) faktor-
faktor berikut ini :
- Rukun dan syarat akad tidak terpenuhi
- Terjadi two in one, yaitu kondisi di mana suatu transaksi diwadahi oleh kedua akad
sekaligus, sehingga terjadi ketidakpastian (gharar) mengenai akad mana yang harus
digunakan.5
C. Ketentuan Barang Bisnis yang Dilarang
Islam sebagai agama yang lengkap telah memberikan petunjuk lengkap tentang
perdagangan, termasuk didalamnya barang-barang yang tidak boleh diperjual belikan,
diantaranya yaitu :
1. Khamer
Khamer, maksudnya ialah segala sesuatu yang bisa memabukkan sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر مَخٌْر َو ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر َحَر ٌام‬


Semua yang memabukkan itu adalah khamr, dan semua khamr itu haram.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat sepuluh orang yang berkaitan dengan
khamr. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :

‫اع َها َو َشا ِر َب َها َوآكِ َل مَثَنِ َها َو َح ِاملَ َها‬ ِ ِ ِ


َ َ‫إن اللَّهَ لَ َع َن اخْلَ ْمَر َو َعاصَر َها َو ُم ْعتَصَر َها َوبَائ َع َها َو ُمْبت‬
‫َوالْ َم ْح ُمولَةُ إِلَْي ِه َو َساقَِي َها‬
Sesungguhnya Allah melaknat khamr, pemerasnya, yang minta diperaskan, penjualnya,
pembelinya, peminum, pemakan hasil penjualannya, pembawanya, orang yang minta
dibawakan serta penuangnya. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).6

5
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalah, Cet III, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm, 52.
6
Syaikh Shalih Al Fauzan bin Fauzan, Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam, https://almanhaj.or.id/2979-jual-beli-
yang-dilarang-dalam-islam.html, diakses pada tgl 31 Maret 2021, pukul 19:20 WIB.

5
Semua barang yang berjenis minuman keras dan barang yang dapat memabukkan,
hukumnya adalah haram untuk diperjualbelikan. Selain itu, dengan berkembangnya
zaman, sesuatu yang memabukkan tidak hanya ditimbulkan dari minuman keras saja,
contoh lain dari barang yang haram diperjualbelikan yaitu segala bentuk narkoba dan
jenis obat-obatan yang membawa kemudharatan, bahkan hasil dari penjualan barang
tersebutpun merupakan harta haram.
2. Bangkai, Babi dan Patung
Sebagaimana sabda Rasulullah, Dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah saw bersabda ketika Beliau di Mekkah pada waktu penaklukan kota Mekkah,
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan menjual arak, bangkai, babi
dan patung."7 Jadi segala sesuatu (barang) yang terbuat atau mengandung bangkai, babi dan
patung, hukumnya haram untuk dijualbelikan.
3. Menjual barang yang dimanfaatkan oleh pembeli untuk sesuatu yang haram. Jika
seorang penjual mengetahui dengan pasti, bahwa si pembeli akan menggunakan barang
yang dibelinya untuk sesuatu yang diharamkan, maka akad jual beli ini hukumnya haram
dan bathil. Jual beli seperti ini termasuk tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan
permusuhan. Allah SWT berfirman : Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. (Q.S Al-Maidah : 2).
Misalnya seseorang membeli senjata untuk membunuh seorang muslim, menjual senjata
kepada perampok, para pemberontak atau kepada pelaku kerusakan.
4. Barang yang dapat menimbulkan kerusakan akhlaq pada manusia, contohnya menjual
majalah-majalah yang bergambar, terutama gambar-gambar yang memperlihatkan aurat
wanita, selain itu hal tersebut juga bisa menimbulkan fitnah, karena tabiat seorang
manusia, jika melihat gambar atau foto gadis cantik yang menampakkan sebagian
kecantikan atau sebagian anggota tubuhnya, biasanya akan membangkitkan syahwatnya,
yang kadang mendorongnya untuk melakukan perbuatan keji dan tindakan kriminal.
Selain itu juga menjual barang yang berkaitan dengan hal-hal porno itu diharamkan.
D. Cara Bisnis Yang Dilarang

7
Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia, Barang yang tidak boleh diperjualbelikan,
https://pengusahamuslim.com/462-barang-yang-tidak-boleh-diperjualbelikan.html, diakses pada tgl 31 Maret 2021,
pukul 19:34 WIB.

6
Berikut adalah cara bisnis yang dilarang dalam islam :
1. Bai’un Najasy (Rekayasa Pasar dalam Demand)
Bai' Najasy yaitu rekayasa pasar dalam demand atau permintaan yang terjadi apabila
seorang produsen menciptakan permintaan palsu, sehingga seolah-olah ada banyak
permintaan terhadap harga suatu produk yang menyebabkan harga jual produk
tersebut naik. Atau dengan kata lain Bai'un najasy merupakan kegiatan jual beli yang
bertujuan mengelabui pembeli atau penjual yaitu jika dia dalam posisi sebagai
penjual, maka ketika ada pembeli yang menawarkan barang dagangannya lalu datang
temannya yang bekerjasama dengan penjual untuk menawar barang yang sama oleh
pembeli pertama dengan tujuan menaikkan harga barang.
2. Riba (bunga atau tambahan)
Penambahan-penambahan yang disyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada
orang yang meminjam hartanya (uangnya), karena pengunduran janji pembayaran
oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan.
3. Maysir, yaitu suatu bentuk permainan yang didalamnya dipersyaratkan, jika salah
seorang pemain menang, maka ia akan mengambil keuntungan dari pemain yang
kalah dan sebaliknya. Contoh dari maysir ini adalah judi, sedangkan beberapa
aktivitas yang termasuk dalam kategori judi yang telah dilarang misalnya seperti SMS
berhadiah sesuai dengan Fatwa MUI No. 9 Tahun 2008 Tentang SMS Berhadiah dan
kuis berbasis telepon sesuai arahan dari Dr. Nasr Farid, Mufti Mesir, Sekjen Majma al
Buhuts al Islamiyyah, Wafa Abu ‘Ajuz dan Syeikh Abdul Aziz bin Baz.
4. Gharar (Ketidakpastian)
Semua jual beli yang mengandung ketidakjelasan atau keraguan tentang adanya
komoditas yang menjadi objek akad, ketidakjelasan akibat, dan bahaya yang
mengancam antara untung dan rugi.
5. Bai’ AL Mudtarr, Jual beli dan pertukaran dimana salah satu pihak dalam keadaan
sangat memerlukan (in the state of emergency) sehingga sangat mungkin terjadi
eksploitasi oleh pihak yang kuat sehingga terjadi transaksi yang hanya
menguntungkan sebelah pihak dan merugikan pihak lainnya.
6. Ikrah (Paksaan), Segala bentuk tekanan dan pemaksaan dari salah satu pihak untuk
melakukan suatu akad tertentu sehingga menghapus komponen mutual free consent.

7
Jenis pemaksaan dapat berupa acaman fisik atau memanfaatkan keadaan seseorang
yang sedang butuh.
7. Ghabn (Manipulasi harga barang), Ghabn adalah dimana si penjual memberikan
tawaran harga diatas rata-rata harga pasar (market price) tanpa disadari oleh pihak
pembeli.
8. Ihtikar (penimbunan barang), Ihktikar yaitu menumpuk-numpuk barang ataupun jasa
yang diperlukan masyarakat dan kemudian si pelaku mengeluarkannya sedikit-sedikit
dengan harga jual yang lebih mahal dari harga biasanya dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan lebih cepat dan banyak.
9. Ghish, Menyembunyikan fakta-fakta yang seharusnya diketahui oleh pihak yang
terkait dalam akad sehingga mereka dapat melakukan kehati-hatian (prudent) dalam
melindungi kepentingannya sebelum terjadi transaksi yang mengikat.
10. Tadlis (Penipuan), Tadlis adalah tindakan seorang peniaga yang sengaja mencampur
barang yang berkualitas baik dengan barang yang sama berkualitas buruk demi untuk
memberatkan timbangan dan mendapat keuntungan lebih banyak.
11. Talaqqi Rukban, Pembelian barang dengan cara mencegat orang desa sebelum sampai
di pasar agar ia dapat membeli barang dengan harga murah. Contohnya, ada pedagang
kota ia menyongsong kedatangan barang dari tempat lain yakni dari orang desa yang
ingin berjualan di negerinya, lalu pedagang kota tersebut menawar barang dengan
harga yang lebih rendah dari harga di pasar, sehingga barang dagangan pedagang
desa itu dibeli sebelum ia masuk pasar dan sebelum ia mengetauhi harga pasaran
yang sebenarnya.
12. Hadir Lil Baad, adalah tindakan seorang menjadi calo untuk orang pedalaman atau
bisa jadi bagi sesama orang kota dengan mencari keuntungan lebih, dimana barang
yang dijual ialah barang kebutuhan pokok dan orang salah satu pihak tidak
mengetahui haraga sebenarnya.
13. Risywah (Suap), Risywah yaitu pemberian yang bertujuan membatalkan yang benar
atau untuk menguatkan dan memenangkan yang salah.8

8
https://www.ekonomiislam.net/2017/11/berikut-beberapa-kriteria-larangan-bisnis-dalam-islam.html, diakses pada
tgl 31 Maret 2021, pukul 21:05 WIB.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bisnis yang dilarang adalah bisnis yang tidak memenuhi salah satu atau semua syarat-
syarat yang ada didalam bisnis yang dibenarkan itu. Secara umum islam melarang semua
bentuk transaksi yang akan menimbulkan kesulitan dan masalah. Tak peduli apapun
bentuknya, esensi dari bisnis yang tidak dihalalkan adalah suatu bisnis yang didalamnya
mengandung cara konsumsi yang tidak halal, atau melanggar atau merampas hak dan
kekayaan orang lain. Inilah yang Al-Quran larang dengan keras dengan menyebutkannya
sebagai akl bi al-bathil (makan dengan cara yang batil) dan zulm (kezhaliman).
Hukum asal transaksi bisnis dalam Islam adalah Mubah (dibolehkan), selama tidak ada
dalil yang menunjukkan bahwa jenis dan bentuk transaksi tersebut diharamkan. Prinsip ini
menjadi dasar penting bagi pelaku bisnis (tajir/mustatsmir) untuk melakukan inovasi
(tanmiyah) dalam melakukan aktivitas bisnis selama ia tidak  bertentangan dengan kaidah-
kaidah syariah serta prinsip-prinsip dasar (maqasid) dalam Islam. Penyebab terlarangnya
sebuah transaksi adalah disebabkan faktor-faktor sebagai berikut : Haram Zatnya, haram
selain zatnya dan tidak sah akadnya.
Islam sebagai agama yang lengkap telah memberikan petunjuk lengkap tentang
perdagangan, termasuk didalamnya barang-barang yang tidak boleh diperjual belikan,
diantaranya yaitu : Khamer (segala sesuatu yang bisa memabukkan ), Bangkai, Babi dan
Patung, Menjual barang yang dimanfaatkan oleh pembeli untuk sesuatu yang haram, Barang
yang dapat menimbulkan kerusakan akhlaq pada manusia.
Cara bisnis yang dilarang apabila mengandung unsur-unsur seperti : bai’un najasy
(rekayasa pasar dalam demand), riba (bunga atau tambahan), maysir, gharar
(ketidakpastian), bai’ al mudtarr, ikrah (paksaan), ghabn (Manipulasi harga barang), ihtikar
(penimbunan barang), ghish, tadlis (penipuan), talaqqi rukban, hadir lil baad, risywah
(Suap).

9
DAFTAR PUSTAKA

Thalib, Prawitra, Hilda Yunita Sabrie dan Faizal Kurniawan. 2020. Prinsip Hukum Islam dalam
Aktivitas Bisnis Islam. http://news.unair.ac.id/2020/07/20/prinsip-hukum-islam-dalam-
aktivitas-bisnis-islam/, diakses pada tanggal 21-Maret-2021 pukul 09:42 WIB.
Karim, Adiwarman A. 2011. Bank islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Cet. IV. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Hasan, Ali. 2003. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam. cet I. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad. 2010. Fiqh Muamalah. Cet III. Jakarta: Amzah.
Syaikh Shalih Al Fauzan bin Fauzan. 2005 Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam.
https://almanhaj.or.id/2979-jual-beli-yang-dilarang-dalam-islam.html. Diakses pada tgl 31
Maret 2021, pukul 19:20 WIB.
Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia. Barang yang tidak boleh diperjualbelikan.
https://pengusahamuslim.com/462-barang-yang-tidak-boleh-diperjualbelikan.html, diakses
pada tgl 31 Maret 2021, pukul 19:34 WIB.
https://www.ekonomiislam.net/2017/11/berikut-beberapa-kriteria-larangan-bisnis-dalam-
islam.html. diakses pada tgl 31 Maret 2021, pukul 21:05 WIB.

10

Anda mungkin juga menyukai