Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

GLOBALISASI DAN MANAJEMEN

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Manajemen

Dosen Pengampu : Muhammad Ihsanul Arief, S.Th.I., M.Ag

Disusun oleh :
Amalia Hasanah Putri 2210313320037
Noor Syifa Rahmi 2210313220055
Rafiah Wulandari 2210313320012
Syifa Hidayah 2210313120011

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, uji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah
melimpahkan rahmat, nikmat, dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Dan terima kasih kepada semua anggota kelompok 4 yang
telah berkontribusi dalam pengerjaan makalah ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Muhammad Ihsanul Arief, S.Th.I., M.Ag selaku dosen mata kuliah Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Makalah ini kami buat tidak hanya sebatas untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan namun kami juga berharap makalah yang berjudul “Globalisasi dan
Manajemen” ini, dapat menambah wawasan, pengetahuan serta pembelajaran bagi
pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, masih banyak
kekeliruan dan kekurangan baik dalam segi tulisan maupun isi materi. Maka dari itu
kami sangat menerima kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan evaluasi dalam
pembuatan makalah – makalah yang lain.

Banjarmasin, 24 Februari 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
Bab I .............................................................................................................................. 1
Pendahuluan .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
Bab II ............................................................................................................................ 3
Pembahasan .................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Globalisasi ........................................................................................ 3
2.2 Globalisasi dan Daya Saing ............................................................................... 4
2.3 Bagaimana Pemerintah Mempengaruhi Daya Saing .......................................... 6
2.4 Perubahan Skenario Internasional ...................................................................... 7
2.5 Sejarah Modern Secara Ringkas Tentang Globalisasi ...................................... 10
2.6 Praktek Bisnis Global ....................................................................................... 13
BAB III ....................................................................................................................... 20
PENUTUP .................................................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21

ii
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, dimana perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan semakin hari semakin maju, setiap individu maupun
organisasi mau tidak mau harus bergerak dan mengikuti perkembangan
teknologi agar tidak tertinggal dalam persaingan antar perusahaan yang
semakin ketat. Daya saing ini menuntut perusahaan, termasuk manajer, untuk
lebih memperhatikan dan dapat mengantisipasi pengaruh-pengaruh yang
ditimbulkan oleh globalisasi terhadap kelangsungan kegiatan ekonomi
perusahaan. Persaingan antar perusahaan ini mengharuskan perusahaan untuk
menemukan sisi kompetitif yang dimilikinya agar dapat mempertahankan
kelangsungan bisnis.
Bidang Manajemen pun mengalami globalisasi dimana banyak terjadi
perubahan dalam pelaksanaanya. Seperti, pertama, manajer sekarang bekerja
dalam kedekatan yang jauh lebih besar dari pada sebelumnya, berhadapan
dengan pelanggan, pesaing, pemasok, dan pemerintah yang jauh lebih banyak
dan jauh lebih beragam. Kedua, lokasi dan integrasi dari organisasi yang
beroperasi melewati beberapa batas internasional merupakan bagian dari
globalisasi. Ketiga, globalisasi mengacu pada sikap baru, terbuka mengenai
mempraktekkan manajemen secara internasional. Sikap ini menggabungkan
keingintahuan mengenai dunia di luar batas-batas nasional dengan kemauan
untuk mengembangkan kemampuan guna berpartisipasi dalam ekonomi
global.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Globalisasi
2. Apa hubungan globalisasi dan daya bersaing
3. Bagaimana pemerintah mempengaruhi daya asing
4. Apa perubahan skenario internasional
5. Bagaimana sejarah modern secara ringkas tentang globalisasi
6. Bagaimana praktek bisnis global

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian globalisasi
2. Mengetahui hubungan globalisasi dan daya bersaing
3. Mengetahui bagaimana pemerintah mempengaruhi daya asing
4. Mengetahui apa perubahan skenario internasional
5. Mengetahui bagaimana sejarah modern secara ringkas tentang globalisasi
6. Mengetahui bagaimana praktek bisnis global

2
Bab II
Pembahasan

2.1 Pengertian Globalisasi


Perdagangan internasional dan integrasi budaya adalah contoh globalisasi
yang paling jelas, tetapi ada banyak hal lain yang telah menjadi globalisasi di
mata sejarawan dan ilmuwan sosial selama bertahun-tahun. Globalisasi belum
mempunyai definisi kerja. Dalam bentuknya yang paling sederhana, globalisasi
adalah frase payung luas yang mencakup semua proses yang mengarah pada
perubahan batas-batas nasional dan mempengaruhi pasar domestik masing-
masing negara. Perubahan teknologi dan imigrasi adalah kekuatan utama di
balik fenomena ini.
Globalisasi diartikan sebagai pengakuan oleh organisasi bahwa
bisnis harus mempunyai fokus global, bukan lokal. Fenomena globalisasi
terdiri dari tiga faktor yang saling berkaitan –kedekatan, lokasi, dan sikap.
Globalisasi dimaksudkan pengakuan oleh organisasi bahwa bisnis harus
mempunyai fokus global, bukan lokal. Fenomena Globalisasi terdiri dari 3
faktor yang saling berkaitan, yaitu :

