Anda di halaman 1dari 22

KOMPENSASI MENURUT HADIS NABI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hadis Manajemen

Dosen :

Bambang Subandi, M.Ag

Oleh :

Nida Shofroul Lailia (B04213020)

PRODI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN AMPEL
SURABAYA
2014
KOMPENSASI MENURUT HADIS NABI

Pendahuluan

Artinya: “Dan
katakanlah:  Bekerjalah
kamu, maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-
orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105)
Quraish Shihab dalam bukunya, Tafsir Al Misbah menjelaskan, QS. At Taubah ayat

105  sebagai berikut: “Bekerjalah kamu demi karena Allah semata dengan aneka amal yang

sholeh dan bermanfaat, baik untuk diri kamu maupun untuk masyarakat umum, Allah akan

melihat yakni menilai dan memberi ganjaran amal kamu itu.” Ganjaran yang dimaksud

adalah upah atau kompensasi1.

Dalam surat At Taubah 105 menjelaskan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk

bekerja dan Allah pasti membalas semua apa yang telah dikerjakan. Yang penting dalam ayat

ini adalah penegasan Allah bahwasanya motivasi atau niat bekerja itu harus benar. Jika

motivasi bekerja itu tidak benar, maka Allah akan membalas dengan cara memberi azab.

Sebaliknya, kalau motivasi itu benar, maka Allah akan membalas pekerjaan itu dengan

balasan yang lebih baik dari apa yang dikerjakan.

Jadi, dalam Islam jika seseorang mengerjakan pekerjaan dengan niat karena Allah

(amal sholeh), maka ia akan mendapatkan balasan, baik di dunia (berupa upah) maupun di

akhirat (berupa pahala) yang berlipat ganda. Dari ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa upah

dalam konsep Islam memiliki dua aspek, yaitu dunia dan akhirat. Dalam Islam, upah disebut

juga ujrah. Upah adalah bentuk kompensasi atas jasa yang telah diberikan tenaga kerja.

1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), Jil.
V, hlm. 711.
Pengertian Kompensasi

Kompensasi merupakan salah satu fungsi yang penting dalam Manajemen

Sumberdaya Manusia. Sistem kompensasi membantu untuk mengendalikan karyawan. Pada

dasarnya, karyawan bersedia melakukan kegiatan kalau didorong oleh suatu keinginan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui kebutuhan apa yang

diinginkan karyawan, maka pemimpin perlu melakukan survei terhadap setiap bawahannya.2

Berikut hadis Nabi yang berkenaan dengan kompensasi.

‫ْت َم َّرةً بِ ْال َم ِدينَ; ِة‬ ُ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ُجع‬ ِ ‫ال قَا َل َعلِ ٌّي َر‬ َ َ‫َح َّدثَنَا إِ ْس َما ِعي ُل بْنُ إِ ْب َرا ِهي َم أَ ْنبَأَنَا أَيُّوبُ ع َْن ُم َجا ِه ٍد ق‬
‫ت َم َدرًا فَظَنَ ْنتُهَا; تُ ِري;; ُد‬ ْ ‫طلُبُ ْال َع َم َل فِي َع َوالِي ْال َم ِدينَ ِة فَإِ َذا أَنَا بِا ْم َرأَ ٍة قَ ْد َج َم َع‬ ْ َ‫ت أ‬ ُ ْ‫جُوعًا َش ِديدًا فَ َخ َرج‬
‫ْت ْال َم;;ا َء‬ ُ ‫ي ثُ َّم أَتَي‬َ ‫ت يَ;دَا‬ ْ َ‫ت ِستَّةَ َع َش َر َذنُوبً;;ا َحتَّى َم َجل‬ ُ ‫ب َعلَى تَ ْم َر ٍة فَ َم َد ْد‬ ٍ ‫بَلَّهُ فَأَتَ ْيتُهَا فَقَاطَ ْعتُهَا; ُك َّل َذنُو‬
َ‫ت لِي ِس;تَّة‬ ْ ‫ي هَ َك; َذا بَ ْينَ يَ; َد ْيهَا َوبَ َس;طَ; إِ ْس; َما ِعي ُل يَ َديْ; ِه َو َج َم َعهُ َم; ا; فَ َع; َّد‬ ُ ‫ْت ِم ْنهُ ثُ َّم أَتَ ْيتُهَا فَقُ ْل‬
َّ َّ‫ت بِ َكف‬ َ َ ‫فَأ‬
ُ ‫صب‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَأ َ ْخبَرْ تُهُ فَأ َ َك َل َم ِعي ِم ْنهَا‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ْت النَّب‬ُ ‫َع ْش َر تَ ْم َرةً فَأَتَي‬

Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim telah memberitakan kepada
kami Ayyub dari Mujahid berkata; Ali Radhiallah 'anhu berkata; "Saya merasa sangat lapar
ketika berada di Madinah, maka saya keluar untuk mencari kerja di pinggiran Madinah,
akhirnya saya mendapati seorang wanita yang sedang mengumpulkan tanah yang kering,
saya menyangka bahwa dia hendak membasahinya, lalu saya mengerjakannya dengan
imbalan setiap ember penuh dengan satu kurma, sehingga saya dapat mengumpulkan enam
belas ember sampai tanganku melepuh. Kemudian saya mendatangi tempat air dan
membasahinya, setelah itu mendatangi wanita tersebut sambil berkata kepadanya dengan
kedua telapak tanganku ke hadapannya -Isma'il membentangkan kedua tangannya dan
mengumpulkannya.- maka dia memberiku enam belas buah kurma. Setelah itu saya
mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan memberitahukan kepada beliau kejadian
itu, maka beliau memakan sebagiannya bersamaku (AHMAD - 1080).

Hadis di atas menerangkan tentang seorang pekerja yang bekerja karena

menginginkan imbalan atau upah. Ia bekerja mengumpulkan tanah dan membasahinya

dengan air. Sebagai imbalannya, ia mendapatkan setiap ember penuh dengan satu kurma.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia pun mendapat imbalan sesuai kesepakatan yang ada.

Islam memandang upah sangat besar kaitannya dengan konsep moral.

2
Bambang Swasto, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Malang: UB press, 2011), hlm. 79.
Bagi organisasi atau perusahaan, kompensasi memiliki arti penting karena

kompensasi mencerminkan upaya organisasi dalam mempertahankan dan meningkatkan

kesejahteraan karyawannya. Kompensasi yang tidak memadai dapat menurunkan prestasi

karyawan, motivassi kerja, dan kepuasan kerja karyawan. Berikut hadis Nabi yang

menjelaskan mengenai penghargaan atau kompensasi yang diberikan kepada seseorang yang

berprestasi.

‫س قَا َل‬ٍ ‫وب عَنْ أَبِي إِيَا‬ َ ُّ‫ش ٍر َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ا ْل َولِي ِد عَنْ ُع َم َر ْب ِن أَي‬ ْ ِ‫أَ ْخبَ َرنَا أَ ْح َم ُد بْنُ ُح َم ْي ٍد َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ب‬
‫ا َل‬NNَ‫أ َ ْلفَ ْي ِد ْره ٍَم فَق‬NNِ‫انُ ب‬N ‫ض‬ َ ‫ض َرهُ َر َم‬ َ ‫الزبَ ْي ِر ِحينَ َح‬ ُّ ‫ب ْب ِن‬ ِ ‫ص َع‬ْ ‫سو ُل ُم‬ ُ ‫ُك ْنتُ نَا ِزاًل َعلَى َع ْم ِرو ْب ِن النُّ ْع َما ِن فَأَتَاهُ َر‬
‫ َذ ْي ِن َعلَى‬N‫ت َِعنْ بِ َه‬N‫اس‬ ْ َ‫ ُروفٌ ف‬N‫ص َل إِلَ ْي ِه ِمنَّا َم ْع‬ َ ‫ش ِريفًا إِاَّل َوقَ ْد َو‬ َ ‫ساَل َم َوقَا َل إِنَّا لَ ْم نَ َد ْع قَا ِرئًا‬ َ ‫إِنَّ اأْل َ ِم‬
َّ ‫ير يُ ْق ِرئُ َك ال‬
‫ساَل َم َوقُ ْل لَهُ إِنَّا َوهَّللا ِ َما قَ َر ْأنَا ا ْلقُ ْرآنَ نُ ِري ُد بِ ِه ال ُّد ْنيَا َو ِد ْر َه َم َها‬ َ ‫ئ اأْل َ ِم‬
َّ ‫ير ال‬ ْ ‫ش ْه ِركَ َه َذا فَقَا َل أَ ْق ِر‬ َ ‫نَفَقَ ِة‬
Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin Humaid telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Bisyr telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Al Waliddari
Umar bin Ayyub dari Abu Iyas ia berkata: "Aku pernah tinggal (dirumah) 'Amr bin An
Nu'man. Ketika tiba bulan Ramadlan, datanglah utusan Mush'ab bin AzZubair dengan
membawa dua ribu dirham, lalu ia berkata: ' Gubernur (AzZubair) menyampaikan salam
kepadamu, dania (AzZubair) berkata: 'Kami tidak akan membiarkan seorang qari` yang
mulia melainkan ia akan mendapatkan penghargaan dari kami, maka tolong pergunakan dua
ribu dirham ini untuk keperluanmu sebulan ini', 'Amr bin Nu'man menjawab: 'Maaf, tolong
sampaikan salam kepada Gubernur, dan katakan kepadanya: Demi Allah subhanallahu
wata'ala, kami membaca Al Qur`an tidak karena ingin peroleh dunia dan dirham' "(DARIMI
- 584).
Kompensasi adalah apa yang seorang karyawan atau pegawai atau pekerja terima

sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya. Hadis di atas menjelaskan mengenai

pemberian penghargaan kepada seorang qari’ yang mulia atas pekerjaannya. Penghargaan

yang diberikan kepadanya sebagai balas jasa atas apa yang telah dikerjakan. Namun, ia

menolak atas penghargaan tersebut. Dalam islam, upah adalah imbalan yang diterima

seseorang atas pekerjaannya dalam bentuk imbalan materi di dunia (adil dan layak) dan

dalam bentuk imbalan pahala di akherat (imbalan yang lebih baik).

Kompensasi ditinjau dari sudut individu karyawan adalah segala sesuatu yang

diterima karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi tenaga dan pikiran yang telah

disumbangkan pada organisasi. Sedangkan dari sudut organisasi perusahaan, kompensasi


adalah segala sesuatu yang telah diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas

kontribusi tenaga dan pikiran yang telah mereka sumbangkan kepada organisasi tempat

mereka bekerja. Kompensasi merupakan fungsi operasional manajemen sumberdaya manusia

yang paling sulit dan membingungkan. Kompensasi merupakan hal yang penting bagi

individu karyawan, karena besarnya kompensasi yang mereka terima merupakan cermin nilai

prestasi kerja karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Besarnya kompensasi yang

diterima karyawan akan menentukan tingkat kehidupan mereka, sedangkan kompensasi

relatif menunjukkan status, martabat, dan harga mereka. Oleh karenanya, jika karyawan

menganggap bahwa kompensasi yang mereka terima tidak seimbang dengan jerih payah yang

mereka lakukan, maka motivasi kerja akan menurun.3 Dalam hal ini, Nabi telah menjelaskan

mengenai pemberian motivasi terhadap karyawan, sebagaimana hadis berikut ini.

‫ب ع َْن أَبِي َسلَ َمةَ ع َْن أَبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ; ْد ِري‬ ٍ ‫ب أَ ْخبَ َرنِي يُونُسُ ع َْن اب ِْن ِشهَا‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا أَصْ بَ ُغ أَ ْخبَ َرنَا ابْنُ َو ْه‬
‫َت لَهُ بِطَانَتَا ِن‬ ْ ‫ث هَّللا ُ ِم ْن نَبِ ٍّي َواَل ا ْست َْخلَفَ ِم ْن خَ لِيفَ ٍة إِاَّل َكان‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َما بَ َع‬
َ ‫ع َْن النَّبِ ِّي‬
َ ‫ُوف َوتَحُضُّ هُ َعلَ ْي ِه َوبِطَانَةٌ تَأْ ُم ُرهُ بِال َّشرِّ َوتَحُضُّ هُ َعلَ ْي ِه فَ ْال َم ْعصُو ُ;م َم ْن ع‬
ُ ‫َص;; َم هَّللا‬ ;ِ ‫بِطَانَةٌ تَأْ ُم ُرهُ بِ ْال َم ْعر‬
ٍ ‫ق َو ُمو َسى ع َْن اب ِْن ِشهَا‬
‫ب‬ ٍ ‫ب بِهَ َذا َوع َْن اب ِْن أَبِي َعتِي‬ ٍ ‫تَ َعالَى َوقَا َل ُسلَ ْي َمانُ ع َْن يَحْ يَى أَ ْخبَ َرنِي ابْنُ ِشهَا‬
ُ‫اويَ;ةُ بْن‬ِ ‫اع ُّي َو ُم َع‬ِ َ‫;ال اأْل َوْ ز‬ ;َ ;َ‫ي َح َّدثَ ِن أَبُ;;و َس;لَ َمةَ ع َْن أَبِي َس; ِعي ٍد قَوْ لَ;هُ َوق‬ ُّ ‫ِم ْثلَهُ َوقَا َل ُش َعيْبٌ ع َْن‬
ِّ ‫الز ْه ِر‬
َ ;َ‫ص;لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي; ِه َو َس;لَّ َم َوق‬
ُ‫;ال ابْن‬ َ ‫;رةَ ع َْن النَّبِ ِّي‬ َ ;‫الز ْه ِريُّ َح َّدثَنِي أَبُو َسلَ َمةَ ع َْن أَبِي هُ َر ْي‬ ُّ ‫َساَّل ٍم َح َّدثَنِي‬
;‫;ر َح; َّدثَنِي‬ ٍ َ‫;ال ُعبَيْ; ُد هَّللا ِ بْنُ أَبِي َج ْعف‬ ;َ َ‫أَبِي ُح َس ْي ٍن َو َس ِعي ُد بْنُ ِزيَا ٍد ع َْن أَبِي َسلَ َمةَ ع َْن أَبِي َس ِعي ٍد قَوْ لَهُ َوق‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ي‬ َّ ِ‫ْت النَّب‬ ُ ‫ال َس ِمع‬ َ َ‫ُّوب ق‬َ ‫ص ْف َوانُ ع َْن أَبِي َسلَ َمةَ ع َْن أَبِي أَي‬ َ

Telah menceritakan kepada kami Ashbagh telah mengabarkan kepada kami Ibnu
Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah dari Abu
Sa'id Al Khudri dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Tidaklah Allah mengutus
seorang Nabi atau mengangkat seorang khalifah selain ia mempunyai dua kubu, kubu yang
memerintahkannya kebaikan dan memotivasinya, dan kubu yang menyuruhnya berbuat
keburukan dan mendorongnya, maka orang yang terjaga adalah yang dijaga Allah ta'ala."
Sulaiman mengatakan dari Yahya telah mengabarkan kepadaku Ibnu Syihab dengan hadist
ini, dan dari Ibnu Abu 'Atiq dan Musa dari Ibnu Syihab hadits yang sama, sedang Syu'aib
mengatakan dari Az Zuhri telah menceritakan kepadaku Abu Salamah dari Abu Sa'id...
seperti hadits diatas. Sedang Al Auza'i dan Mu'awiyah bin Salam mengatakan, telah
menceritakan kepadaku Az Zuhri telah menceritakan kepadaku Abu Salamah dari Abu
Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Sedang Ibnu Abu Husain dan Sa'id bin
3
Bambang Swasto, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Malang: UB press, 2011), hlm. 79 & 80.
Ziyad mengatakan, dari Abu Salamah dari Abu Sa'id,,, seperti hadits diatas,, dan Ubaidullah
bin Abu Ja'far telah menceritakan kepadaku Shafwan dari Abu Salamah dari Abu Ayyub
mengatakan; aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam (BUKHARI - 6659).

Yang perlu dilakukan oleh pemimpin agar semangat kerja tetap terpelihara adalah

selalu memberikan motivasi yang tepat kepada para sumber daya manusia, sehingga mereka

akan terdorong untuk bekerja lebih baik. Pada diri mereka, akan timbul keyakinan bahwa

dengan bekerja baik, tujuan organisasi akan lebih mudah dicapai, sehingga tujuan pribadi

juga akan terpenuhi. Dengan demikian, motivasi di sini adalah any action that cause

someone behaviour to change.

Motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap,

kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi dalam diri seseorang.4 Faktor yang

mempengaruhi motivasi kerja setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat penting

mengidentifikasikan untuk mengetahui faktor-faktor setiap karyawan, agar dapat ditentukan

tindakan motivasi yang tepat. Cara terbaik untuk mengidentifikasi faktor-faktor ini adalah

melakukan penilaian karyawan.

Hasil-hasil penilaian kinerja memberikan sebuah dasar untuk keputusan-keputusan

rasional yang berkenaan dengan penyesuaian bayaran. Sebagian besar manajer yakin bahwa

ia harus memberi imbalan atas kinerja pekerjaan yang luar biasa secara nyata dengan

kenaikan bayaran. Memberi imbalan terhadap perilaku-perilaku yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan-tujuan organisasi adalah jantung dari perencanaan stratejik perusahaan.

Untuk mendorong kinerja yang baik, perusahaan harus merancang dan mengimplementasikan

sistem penilaian kinerja yang handal dan kemudian memberi imbalan yang layak bagi para

karyawan dan tim yang produktif.

4
Ghozali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Djambatan, 1996), hlm. 325.
Sondang Siagian mengatakan bahwa dalam usaha mengembangkan sistem imbalan,

para spesialis di bidang manajemen sumber daya manusia perlu melakukan empat hal yaitu:5

1. Melakukan analisis pekerjaan. Artinya perlu disusun deskripsi jabatan, uraian

pekerjaan, dan standar pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi.

2. Melakukan penilaian pekerjaan dikaitkan dengan peringkat pekerjaan, penentuan nilai

untuk setiap pekerjaan, susunan perbandingan dengan pekerjaan lain dalam

organisasi, dan pemberian point untuk setiap pekerjaan.

3. Melakukan survei berbagai sistem imbalan yang berlaku guna memperoleh bahan

yang berkaitan dengan keadilan eksternal.

4. Menentukan harga setiap pekerjaan yang dihubungkan dengan harga pekerjaan sejenis

di tempat lain. Dalam mengambil langkah ini, dilakukan perbandingan antara nilai

berbagai pekerjaan dalam organisasi dengan nilai yang berlaku di pasaran kerja.

Reward menjadi salah satu motivasi pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Sesuai

dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh David McCleland seperti yang dikutip oleh

Sunendra dan Murdiyah Hayati, bahwa motivasi dasar manusia ada tiga, yaitu: kebutuhan

akan kekuasaan, kebutuhan akan berafiliasi, dan kebutuhan akan berprestasi.6

Proses kompensasi adalah suatu jaringan dari berbagai sub proses yang kompleks

yang mempengaruhi tingkat kompensasi untuk memberikan balas jasa kepada karyawan bagi

pelaksanaan pekerjaan dan untuk memotivasi mereka agar mencapai tingkat prestasi kerja

yang diinginkan. Dari bermacam-macam kompensasi, pembayaran upah/gaji merupakan

faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaannya.7 Berikut hadis yang selaras.

5
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Ed. 1 cet. 8, hlm. 257.
6
Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet
ke-1, hlm. 98
7
Asri Laksmi Riani, Manajemen Sumber Daya Manusia Masa Kini, (Yogyakarta: GRAHA ILMU, 2013), hlm. 120.
‫وس;ى; بْنُ ُعبَ ْي; َدةَ َح; َّدثَنِي‬ َ ‫ب َح; َّدثَنَا ُم‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُمو َسى بْنُ َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن أَبُو ِعي َسى ْال َم ْسرُوقِ ُّي َح َّدثَنَا َز ْي ُد بْنُ ْال ُحبَ;;ا‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ ‫َس ِعي ُد بْنُ أَبِي َس ِعي ٍد َموْ لَى أَبِي بَ ْك ِر ْب ِن َع ْم ِرو ب ِْن َح ْز ٍم ع َْن أَبِي َرافِ ٍع قَال قَا َل َرسُو ُ;ل هَّللا‬
‫ت تَ ْق; َرأُ فِي ُك; ِّل‬ ٍ ‫ص; ِّل أَرْ بَ; َع َر َك َع;;ا‬ َ َ‫;ال ف‬ َ ;َ‫ك قَا َل بَلَى يَا َر ُس;و َ;ل هَّللا ِ ق‬ َ ُ ‫صل‬ِ َ‫َّاس يَا َع ِّم أَاَل أَحْ بُوكَ أَاَل أَ ْنفَعُكَ أَاَل أ‬ ِ ‫لِ ْل َعب‬
‫س‬ َ ‫ت ْالقِ َرا َءةُ فَقُلْ ُس ْب َحانَ هَّللا ِ َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َواَل إِلَ;هَ إِاَّل هَّللا ُ َوهَّللا ُ أَ ْكبَ; ُر خَ ْم‬ ْ ‫ض‬ َ َ‫ُور ٍة فَإِ َذا ا ْنق‬
َ ‫ب َوس‬ ِ ‫َر ْك َع ٍة بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬
‫َش;رًا ثُ َّم ارْ فَ; ْع‬ ْ ‫اس; ُج ْد فَقُ ْلهَ;;ا ع‬ ْ ‫َش;رًا ثُ َّم‬ ْ ‫ك فَقُ ْلهَ;;ا ع‬ َ ;‫َع ْش َرةَ َم َّرةً قَ ْب َل أَ ْن تَرْ َك َع ثُ َّم ارْ َك ْع فَقُ ْلهَا َع ْشرًا ثُ َّم ارْ فَ; ْع َر ْأ َس‬
‫;ل أَ ْن تَقُ;;و َم فَتِ ْل;;كَ خَ ْمسٌ َو َس; ْبعُونَ فِي‬ َ ;‫َش;رًا قَ ْب‬ ْ ‫ك فَقُ ْلهَا ع‬ َ ‫َر ْأ َسك فَقُ ْلهَا َع ْشرًا ثُ َّم ا ْس ُج ْد فَقُ ْلهَا َع ْشرًا ثُ َّم ارْ فَ ْع َر ْأ َس‬
‫ول‬َ ;‫;ال يَ;;ا َر ُس‬ َ ;َ‫ج َغفَ َرهَا هَّللا ُ لَ;;كَ ق‬ ٍ ِ‫ك ِم ْث َل َر ْم ِل عَال‬ َ ُ‫َت ُذنُوب‬ ْ ‫ت فَلَوْ َكان‬ ٍ ‫ث ِمائَ ٍة فِي أَرْ بَ ِع َر َك َعا‬ ُ ‫ُك ِّل َر ْك َع ٍة َو ِه َي ثَاَل‬
‫;ال فَقُ ْلهَ;;ا فِي‬ َ ;َ‫هَّللا ِ َو َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع يَقُولُهَ;;ا فِي يَ;;وْ ٍم قَ;;ا َل قُ ْلهَ;;ا فِي ُج ُم َع; ٍة فَ;إِ ْن لَ ْم ت َْس;تَ ِط ْع فَقُ ْلهَ;;ا فِي َش;ه ٍْر َحتَّى ق‬
;‫ب َح َّدثَنَا ُمو َسى بْنُ ُعبَ ْي َدةَ َح َّدثَنِي‬ ِ ‫َسنَ ٍة َح َّدثَنَا ُمو َسى; بْنُ َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن أَبُو ِعي َسى ْال َم ْسرُوقِ ُّي َح َّدثَنَا َز ْي ُد بْنُ ْال ُحبَا‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ ‫ال قَا َل َرسُو ُ;ل هَّللا‬ َ َ‫َس ِعي ُد بْنُ أَبِي َس ِعي ٍد َموْ لَى أَبِي بَ ْك ِر ْب ِن َع ْم ِرو ب ِْن َح ْز ٍم ع َْن أَبِي َرافِ ٍع ق‬
‫ت تَ ْق; َرأُ فِي ُك; ِّل‬ ٍ ‫ص; ِّل أَرْ بَ; َع َر َك َع;;ا‬ َ َ‫;ال ف‬ َ ;َ‫ك قَا َل بَلَى يَا َر ُس;و َ;ل هَّللا ِ ق‬ َ ُ ‫صل‬ِ َ‫َّاس يَا َع ِّم أَاَل أَحْ بُوكَ أَاَل أَ ْنفَعُكَ أَاَل أ‬ ِ ‫لِ ْل َعب‬
‫س‬ َ ‫ت ْالقِ َرا َءةُ فَقُلْ ُس ْب َحانَ هَّللا ِ َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َواَل إِلَ;هَ إِاَّل هَّللا ُ َوهَّللا ُ أَ ْكبَ; ُر خَ ْم‬ ْ ‫ض‬ َ َ‫ُور ٍة فَإِ َذا ا ْنق‬
َ ‫ب َوس‬ ِ ‫َر ْك َع ٍة بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬
‫َش;رًا ثُ َّم ارْ فَ; ْع‬ ْ ‫اس; ُج ْد فَقُ ْلهَ;;ا ع‬ ْ ‫َش;رًا ثُ َّم‬ ْ ‫ك فَقُ ْلهَ;;ا ع‬ َ ;‫َع ْش َرةَ َم َّرةً قَ ْب َل أَ ْن تَرْ َك َع ثُ َّم ارْ َك ْع فَقُ ْلهَا َع ْشرًا ثُ َّم ارْ فَ; ْع َر ْأ َس‬
‫;ل أَ ْن تَقُ;;و َم فَتِ ْل;;كَ خَ ْمسٌ َو َس; ْبعُونَ فِي‬ َ ;‫َش;رًا قَ ْب‬ ْ ‫ك فَقُ ْلهَا ع‬ َ ‫َر ْأ َسك فَقُ ْلهَا َع ْشرًا ثُ َّم ا ْس ُج ْد فَقُ ْلهَا َع ْشرًا ثُ َّم ارْ فَ ْع َر ْأ َس‬
‫ول‬ َ ;‫;ال يَ;;ا َر ُس‬ َ ;َ‫ج َغفَ َرهَا هَّللا ُ لَ;;كَ ق‬ ٍ ِ‫ك ِم ْث َل َر ْم ِل عَال‬ َ ُ‫َت ُذنُوب‬ ْ ‫ت فَلَوْ َكان‬ ٍ ‫ث ِمائَ ٍة فِي أَرْ بَ ِع َر َك َعا‬ ُ ‫ُك ِّل َر ْك َع ٍة َو ِه َي ثَاَل‬
‫ال فَقُلهَا فِي َسنَ ٍة‬ ْ ْ ْ
َ َ‫هَّللا ِ َو َم ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع يَقُولُهَا فِي يَوْ ٍم قَا َل قُلهَا فِي ُج ُم َع ٍة فَإِ ْن لَ ْم تَ ْست َِط ْع فَقُلهَا فِي َشه ٍْر َحتَّى ق‬
Telah menceritakan kepada kami Musa bin 'Abdurrahman Abu Isa Al Masruqi
berkata, telah menceritakan kepada kami Zaid Al Hubab berkata, telah menceritakan kepada
kami Musa bin Ubaidah berkata, telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id –mantan
budak Abu Bakr bin Amru bin Hazm- dari Abu Rafi' ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda kepada Abbas: "Wahai paman, maukah jika aku memberimu
hadiah, maukah jika aku memberikan manfaat kepadamu, maukah jika aku menyambung
silaturahmi kepadamu?" ia menjawab, "Tentu, ya Rasulullah. " Beliau bersabda: "Shalatlah
empat raka'at, di setiap raka'at engkau membaca Fatihatul kitab (surat Al Fatihah) dan satu
surat. Apabilaselesaimembaca, makaucapkanlah; "SUBHAANALLAHU WAL
HAMDULILLAH WA LAA ILAAHA ILLA ALLAHU WALLAHU AKBAR (Maha Suci Allah
dan Segala Puji bagi Allah, tidakadaTuhan Yang berhak disembah kecuali Allah, Allah
MahaBesar) sebanyak lima belas kali sebelum rukuk. Kemudian rukuk dan ucapkanlah
bacaan itu lagi sepuluh kali. Kemudian angkatlah kepalamu dan ucapkanlah lagi sepuluh
kali, kemudian sujud dan ucapkanlah lagi sepuluh kali, kemudian angkatlah kepalamu dan
ucapkanlah lagi sepuluh kali, kemudian sujud dan ucapkanlah lagi sepuluh kali, kemudian
angkatlah kepalamu dan ucapkanlah lagi sepuluh kali sebelum engkau bangun. Semua itu
genap berjumlah tujuh puluh lima dalam setiap raka'at, dan berjumlah tiga ratus dalam
empat raka'at. Sekiranya dosa-dosamu seperti pasir yang menggunung, Allah akan
mengampuninya. " Abbas berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan orang yang tidak
mampu mengucapkan itu dalam sehari?" Beliau bersabda: "Lakukanlah sekali dalam
seminggu, jika tidak mampu maka lakukanlah sekali dalam sebulan, "hingga beliau
bersabda: "Maka Lakukanlah sekali dalam setahun”. (IBNUMAJAH - 1376).
Hadis di atas telah menjelaskan mengenai syarat-syarat yang harus dilakukan

seseorang agar mendapat sebuah hadiah dari Rasulullah SAW. Hadiah yang akan diberikan

sesuai dengan apa yang telah dikerjakan. Jika ia bisa memenuhinya, tentu hadiah yang akan

didapatkan bernilai tinggi, karena hadiah tidak hanya didapat ketika di dunia saja, melainkan
di akherat juga. Istilah hadiah sebanding dengan upah. Upah dalam Islam tidak hanya sebatas

materi (kebendaan atau keduniaan), tetapi menembus batas kehidupan yang berdimensi pada

akherat (pahala).

Sebagaimana kompensasi, pada umumnya proses pembayaran upah/gaji dalam

organisasi ditentukan oleh aliran kegiatan-kegiatan yang mencakup analisis pekerjaan,

deskripsi dan spesifikasi pekerjaan, evaluasi pekerjaan, survei upah/gaji, analisis masalah-

masalah organisasi yang berkaitan dengan kemampuan pembayaran, penentuan struktur upah

dengan mempertimbangkan peraturan upah minimum, evaluasi prestasi kerja, dan banyak

kebijaksanaan yang menyangkut tingkat dan administrasi upah.

Dalam pemberian kompensasi, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Perlu

dikemukakan bahwa pertimbangan pemberian kompensasi kepada karyawan dipengaruhi

oleh faktor-faktor atau kondisi yang ada pada perusahaan dan faktor dari luar perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dari dalam perusahaan adalah8:

1. Berat ringannya suatu pekerjaan. Untuk pekerjaan yang mengandung resiko tinggi

pemberian kompensasi akan lebih tinggi daripada pekerjaan yang tidak mengandung

risiko tinggi.

2. Kemampuan kerja dari karyawan tersebut. Kemampuan seseorang harus dihargai

perusahaan dengan memberikan kompensasi yang memadai.

3. Jabatan atau pangkat. Salah satu pertimbangan bahwa makin tinggi jabatan seseorang

dalam perusahaan, maka akan makin besar kompensasi yang diterima.

4. Pendidikan. Dalam pemberian kompensasi, tentu masalah pendidikan menjadi

pertimbangan. Pemberian kompensasi kepada karyawan sesuai dengan pendidikannya

untuk sebuah prestasi.

8
Kadarisman, Manajemen Kompensasi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 23-26
5. Lama bekerja. Makin lama karyawan bekerja tentu akan mengharapkan kompensasi

yang meningkat. Makin lama ia bekerja tentu harus mendapatkan pendapatan atau

kompensasi untuk dapat meningkatkan kegairahan kerjanya.

6. Kemampuan perusahaan. Pemberian kompensasi juga sangat dipengaruhi kemampuan

perusahaan dalam hal keuangan. Perusahaan besar akan memberikan kompensasi

pada karyawan relatif lebih besar dibandingkan dengan perusahaan menengah atau

kecil.

