Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ETIKA BISNIS DALAM ISLAM

Dosen Pengampu :
Aya Sofia Ardelia, S.E.I., M.E.

Disusun Oleh :
Adit Alqadri
Muthi’ah Azmi Nadhiroh

PRODI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
Kata Pengantar

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang mana atas berkat dan
pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Sholawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada suri tauladan kita Nabi
Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti.

Makalah ini kami buat dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis
Islam dan untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman mengenai “Etika Bisnis
Dalam Islam”.

Dengan segala keterbatasan yang ada kami telah berusaha dengan segala daya dan
upaya guna menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwasanya makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik dan
sarannya kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.
Daftar Isi

BAB 1......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................5
BAB 2......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
A. Pengertian Etika Bisnis dalam Islam........................................................................6
B. Prinsip Etika Bisnis Islam.........................................................................................7
C. Perbedaan Etika Bisnis Islam dan Umum..............................................................10
D. Penerapan Etika Bisnis Islam..................................................................................11
BAB 3....................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................12
A. Kesimpulan...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia bisnis yang semakin berkembang pesat tentunya tidak terlepas dari kode etik
atau etika dalam berbisnis itu sendiri. Para pelaku bisnis itu sendiri telah menyadari
pentingnya etika dalam perilaku berbisnis. Selain sebagai bentuk dari perilaku yang
baik etika dalam berbisnis juga merupakan pencerminan jiwa manusia itu sendiri.

Dunia bisnis akan memperolh keberhasilan jika mereka dapat menjaga keseimbangan
dirinya dan lingkungannya. Profit bukanlah semata-mataa tujuan yang harus selalu
diutamakan. Dunia bisnis juga harus berfungsi social dan harus dioperasikan dengan
mengindahkan etik-etika yang berlaku dimasyarakat. Para pengusaha juga harus
menghindar dari upaya yang menyalahgunakan segala cara untuk mengejar
keuntungan pribadi tanpa memerhatikan akibat yangmerugikan pihak lain,
masyarakat luas, bahkan merugikan baangsa dan Negara.

Dalam ajaran Islam itu sendiri telah disebutkan bahwa perniagaan atau bisnis
merupakan salah satu pintu rizki. Namun bagaimana etika dalam berbisnis itu sendiri
dilihat dari sudut pandang ajaran Islam. Tentunya sebagai agama yang kompleks,
bisnis itu sendiri tidak terlepas dalam ajaran Islam. Etika atau moral dalam bisnis
merupakan buah dari keimanan, keIslaman dan ketakwaan yang didasarkan pada
keyakinan akan kebenaran Allah SWT. Islam diturunkan Allah pada hakekatnya
adalah untuk memperbaiki akhlak dan etika yang baik.

B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Etika Bisnis dalam Islam
2) Prinsip Etika Bisnis Islam
3) Perbedaan Etika Bisnis Islam dan Etika Bisnis Konvensional
4) Penerapan Etika Bisnis Islam
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain kita dapat memahami lebih
mendalam apa itu Etika Bisnis Dalam Islam kita dapat mengetahui apa itu
perbedaannya dengan etika bisnis umum dan penerapanya.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Bisnis dalam Islam


Secara etimologi, Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos mempunyai
beragam arti: pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap apa yang harus,
mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-lain.
Kedua, aplikasi ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga,
aktualisasi kehidupan yang baik secara moral.

Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-bai’, tadayantum,
dan isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab
tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna
berdagang atau berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan
(menurut kamus al-munawwir). Dalam hal ini, ada dua definisi tentang pengertian
perdagangan, dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu menurut mufassir dan ilmu
fikih.

1. Menurut Mufassir, Bisnis adalah pengelolaan modal untuk mendapatkan


keuntungan.

2. Menurut Tinjauan Ahli Fikih, Bisnis adalah saling menukarkan harta dengan harta
secara suka sama suka, atau pemindahan hak milik dengan adanya
penggantian .Menurut cara yang diperbolehkan penjelasan dari pengertian diatas :

a. Perdagangan adalah suatu bagian muamalat yang berbentuk transaksi antara


seorang dengan orang lain.

b. Transaksi perdagangan itu dilaksanakan dalam bentuk jual beli yang


diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul.

c. Perdagangan yang dilaksanakan bertujuan atau dengan motif untuk mencari


keuntungan.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan kalau etika sebagai perangkat prinsip
moral yang membedakan apa yang benar dari apa yang salah, sedangkan bisnis
adalah suatu serangkaian peristiwa yang melibatkan pelaku bisnis, maka etika
diperlukan dalam bisnis.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa, Etika bisnis adalah norma-norma atau
kaidah etik yang dianut oleh bisnis, baik sebagai institusi atau organisasi, maupun
dalam interaksi bisnisnya dengan “stakeholders”nya.

Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman
kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi,
aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis.

B. Prinsip Etika Bisnis Islam


1. Customer Oriented, Dalam bisnis, Rasulullah selalu menerapkan prinsip customer
oriented, yaitu prinsip bisnis yang selalu menjaga kepuasan pelanggan (Afzalur
Rahman, 1996 :19). Untuk melakukan prinsip tersebut Rasulullah menerapkan
kejujuran, keadilan, serta amanah dalam melaksanakan kontrak bisnis. Jika terjadi
perbedaan pandangan maka diselesaikan dengan damai dan adil tanpa ada unsur-
unsur penipuan yang dapat merugikan salah satu pihak. Dampak dari prinsip yang
diterapkan, para pelanggan Rasulullah SAW tidak pernah merasa dirugikan. Tidak
ada keluhan tentang janji-janji yang diucapkan, karena barang-barang yang disepakati
dalam kontrak tidak ada yang dimanipulasi atau dikurangi. Untuk memuaskan
pelanggan ada beberapa hal yang selalu Nabi perintahkan. Beberapa hal tersebut
antara lain, adil dalam menimbang, menunjukkan cacat barang yang diperjual
belikan, menjauhi sumpah dalam jual beli dan tidak mempraktekkan apa yang disebut
dengan bai’najasy yaitu memuji dan mengemukakan keunggulan barang padahal
mutunya tidak sebaik yang dipromosikan, hal ini juga berarti membohongi pembeli.
Selain itu prinsip customer oriented juga memberikan kebolehan kepada konsumen
atas hak Khiyar (meneruskan atau membatalkan transaksi) jika ada indikasi penipuan
atau merasa dirugikan (A.W. Muslich, 2010 : 215). Konsep Khiyar ini dapat menjadi
faktor untuk menguatkan posisi konsumen di mata produsen, sehingga produsen atau
perusahaan manapun tidak dapat berbuat semenamena terhadap pelanggannya.

2. Transparansi, Prinsip kejujuran dan keterbukaan dalam bisnis merupakan kunci


keberhasilan. Apapun bentuknya, kejujuran tetap menjadi prinsip utama sampai saat
ini. Transparansi terhadap kosumen adalah ketika seorang produsen terbuka
mengenai mutu, kuantitas, komposisi, unsur-unsur kimia dan lain-lain agar tidak
membahayakan dan merugikan konsumen. Prinsip kejujuran dan keterbukaan ini juga
berlaku terhadap mitra kerja. Seorang yang diberi amanat untuk mengerjakan sesuatu
harus membeberkan hasil kerjanya dan tidak menyembunyikannya. Transparansi baik
dalam laporan keuangan, mapuun laporan lain yang relevan.

3. Persaingan yang Sehat, Islam melarang persaingan bebas yang menghalalkan


segala cara karena bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah Islam. Islam
memerintahkan umatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, yang berarti bahwa
persaingan tidak lagi berarti sebagai usaha mematikan pesaing lainnya, tetapi
dilakukan untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi usahanya. Rasululllah SAW
memberikan contoh bagaimana bersaing dengan baik dengan memberikan pelayanan
sebaik-baiknya dan jujur dengan kondisi barang dagangan serta melarang kolusi
dalam persaingan bisnis karena merupakan perbuatan dosa yang harus dijauhi.
Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al Baqarah ayat 188 : Dan janganlah
sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah
SAW bersabda: Laknat Allah terhadap penyuap dan penerima suap di dalam hukum.
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmizi).

4. Fairness Terwujudnya keadilan adalah misi diutusnya para Rasul. Setiap bentuk
ketidakadilan harus lenyap dari muka bumi. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW
selalu tegas dalam menegakkan keadilan termasuk keadilan dalam berbisnis. Saling
menjaga agar hak orang lain tidak terganggu selalu ditekankan dalam menjaga
hubungan antara yang satu dengan yang lain sebagai bentuk dari keadilan. Keadilan
kepada konsumen dengan tidak melakukan penipuan dan menyebabkan kerugian bagi
konsumen. Wujud dari keadilan bagi karyawan adalah memberikan upah yang adil
bagi karyawan, tidak mengekploitasinya dan menjaga hakhaknya. Dalam pemberian
upah, Nabi Muhammad SAW telah mengajarkannya dengan cara yang sangat baik
yaitu memberikan upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya (HR. Ibnu Majah
dari Umar). Selain itu bentuk keadilan dalam berbisnis adalah memberi tenggang
waktu apabila pengutang (kreditor) belum mampu membayar. Hal ini dicontohkan
Rasulullah SAW dalam hadits Beliau : ˜Barangsiapa yang ingin dinaungi Allah
dengan naungan-Nya (pada hari kiamat), maka hendaklah ia menangguhkan waktu
pelunasan hutang bagi orang yang sedang kesulitan, atau hendaklah ia
menggugurkan hutangnya. (HR. Ibnu Majah). Selain itu bentuk keadilan dalam bisnis
adalah bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba karena riba
mengakibatkan eksploitasi dari yang kaya kepada yang miskin. Oleh karena itu Allah
dan RasulNya mengumumkan perang terhadap riba. Larangan riba ini disebutkan
dalam QS. Al Baqarah ayat 278 : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman. Juga di dalam ayat 275 QS.Al Baqarah berikut : Orang-orang yang
makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual
beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghunipenghuni neraka; mereka kekal di dalamny
C. Perbedaan Etika Bisnis Islam dan Umum
Etika yang mana merupakan hasil pemikiran manusia tentang apa yang boleh dan apa
yang tidak boleh dilakukan manusia secara definisi tentunya dalam hal bisnis tidak
terlepas dari perilaku bisnis itu sendiri. Disini etika bisnis Islam yang mana dalam hal
sistem ekonomi syariah itu sendiri tentunya sangat berbeda dimana orientasi utama
adalah ibadah. Walaupun dalam hal rangkaian bisnisnya tidak bebeda jauh namun
dari karakteristiknya kita dapat melihat perbedaanya antara lain :