1. Kedekatan
Manajer sekarang bekerja dalam kedekatan yang jauh lebih besar daripada
sebelumnya, berhadapan dengan pelanggan, pesaing, pemasok, dan
pemerintah yang jauh lebih banyak dan jauh lebih beragam. Kemampuan
teknologi dan manajerial yang semakin bertambah dari orang di seluruh
dunia merupakan aspek lain dari kedekatan. Untuk memberi penekanan
pada semangat baru tentang ikatan yang lebih erat dan tidak signifikannya
jarak dalam dunia bisnis sekarang, Kenichi Ohmae, seorang konsultan
yang sudah lama bisnis global, mendesak para manajer untuk
memperlakukan semua pelanggan sebagai "berjarak sama"(=equidistant)
dari organisasi mereka. Kedekatan ini, suatu fungsi dari "menyusutnya
dunia", sebagian masalah waktu, karena kemampuan teknologi dan
manajerial, komunikasi, suara, video, dan facsimile dalam jangka waktu
beberapa menit. Para Manajer saling bersaing-atau bahkan bekerja sama-

3
dengan pemain global yang baru. Honda misalnya, memindahkan hampir
60 spesialis Amerika ke Jepang beberapa tahun lalu untuk bekerja sama
dengan rekan mereka di Jepang dalam mendesain Honda Accord Tahun
1994.
2. Lokasi
Lokasi dan integrasi dari organisasi yang beroperasi melewati beberapa
batas internasional merupakan bagian dari globalisasi. Christopher Barlett
dan Sumantra Ghoshal menggunakan istilah manajemen transnasional
(transnational management) untuk menggambarkan praktek yang semakin
banyak dilakukan orang, yaitu memperluas operasi organisasi melewati
batas banyak negara.
3. Sikap
Globalisasi mengacu pada sikap baru, terbuka mengenai mempraktekkan
manajemen secara internasional. Sikap ini menggabungkan keingintahuan
mengenai dunia di luar batas-batas nasional dengan kemauan untuk
mengembangkan kemampuan guna berpartisipasi dalam ekonomi global.
Ohmac, Bartlett, Ghoshal, dan banyak yang lain menyatakan bahwa
globalisasi telah muncul sebagai kerangka acuan penting untuk manajer
pada pertengahan tahun 1990-an.

Globalisasi manajemen, dalam ketiga aspek tadi, membawa kita ke dalam


pemikiran dan pembahasan baru yang menonjol yaitu mengenai daya saing,
arti dari daya saing itu tersendiri, bagian yang dimainkan pemerintah dalam
debat mengenai hal itu, dan sejarah modern mengenai globalisasi daya saing.

2.2 Globalisasi dan Daya Saing


Globalisasi bisnis dalam ketiga aspek tadi telah disertai dengan pemikiran
baru yang menonjol mengenai daya saing. Daya saing merupakan topik yang
sering dibicarakan akhir-akhir ini di antara para manajer dan pejabat
pemerintah serta dalam berita media. Daya saing telah menjadi bisnis yang
menonjol dan diperhatikan pemerintah dalam era bisnis global sebagai
persaingan di antara bangsa-bangsa. Daya saing sendiri menurut Porter
(2008:292) adalah kemampuan atau keunggulan yang dipergunakan untuk
bersaing pada pasar tertentu. Daya saing ini diciptakan melalui pengembangan

4
terus menerus di semua lini dalam organisasi, terutama di sektor produksi.
Ibarat saat berpartisipasi dalam olahraga, Anda, tim Anda, dan para pelatih
mencari daya saing dengan latihan berhari-hari.
Daya saing didefinisikan sebagai posisi relatif dari salah satu pesaing
terhadap para pesaing yang lain. Michael Peter, ahli ternama dalam hal
persaingan, telah mengamati bahwa sementara banyak orang berbicara
mengenai daya saing di antara bangsa-bangsa, mereka tidak selalu
menggunakan kriteria daya saing yang sama. Dua kriteria daya saing yang
berbeda bermanfaat untuk memahami globalisasi dan manajemen. Kedua
kriteria ini mencakup posisi relatif, tetapi berbeda dalam istilah perspektif
waktu, melihat ke depan atau melihat ke belakang.
1. Posisi Relatif Masa Kini, Melihat ke Masa Depan
Daya saing dapat disebut sebagai kesiapan suatu bangsa untuk interaksi
daya saing masa depan. Agar menjadi kompetitif dalam arti ini adalah memiliki
peluang untuk memenangkan perlombaan yang akan datang. Beberapa ukuran
kriteria ini biasanya didiskusikan dalam lingkungan bisnis dan politik
sekarang. Salah satunya adalah upah pekerja dalam sebuah negara. Ukuran
yang lain dari kriteria ini adalah tingkatan pendidikan dari angkatan kerja
bangsa tersebut.
2. Posisi Relatif Masa Kini, Melihat ke Masa Lampau
Daya saing dapat juga digambarkan sebagai sebuah benchmark untuk
prestasi yang telah lampau. Agar menjadi kompetitif dalam arti ini adalah
berhasil dalam mencapai peringkat tertentu yang diinginkan. Ukuran yang
paling sering dipakai dalam kriteria ini adalah bagian pasar dunia dari suatu
negara. Suatu perusahaan dikatakan "kompetitif dalam usaha mereka sampai
sekarang dari masa lalu ke masa kini, apabila mereka mempunyai persentase
signifikan dari pasar dunia. Ukuran lain dari kriteria daya saing ini adalah
standar kehidupan suatu negara. Sebuah negara dapat dikatakan kompetitif bila
pendapatan per kapita, pelayanan kesehatan, dan harapan hidup untuk warga
negaranya relatif unggul dibandingkan yang dapat diharapkan oleh warga
negara dari bangsa lain.

5
2.3 Bagaimana Pemerintah Mempengaruhi Daya Saing
Interpretasi yang berbeda dari daya saing ini digunakan oleh pejabat
pemerintah di seluruh dunia yang secara agresif berjuang untuk menyesuaikan
diri dengan bisnis global. Manajer global harus beroperasi dalam iklim yang
ditandai dengan semakin agresifnya usaha pemerintah untuk mempengaruhi
cara mereka menjalankan organisasi. Menurut Porter, usaha tersebut telah
mempengaruhi daya saing global. Ia mengatakan bahwa sukses, sampai tingkat
tertentu, tergantung pada iklim ekonomi, lembaga, dan kebijakan yang dapat
dikatakan merupakan tindakan pemerintah.
Peringkat daya saing Indonesia sendiri berada di posisi 32 sedunia pada
tahun 2019. Peringkat tersebut membuat Indonesia menjadi negara dengan
peringkat daya saing tertinggi di kawasan Asia Pasifik. Capaian tersebut
tentunya perlu diapresiasi mengingat pada tahun 2018 posisi Indonesia masih
berada di peringkat 43.
Meningkatnya peringkat daya saing Indonesia ini bisa dilihat dari beberapa
indikator daya saing yang dapat diukur secara kuantitatif. Pertama yakni
makroekonomi. Indikator daya saing dapat dilihat dari beberapa aspek seperti
pertumbuhan ekonomi. stabilitas harga, tenaga kerja, dan pencapaian
keseimbangan neraca antara ekspor dan impor.
Kedua, kualitas infrastruktur. Meskipun masih banyak yang harus
dilakukan untuk meningkatkan sektor infrastruktur, sektor ini diketahui telah
mengalami peningkatan dari semula peringkat 96 menjadi peringkat 90.
Ketiga, kesehatan dan pendidikan dasar yang meningkat dari peringkat 82
menjadi peringkat 62. Pada bidang kesehatan sendiri memang masih perlu
ditingkatkan terutama dalam masalah gizi buruk, kematian ibu sewaktu
melahirkan, dan penyakit HIV AIDS. Sedangkan untuk bidang pendidikan,
partisipasi masyarakat dalam mengenyam pendidikan SD tercatat sebesar 94,7
persen, SMP sebesar 66,5 persen, serta melek huruf sebesar 99,4 persen.
Khusus pada bidang pendidikan, bidang ini sering kali disoroti oleh wakil
pemerintah yang mencoba menarik investor baru dalam ekonomi. Mereka suka
menyebut, misalnya, jumlah penduduk yang tidak buta huruf dan pelatihan
keterampilan.

6
Adanya peningkatan peringkat daya saing ini menunjukkan kesiapan
Indonesia untuk interaksi daya saing di masa depan. Agar menjadi kompetitif
dalam hal ini adalah memiliki peluang untuk memenangkan perlombaan yang
akan datang, salah satunya dalam lingkungan bisnis. Daya saing dapat juga
digambarkan dengan keberhasilan dalam mencapai peringkat tertentu yang
diinginkan. Ukuran yang paling sering dipakai dalam kriteria ini adalah standar
kehidupan suatu negara. Sebuah negara dapat dikatakan kompetitif bila
pendapatan per kapita, pelayanan kesehatan, dan harapan hidup untuk warga
negaranya relatif unggul dibandingkan yang dapat diharapkan oleh warga
negara dari bangsa lain.
2.4 Perubahan Skenario Internasional
Perubahan politik, pergeseran dalam kebijakan pemerintah, dan
persetujuan baru di antara berbagai bangsa mempunyai dampak pada pasar
global, terlebih sejak adanya pandemi Covid-19. Virus Covid-19 yang muncul
di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 membuat dunia gempar dan hal itu
berpengaruh terhadap perekonomian internasional. Menurut data terbaru dari
Johns Hopkins CSSE (11/4), virus corona alias Covid-19 telah menyebar
hingga ke 185 negara di dunia, dengan jumlah infeksi mencapai 1.698.416
kasus dan yang dinyatakan sembuh mencapai 376.669 orang.
Demi meminimalisir bertambahnya jumlah infeksi, beberapa negara
seperti Italia. Spanyol, hingga India memberlakukan kebijakan lockdown,
sementara negara lainnya. termasuk Indonesia. lebih memilih kebijakan
memberlakukan anjuran social distancing bagi warganya. Kebijakan tersebut
tentu berpengaruh besar bagi pasar global. Tidak hanya di Indonesia,
pelemahan ekonomi dan perubahan suasana bisnis akibat dari pandemi virus
Corona terjadi merata hampir di seluruh dunia. Beberapa dampak yang terjadi
adalah sebagai berikut.
1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Mengalami Penurunan
Pandemi virus Corona menyebabkan banyak lembaga besar dan bank
memutuskan untuk mengubah perkiraan kondisi ekonomi global, termasuk
Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi atau OECD
(Organisation for Economic Co-operation and Development). Dalam