Pemberian kompensasi juga dipengaruhi oleh faktor dari luar perusahaan,

yaitu:

1. Peraturan pemerintah. Pemerintah dalam pelaksanaan balas jasa untuk pekerja bidang

pengolahan maupun jasa dapat memengaruhi dan memaksakan suatu peraturan untuk

menetapkan upah minimum. Penetapan upah minimum ini oleh pemerintah

didasarkan kepada kebutuhan pokok hidup sehari-hari.

2. Biaya hidup. Penentuan besarnya kompensasi dipengaruhi oleh biaya hidup sehari-

hari. Biaya hidup ini sangat dipengaruhi oleh harga-harga kebutuhan pokok. Kalau

biaya hidup naik, otomatis kompensasi yang diterima karyawan sebanding dengan

naiknya biaya hidup.

3. Tawar menawar serikat pekerja. Pengaruh tawar menawar dengan kelompok sertifikat

pekerja akan sangat berpengaruh terhadap perusahaan. Untuk mencegah posisi

karyawan yang kuat dalam perusahaan, beberapa manajer mengusahakan pemberian

kompensasi yang disamakan dengan atau melampaui patokan kompensasi yang

ditetapkan serikat pekerja.

4. Letak geografis. Perbedaan dalam pemberian kompensasi juga dipengaruhi letak

geografis perusahaan tersebut. Karyawan perusahaan yang di daerah mendapatkan

kompensasi yang berbeda dengan perusahaan yang berada di kota besar. Pemberian
kompensasi bisa didasarkan kepada perbedaan tingkat biaya hidup pada daerah

masing-masing.

5. Pasar tenaga kerja. Menurut pendapat kaum klasik, harga suatu barang ditentukan

oleh penwaran dan permintaan akan barang tesebut. Sesuai hukum penawaran dan

permintaan, pada saat keadaan perekonomian pada titik bom permintaan akan tenaga

kerja tentu akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan kompensasi akan naik. Begitu

juga sebaliknya.

Faktor Keadilan dalam Kompensasi


Organisasi yang menerapkan prinsip keadilan dalam pengupahan mencerminkan

organisasi yang dipimpin oleh orang-orang yang bertaqwa. Konsep adil ini merupakan ciri-

ciri organisasi yang bertaqwa. Al-Qur’an menegaskan:

“ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah [5]: 8).
Dari ayat al-Qur’an dapat diketahui bahwa prinsip utama keadilan terletak pada

kejelasan aqad (transaksi) dan komitmen melakukannya. Aqad dalam perburuhan adalah aqad

yang terjadi antara pekerja dengan pengusaha. Artinya, sebelum pekerja dipekerjakan, harus

jelas dahulu bagaimana upah yang akan diterima oleh pekerja. Upah tersebut meliputi

besarnya upah dan tata cara pembayaran upah.

Seorang pekerja hanya berhak atas upahnya jika ia telah menunaikan pekerjaannya

dengan semestinya dan sesuai dengan kesepakatan. Umat islam terikat dengan syarat-syarat

antar mereka, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

Selama ia mendapatkan upah secara penuh, maka kewajibannya juga harus dipenuhi.

Sepatutnya hal ini dijelaskan secara detail dalam “peraturan kerja” yang menjelaskan
masing-masing hak dan kewajiban kedua belah pihak. Bekerja yang baik merupakan

kewajiban karyawan atas hak upah yang diperolehnya. Demikian juga memberi upah

merupakan kewajiban perusahaan atas hak hasil kerja karyawan yang diperolehnya. Dalam

keadaan masa kini, aturan-aturan bekerja yang baik itu biasanya dituangkan dalam buku

Pedoman Kepegawaian yang ada di masing-masing perusahaan. Berikut hadis yang selaras

dengan ayat Al-qur’an diatas.

‫َح َّدثَنَا ُمو َسى; بْنُ إِ ْس; َما ِعي َل َح; َّدثَنَا أَبُ;;و ع ََوانَ;ةَ ع َْن أَبِي بِ ْش; ٍر ع َْن أَبِي ْال ُمت ََو ِّك ِل ع َْن أَبِي َس; ِعي ٍد أَ َّن َر ْهطً;;ا ِم ْن‬
‫ب‬
ِ ‫;ر‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَيْ; ِه َو َس;لَّ َم ا ْنطَلَقُ;وا فِي َس; ْف َر ٍة َس;افَرُوهَا; َحتَّى نَزَ لُ;وا بِ َح ٍّي ِم ْن أَحْ يَ;ا ِء ْال َع‬ َ ِ ‫ب َرسُو ِ;ل هَّللا‬ ِ ‫أَصْ َحا‬
ُ ‫ك ْال َح ِّي فَ َس َعوْ ا لَهُ بِ ُكلِّ َش; ْي ٍء اَل يَ ْنفَ ُع; هُ َش; ْي ٌء فَقَ;;ا َل بَع‬
ْ‫ْض;هُ ْم لَ;;و‬ َ ِ‫ضيِّفُوهُ ْم فَلُ ِد َغ َسيِّ ُد َذل‬َ ُ‫ضافُوهُْ;م فَأَبَوْ ا أَ ْن ي‬ َ َ‫فَا ْست‬
‫ض ِه ْم َش ْي ٌء فَأَتَوْ هُْ;م فَقَالُوا يَا أَيُّهَا ال َّر ْهطُ إِ َّن َسيِّ َدنَا‬ ِ ‫أَتَ ْيتُ ْم هَؤُاَل ِء ال َّر ْهطَ الَّ ِذينَ قَ ْد نَ َزلُوا بِ ُك ْم لَ َعلَّهُ أَ ْن يَ ُكونَ ِع ْن َد بَ ْع‬
ِ ‫ق َولَ ِك ْن َوهَّللا‬ ٍ ‫ضهُ ْم نَ َع ْم َوهَّللا ِ إِنِّي لَ َرا‬ُ ‫لُ ِد َغ فَ َس َع ْينَا لَهُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء اَل يَ ْنفَ ُعهُ َش ْي ٌء فَهَلْ ِع ْن َد أَ َح ٍد ِم ْن ُك ْم َش ْي ٌء فَقَا َل بَ ْع‬
‫ق‬ َ َ‫يع ِم ْن ْال َغن َِم فَ;;ا ْنطَل‬ ٍ ‫صالَحُوهُْ;م َعلَى قَ ِط‬ َ َ‫ق لَ ُك ْم َحتَّى تَجْ َعلُوا لَنَا ُج ْعاًل ف‬ ٍ ‫ضيِّفُونَا; فَ َما أَنَا بِ َرا‬َ ُ‫ض ْفنَا ُك ْم فَلَ ْم ت‬
َ َ‫لَقَ ْد ا ْست‬
‫;ال فَ;;أَوْ فَوْ هُْ;م‬َ ;َ‫ق يَ ْم ِشي َما بِ ِه قَلَبَ ;ةٌ ق‬ ٍ َ‫فَ َج َع َل يَ ْتفُ ُل َويَ ْق َرأُ ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمينَ َحتَّى لَ َكأَنَّ َما نُ ِشطَ ِم ْن ِعق‬
َ َ‫ال فَا ْنطَل‬
ُ ‫ص;لَّى هَّللا‬ َ ;‫ال الَّ ِذي َرقَى اَل تَ ْف َعلُوا َحتَّى نَ;;أْتِ َي َر ُس‬
َ ِ ‫ول هَّللا‬ َ َ‫ضهُْ;م ا ْق ِس ُموا فَق‬ ُ ‫صالَحُوهُْ;م َعلَ ْي ِه فَقَا َل بَ ْع‬ َ ‫ُج ْعلَهُ ْم الَّ ِذي‬
‫;ال‬َ ;َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َذ َكرُوا لَهُ فَق‬ َ ِ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَن َْذ ُك َ;ر لَهُ الَّ ِذي َكانَ فَنَ ْنظُ َر َما يَأْ ُم ُرنَا فَقَ ِد ُموا َعلَى َرسُو ِل هَّللا‬
‫ص ْبتُْ;م ا ْق ِس ُموا َواضْ ِربُوا لِي َم َع ُك ْم بِ َسه ٍْم‬ َ َ‫ك أَنَّهَا ُر ْقيَةٌ أ‬
َ ‫َو َما يُ ْد ِري‬

