QIRADH
ABDUL HASANI
MUHAMMAD APRIANSYAH
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Dalam makalah fiqih muamalah ini kami akan
membahas mengenai “QIRADH”.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu
kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................................................
Daftar
isi...............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.3 tujuan.................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 pengertian......................................................................................................................
Kesimpulan............................................................................................................................
Saran...........................................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan ekonomi (Qiradh) sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari bahkan tanpa disadari,
seperti jual-beli, utang piutang, dan pinjam-meminjam, dan hal itu sering kita lakukan. Meminjamkan
sesuatu berarti memberikan pertolongan kepada orang yang meminjam. Allah swt. Berfirman dalam
surah al-ma’un yang menegaskan bahwa di antara ciri orang yang mendustakan agama Allah, mereka
enggan (menolong dengan) barang berguna.
Pelaksanaan atau pemberian pinjam meminjam dari satu pihak kepada pihak lain merupakan suatu
usaha Taqarrub kepada Allah. Dan merupakan hablun Minannas atau bentuk kasih sayang kepada
manusia. Karena bagaimanapun kita tidak bisa hidup sendiri diatas bumi Allah. Dalam pinjaman itu
memberikan banyak kemudahan dan keringanan kepada yang membutuhkannya.
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN QIRADH
Qirad berasal dari kata al-qardhu yang artinya "potongan". Hal tersebut dikarenakan pemilik
memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan mendapatkan sebagian keuntungannya
Menurut hukum islam, qirad merupakan kontrak atau perjanjian antara pemilik modal dan kelompok
lainnya untuk melakukan kerja sama. Kerja sama tersebut bermaksud untuk berbagi keuntungan untuk
kedua belah pihak.
Dapat disimpulkan bahwa Qiradh adalah memberikan model kepada orang lain dengan tujuan untuk
melakukan usaha, sedangkan keuntungan dibagi antara yang meminjamkan dan yang dipinjamkan
sesuai dengan kecepatan.
Contoh Qiradh yaitu jika kalian ingin berdagang baju membutuhkan modal RP 10 juta, tetapi tidak
memiliki uang. Sementara itu teman kalian memiliki uang lalu meminjamkannya. Syaratnya, jika kalian
mendapat keuntungan dari menjual baju itu, keuntungan dibagi dua. Hal tersebut hukumnya mubah
(boleh).
البيع الى اجل والمقار ضة وخلط البر بالشعير للبيت: ثالث فيهن البر كة: عن سحيب رضي هللا عنه ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال
) وال للبي( رواه ابن ماجه
Artinya : " dari suaiba R.A., bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda : ada tiga perkara yang diberkati jual
beli yang ditangguhkan, memberi modal, dan mencampur gandum dengan jelai untuk keluarga bukan
untuk dijual." ( H.R. Ibnu Majah).
2.2 SYARAT QIRADH
a. Barang yang akan diserahkan sebagai modal harus berupa.
b. Orang yang melakukan harus cukup umur dan berakal sehat. Anak kecil dan orang
e. Menghafalkan ijab dari pemilik modal, misalnya "aku serahkan uang ini kepadamu
untuk dagang, jika ada keuntungan akan dibagi dua." Selanjutnya, qabul dari
pengelola. Menghafal hijab tidak hanya melalui perkataan, tetapi bisa berbentuk
f. Bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelolah harta untuk berdagang di
b. Orang yang dititipkan modal, yaitu orang yang bekerja dalam melakukan
Usaha.
c. Akad qirot, dilakukan oleh pemilik dengan pengolah barang. Akad ini tidak
harus dalam bentuk perkataan, tetapi juga bisa dalam bentuk surat perjanjian
Atau lainnya.
f. Keuntungan
2.4 LARANGAN BAGI ORANG YANG MENJALANKAN QIRADH
a. Melanggar perjanjian atau akad Qiradh.
Qiradh seperti ini dilakukan oleh perorangan dengan cara bagi hasil dan sudah ada sejak
zaman nabi Muhammad Saw. bahkan sebelum Islam datang, qiradh dalam bentuk ini dilakukan
oleh umat manusia. Contoh: nabi Muhammad Saw. sebelum diangkat menjadi rasul pernah
menjalankan perdagangan dengan sistem qiradh dengan Siti Khadijah. Rasulullah Saw. selaku
pelaku usaha, sedangkan Khadijah sebagai pemilik modal. Qiradh bentuk sederhana ini sampai
sekarang masih dipraktikkan di perkotaan maupun pedesaan.
Kredit candak kulak ialah pinjaman modal yang diberikan kepada para pedagang kecil dengan
sistem pengambilan sekali dalam seminggu dan tanpa tanggungan atau jaminan, biasanya
kredit candak kulak dilakukan oleh KUD. Kredit jenis ini bertujuan untuk membantu masyarakat
kecil agar dapat memiliki jenis usaha tertentu, misalnya berjualan makanan ringan, membuat
tempe kedelai, atau usaha lain yang memerlukan biaya relatif ringan. Dengan cara ini,
diharapkan mereka suatu saat nanti dapat terangkat dari masyarakat prasejarah menjadi
sejahtera dan tidak menggantungkan nasibnya kepada orang lain.
KMKP dilaksanakan baik oleh bank negara maupun bank swasta. Pada saat ini, kredit jenis ini
sudah tidak ada, yang ada sekarang adalah KUK ( Kredit Usaha Kecil ). Kredit ini hanya melayani
masyarakat yang sudah mampu sehingga lebih bersifat pengembangan usaha yang sudah ada.
Oleh sebab itu, sasaran yang dibina juga terbatas
Qiradh dapat dilaksanakan dengan benar jika telah memenuhi syarat dan
rukunnya. Antara yang memberi modal dan yang diberi modal harus mengadakan
akad dengan kesepakatan yang sejelas-jelasnya. Untuk itu, harus ada bukti
pencatatan kesepakatan yang dibuat, baik berupa surat perjanjian maupun
bentuk lain, agar di kemudian hari salah satu pihak tidak ada yang dirugikan.
Qiradh menjadi batal jika tidak terpenuhi salah satu rukun atau beberapa
syaratnya. Apabila pengolah menggunakan model tidak sesuai dengan
kesepakatan, kemudian di lain waktu ia mengalami kerugian, maka pengolah
wajib bertanggung jawab karena dialah penyebabnya. Apabila salah satu pihak
dari pemilik modal atau pengolah modal meninggal dunia maka Qiradh menjadi
batal.
Akad Qiradh adalah akad tamlik (pemilikan) karena Qiradh dibolehkan pada
orang yang layak menggunakan harta dan tidak sah kecuali dengan ijab Kabul,
seperti akad jual beli dan hibah. Akad Qiradh dinyatakan sah jika digunakan
dengan lafal Qiradh, salaf, dan kata yang memiliki kesamaan makna.
Adapun bagi pihak yang menerima Qiradh dibolehkan mengembalikan harta
tersebut dengan nilai yang sama atau harta barang itu sendiri, serupa atau tidak,
selagi tidak terdapat perubahan, penambahan, atau pengurangan. Namun, jika
terjadi perubahan, wajib mengembalikan yang sama.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi, Dalam pengertian asal katanya Qiradh berarti Al-Qith’u (cabang)
atau potongan. Sedanngkan yang dimaksud Qiradh disini adalah harta
yang biberikan seseorang pemberi Qiradh kepada orang yang
diqiradhkan untuk kemudian dia memberikannya setelah mampu.
Rukun Qiradh:
3. Pemanfaatan/penggunaannya
4. Keuntungan
Macam-macam Qiradh:
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
[5] Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, AMZAH, Jakarta, hlm. 273-
274
[6] Abdul Aziz Muhammad Azzam, Op.Cot. hlm. 246
[7] http://ridwansimpasai.blogspot.com/2011/11/makalah-pinjam-
meminjam-qiradh.html
[8] Rahmat Syafe’i. MA, Fiqh Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, hlm.
155
[11] http://ridwansimpasai.blogspot.com/2011/11/makalah-pinjam-
meminjam-qiradh.html
[12] http://galisbangkalan.blogspot.com/2010/08/qirad.htmls