7
terbarunya, OECD menyebut jika pertumbuhan produk domestik bruto
China akan mengalami penurunan terbesar. China diperkirakan hanya
akan mengalami pertumbuhan ekonomi hingga tersisa 4,9 persen saja, jauh
lebih lambat dari perkiraan sebelumnya yang mencapai angka 5.7 persen.
Kondisi ini tentu berimbas buruk bagi perekonomian global. OECD
memperkirakan Covid-19 akan membuat ekonomi global mengalami
penurunan pertumbuhan hingga tersisa 2,4 persen di tahun 2020, turun dari
proyeksi sebelumnya yang mencapai 2.9 persen.
2. Ancaman PHK Besar-besaran
Pembatasan yang sedang diterapkan di beberapa negara terkait
pandemi Corona, telah membuat banyak pabrik beroperasi. Apple, Jaguar,
Diageo, Land Rover hingga Volkswagen, merupakan segelintir pabrik
besar yang saat ini sudah mulai membatasi produksinya. Sebagai contoh,
Bloomberg Economics mencatat pabrik-pabrik besar yang ada di China
hanya menggunakan 60-70 persen kapasitas produksi mereka, bahkan
beberapa pabrik di negara yang terkena dampak paling parah, seperti Italia,
dilaporkan terpaksa menghentikan produksi mereka. Penurunan jumlah
produksi inilah yang memicu PHK besar-besaran, dan gelombang
pengangguran pun sulit dihindarkan. Kondisi ini dipastikan akan
menyebabkan penurunan kemampuan ekonomi yang signifikan, terutama
di negara-negara berkembang seperti India, dan lainnya.
3. Pasar Saham Terjun Bebas
Menurut Cedric Chehab, Kepala Risiko Negara dan Strategi Global di
Fitch Solutions, ketakutan terkait dampak virus Corona secara global, akan
menyebabkan para investor enggan mengeluarkan uangnya untuk
berinvestasi. Di sisi lain, ketakutan global pun akan menurunkan harga
saham di pasar-pasar utama. Sementara di sisi lain, kekhawatiran atas
penyebaran global dari Virus Corona telah mendorong para investor
menawar harga obligasi ke titik terendah. Kondisi ini diperparah dengan
ketidakpastian arah ekonomi terkait dampak Covid-19 secara luas.
Dampak ini diperkirakan akan terus terjadi hingga masa pandemi virus
Corona benar-benar selesai.

8
Melihat dampak dari pandemi ini, pemerintah di berbagai negara tentunya
melakukan usaha agar perekonomian mereka tetap tumbuh dan tidak ikut
terdampak. Beberapa usaha yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi
Virus Covid-19 adalah sebagai berikut.
1. Banyak negara mengamankan kebutuhan mereka dan perubahan perjanjian
kerja sama
Adanya dampak COVID-19 membuat banyak negara mengamankan
pasokan kebutuhan mereka, mulai dari makanan, obat-obatan, komponen,
hingga elektronika. Bahkan, banyak sekali negara yang berupaya
memproduksi kebutuhan mereka dari dalam negeri.
Penyesuaian yang kedua, yakni soal perdagangan. Direktur Jenderal
Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan
(Kemendag), Iman Pambagyo mengatakan, perjanjian perdagangan mulai
dipikirkan kembali untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber
pasokan secara signifikan. Menurut beliau, hal ini bukan sebuah
proteksionisme, melainkan hanya keperluan dalam menjamin kemandirian
dan independensi di perspekt f industrial point of view.
2. Negara-negara di dunia sekarang mencari rantai pemasokan yang lebih
pendek
Penyesuaian perdagangan yang juga dilakukan negara lain yakni,
banyak negara mencari rantai pasokan yang lebih pendek, dengan
memperkuat hubungan ekonomi dengan negara-negara yang jaraknya lebih
dekat.
3. Perubahan sirkulasi ganda yang dipimpin Tiongkok
Terjadi penyesuaian perdagangan yang disebut dual circulation atau
sirkulasi ganda yang dipimpin Tiongkok, yang memandang bahwa ekspor
dan konsumsi domestik menjadi sama pentingnya. Dunia bisnis
menyesuaikan diri dengan realita baru, yakni menempatkan manusia dan
lingkungan, transparansi, kedekatan, dan kolaborasi, menjadi memiliki
porsi-porsi tersendiri dalam mencapai tujuan bisnis.

9
2.5 Sejarah Modern Secara Ringkas Tentang Globalisasi
Bisnis internasional telah ada dan terbentuk sejak zaman prasejarah,
Ketika batu, api, keramik, dan barang-barang lain diperdagangkan ke tempat-
tempat yag jauh. Bahkan dalam zaman kerajaan romawi, pedagang membawa
barang-barang kepada konsumen di seluruh dunia. Akan tetapi, perudahaan
multinasional - seperti yang kita kenal sekarang - masih jarang sampai abad
ke19. Sejak itu, perusahaan Amerika Serikat seperti general electric,
International telephone & telegraph, dan singer sewing Machine Company
mulai melakukan investasi dalam bentuk fasilitas manufaktur di luar negeri,
demikian pula perusahaan Eropa Barat seperti Ciba, Imperial Chemicals,
Nestle, siemens, dan unilever.
a. Akibat Buruk Perang Dunia II
Ketika Perang Dunia II berakhir, Amerika Serikat adalah satu-
satunya negara besar yang tidak hancur akibat perang. Tingkat
perekonomian Amerika Serikat hampir dua kali lipat selama perang, dan
Amerika Serikat mendominasi dunia secara ekonomi, politik, dan militer.
Dalam iklim seperti ini, banyak perusahaan Amerika Serikat mulai
melakukan investasi langsung besar-besaran di industri primer asing
seperti produksi minyak dan pertambangan. Perkembangan teknologi dan
desain produk tetap terfokus di pasar Amerika Serikat; perusahaan
multinasional milik Amerika biasanya memandang sisa dunia sebagai
sumber bahan baku, tenaga kerja murah, dan pasar tambahan.
Pada pertengahan tahun 1950-an, perusahaan Amerika Serikat mulai
melakukan investasi langsung besar-besaran dalam fasilitas manufaktur di
luar negeri. Pada tahun 1960-an, perusahaan jasa Amerika -bank,
perusahaan asuransi, konsultan pemasaran, dan yang serupa meluas ke luar
negeri. Sementara itu, daya beli di luar negeri meningkat, terutama di
Eropa dan Jepang, produksi domestik mereka meningkat pesat. Akhirnya
produsen luar negeri memperluas usaha di luar batas-batas negara,
memasuki pasar Internasional. Walaupun pesaing asing ini pada awalnya
tergantung pada teknologi Amerika Serikat, biaya yang lebih rendah
akhirnya memberikan keuntungan daya saing kepada mereka. Sekarang,

10
mereka telah mengambil inisiatif dalam mengembangkan dan
memperbaiki teknologi, dan keadaan ini mendorong daya saing mereka
lebih lanjut.
Perusahaan dari Eropa Barat -terutama dalam industri seperti kimia,
perkakas elektrik, farmasi, dan ban mulai memberikan respons pada akhir
tahun 1960-an dengan mendirikan dan memperoleh afiliasi Amerika
Serikat. Demikian juga perusahaan perdagangan Jepang raksasa terutama
dalam tahun 1980-an ketika mereka mencoba menghindari undang-undang
proteksi Amerika Serikat yang akan memotong akses mereka ke pasar
Amerika. Untuk menurunkan biaya produksi mereka, perusahaan Jepang
dan Amerika Serikat juga mulai melakukan fasilitas dalam perkembangan
baru di negara masing-masing.
Sebagai hasilnya, perdagangan dan persaingan internasional menjadi
semakin ketat pada tahun-tahun belakangan ini. Lebih dari seperempat
barang yang diproduksi di dunia sekarang ini dibawa melintasi perbatasan
negara, sementara hampir tiga per empat barang yang diproduksi di
Amerika Serikat menghadapi pesaing dari luar negeri. Seperti dicatat oleh
Lester Thurow, kita sekarang hidup di dunia dengan biaya transportasi
demikian tidak penting sehingga segala sesuatu yang dapat
diperdagangkan segera akan diperjual-belikan. Dalam pasar global ini,
organisasi harus berjuang untuk menangkap pasar luar negeri sementara
mempertahankan pasar di negara sendiri dari pesaing asing.
b. Peran Perusahaan Multinasional
Perusahaan dan individu dapat memiliki aset asing dalam dua cara
mendasar. Mereka dapat membeli saham dari perusahaan yang memiliki
aset tadi. Investasi portofolio di luar negeri semacam ini memberikan hak
kepada perusahaan dan individu untuk menuntut bagian laba, tetapi tidak
mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam manajemen. Atau mereka dapat
terlibat dalam interval langsung, membeli dan mengelola aset di luar
negeri.
Investasi langsung lebih jauh dari mengekspor, memberi lisensi, dan
bahkan franchising. Investasi langsung mempunyai ciri keterlibatan aktif

11
dalam manajemen investasi di luar negeri, pada umumnya lewat
perusahaan multinasional (MNE, multinational enterprise), sebuah
perusahaan besar dengan operasi dan divisi tersebar di beberapa negara
tetapi dikendalikan oleh satu kantor pusat secara sentral.
Investasi langsung lebih jauh dari mengekspor, memberi lisensi, dan
bahkan franchising. Investasi langsung mempunyai ciri keterlibatan aktif
dalam manajemen investasi di luar negeri, pada umumnya lewat
perusahaan multinasional (MNE. multinational enterprise), sebuah
perusahaan besar dengan operasi dan divisi tersebar di beberapa negara
tetapi dikendalikan oleh satu kantor pusat secara sentral.
Dalam membuat keputusan investasi, manajer dalam MNE harus
menilai tiga macam faktor, yaitu sebagai berikut.
1. Faktor pertama adalah ekonomi dari berbagai negara. Sebuah isu
penting termasuk mengevaluasi infrastruktur suatu negara, yaitu
fasilitas yang diperlukan untuk mendukung aktivitas ekonomi.
Infrastruktur termasuk sistem transportasi, sistem komunikasi,
sekolah (penting untuk menyediakan tenaga kerja dengan
keterampilan yang memadai), rumah sakit, sumber tenaga listrik,
dan fasilitas sanitasi. Hal-hal ini seperti yang sebelumnya disebutkan
termasuk ke dalam hal- hal yang mempengaruhi daya saing.
2. Faktor kedua adalah risiko politik. yang mengacu pada kemungkinan
apakah perubahan politik yang terjadi, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang, akan mempengaruhi aktivitas di luar
negeri.
3. Faktor ketiga adalah kecocokan teknologi pada budaya yang
berbeda. Teknologi produksi yang berhasil baik di Jepang mungkin
tidak berhasil di Ekuador. Lebih lanjut, penduduk dan pemerintah
Ekuador mungkin menolak dipaksa untuk beradaptasi dengan
teknologi baru, perubahan yang sering kali traumatik. Perubahan
teknolologi apapun sulit, dan dukungan dari pemerintah setempat
hampir mutlak diperlukan.

12
2.6 Praktek Bisnis Global
Bisnis telah menjadi suatu bidang terpadu dan global seiring runtuhnya
tembok penghalang perdagangan, makin cepat dan murahnya komunikasi, dan
makin beragamnya selera konsumen, mulai dari pakaian hingga jaringan
telepon seluler. Kesulitan dan resiko di sebuah dunia tanpa batas sebanding
dengan keuntungan dan peluangnya.
Di dunia yang tidak mengenal batas, para pelanggan tidak lagi bisa
membedakan dari negara mana mereka membeli berbagai produk. Ford Motor
Company yang bermarkas di Amerika Serikat memiliki Volvo dari Swedia,
sementara produsen bir Amerika yang terkenal, Miller, dimiliki oleh
perusahaan Afrika Selatan. Toyota adalah perusahaan Jepang, namun
memproduksi lebih dari 10 juta kendaraan di pabrik-pabriknya di Amerika
Utara. Teknologi di balik komponen nirkabel Centrino keluaran Intel
dilahirkan di sebuah laboratorium di Haifa, Israel, dan para peneliti Cina-lah
yang merancang mikroprosesor yang mengontrol gerak maju baling-baling
pada turbin angin raksasa buatan General Electric.
Bagi para manajer yang berpikir global, dunia ini merupakan sumber ide-
ide, sumber daya, informasi, tenaga kerja, dan pelanggan. Para manajer dapat
memindahkan perusahaan mereka ke kancah internasional di berbagai tingkat.
1. Pada tahap domestik, potensi pasar harya terbatas di negara asal, dengan
seluruh fasilitas produksi dan pemasaran berlokasi di negara asal. Para
manajer mungkin sadar akan lingkungan global dan bersedia
mempertimbangkan untuk memasuki kancah internasional.
2. Pada tahap internasional, ekspor meningkat, dan perusahaan biasanya
mengadopsi pendekatan multidomestik. artinya setiap persaingan di setiap
negara ditangani secara independen. Desain, pemasaran, dan pengiklanan
produk disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khusus di setiap negara,
sehingga memerlukan kepekaan yang tinggi terhadap nilai-nilai dan
kepentingan lokal. Biasanya, perusahaan-perusahaan memanfaatkan divisi
internasional untuk menangani pemasaran produk di beberapa negara
secara independen.

13
3. Pada tahap multinasional, perusahaan memiliki fasilitas pemasaran dan
produksi di banyak negara, dengan lebih dari sepertiga penjualannya
berasal dari luar negeri. Perusahaan ini mengadopsi pendekatan
globalisasi, artinya mereka berfokus untuk memasarkan produk serupa ke
banyak negara. Desain, pemasaran, dan pengiklanan produk dilakukan
secara seragam di seluruh dunia.
4. Terakhir, tahap global (atau tanpa negara dari pembangunan perusahaan
internasional melampaui batas-batas suatu negara. Perusahaan ini
beroperasi secara global dengan melakukan penjualan dan mendapatkan
sumber daya dari negara manapun yang menawarkan peluang terbesar dan
biaya terendah. Pada tahp ini, kepemilikan kendali. dan manajemen
puncak cenderung tersebar di beberapa negara.
Memulai Bekerja Secara Internasional
Ada beberapa cara bagi organisasi untuk memasuki kancah internasional.
Salah satunya adalah dengan mencari sumber daya bahan baku atau tenaga
kerja yang lebih murah di luar negeri, yang disebut dengan offshoring atau
outsourching global. Cara lainnya adalah dengan memperluas pasar barang jadi
di luar negeri dengan cara ekspor. lisensi, dan investasi langsung. Strategi-
strategi memasuki pasar (market entry strategies) ini merupakan cara-cara
alternatif untuk menjual barang dan jasa ke luar negeri. Kebanyakan
perusahaan memulai dengan mengekspor dan berlanjut dengan investasi
langsung.
1) Ekspor
Dengan melakukan ekspor (exporting), perusahaan tetap
mempertahankan fasilitas produksinya di dalam negeri dan menjual
produknya ke luar negeri. Ekspor memungkinkan perusahaan untuk
menawarkan produknya ke negara lain dengan biaya sumber daya yang
relatif rendah dan dengan risiko terbatas. Ekspor memang mengandung
sejumlah permasalahan yang diakibatkan oleh jarak, peraturan
pemerintah, mata uang asing. dan perbedaan budaya, namun lebih murah
dibandingkan dengan mengalokasikan modal perusahaan untuk
membangun pabrik di negara sasaran.

14
Sebagai contoh, pemasok peralatan teknologi tinggi. Gerber Scientific
Inc. memilih untuk tidak terlibat langsung di kancah internasional.
Dikarenakan mesin dan suku cadangnya merupakan ladang subur ekspor.
Para eksekutif Gerber lebih senang untuk mengirimnya ke luar negeri.
2) Outsourching
Outsourching global, dikenal juga dengan istilah offshoring, berarti
melaksanakan pembagian tenaga kerja secara internasional sehingga
aktivitas pekerjaan dapat dilakukan di negara-negara dengan sumber
tenaga kerja dan pasokan termurah. Jutaan lapangan kerja tingkat bawah
seperti pembuatan tekstil, pusat layanan panggilan, dan pemrosesan kartu
kredit dikerjakan melalui outsourching ke negara-negara dengan upah
rendah selama beberapa tahun terakhir. Teknologi internet dan biaya
telekomunikasi yang makin murah memungkinkan banyak perusahaan
untuk melakukan outsourching pada pekerjaan-pekerjaan tingkat tinggi.
Netgear, produsen peralatan jaringan komputer yang bermarkas di
Amerika Serikat, merekayasanya di Taiwan, dan memproduksinya di
Cina. Langkah ini membantu perusahaan kecil tersebut untuk mengambil
manfaat dari efesiensi tiga negara yang berbeda.
3) Lisensi
Tahapan berikutnya dari pasar internasional adalah lisensi. Lewat
lisensi (licensing), perusahaan (pelisensi) di satu negara memastikan
ketersediaan sumber daya bagi perusahaan (terlisensi) di negara lain.
Sumber daya ini mencakup teknologi. keahlian manajerial, dan/atau hak
paten dan merek dagang. Sumber daya ini juga memungkinkan terlisensi
untuk memproduksi dan memasarkan produk serupa dengan yang
diproduksi oleh pelisensi, Heineken, yang dikenal sebagai merek bir yang
benar- benar global pertama di dunia. biasa memulai dengan mengekspor
untuk meningkatkan popularitas produknya. Jika pasarnya cukup
berpotensi. Heineken memberi lisensi produknya kepada produsen bir
setempat, Lisensi memungkinkan perusahaan untuk mengakses pasar
internasional dengan mudah dan biaya rendah, tetapi membatasi
partisipasi dan kendali terhadap perkembangan pasar tersebut.

15
Bentuk khusus dari lisensi adalah waralaba (franchising), yang
dilakukan ketika usaha waralaba membeli paket lengkap bahan baku dan
layanan, termasuk peralatan, produk, bahan baku produk, merek dan nama
dagang, saran manajerial, dan sistem operasi terstandar. Jika dalam lisensi,
terlisensi umumnya memakai nama, otonomi, dan sistem kerjanya sendiri,
maka usaha waralaba menggunakan nama dan sistem kerja pemilik merek.
Rantai restoran cepat saji adalah salah satu usaha waralaba paling terkenal,
contohnya McDonald's.
4) Investasi Langsung
Bentuk keterlibatan dalam pasar internasional yang lebih tinggi adalah
investasi langsung di fasilitas produksi luar negeri. Investasi langsung
(direct investing) berarti bahwa perusahaan terlibat dalam mengelola aset-
aset produktif, yang membedakannya dengan strategi lain yang hanya
memungkinkan kontrol yang lemah.
Saat ini, jenis investasi langsung yang paling populer adalah aliansi
strategis dan komitmen. Pada joint venture, suatu perusahaan berbagi
biaya dan risiko dengan perusahaan lain (biasanya di negara sasaran) untuk
membuat produk baru. membangun fasilitas produksi, atau membangun
jaringan penjualan dan distribusi. Kemitraan sering menjadi cara tercepat,
termurah, dan paling beresiko rendah untuk memasuki pasar global.
Sebagai contoh, WalMart bermitra dengan perusahaan ritel setempat, Cifra
SA untuk mengukuhkan keberadaannya di Meksiko. Meski mulanya
mengalami kerugian dan kesulitan, WalMart kini menjadi penyedia
lapangan kerja swasta terbesar di Amerika Latin.
Selain joint venture, kompleksnya lingkungan bisnis global dewasa
ini juga menyebabkan para manajer di banyak perusahaan membangun
jaringan aliansi, yaitu kumpulan kemitraan dengan berbagai perusahaan
lain, yang banyak melampaui batas- batas internasional. Jaringan aliansi
ini membantu perusahaan untuk menghemat biaya, memperkuat posisi
mereka di persaingan global, dan meningkatkan pengetahuan di kancah
global.

16
Pilihan lainnya adalah mendirikan cabang luar negeri (wholly owned
foreign affiliate) yang dimiliki dan dapat dikendalikan secara penuh oleh
perusahaan. Mengakuisi sebuah cabang secara langsung dapat menghemat
biaya eksplor penyimpanan, dan transportasi. Para manajer lokal juga
mempunyai kesadaran lebih tinggi terhadap kondisi ekonomi, budaya, dan
politik. Home Depot, misalnya. membeli perusahaan ritel alat-alat rumah
tangga kedua terbesar di Meksiko, Home Mart, dan mengubahnya menjadi
rantai modern terkemuka yang memiliki 50 toko.
Bentuk investasi langsung yang paling mahal dan berisiko adalah
greenfield venture, yaitu ketika suatu perusahaan mendirikan perusahaan
subsider dari awal di negara lain. Keuntungannya adalah perusahaan
subsider tersebut sama persis dengan yang diinginkan oleh perusahaan
induk, serta berpotensi meraih keuntungan besar. Kekurangannya adalah
perusahaan induk harus mendapatkan semua pengetahuan tentang pasar,
bahan baku, tenaga kerja, dan taktik di negara asing, sementara kesalahan
bisa saja terjadi. Contoh greenfield venture adalah pabrik Nissan di
Canton. yang merupakan pabrik mobil pertama di Mississippi, Nissan
harus mengandalkan tenaga kerja yang belum teruji dan sebagian besar
belum berpengalaman. Hambatan logistik dan budaya serta risiko yang
dihadapi pun sangat besar.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam globalisasi manajemen, fenomena globalisasi terdiri dari tiga faktor yang saling
berkaitan, yaitu kedekatan, lokasi, dan sikap. Ketiga faktor ini menekankan susunan dari
hubungan yang dihadapi oleh manajer global. Daya saing sendiri adalah kemampuan atau
keunggulan yang dipergunakan untuk bersaing pada pasar tertentu. Daya saing ini diciptakan
melalui pengembangan terus menerus di semua lini dalam organisasi, terutama di sektor
produksi. Daya saing telah menjadi bisnis yang menonjol dan diperhatikan pemerintah dalam
era bisnis global sebagai persaingan di antara bangsa-bangsa.
Bisnis internasional telah ada dan terbentuk sejak zaman prasejarah, ketika batu api,
keramik, dan barang-barang lain diperdagangkan ke tempat-tempat yang jauh. Sehingga bisa
dikatakan bisnis internasional bukanlah hal yang baru dalam dunia perekonomian. Ada
beberapa cara bagi perusahaan untuk melakukan bisnis international, salah satunya dengan
mencari sumber daya bahan baku atau tenaga kerja yang lebih murah di luar negeri, yang
disebut dengan offshoring atau outsourching global. Cara lainnya adalah dengan memperluas
pasar barang jadi di luar negeri dengan cara ekspor. lisensi, dan investasi langsung.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sarinah. Mardalena. 2017. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Deepublish Publiser


L. Daft. Richard. 2010. Era Baru Manajemen. Penerjemah: Tita Maria Kanita. Jakarta:
Salemba Empat
P. Robbins, Stephen. 2010. Manajemen Edisi Kesepuluh Jilid 1. Penerjemah: Bob Sabran.
Jakarta:
Erlangga.
Stoner, James A.F. Freeman, R. Edward. Gilbert, Daniel R. 1996. Manajemen Jilid 1.
Penerjemah: Alexander Sindoro. Jakarta: PT Prahallindo
https://uma.ac.id/berita/apa-itu-
globalisasi#:~:text=Globalisasi%2C%20atau%20integrasi%20internasional%2C%20adalah,bida
ng%20teknologi%20komunikasi%20dan%20transportasi

21

Anda mungkin juga menyukai