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami
Abu 'Awanah dari Abu Bisyr dari Abu Al Mutawakkil dari Abu Sa'id bahwa beberapa orang
dari sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi dalam suatu perjalanan, ketika
mereka singgah di suatu perkampungan dari perkampungan Arab, mereka meminta supaya
diberi jamuan, namun penduduk perkampungan itu enggan untuk menjamu mereka, ternyata
salah seorang dari tokoh mereka tersengat binatang berbisa, mereka sudah berusaha
menerapinya namun tidak juga memberi manfa'at sama sekali, maka sebagian mereka
mengatakan; "Sekiranya kalian mendatangi sekelompok laki-laki (sahabat Nabi) yang
singgah di tempat kalian, semoga saja salah seorang dari mereka ada yang memiliki
sesuatu, lantas mereka mendatangi para sahabat Nabi sambil berkata; "Wahai orang-orang,
sesungguhnya pemimpin kami tersengat binatang berbisa, dan kami telah berusaha
menerapinya dengan segala sesuatu namun tidak juga membuahkan hasil, apakah salah
seorang dari kalian memiliki sesuatu (sebagai obat)?" Salah seorang sahabat Nabi
menjawab; "Ya, demi Allah aku akan meruqyahnya (menjampinya), akan tetapi demi Allah,
sungguh kami tadi meminta kalian supaya menjamu kami, namun kalian enggan menjamu
kami, dan aku tidak akan meruqyah (menjampinya) sehingga kalian memberikan imbalan
kepada kami." Lantas penduduk kampung itu menjamu mereka dengan menyediakan
beberapa ekor kambing, lalu salah satu sahabat Nabi itu pergi dan membaca al hamdulillahi
rabbil 'alamin (al fatihah) dan meludahkan kepadanya hingga seakan-akan pemimpin
mereka terlepas dari tali yang membelenggunya dan terbebas dari penyakit yang dapat
membinasakannya. Abu Sa'id berkata; "Lantas penduduk kampung tersebut memberikan
imbalan yang telah mereka persiapkan kepada sahabat Nabi, dan sahabat Nabi yang lain
pun berkata; "Bagilah." Namun sahabat yang meruqyah berkata; "Jangan dulu sebelum kita
menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan memberitahukan apa yang terjadi dan
kita akan melihat apa yang beliau perintahkan kepada kita." Setelah itu mereka menemui
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan memberitahukannya kepada beliau, beliau
bersabda: "Apakah kamu tidak tahu bahwa itu adalah ruqyah? Dan kalian telah
mendapatkan imbalan darinya, maka bagilah dan berilah bagian untukku." (BUKHARI -
5308).

Hadis di atas menceritakan tentang permintaan imbalan oleh sahabat Nabi kepada

penduduk kaum Arab. Salah seorang sahabat Nabi telah membantu menyembuhkan seorang

tokoh kaum Arab. Sebagai imbalannya, mereka harus menjamu para sahabat Nabi. Imbalan

yang didapatkan oleh para sahabat Nabi layak didapatkan, karena itu merupakan haknya.

Menurut Ahmad Azhar Basyir, keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat yang

sebenarnya atau menempatkan sesuatu pada proporsinya yang tepat dan memberikan kepada

sesorang sesuatu yang menjadi haknya.9

Sementara itu, surat Al-Kahfi ayat 30 menegaskan bahwa balasan terhadap pekerjaan

yang telah dilakukan manusia akan dibalas dengan adil oleh Allah.  Allah tidak akan berlaku

zalim dengan cara menyia-nyiakan amal hamba-Nya. Konsep keadilan dalam upah ini yang

sangat mendominasi dalam setiap praktek yang pernah terjadi di negeri Islam. Dalam hadits

lain yang diriwayatkan oleh Mustawrid bin Syadad, Rasulullah Saw. bersabda:

“Aku mendengar Nabi Muhammad saw bersabda :  „Siapa yang menjadi pekerja bagi kita,
hendaklah ia mencarikan istri untuknya; ; seorang pembantu bila tidak memilikinya,
hendaklah ia mencarikannya untuk pembantunya. .  Bila ia tidak mempunyai tempat tinggal,
hendaklah ia mencarikan tempat tinggal. Abu   Bakar   mengatakan: Diberitakan kepadaku
bahwa Nabi Muhammad bersabda  : Siapa yang mengambil sikap selain itu, maka ia adalah
seorang yang keterlaluan atau pencuri”  (HR Abu  Daud).

Dari hadis di atas, dapat diketahui bahwa kelayakan upah yang diterima oleh pekerja

dilihat dari tiga aspek, yaitu: pangan (makanan), sandang (pakaian) dan papan (tempat

tinggal).  Bahkan bagi karyawan yang masih belum menikah, menjadi tugas manajer yang
9
Ahmad Azhar Basyir, Negara dan Pemerintahan dalam Islam, (Yogyakarta: UII Pres, 2000), hlm. 30.
mempekerjakannya untuk mencarikan jodohnya. Memang arti "mencarikan" bisa bermacam-

macam, bisa menyewakan rumah untuk pekerja agar bisa tinggal di dalamnya, bisa juga

membelikan rumah untuk ditempati pekerja, atau bisa juga menyediakan rumah gratis

(semacam rumah dinas) bagi pekerja.

Seorang pekerja berhak menerima upahnya ketika sudah mengerjakan tugas-tugasnya.

Jika terjadi penunggakan gaji pekerja, hal tersebut selain melanggar kontrak kerja, juga

bertentangan dengan prinsip keadilan dalam Islam. Selain ketepatan pengupahan, keadilan

juga dilihat dari proporsionalnya tingkat pekerjaan dengan jumlah upah yang diterimanya.

“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan
agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka
tiada dirugikan.” (QS. Al-Ahqaf  :  19).
“Dan kamu tidak dibalas, melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan.”(QS. Yaasin :
54).
“Bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya.” (QS. An-Najm : 39).
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwa pekerjaan seseorang akan dibalas menurut berat

pekerjaannya itu.  Konteks ini yang oleh pakar manajemen Barat diterjemahkan

menjadi equal pay for equal job, (upah yang sama untuk jenis pekerjaan yang sama).  Jika

ada dua orang atau lebih mengerjakan pekerjaan yang sama, maka upah mereka tentu sama. 

Konsep keadilan (equity) adalah keadilan yang dirasa dari apa yang dilakukan

seseorang (masukan) dan apa yang diterima orang tersebut (hasil). Individu menilai keadilan

dalam kompensasi dengan membandingkan usaha dan kinerja yang mereka berikan dengan

usaha dan kinerja orang lain serta penghargaan yang diterima sesudahnya. Kompensasi yang

diberikan oleh manajemen harus mencerminkan keadilan (equity) yang dipersepsikan oleh

karyawan dan organisasi. Kategori equity dibagi kedalam tiga jenis yang masing-masing

dapat dijelaskan sebagai berikut:10

10
Bambang Swasto, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Malang: UB Press, 2011), hlm. 86
1. Internal equity, terkait dengan hubungan antara pekerjaan-pekerjaan dalam suatu

organisasi. Kompensasi yang diberikan harus sesuai dengan posisi seseorang dalam

organisasi. Dengan kata lain, kompensasi diharapkan memiliki kolerasi dengan

tingkat keterampilan, tanggung jawab, dan usaha yang disyaratkan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan. Kompensasi yang lebih tinggi diberikan kepada orang

yang memiliki posisi structural lebih tinggi. Internal equity terjadi manakala

perbedaan tingkat kompensasi antara jenis pekerjaan yang berada dalam organisasi

dipersepsikan adil.

2. External equity, terkait dengan perbandingan upah antara individu dalam pekerjaan

yang sama dalam suatu organisasi lain yang sejenis. Apakah upah yang diterima oleh

seorang karyawan sudah sesuai dengan yang diterima oleh karyawan pada perusahaan

lain yang sejenis.

3. Individual equity. Untuk menciptakan keadilan individual, manajemen dapat

menggunakan pemberian upah berdasarkan kinerja yang diumumkan secara terbuka

kepada semua karyawan. Komunikasi dan keterbukaan manajemen mutlak diperlukan

untuk menciptakan keadilan. Dengan kata lain, keadilan individual lebih mengacu

pada bentuk keadilan yang dipersepsikan oleh seorang karyawan terkait dengan

kompensasi yang diberikan kepada karyawan lain untuk jenis pekerjaan dan dalam

organisasi yang sama. Berikut penjelasan hadis mengenai keadilan dalam kompensasi.

‫ْج َعن َْز ْي ِد بْن ِأَسْ َل َم َعنْ أَ ِبي ِه َعنْ ُع َم َر‬ ِ ‫َح َّد َث َنا ُس ْف َيانُ بْن َُوكِيع ٍَح َّد َث َنا م َُحمَّد ُبْن ُ َب ْك ٍر َعنْ اب‬
ٍ ‫ْن ج َُري‬
ُ َ ‫أَنَّ ُه َف َر‬
‫ْن ُع َم َر فِي َثاَل َث ِة آاَل فٍ َقا َل‬ ِ ‫ض ِل َع ْب ِدهَّللا ِ ب‬ َ ‫س مِا َئ ٍة َو َف َر‬ ِ ‫ض ِل أ َسا َم َة بْن َِزيْد ٍفِي َثاَل َث ِة آاَل ف ٍَو َخ ْم‬
َ ‫ ٍ َقال َأِل َنَّ َزي ًْدا َك‬/‫َّف َوهَّللا ِ َما َس َب َقنِيإِلَى َم ْش َهد‬
/ِ ‫ان أَ َحبَّإِلَى َر ُسواِل هَّلل‬ َ ‫ت أ ُ َسا َم َة َعلَي‬َ ‫َع ْب ُدهَّللا ِ بْنُ ُع َمر َأِل َ ِبي ِه لِ َم َفض َّْل‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم مِن ْ َك َفآ َثرْ ُتحُب‬ ُ
َ ِ ‫ان أ َسا َم ُة أَ َحبّ َإِلَى َر ُسواِل هَّلل‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَيْه َِو َسلَّ َم مِنْ أَ ِبي َكو َ َك‬ َ
َ
‫احدِيث َح َس غ ِريب‬ٌ‫ن‬ ٌ َ َ َ َّ
َ ‫م َعلى ُحبِّي قال َ َهذ‬/َ ‫ُ َعليْه َِو َسل‬ َ ‫هَّللا‬ ‫صلى‬ َّ ‫هَّللا‬
َ ِ ‫ُول‬ ِ ‫ََّرس‬

Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Waki' telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Bakr dari Ibnu Juraij dari Zaid bin Aslam dari ayahnya dari Umar
bahwa dia memberi tunjangan (dalam kekuasaannya) kepada Usamah bin Zaid
sebesar tiga ribu lima ratus dan memberi tunjangan Abdullah bin 'Amru sebesar tiga
ribu. Maka Abdullah bin 'Umar protes kepada ayahnya, katanya; "Kenapa anda
melebihkan Usamah dariku? Demi Allah, padahal aku lebih dahulu ikut dalam
peperangan." Umar berkata; "Karena Zaid adalah orang yang paling dicintai oleh
Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam daripada ayahmu, sedangkan Usamah lebih
dicintai oleh Rasulullahshallallahu 'alaihiwasallam daripada dirimu, oleh karena itu
aku lebih mendahulukan kecintaan Rasulullahshallallahu 'alaihiwasallam daripada
kecintaanku." Perawi (Abu Isa) berkata; "Hadits ini adalah hadits hasan gharib."
(TIRMIDZI - 3749).

Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat Islam, keluhuran sikapnya memberi

kekuatan untuk mengambil hati umatnya. Oleh sebab itu, Umar melebihkan tunjungan

sebesar tiga ribu lima ratus kepada Usamah, sedangkan kepada Abdullah anaknya hanya

diberi tiga ratus ribu. Hal itu dikarenakan Usamah lebih dicintai Rasulullah SAW daripada

Abdullah. Umar pun lebih mendahulukan kecintaan Rasulullah SAW daripada kecintaannya

sendiri.

Dari keterangan hadis di atas, kompensasi yang diberikan harus sesuai dengan posisi

seseorang dalam organisasi. Kompensasi yang lebih tinggi diberikan kepada orang yang

memiliki posisi struktural lebih tinggi. Untuk itu, setiap perusahaan atau organisasi dalam

memberikan kompensasi kepada setiap karyawan harus diusahakan adil. Untuk dapat

menetapkan kompensasi yang adil, maka perusahaan atau organisasi tersebut harus

mengategorikan tugas-tugas dalam beberapa bagian menurut penilaian kerjanya.

Tujuan Pemberian Kompensasi


Banyak kasus sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas keluar setelah diperoleh

dengan susah payah akibat sistem kompensasi yang tidak menarik. Kompensasi bertujuan

bukan hanya untuk memperoleh sumber daya manusia, tetapi juga untuk mempertahankan

sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tersebut.


Tujuan pemberian kompensasi pada umumnya adalah sebagai alat pemelihara dan

motivasi, agar karyawan tetap memberikan komitmennya kepada perusahaan. Tujuan

pemberian kompensasi (balas jasa) adalah:11

1. Pemenuhan kebutuhan ekonomi. Karyawan menerima kompensasi berupa upah, gaji

atau bentuk lainnya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-

hari/ekonomi. Dengan adanya kepastian menerima upah atau gaji tersebut secara

periodik, berarti adanya jaminan economic security bagi dirinya dan keluarga yang

menjadi tanggung jawabnya.

2. Meningkatkan produktivitas kerja. Pemberian kompensasi yang makin baik akan

mendorong karyawan bekerja secara produktif.

3. Memajukan organisasi/perusahaan. Semakin berani suatu organisasi memberikan

kompensasi yang tinggi, semakin menunjukkan suksesnya organisasi tersebut, sebab

pemberian kompensasi yang tinggi hanya mungkin apabila pendapatan

organisasi/perusahaan yang digunakan untuk itu makin besar.

4. Menciptakan keseimbangan dan keahlian. Ini berarti bahwa pemberian kompensasi

berhubungan dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh karyawan pada jabatan,

sehingga tercipta keseimbangan antara input (syarat-syarat) dan output. Berikut hadis

yang menerangkan hal di atas.

‫ث َح; َّدثَنَا ُش; ْعبَةُ ع َْن أَبِي نَ َعا َم; ةَ ع َْن َع ْب ِدهَّللا ِ ْب ِن‬ِ ‫;ار‬ِ ;‫ص ُ;م بْنُ النَّضْ ِرالتَّ ْي ِم ُّي َح َّدثَنَا خَالِد ُبْنُ ْال َح‬ِ ‫وح َّدثَنَاعَا‬
َ
‫ص; ِّل‬ ْ
َ َ‫صاَل ةَع َْن َوقتِهَ;;ا ف‬ َّ ‫ُون ال‬ ;َ ‫ُؤَخر‬ َ َ
ِّ ‫ال َك ْيفَ أ ْنت َالَ َك ْيفَ أ ْنتَ إِ َذا بَقِيتَفِي قَوْ م ٍي‬ َ
َ َ‫ت ع َْن أبِي َذ ّر ٍقَال َق‬ِ ‫الصَّا ِم‬
‫َازيَا َدةُ خَ يْر‬ َ َ‫صاَل ةُ ف‬ ُ ُ ْ
ْ ‫صاَل ةَ لِ َوقتِهَا; ث ّم َإِ ْن أقِي َم‬
ِ ‫ص ّل ِ َم َعهُ ْم فَإِ َّن ه‬ َّ ‫ت ال‬ َّ ‫ٍ ال‬
Dan telah menceritakan kepada kami 'Ashim bin Nadhr At Taimi telah
menceritakan kepada kami Khalid bin Harits telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dari Abu Nu'amahdari Abdullah bin Shamit dari Abu Dzar katanya;
"Bagaimana kalian? –atau dengan redaksi lain- "Bagaimana kamu bila masih hidup
ditengah-tengah suatu kaum yang suka menunda-nunda shalat dari waktunya?
Tunaikanlah shalat tepat pada waktunya, jika shalat telah diiqamati, (sedangkan

11
Kadarisman, Manajemen Kompensasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2012, Hal. 78
kamu telah shalat) maka tunaikanlah shalat bersama mereka, sebab yang demikian
adalah tambahan (bonus) kebaikan (untukmu)" (MUSLIM - 1032).

Hadis di atas menjelaskan tentang menunaikan sholat tepat pada waktunya. Seseorang

dianjurkan untuk menunaikan sholat dengan berjama’ah, meskipun sudah menunaikan sholat

munfarid. Dengan berjama’ah, derajat yang didapatkan lebih banyak dibanding sendirian. Hal

itu merupakan tambahan (bonus) sebagai suatu kebaikan. Dalam perusahaan atau organisasi,

bonus yang diberikan berdasarkan perhitungan progresif. Artinya, semakin lama seorang

karyawan mampu memproduksi barang dalam jumlah besar, semakin besar pula bonus yang

diterimanya untuk setiap kelebihan produk yang dihasilkan.

Tujuan pemberian kompensasi di atas bukan sebagai aturan, tetapi hanya sebagai

pertunjuk. Untuk memenuhi tujuan tersebut, terdapat tiga fase dalam pemberian kompensasi,

yaitu:12

1. Fase identifikasi dan studi pekerjaan. Mengevaluasi setiap pekerjaan dengan

menggunakan informasi analisis pekerjaan untuk menjamin keadilan internal yang

didasarkan pada nilai relatif karyawan.

2. Fase keadilan internal. Melakukan survei upah dan gaji untuk menetapkan

ketidakadilan eksternal didasarkan pada upah di pasar kerja.

3. Fase keadilan eksternal. Menilai harga setiap pekerjaan untuk menentukan upah

(pembayaran) didasarkan keadilan internal dan eksternal.

Pada prinsipnya, tujuan sistem balas jasa itu sendiri secara umum adalah untuk

menarik, mempertahankan, dan memotivasi sumber daya manusia berkualitas dapat tercapai.

Manajemen SDM perlu mempertimbangkan penawaran dan permintaan SDM. Jika terdapat

kelebihan penwaran, maka pihak manajemen dapat memberikan tingkat imbalan yang relatif
12
Yani, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), hlm. 141&142.
rendah. Tetapi, jika terdapat kelebihan permintaan, maka manajemen dapat memberikan

tingkat imbalan lebih tinggi. Pada umumnya, pencapaian tujuan memotivasi sumber daya

manusia bergantung pada dasar sistem balas jasanya. Sistem balas jasa itu berdasarkan

kinerja dan kompetensi yang dimotivasi masing-masing dalam peningkatan kinerja dan

peningkatan keterampilan atau keahlian SDM.

Penerapan sistem kompensasi merupakan dasar bagi karyawan untuk mengetahui

porsi kompensasi yang akan diterimanya apabila karyawan di dalam melaksanakan tugas

disertai kemampuan dan pengetahuan yang baik. Besarnya balas jasa telah ditentukan dan

diketahui sebelumnya, sehingga karyawan secara pasti mengetahui besarnya balas jasa atau

kompensasi yang akan diterimanya. Pemberian kompensasi tersebut memang merupakan

hasil penjualan tenaga para karyawan terhadap organisasi atau perusahaan. Namun, hal ini

mengandung pengertian, bahwa para karyawan telah memberikan segala kemampuan

kerjanya pada organisasi. Organisasi sewajarnya menghargai jerih payah karyawan tersebut

dengan cara memberi kompensasi yang sesuai dengan kinerjanya. Kompensasi tersebut akan

dipergunakan karyawan yang bersangkutan bersama keluarganya untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Besarnya kompensasi tersebut adalah mencerminkan status,

pengakuan, dan tingkat pemenuhan kebutuhan yang dinikmati oleh karyawan beserta

keluarganya.

Di sini letak pentingnya kompensasi bagi karyawan sebagai pihak yang telah

menunjukkan kinerjanya bagi tujuan organisasi tempat ia bekerja. Tujuan utama pemberian

kompensasi adalah untuk mencari nafkah, sehingga karyawan tersebut bersama keluarganya

dapat hidup dari hasil kerja tersebut. Dengan kata lain, karyawan mau bekerja disebabkan

merasa bahwa dengan bekerja itu pegawai akan mendapat kompensasi sebagai sumber rezeki

untuk menghidupi dirinya beserta keluarganya. Oleh sebab itu, sasaran organisasi untuk

memberikan kompensasi kepada para karyawannya adalah agar mereka merasa terjamin
sumber nafkahnya. Selanjutnya, pemberian kompensasi adalah sebagai balas jasa yang

dilakukan organisasi terhadap para karyawannya.

Kompensasi bukan saja dapat menguntungkan para karyawan, tetapi juga organisasi

atau perusahaan, yaitu organisasi akan merasa puas telah berbuat sesuatu yang terbaik bagi

karyawannya. Hal ini dapat ditempuh oleh organisasi atau perusahaan, karena kondisi

organisasi atau perusahaannya juga semakin sehat dan berkembang. Dengan demikian,

organisasi atau perusahaan yang selalu tepat waktu dan tepat jumlah dalam pemberian

kompensasi akan membuat semakin kokoh hubungan antara kedua belah pihak, yaitu akan

menimbulkan rasa saling membutuhkan. Ditinjau dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu

Dzar bahwa Rasulullah s.a.w bersabda:

“Mereka (para budak dan pelayanmu) adalah saudaramu, Allah menempatkan


mereka di bawah asuhanmu; sehingga barang siapa mempunyai saudara di bawah
asuhannya maka harus diberinya makan seperti apa yang dimakannya (sendiri) dan
memberi pakaian seperti apa yang dipakainya (sendiri); dan tidak membebankan
pada mereka dengan tugas yang sangat berat, dan jika kamu membebankannya
dengan tugas seperti itu, maka hendaklah membantu mereka
(mengerjakannya).”(HR. MUSLIM).

Hubungan antara atasan dengan karyawan bukan hanya sebatas hubungan pekerjaan

formal, tetapi karyawan sudah dianggap merupakan keluarga atasan. Konsep yang

menganggap karyawan sebagai keluarga atasan merupakan konsep Islam yang telah

disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW lebih dari 14 abad yang lalu. Konsep ini dipakai

oleh pengusaha-pengusaha Arab pada masa lalu. Mereka (pengusaha muslim) seringkali

memperhatikan kehidupan karyawannya di luar lingkungan kerjanya.

Penutup

Kompensasi merupakan salah satu fungsi yang penting dalam Manajemen

Sumberdaya Manusia. Kompensasi adalah apa yang seorang karyawan/ pegawai/ pekerja
terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya. Kompensasi merupakan hal yang

penting bagi individu karyawan, karena besarnya kompensasi yang mereka terima merupakan

cermin nilai prestasi kerja mereka di antara para karywan itu sendiri, keluarga dan

masyarakat.

Organisasi yang menerapkan prinsip keadilan dalam pengupahan mencerminkan

organisasi yang dipimpin oleh orang-orang bertaqwa.  Konsep adil ini merupakan ciri-ciri

organisasi yang bertaqwa. Prinsip utama keadilan terletak pada kejelasan aqad (transaksi) dan

komitmen melakukannya. Aqad dalam perburuhan adalah aqad yang terjadi antara pekerja

dengan pengusaha. Adil bermakna jelas dan transparan, adil bermakna proporsional, dan

kelayakan (kecukupan).

Tujuan pemberian kompensasi terhadap karyawan, agar perusahaan dapat menarik,

mendorong, mempertahankan karyawan agar tetap bekerja di perusahaan tersebut dan dapat

berproduktivitas yang tinggi.

Banyak faktor yang mempengaruhi besar/kecilnya tingkat upah/kompensasi. Hal ini

perlu mendapat perhatian supaya prinsip pengupahan adil dan layak lebih baik dan kepuasan

kerja sama tercapai.


DAFTAR PUSTAKA

Basyir, Ahmad Azhar. 2000. Negara dan Pemerintahan dalam Islam. Yogyakarta: UII Pres.

Kadarisman, M. 2012. Manajemen Kompensasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Riani, Asri Laksmi. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Masa Kini. Yogyakarta:
GRAHA ILMU.

Saydam, Ghozali. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Djambatan.

Siagian, Sondang P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Shihab, M. Quraish. 2006. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Kesserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati.

Suhendra dan Murdiyah Hayati. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: UIN
Jakarta Press.

Swasto, Bambang. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang: UB press.

Yani, M. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai