Dosen Pengampu
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah, serta karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga
dilimpahkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi sekalian
alam, beserta keluarga dan para sahabatnya serta para pengikut setia sampai hari
kemudian.
Makalah ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami
mengenai “Landasan Etika dalam Bisnis”. Tak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak dosen, Bapak Syafruddin Arif M.M., M.SI. selaku dosen
mata kuliah “Etika Bisnis Islam” yang telah memberikan tugas makalah ini,
sehingga kami dapat mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai materi
kami. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi materi maupun cara penulisan. Namun demikian, kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Penulis
Etiks Bisnis | 2
Daftar Isi
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan Pembahasan............................................................................1
C. Rumusan Masalah...............................................................................2
BAB II Pembahasan
A. Landasan Dasar..................................................................................3
B. Landasan dogmatif.............................................................................7
C. Landasan Normatif Etika Bisnis dalam Islam....................................19
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.........................................................................................23
B. Saran...................................................................................................23
Etiks Bisnis | 3
Daftar Pustaka 24BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
Etiks Bisnis | 1
1. Apa Sumber atau Landasan Dasar Etika Bisnis Islam?
Etiks Bisnis | 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Dasar
Landasan dasar dalam beretika bisnis Islam terdapat dalam Al-Qur’an dan
Hadist dan Ijtihad. Keutamaan dan etika bisnis dalam Islam terdapat dalam Al-
Qur’an, Hadist, dan Ijtihad, berikut penjelasannya:
1. Al-Quran
Etiks Bisnis | 3
Dan ada beberapa hal yang menjadi pedoman bagi semua kegiatan umat manusia
yaitu : iman, islam dan taqwa. Ketiga pedoman ini guna menjadi tempat berkaca
dan mengevaluasi kembali etika kita sudah sesuai atau belum dengan
pedomannya.1
2. Hadits
a. Jujur
Dalam sebuah transaksi ekonomi, sangat diperlukan keterbukaan
dalam semua hal yang bersangkutan. Tak heran jika diantara kedua
belah pihak terjadi kecurangan dikarenakan tidak adanya
keterbukaan tentang hal yang bersangkutan. Konsep transaksi
dalam Islam sangat menguntungkan kedua belah pihak. Begitu
juga dengan etika, etika dalam berbisnis diantaranya adalah jujur.
Etiks Bisnis | 4
mlanjutkan transaksi) selama keduanya belum terpisah. Jika
keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan
keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak
terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang.
(Muttafaqun ‘Alaihi)”
b. Amanah
Dalam melaksanakan sebuah transaksi jual beli, maka seorang
pelaku bisnis membawa amanah yang akan dipertanggung
jawabkan. Karena semua hal dunia yang dilakukan pasti ada
pertanggungjawabannya. Amanah dalam jual beli diartikan bahwa
seorang penjual dapat dipercaya, berikut penjelasan haditsnya:
Etiks Bisnis | 5
memperberat orang yang sedang kesulitan.” (Diriwayatkan oleh
Al-Baihaqi)2
3. Ijtihad
2 Ibid
Etiks Bisnis | 6
Pesan-pesan inilah yang akan digali dengan metode tertentu sehingga
menghasilkan hukum. Upaya menggali pesan-pesan tersebut dinamai dengan
Ijtihad.
B. Landasan Dogmatis
1. Akidah
Term Akidah berasal dari bahasa Arab: aqidah jamaknya aqa’id yang
berarti ikatan. Orang yang berakad artinya orang yang melakukan ikatan. Dari
sini berkembanglah istilah akad jual beli, dan sebagainya. Kepercayaan atau
iman disebut akidah karena orang yang beriman telah mengikatkan dirinya
dengan Tuhan yang diimaninya, dia tidak mau lepas dari ikatan itu. Seorang
mukmin, misalnya keterikatannya kepada Allah sngat kuat sehingga
kemanapun, dan dimanapun dia berada perasaannyapun selalu bersama Allah.
Dalam Islam ada enam Unsur pokok yang membentuk akidah Umat,
yaitu mempercayai adanya Allah, Malaikat, dan kitab Suci, Rasul,
kebangkitan di Akhirat, dan takdir: baik dan buruk dari Allah. Di dalam
tulisan ini tidak akan dibahas satu-persatu, karena dari aspek kognitif
pengetahuan umat tentang Imu tauhid atau Akidah itu relative mamadai
sehingga tidak terlalu urgen untuk dibahas secara rinci. Namun dari
psikomotorik jauh ketinggalan dalam berbagai lini kehidupan dan hampir
pada semua lapisan masyarakat mulai lapisan teratas sampai terbawah tampak
Etiks Bisnis | 7
tauhid itu tidak menjawab dengan baik dalam perilaku, padahal mereka
mengaku Muslim. Inilah sesungguhnya the biggest problem dalam tatanan
kehidupan baik secara pribadi, keluarga, maupun berbangsa dan bernegara.
Titik kulminasi persatuan dan kesatuan Islam menurut para ahli tercapai pada
akhir pemerintah Khulafaur Rasyidin, tepatnya setelah terjadi perang saudara
yang amat dahsyat antara pengikut Ali Bin Abi Thalib dan pengikut
Muawiyyah bi Abi Sufyan, yang terkenal dengan perang Siffin. Sejak perang
Siffin tersebut sampai sekarang umat Islam pecah belah dan terkoyak-koyak
yang dampaknya sampai sekarang terlihat dimana-mana umat Islam tidak
pernah Bersatu, termasuk di Indonesia.
Apabila keimanan tersebut ditinjau dari segi bisnis maka bisnis yang
disasrkan pada keimanan kepada Allah dapat dipastikan tidak akan keluar diri
garis kebenaran yang telah diatur didalam kitab sui dan Sunnah Rasul-Nya.
Itu konsekuensi logis. Bila dia keluardari garis tersebut pasti aka nada
something wrong disana. Jika terjadi defisiasi serupa itu perlu segera dicari
penyebabnya agar tidak keluar jauh dari alur yang benar. Seorang manajer
Etiks Bisnis | 8
yang mukmin maka akan selalu peka terhadap penyimpangan yang terjadi
sekecil apapun intensitasnya. Tolok ukur untuk menetapkan sesuatu itu
menyimpang atau tidak ialah melalui Al-Qur’an, jika tidak ada didalamnya
maka lihat didalam Hadits, jika masih tidak dijumpai maka dicari dalam hasil
Ijtihad, jika masih belum ditemukan, maka digunakan pemikiran rasional
yang objektif dan argumentatif. Terjadinya penyalahgunaan wewenang,
konspirasi, korupsi, kolusi, eksploitasi, monopoli, dan sebagainya berawal
dari diabaikannya dimensi ketuhanan atau akidah itu.
2. Akhlak
Etiks Bisnis | 9
media yang akan mengantarkan seseorang kepada tujuan selanjutnya yaitu
ibadah atau dalam bahasa ekonomi “bisnis”.
Akhlak sangat terkait dengan akidah dan ibadah. Artinya akidah tidak
akan menghasilkan apa-apa tanpa akhlak dan ibadah, sebaliknya akhlak dan
ibadah tidak mungkin terwujud tanpa adanya akidah yang kuat. Jadi akidah
ialah ibarat akar yang memberikan nutrisi bagi pertumbuhan akhlak yang
dilambangkan dengan batang yang kokoh dan ibadah dilambangkan dengan
daun yang rindang serta buah yang bergizi.
Kosa kata “ibadah” berasal dari bahasa Arab, kata ini diartikan dalam
bahasa Indonesia: perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang
Etiks Bisnis | 10
didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Dalam praktiknya ibadah terbagi dua kategori: yaitu ibadah murni (khusus)
dan ibadah umum.
a. Ibadah Khusus
b. Ibadah Umum
a) Kesalehan Intelektual
Etiks Bisnis | 11
pornografi. Jelas sulit sekali untuk menyatakan bahwa masalah
semacam itu akan menghasilkan kesalehan intelektual. Selain
itu ada lagi produk-produk intelektual yang menghasilkan
obat-obatan terlarang seperti narkoba, psikotropika, dan zat
additif lainnya yang diperjualbelikan di pasar, baik secara
terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi. Demikian pula
pesatnya penyebaran gambar-gambar (foto-foto) porno, VCD
porno, dan situs-situs internet yang berisi pornografi, belum
lagi yang disiarkankan lewat media elektronik seperti HP, TV,
dan sebagainya.
b) Kesalehan Struktural
Etiks Bisnis | 12
level yang paling atas sampai yang paling bawah, termasuk
para staf. Artinya semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan
suatu program, baik secara langsung, maupun tidak langsung
bersaham dalam terwujudnya kesalehan struktural ini. Semua
itu masuk kategori struktur yang harus mempunyai kesalehan
mental; jika tidak, organisasi tempat dia bekerja itu tidak akan
membawanya kepada kebaikan, termasuk mewujudkan sistem
organisasi yang dapat menunjang terciptanya suasana yang
saleh seperti menyediakan sarana peribadatan dan
mengalokasikan waktu yang cukup untuk pelaksanaan ibadah
dan sebagainya. Selain itu nuansa ukhuwah atau solidaritas
sesama sejawat terasa amat kental di dalam organisasi yang
kesalehan strukturalnya tinggi, begitulah seterusnya.
Etiks Bisnis | 13
mendapatkan ridha-Nya. Sebagaimana dijelaskan di atas
bahwa kalau hanya sekadar membuat suasana kondusif dan
nyaman dalam bekerja pada suatu organisasi, tanpa
mengaitkannya dengan beribadah kepada Allah, maka hal itu
sebenarnya sudah cukup dalam upaya mengendalikan suatu
organisasi, namun sebagai seorang mukmin kita rugi besar,
sebab pola ikir sekuler serupa itu hanya keuntungan satu sisi
yaitu duniawinya saja, sementara di akhirat kita tidak
mendapatkan apa-apa padahal kita dimungkinkan atau sudah
dijanjikan akan diberi pahala didunia ini dan di akhirat kelak.
Etiks Bisnis | 14
Apa yang dilakukan atau perilaku pejabat dan staf pada
struktur organisasi sebagai digambarkan itu, bisa dilakukan
dengan penuh keikhlasan. Artinya, meskipun mereka
mendapatkan bayaran tetap setiap bulan sesuai aturan
penggajian yang berlaku namun hal itu tidak harus mengurangi
keikhlasan mereka dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Allah
memberikan dua pahala kepada menusia, yaitu pahala di dunia
dan pahala di akhirat. Pahala di dunia, itulah yang disebut
dengan penghasilan atau income yang diterima tiap bulan dan
sebagainya, dan pahala di akhirat mendapatkan balasan amal
berupa surga dengan segala kenikmatannya. Selama seseorang
bekerja mengawalinya dengan niat mencari ridha Allah semata,
tidak diembeli dengan niat-niat yang lain seperti ingin dipuji,
ingin naik pangkat, jabatan dan sebagainya, maka itu semua
sudah masuk kategori ikhlas. Adapun mendapat bayaran gaji
tiap bulan, itu adalah bagian dari pahala Allah di dunia yang di
berikanNya lewat tangan manusia, jadi seseorang akan bisa
ikhlas beramal meskipun menerima gaji yang tinggi.
c) Kesalehan Sosial
Etiks Bisnis | 15
Sebagaimana dua pokok intelektual dan kesalehan yang
lalu, kesalehan struktural dan kesalehan intelektual, maka
kesalehan berbisnis ini juga merupakan buah dari akidah dan
akhlak. Arti-nya bisnis yang akan yang diterapkan dan atau
dilakukan oleh siapa pun, baru akan bernilai saleh menurut
etika islami , bila didasarkan pada akidah Islam yang benar.
Jika tidak akidah itu yang menjadi dasarnya, maka sangat sulit,
kalau tidak boleh dikatakan mustahil, untuk mendapatkan
predikat kesalehan dalam arti yang sesungguhnya.
Bisnis Islami atau bisnis yang saleh ialah bisnis yang memberikan
kebaikan atau kesejahteraan kepada semua pihak tidak hanya bagi si
pelakunya, melainkan dapat dirasakan oleh siapa saja yang berhubungan
dengannya, bahkan orang yang berlainan keyakinan dengannya, serta alam
sekitarnyapun dapat merasakan kenikmatannya. Itulah ciri utama
kesalehan bisnis islami itu. Hal itu bisa terjadi karena semua aktivitas
bisnisnya dilandasi oleh tauhid dan akhlak mulia demi mendapatkan ridha
Allah. Sangat logis dan jelas, pebisnis semacam ini tidak akan "neko-
neko" dalam menjalankan bisnisnya, apalagi "menyerempet" dosa, tidak
mungkin tidak akan berani dia lakukan itu kecuali dalam kondisi amat
Etiks Bisnis | 16
terpaksa dan lupa, selagi dia dalam kondisi normal dan sadar hal itu tidak
akan terjadi.
Etiks Bisnis | 17
mendapatkan sebagian dari harta milik mereka itu dengan cara dosa,
padahal kalian tahu bahwa itu bukanlah hak kalian (Q.S. 2: 188)
Etiks Bisnis | 18
dalam ajaran Islam karena itulah agaknya, maka dia disebut secara
eksplisit oleh Alqur'an.
"Satu dirham hasil riba yang dimakan seseorang itu lebih buruk dari
berzina tiga puluh enam kali" (HR. Ahmad, para perawi terpercaya).
Landasan normatif etika bisnis dalam Islam bersumber dari al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam konteks ini dapat dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu; landasan tauhid, landasan keseimbangan, landasan kehendak
bebas, dan landasan pertanggungjawaban.4
1. Tauhid (Kesatuan)
3 Nazruddin Baidan dan Erwati Aziz, Etika Islam dalam Berbisnis, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2014), hlm. 57-97
4 Muslich, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Ekonisia FakultasEkonomi UII, 2010), hlm. 27
Etiks Bisnis | 19
Tauhid merupakan konsep yang membedakan Khaliq dengan
makhluk, memerlukan penyerahan tanpa syarat kepada kehendak-Nya,
manusia memberikan suatu prinsip perpaduan yang kuat sebab seluruh
umat manusia dipersatukan dalam ketaatan kepada Allah semata.
2. Keseimbangan (Keadilan)
5 Ibid, hlm. 24
Etiks Bisnis | 20
Keseimbangan ekonomi akan dapat terwujud apabila memenuhi
syarat-syarat berikut. Pertama, produksi, konsumsi dan distribusi harus
berhenti pada titik keseimbangan tertentu demi menghindari pemusatan
kekuasaan ekonomi dan bisnis dalam genggaman segelintir orang. Kedua,
Setiap kebahagiaan individu harus mempunyai nilai yang sama dipandang
dari sudut sosial. Ketiga, tidak mengakui hak milik yang tak terbatas dan
pasar bebas yang tak terkendali.7
3. Kehendak Bebas
7 Naqvi, Syed Nawab Haider, Menggagas Illmu Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1993), hlm. 99.
8 Beekun dan Raviq Issa, Islamic Bussiness Ethict, (Virginia, 1997), hlm. 24
Etiks Bisnis | 21
Tidak kemudian digunakan untuk melakukan kegiatan bisnis yang
terlarang atau yang diharamkan, seperti judi, kegiatan produksi yang
terlarang atau yang diharamkan, melakukan kegiatan riba dan lain
sebagainya.
4. Pertanggung jawaban
9 Muslich, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: Ekonisia FakultasEkonomi UII, 2010), hlm. 43
10 Naqvi, Syed Nawab Haider, Menggagas Illmu Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1993),hlm. 103
Etiks Bisnis | 22
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Saran
Etiks Bisnis | 23
Dan untuk penulisan makalah sendiri, masih banyak
kekurangannya, maka, kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah
dikemudian hari
Etiks Bisnis | 24
Daftar Pustaka
Baidan, Nazruddin dan Aziz, Erwati. 2014. Etika Islam dalam Berbisnis.
Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Muhammad dan Fauroni, Lukman. 2002. Visi Al-Qur’an tentang Etika dan
Naqvi, dan Haider, Syed Nawab. 1993. Menggagas Illmu Ekonomi Islam.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
http://sycoumm.blogspot.co.id/2016/02/ayat-dan-hadits-ekonomi-etika-adab.html
Etiks Bisnis | 25