1. Asas, bisnis Syariah bersumber daripada Aqidah Islam itu sendiri, berbeda dengan
bisnis umum dimana menerapkan sistem Sekulerisme (nilai-nilai materialisme).
Walaupun pada kenyataanya penerapan secara menyeluruh dalam etika bisnis Islam
itu sendiri tidak sepenuhnya dapat terlaksanakan, hal ini karena patner atau tidak
semua pelaku bisnis dapat menerimanya.

2. Motivasi, walaupun sama sama mencari keuntungan materil atau duniawi, namun
bisnis syari’ah karena berorientasi juga kepada ibadah tentunya mengharapkan pahala
juga sebagai bekal seorang muslim dan pertanggungjawaban di akhirat kelak.

3. Orientasi, sudah jelas kiranya dimana orientasi bisnis syariah adalah ibadah.

4. Sikap Mental, seorang pelaku bisnis pada umumnya pasti memiliki jiwa pekerja
keras demi mencapai tujuanya, namun seorang pelaku muslim ketika sukses tidak
serta merta bermewah-mewah atau konsumtif ketika sukses.

5. Tangungjawab Sosial, pelaku bisnis syari’ah tentunya tidak hanya melihat


tanggung jawab sosial sebagai salah satu bentuk kepedulian akan lingkungan demi
menjaga nama baik perusahaan atau usahanya saja, namun lebih kepada bentuk
pertanggung jawaban kepada Allah SWT akan risky yang dititipkan kepadanya.

Dari beberapa perbedaan di atas dapat dipahami bahwa karena orientasinya


juga merupakan ibadah maka pelaku bisnis syari’ah harus memperhatikan mana
halal-haram untuk apa yang akan dilakukannya.
D. Penerapan Etika Bisnis Islam
Ekonomi Islam atau Ekonomi Syari’ah saat ini sedang berkembang pesar-pesatnya, hal ini
dapat kita lihat dari mulai maraknya bisnis syari’ah seperti perbankan syari’ah yang lagi
marak-maraknya. Namun pada kenyataanya penerapan etika bisnis Islam itu sendiri mengacu
kepada kepribadian pelaku bisnis itu sendiri.

Misalkan, terkait halal haramnya suatu barang atau sumber modal, pada masa sekarang hal
tersebut memberikan tantangan tersendiri. Dominasi sistem ekonomi liberal pada umumnya
memberikan tantangan tersendiri kepada umat muslim dalam menjaga agar dalam
menjalankan bisnisnya tetap mengacu dan berpegang kepada Aqidah. Kejujuran
memberitahu pembeli misalnya tentang kekurangan pada barang yang kita miliki belum tentu
memberikan dampak positif secara langsung kepada kita. Namun dampak kedepanya akan
dapat dirasakan jauh lebih baik apabila seorang pedagang mampu mempertahankannya.

Dalam hal ini penerapan etika bisnis Islam pada dasarnya kurang lebih pada etika bisnis pada
umumnya.
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai seorang muslim tentunya kita harus menjalankan hidup dengan tujuan
sebagai ibadah. Tidak terkecuali dengan kegiatan bisnis atau usaha. Melakukan
kegiatan bisnis demi memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kehidupan agar menjadi
lebih baik tentunya jangan sampai kita melupakan apa tujuan kita hidup di dunia ini.
Untuk itu menjaga keimanan kita dan tetap berpegang teguh kepada Aqidah dalam
menjalankan bisnis penting rasanya agar kita dapat terhidar dari dosa dan dapat
mempertanggung jawabkan apa yang dititipkan kepada kita kelak di akhir nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai