Anda di halaman 1dari 16

Praktik Bisnis yang Diperbolehkan dan yang Dilarang dalam Islam

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Etika Bisnis Islam”
Dosen Pengampu:
Drs. Nur Chamid, M.M.

Disusun oleh:

Sita Amalia Ramadhani (22401008)

Risky Yunita Efendi (22401009)

Anisa Nurcahyati (22401036)

Yusuf ()

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni ajaran agama Islam.

Makalah dengan judul “Praktik Bisnis yang Diperbolehkan dan yang Dilarang dalam
Islam” ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis Islam pada semester
3 Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri
Kediri. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Nur Chamid, M.M. selaku
dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan tugas sehingga kami dapat menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai materi dalam mata kuliah Etika Bisnis Islam.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan, oleh karena itu dengan senang
hati kami menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan
juga kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang berperan dalam penyusunan
makalah ini, semoga Allah SWT membalas semua ikhtiar kita Aamiin.

Kediri, 20 November 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ iii
A. Latar Belakang ................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
C. Tujuan Makalah ................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5
A. Pengertian Bisnis Yang Diperbolehkan Dan Dilarang Dalam Islam ................. 5
B. Kriteria Bisnis Yang Diperbolehkan Dan Dilarang Dalam Islam ...................... 7
C. Ketentuan Barang Bisnis Yang Diperbolehkan Dan Yang Dilarang Dalam
Islam ................................................................................................................... 9
D. Cara Atau Bentuk Bisnis Yang Diperbolehkan Dan Dilarang Dalam Islam .... 11

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14


A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dibutuhkan suatu sistem yang
dapat mengatur bagaimana sebaiknya dan seharusnya manusia bergaul dengan baik.
Sistem yang mengatur mengenai pergaulan tersebut kemudian membuat masyarakat
saling menghormati satu sama lain dan memiliki tata krama, sopan santun, dan lainnya
yang disebut etika. Etika ini tak hanya dalam pergaulan sehari-hari. Etika diperlukan
untuk membentuk dan membangun sikap apapun aspeknya, termasuk etika bisnis
Islam. Terlebih, agama Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai
norma dan juga sopan santun serta rasa menghargai makhluk satu sama lain.
Dalam Islam, berbisnis juga diatur dalam etika bisnis Islam. Mengingat agama
Islam bukan hanya sebuah agama yang dianut oleh manusia, tetapi juga bisa menjadi
pedoman hidup bagi para manusia yang menganutnya. Termasuk di dalam
etika bisnis Islam, setiap aspek sudah diatur menurut hukum Islam yang berlaku. Islam
mengatur bahwa etika bisnis Islam adalah benar dan tidak bisa dipisahkan dengan hal-
hal penting lainnya. Berbagai filosofi di dalam agama Islam mengajarkan tentang
bagaimana menjalankan bisnis di dalam etika bisnis Islam.
Etika bisnis dalam Islam berbicara tentang asas-asas berbisnis berarti berbicara
tentang persoalan spirit agama dan pondasi bangunan usaha atau bisnis berdasarkan
petunjuk agama. Sedangkan etika menyangkut norma-norma dan aturan-aturan
operasional yang harus diperhatikan dalam menjalankan roda usaha atau berbisnis.
Dengan memperhatikan asas dan etika bisnis Islam ini seseorang akan terhindar dari
berbagai praktek bisnis yang yang dilarang oleh agama, serta dapat menjadikan usaha
yang dijalankannya bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Dalam etika bisnis Islam ini mencakup berbagai macam larangan yang harus
dihindari sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dalam hal ini,
terdapat praktik bisnis yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam Islam yang
akan dibahas pada materi ini.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bisnis yang diperbolehkan dan dilarang dalam Islam?
2. Bagaimana kriteria bisnis yang diperbolehkan dan dilarang dalam Islam?
3. Apa saja ketentuan barang bisnis yang diperbolehkan dan yang dilarang dalam
Islam?
4. Bagaimana cara atau bentuk bisnis yang diperbolehkan dan dilarang dalam Islam?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian bisnis yang diperbolehkan dan dilarang dalam
Islam
2. Untuk mengetahui bagaimana kriteria bisnis yang diperbolehkan dan dilarang
dalam Islam
3. Untuk mengetahui apa saja ketentuan barang bisnis yang diperbolehkan dan yang
dilarang dalam Islam
4. Untuk mengetahui bagaimana cara atau bentuk bisnis yang diperbolehkan dan
dilarang dalam Islam

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bisnis yang Diperbolehkan dan Dilarang dalam Islam
Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan
hidupnya. Karenanya, manusia akan selalu berusaha memperoleh harta ke- kayaan
itu. Salah satunya melalui bekerja, sedangkan salah satu dari ragam bekerja adalah
berbisnis. Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki tanggungan,
untuk "bekerja". Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan
manusia memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha
mencari nafkah, Allah SWT melapangkan bumi serta menyediakan berbagai
fasilitas yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencari rezeki.
Di samping anjuran untuk mencari rezeki, Islam sangat menekankan
(mewajibkan) aspek kehalalannya, baik dari sisi perolehan maupun
pendayagunaannya (pengelolaan dan pembelanjaan). Dalam islam, diperintahkan
seseorang untuk mencari nafkah atau pekerjaan. Selain dengan bekerja, berbisnis
merupakan opsi pekerjaan yang diperbolehkan dalam islam. Oleh karena itu, islam
mengatur bisnis-bisnis yang mencakup syariat. 1
Islam memberikan syarat syatat khusus untuk umatnya yang merintis usaha
dalam bidang bisnis, yaitu islam mewajibkan umatnya bersikap jujur dalam
berbisnis. Tidak diperbolehkannya ada unsur riba, maysir, dan juga gharar di dalam
bisnis yang dijalankan oleh umatnya. Ketentuan tersebut merupakan perintah Allah
yang wajib umat islam patuhi.
Selain larangan yang diberikan, terdapat pula hal-hal yabg diperbolahkan
dalam berbisnis menurut ketentuan syariat islam yaitu berbisnis dengan halal. Halal
dalam segi barang yang diproduksi atau bahan baku dan juga halal cara
pengolahannya, sehingga dapat menghasilkan barang yang halal pula. Selain itu,
dalam islam juga harus terdapat akad dalam berbisnis. Akad yang jelas merupakan
salah satu syarat terpenting dari pendistribusian bisnis yang dapat dikatakan halal.
Bisnis dan transaksi keuangan yang mengandung unsur maisir adalah
terlarang. Larangan terhadap cara seperti ini ada dalam Al-Qur’an surah Al-
Maidah ayat 90 begitu pula terdapat larangan dalam hadits Nabi. Untuk kehati-
hatian umat Islam, dewasa ini berkembang bisnis bernuansa maisir. Tidak hanya

1
Ismail, Widjajakusuma, MENGGAGAS BISNIS ISLAMI (Jakarta: Gema Islami, 2002), 17.

5
secara offline berhadapan langsung, namun ada juga maisir secara online tidak
berhadapan langsung dan tidak mengenal siapa lawan bermain. Sekedar contoh
judi kartu, game online Higgs Domino, SMS berhadiah, taruhan dalam bentuk
togel dan sebagainya.
Gharar juga termasuk unsur transaksi bisnis terlarang. Mengandung
ketidakjelasan bagi para pihak, baik dari segi kuantitas, fisik, kualitas, waktu
penyerahan, bahkan objek transaksinya pun bisa jadi masih bersifat spekulatif.
Terdapat unsur penipuan, ada pihak mendapat keuntungan dan pihak lain mendapat
kerugian dan merasa tertipu. Gharar kebanyakan terjadi pada jual beli. Penjual tidak
menjelaskan spesifikasi barang yang sebenarnya bahkan sengaja menutupi aib
barang. Larangan ini pada Ali Imran ayat 161 dan Nabi juga tidak mengakui sebagai
umatnya bagi penipu.
Bisnis yang mengandung unsur haram jelas terlarang. Haram ditinjau dari
segi materi bisnisnya. Objek bisnis berupa barang haram dan tidak boleh
diperdagangkan. Menjual belikan barang haram sama dengan menyebar barang
tersebut untuk beredar di masyarakat. Sama pula halnya memberi akses peluang
kepada orang lain untuk mengonsumsi barang haram. Pelaku bisnis haram tentu
berdosa karena seolah memberi kemudahan bagi orang lain berbuat dosa. Bisnis
barang haram seperti memasarkan barang najis, daging babi, minuman keras, sabu,
obat terlarang, dan segala jenisnya.
Kemudian terdapat pula bisnis yang tidak asing lagi larangannya yaitu yang
mengandung unsur riba. Secara bahasa riba dari bahasa Arab yang berarti kelebihan
atau tambahan. Dalam konteks hukum Islam riba mengerucut pada kelebihan dari
pokok utang. Bahasa sederhananya, riba adalah tambahan yang disyaratkan dan
diterima pemberi pinjaman sebagai imbalan dari pinjaman utang.
Sebutan lain dari riba adalah bunga uang, lintah darat atau rente. Islam
melarang umatnya melakukan jual beli dan pinjaman utang piutang jika di
dalamnya terdapat unsur riba. Pengharamannya secara tegas dalam Al-Quran surah
Ali Imran ayat 130. “Wahai orang yang beriman. Janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung”.
Bisnis telarang lainnya adalah apabila terdapat unsur bathil. Secara bahasa
bathil lawan dari kata hak. Bathil serarti kesalahan dan hak berarti kebenaran. Suatu
bisnis yang dalam cara kerjanya tidak memperdulikan kebenaran. Segala transaksi
yang menimbulkan kerugian pada salah satu pihak. Usaha seseorang dalam

6
memperoleh kekayaan dengan cara menzalimi pihak lain. Mengambil hak milik
orang lain melalui cara yang tidak benar. Menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan. Pencurian, perampokan, korupsi, kolusi, nepotesme dan sebagainya
merupakan contoh bisnis kerja yang mengandung unsur bathil.2
Islam mempersilahkan umatnya meraup harta kekayaan dengan cara bisnis
maupun usaha kerja. Usaha apapun boleh, sepanjang mematuhi etika dan
memperhatikan rambu-rambu larangan. An-Nisa ayat 29 menjadi pedoman umum
dalam berbisnis mendapatkan kekayaan. “Hai orang-orang yang beriman. Jangan
kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan
cara bisnis perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka (legal) di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang
kepadamu”.
B. Kriteria Bisnis yang Diperbolehkan dan Dilarang dalam Islam
1. Kriteria bisnis yang diperbolehkan
Berikut adalah beberapa kriteria bisnis yang dianggap diperbolehkan:
1) Sesuai dengan hukum : Bisnis yang diperbolehkan adalah bisnis yang
dijalankan secara sah dan telah memiliki izin usaha yang diperlukan
sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.
2) Etika dan moral : Bisnis yang diperbolehkan juga harus memperhatikan
prinsip-prinsip etika dan moral yang berlaku di masyarakat, sehingga
tidak merugikan pihak lain secara tidak adil, tidak melakukan
diskriminasi, tidak merusak lingkungan, dan tidak terlibat dalam
praktik-praktik yang dianggap tidak bermoral atau tidak etis.
3) Bertanggung jawab sosial : Bisnis yang diperbolehkan juga harus
bertanggung jawab sosial, yaitu memberikan kontribusi positif bagi
masyarakat dan lingkungan sekitarnya, serta menghormati hak asasi
manusia dan memperhatikan kesejahteraan pekerja.
4) Menghasilkan keuntungan : Bisnis yang diperbolehkan tentu saja
harus dapat menghasilkan keuntungan yang wajar dan sah bagi pemilik
atau pengelola bisnis.
5) Berkelanjutan : Bisnis yang diperbolehkan harus mampu bertahan
dalam jangka panjang, tidak hanya menguntungkan untuk jangka

2
Ahmad Fanani, Bisnis yang Terlarang (Jawa Timur : Juni. 2022)

7
pendek namun juga memberikan manfaat jangka panjang bagi
pemilik bisnis dan masyarakat secara keseluruhan.
6) Inovatif : Bisnis yang diperbolehkan harus mampu berinovasi dan
berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan
pasar, sehingga dapat terus bersaing dengan bisnis-bisnis lainnya.
2. Kriteria bisnis yang dilarang dalam islam
1) Bai'un najasy merupakan kegiatan jual beli yang bertujuan mengelabui
pembeli atau penjual Yaitu jika dia dalam posisi sebagai penjual, maka
ketika ada pembeli yang menawarkan barang dagangannya lalu datang
temannya yang bekerjasama dengan penjual untuk menawar barang
yang sama oleh pembeli pertama dengan tujuan menaikkan harga
barang.
2) Khalabah berarti menyesatkan, seperti ajakan yang secara tidak disadari
dan membodohi langganan melalui proyeksi yang berlebih-lebihan
terhadap kualitas barang. Hal ini melanggar etika karena menjual barang
yang ternyata tidak sesuai dengan informasi yang diberikan kepada
pelanggan.
3) Riba,Penambahan-penambahan yang disyaratkan oleh orang yang
memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya (uangnya),
karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang
telah ditentukan.
4) Maisir,Setiap permainan yang di dalamnya disyaratkan sesuatu berupa
materi yang diambil dari pihak yang kalah untuk pihak yang menang.
Istilah lain dari judi adalah spekulasi. Hal ini terjadi dalam bursa saham.
Setiap menitnya selalu terjadi transaksi spekulasi yang sangat
merugikan penerbit saham.
5) Gharar,Semua jual beli yang mengandung ketidakjelasan atau keraguan
tentang adanya komoditas yang menjadi objek akad, ketidakjelasan
akibat, dan bahaya yang mengancam antara untung dan rugi.
6) Bai’ AL Mudtarr,Jual beli dan pertukaran dimana salah satu pihak dalam
keadaan sangat memerlukan (in the state of emergency) sehingga sangat
mungkin terjadi eksploitasi oleh pihak yang kuat sehingga terjadi
transaksi yang hanya menguntungkan sebelah pihak dan merugikan
pihak lainnya.

8
7) Ikrah,Segala bentuk tekanan dan pemaksaan dari salah satu pihak untuk
melakukan suatu akad tertentu sehingga menghapus komponen mutual
free consent. Jenis pemaksaan dapat berupa acaman fisik atau
memanfaatkan keadaan seseorang yang sedang butuh.
8) Ghabn adalah dimana si penjual memberikan tawaran harga diatas rata-
rata harga pasar (market price) tanpa disadari oleh pihak pembeli. Ghabn
ada dua jenis yakni: Ghabn Qalil (Negligible) dan Ghabn Fahish
(Excessive). Ghabn dibagi menjadi dua yaitu:
1. Ghabn Qalil (Perbedaan harga sedikit)
2. Ghabn Fahish (Perbedaan harga terlalu jauh)
9) Ihktikar yaitu menumpuk-numpuk barang ataupun jasa yang diperlukan
masyarakat dan kemudian si pelaku mengeluarkannya sedikit-sedikit
dengan harga jual yang lebih mahal dari harga biasanya dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan lebih cepat dan banyak.
10) Ghish,Menyembunyikan fakta-fakta yang seharusnya diketahui oleh
pihak yang terkait dalam akad sehingga mereka dapat melakukan kehati-
hatian (prudent) dalam melindungi kepentingannya sebelum terjadi
transaksi yang mengikat.
11) Tadlis adalah tindakan seorang peniaga yang sengaja mencampur barang
yang berkualitas baik dengan barang yang sama berkualitas buruk demi
untuk memberatkan timbangan dan mendapat keuntungan lebih banyak.
12) Talaqqil Jalab Atau Talaqqi Rukban,Sebagian pedagang menyongsong
kedatangan barang dari tempat lain dari orang yang ingin berjualan di
negerinya, lalu ia menawarkan harga yang lebih rendah atau jauh dari
harga di pasar sehingga barang para pedagang luar itu dibeli sebelum
masuk ke pasar dan sebelum mereka mengetahui harga sebenarnya.
13) Hadir lil baad adalah tindakan seorang menjadi calo untuk orang
pedalaman atau bisa jadi bagi sesama orang kota dengan mencari
keuntungan lebih, dimana barang yang dijual ialah barang kebutuhan
pokok dan orang salah satu pihak tidak mengetahui haraga sebenarnya.
14) Risywah yaitu pemberian yang bertujuan membatalkan yang benar atau
untuk menguatkan dan memenangkan yang salah.
C. Ketentuan Barang Bisnis yang Diperbolehkan dan yang Dilarang dalam Islam

9
Dalam berbisnis tentu ada ketentuan yang diperbolehkan dalam menghasilkan
barang yang akan diproduksi dan didistribusikan kepada masyarakat, diantaranya
sebagai berikut:
1. Legal: Barang yang dijual dalam bisnis harus sah dan tidak melanggar peraturan
hukum yang berlaku di negara atau wilayah tersebut.
2. Aman: Barang yang dijual harus aman bagi konsumen dan tidak membahayakan
kesehatan atau keselamatan mereka.
3. Etis: Barang yang dijual tidak boleh melanggar prinsip-prinsip etika dan moral
yang berlaku, seperti tidak menggunakan bahan-bahan yang terlarang, tidak
mengeksploitasi tenaga kerja, tidak melakukan praktek-praktek diskriminatif,
dan tidak merusak lingkungan.
4. Berkualitas: Barang yang dijual harus memiliki kualitas yang baik dan
memenuhi standar yang ditetapkan untuk jenis barang tersebut.
5. Harga yang wajar: Harga barang harus wajar dan sesuai dengan kualitasnya.
Tidak diperbolehkan menjual barang dengan harga yang terlalu tinggi atau tidak
masuk akal.
6. Tidak terlarang: Barang yang dijual tidak boleh terlarang atau dilarang untuk
dijual dalam bisnis, seperti barang-barang yang dianggap ilegal atau berbahaya.
7. Halal: Bagi umat muslim yang menganut prinsip kehalalan dalam makanan dan
minuman, barang-barang yang dijual harus halal dan memenuhi syarat
kehalalan yang berlaku juga lagi bermanfaat bagi orang lain. Barang yang boleh
diperjual belikan adalah suci dari najis, berguna, dan halal.
Nah, ketentuan barang yang diperbolehkannya untuk berbisnis pada
umumnya sama dengan ketentuan dalam Islam. Namun, dalam Islam tentu saja
barang sifatnya wajib halal dan tidak mengandung unsur riba dalam
pemakaiannya, serta sesuai dengan syariat Islam.3
Selain itu, terdapat juga pertukaran yang diperbolehkan dilakukan dalam Islam
yaitu Pertukaran barang dengan barang, pertukaran seperti ini biasanya terjadi pada
barter. Dalam pertukaran ini dilakukan dalam kualitas yang sama, jumlah yang sama
serta diserahkan secara tunai. Dan Pertukaran barang dengan pembayaran, pertukaran

3
Muhammad Arsyad, Pengertian Bisnis yang Diperbolehkan (Banjarmasin, 2002),2.

10
seperti ini dilakukan paling lazim dalam aktivitas bisnis. Pembayarannya bisa
dilakukan secara tunai ataupun terutang.4
Terdapat pula barang yang tidak diperbolehkan dalam Islam untuk dijadikan
sebagai bahan produksi dalam berbisnis yaitu sudah jelas barang yang sifatnya haram.
Bisnis yang mengandung unsur haram jelas terlarang. Haram ditinjau dari segi materi
bisnisnya. Objek bisnis berupa barang haram dan tidak boleh diperdagangkan. Menjual
belikan barang haram sama dengan menyebar barang tersebut untuk beredar di
masyarakat. Sama pula halnya memberi akses peluang kepada orang lain untuk
mengonsumsi barang haram.
Pelaku bisnis haram tentu berdosa karena seolah memberi kemudahan bagi
orang lain berbuat dosa. Bisnis barang haram seperti memasarkan barang najis, daging
babi, minuman keras, sabu, obat terlarang, dan segala jenisnya. Kemudian terdapat pula
bisnis yang tidak asing lagi larangannya yaitu yang mengandung unsur riba yang berarti
tambahan yang disyaratkan dan diterima pemberi pinjaman sebagai imbalan dari
pinjaman utang.5
D. Cara atau Bentuk Bisnis yang Diperbolehkan dan Dilarang dalam Islam
Bisnis yang diperbolehkan dalam Islam adalah bisnis yang berlandaskan pada
syariat Islam dan memperhatikan konsep halal, akhlak berdagang, produk yang
diperjual belikan, akad, dan ibadah muamalah dalam berwirausaha.

Dalam Islam, terdapat beberapa jenis bisnis yang diperbolehkan dan dilarang.
Bisnis yang diperbolehkan dalam Islam antara lain:

1. Titipan (Wadiah)
2. Bagi hasil (Syirkah)
3. Jual beli (Tijarah)
4. Sewa (Ijarah)

Sedangkan bisnis yang dilarang dalam Islam antara lain:

1. Menjual barang haram


2. Gharar (ketidakpastian)
3. Mengandung riba
4. Ihtikar (menimbun barang)

4
Ariyadi, “Bisnis Dalam Islam”, Jurnal Hadratul Madaniyah, Volume 5 Issue 1 (Juni, 2018), 22.
5
Ahmad Fanani, “Bisnis Yang Terlarang” (Juni, 2022).

11
5. Monopoli
6. Bai’ Najsy (penjualan dengan memaksa)
7. Al-Maysir (judi)

Islam mempersilahkan umatnya untuk meraup harta kekayaan dengan cara


bisnis maupun usaha kerja, namun harus mematuhi etika dan memperhatikan rambu-
rambu larangan. Dalam bisnis, prinsip esensial yang harus dipegang adalah kejujuran,
kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis, tidak melakukan sumpah palsu,
ramah-tamah, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, bisnis tidak boleh
mengganggu kegiatan ibadah kepada Allah, membayar upah sebelum kering keringat
karyawan, keterbukaan antar penjual dan pembeli, dan tidak boleh adanya pihak yang
dirugikan (harus adil)6

Berikut adalah beberapa bentuk bisnis yang diperbolehkan dalam Islam :

1. Bisnis syariah, yaitu kegiatan usaha dengan menjual produk agar memperoleh
keuntungan dengan berlandaskan pada syariat Islam. Bisnis syariah harus
memperhatikan konsep halal, akhlak berdagang, produk yang diperjualbelikan,
akad, dan ibadah muamalah dalam berwirausaha.
2. Bisnis kuliner halal, yaitu bisnis yang menjual makanan dan minuman yang halal
dan sesuai dengan aturan Islam.
3. Bisnis busana muslim, yaitu bisnis yang menjual pakaian muslim yang sesuai
dengan aturan Islam.
4. Bisnis distro muslim, yaitu bisnis yang menjual produk-produk fashion muslim
yang sesuai dengan aturan Islam.
5. Bisnis salon khusus muslimah, yaitu bisnis yang menyediakan layanan kecantikan
khusus untuk muslimah.
Bisnis yang dilarang dalam Islam adalah bisnis yang mengandung unsur riba,
gharar, dan penipuan. Selain itu, bisnis yang terlibat dalam segala bentuk kegiatan yang
terdapat unsur haram di dalamnya juga dilarang. Pantangan dalam berbisnis syariah
adalah tidak diperbolehkan terlibat dalam segala bentuk kegiatan yang terdapat unsur
haram di dalamnya. Kegiatan yang termasuk diharamkan adalah berkaitan dalam

6
Suma, M. Amin, Mengurai Akar Menggali Serat Ekonomi dan Keuangan Syariah, Jakarta:,Kholam
Publishing, 2008.

12
rangka memilih jenis usaha, cara menjual atau distribusi, dan pembagian keuntungan
bisnis7.
Menjalankan bisnis secara syariah saat ini tidaklah mudah pasti ada tantangan
dan halangan, namun ketika memiliki kekuatan tekad yang kuat dan bertaqwa kepada
Allah niscaya akan dipermudah. Karena Allah telah berjanji memberikan jalan keluar
bagi hambanya yang bertaqwa.
Pedoman bisnis menurut Imam Ibnu Taymiyyah dalam kitab Al Hisbah antara
lain8:
1. Sempurna dalam timbangan.
2. Hindari penipuan/kecurangan.
3. Tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad saw sangat intens melarang
para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis.
4. Ramah-tamah. Seorang palaku bisnis, harus bersikap ramah dalam melakukan
bisnis. Nabi Muhammad saw mengatakan, “Allah merahmati seseorang yang
ramah dan toleran dalam berbisnis.” (HR.Bukhari dan Tarmizi).
5. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik
membeli dengan harga tersebut.
6. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya.
Nabi 56 Sri Nawatmi Fokus Ekonomi Muhammad Saw bersabda, “Janganlah
seseorang di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang
dijual oleh orang lain” (H.R. Muttafaq ‘alaih).
7. Tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah menumpuk dan menyimpan barang
dalam waktu tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan
keuntungan besar pun diperoleh. Rasulullah melarang keras perilaku bisnis
semacam itu.
8. Takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan
yang benar dan tepat harus benar-benar diutamakan.
9. Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada Allah. Firman Allah,
“Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, dan dari

7
Akhmad Mujahidin, Etika Bisnis Dalam Islam (Analisis Terhadap Aspek Moralitas Pelaku Bisnis), Hukum
Islam Vol. IV No. 2 Desember 2005.
8
Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah - Teori dan Praktik The Celestial
Management, (Salemba Empat, Jakarta. 2010)

13
mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang
hari itu, hati dan penglihatan menjadi goncang”.
10. Membayar upah sebelum keringat karyawan kering. Nabi Muhammad Saw
bersabda, “Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya”.
Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditundatunda.
Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.
11. Tidak ada monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah
melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana adalah eksploitasi
(penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air, udara dan tanah
dan kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral. Individu tersebut
mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada orang
lain. Ini dilarang dalam Islam.
12. Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi bahaya (mudharat) yang dapat
merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya, larangan
melakukan bisnis senjata di saat terjadi chaos (kekacauan) politik. Tidak boleh
menjual barang halal, seperti anggur kepada produsen minuman keras, karena
ia diduga keras, mengolahnya menjadi miras.
13. Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang
yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dsb.
14. Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan. Kelimabelas, segera
melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah memuji seorang
muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan hutangnya.
15. Memberi tenggang waktu apabila pengutang belum mampu membayar.
16. Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami (Jakarta: Gema Islami, 2002)


Ahmad Fanani, Bisnis yang Terlarang (Jawa Timur : Juni. 2022)
Muhammad Arsyad, Pengertian Bisnis yang Diperbolehkan (Banjarmasin, 2002)
Ariyadi, “Bisnis Dalam Islam”, Jurnal Hadratul Madaniyah, Volume 5 Issue 1 (Juni,
2018)
Ahmad Fanani, “Bisnis Yang Terlarang” (Juni, 2022).
Suma, M. Amin, Mengurai Akar Menggali Serat Ekonomi dan Keuangan Syariah,
Jakarta : Kholam Publishing, 2008.
Akhmad Mujahidin, Etika Bisnis Dalam Islam (Analisis Terhadap Aspek Moralitas
Pelaku Bisnis), Hukum Islam Vol. IV No. 2 Desember 2005.
1 Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, Menggagas Manajemen Syariah - Teori dan
Praktik The Celestial Management, (Salemba Empat, Jakarta. 2010)

15

Anda mungkin juga menyukai