Anda di halaman 1dari 17

PERIKATAN DAN PERJANJIAN (‘UQUD)

Makalah ini Melengkapi Mata Kuliah Fiqh Muamalah

Dosen Pembimbing : Cut Kaslinda, S.H.I.,M.Ag

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Tety Rosmely (180603211)

Husnun Nisak (180603136 )

Julia Rahma (180603037)

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRRY

2019/2020

DARUSSALAM,ACEH BESAR
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, Baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, siningga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Fiqh
Muamalah dengan judul “PERIKATAN DAN PERJANJIAN”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.Untuk itu
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah yang lebih
baik. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian ,semoga makalah ini dapat bermanfaat .Terima kasih.

Aceh Besar , 9 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................... 1

1.3 Tujuan Rumusan Masalah.............................................. 2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul Akad.............................................................. 3

2.2 Pengertian Akad............................................................. 4

2.3 Rukun-Rukun Akad........................................................ 5

2.4 Syarat-Syarat Akad......................................................... 7

2.5 Macam- Macam Akad.................................................... 8

2.6 Ilzam Dan Iltizam........................................................... 8

2.7 Pengertian dan Macam-Macam Khiyar........................ 10

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................... 12

3.2 Saran............................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan antar sesamanya guna
pemenuhan kebutuhan hidup yang beragam, itulah manusia. Fiqih muamalah
merupakan segala peraturan yang diciptakan Allah swt. untuk mengatur tata
kehidupan hubungan manusia dengan manusia lain. Salah satu dari ruang lingkup
fiqih muamalah yang beragam sesuai dengan pembagiannya adalah pembahasan
tentang ‘uqud (perikatan dan perjanjian). Sesuatu yang mengacu terjadinya dua
perjanjian atau lebih, yaitu bila seseorang mengadakan janji kemudian ada orang
lain menyetujui janji tersebut serta menyatakan pula suatu janji yang berhubungan
dengan janji yang pertama, maka terjadilah perikatan dua buah janji ('ahdu) dari
dua orang yang mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain disebut
perikatan (‘aqad).

Selain itu akad merupakan suatu perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua
orang atau lebih berdasarkan keridhaan masing-masing. Sebelum membahas lebih
lanjut tentang fungsi akad, rukun-rukun serta syarat-syaratnya, pembagian atau
macam-macam akad secara spesifik, akan dijelaskan teori akad secara umum yang
nantinya akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan akad-akad lainnya secara
khusus dan kita pun dapat mengetahui akibat dari hukum akad tersebut. Maka dari
itu, dalam makalah ini saya akan mencoba untuk menguraikan mengenai berbagai
hal yang terkait dengan akad dalam pelaksanaan muamalah di dalam kehidupan
kita sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Asal Usul Akad ?


2. Apa Pengertian Akad ?
3. Apasaja Rukun –Rukun Akad ?
4. Apasaja Syarat-Syarat Akad?
5. Apa Saja Macam-Macam Akad ?
6. Apa Itu Ilzam Dan Iltizam ?
7. Apa itu Khiyar dan apa macam-macamnya?

1
1.3 Tujuan Rumusan Masalah

1. Mengetaui Bagaimana Asal-Usul Akad.


2. Mengetaui Apa Pengertian Atau Definisi Daripada Akad.
3. Mengetaui Apa Saja Rukun-Rukun Daripada Akad.
4. Mengetaui Apa Saja Syarat-Syarat Daripada Akad.
5. Mengetaui Apa Saja Macam-Macam Akad.
6. Mengetaui Pengertian Ilzam dan Iltizam.
7. Mengetaui apa pengertian dan macam-macam khiyar

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul Akad

Syariat Islam mengajarkan kepada manusia agar menjalankan segala


aktivitasnya berdasarkan aturan yang telah ditentukankan oleh Allah SWT,dan
Rasul-Nya.Begitupun dalam men-thasarruf-kan (menjalankan) kegiatan
Muamalah,hendaknya berdasarkan tata cara yang baik dan diridhai oleh Allah
SWT.

Sebagaimana diketaui, bahwa akad merupakan bagian dari macam-macam


thasarruf.Adapun yang dimaksud dengan Thasarruf ialah :

‫لُك ٌّ َما ي َ ُصدُ ُر ِم ْن خَش ْ ِس اِب ِ َرا َد ِت ِه َو ُي َر ِت ّ ُب عَلَ ْي ِه الرِّش ْ ُع ن َ َتا ب َِح ُح ُق ْو ِقيَّ ٍة‬.
“Segala yang keluar dari seseorang manusia dengan kehendaknya dan
syara’ menetapakan beberapa haknya”

Thasarruf terbagi menjadi dua,yaitu:

1.Thasarruf Fi’li.

Thasarruf Fi’li ialah usaha yang melakukan manusia dengan tenaga


dan badannya selain lidahnya.Contohnya memanfaatkan tanah yang
tandus,menerima barang dalam jual beli,merusak benda orang lain.

2. Thasarruf Qauli.

Thasarruf yang keluar dari lidah manusia.Dan Thasarruf ini dibagi


menjadi dua ,yaitu thasarruf qauli ‘aqdi dan thasarruf qauli bukan ‘aqdi.

a. Thasarruf Qauli ‘Aqdi

Thasarruf ini memeliki makna yaitu:

‫َما ي َ َت َك َّو ُن ِم ْن ْقو لَنْي ِ ِم ْن َجا ن َ ِبنْي َ يَ ْر تَب َِطا ِن‬


“ Sesuatu yang dibentuk dari dua ucapan kedua belah pihak yang berhubungan”

3
Contohnya ialah seperti jual beli,sewa-memyewa,dan perkongsian.

b. Thasarruf Qauli Bukan ‘Aqdi

Thasarruf ada dua macam,yaitu :

1) Merupakan pernyataan pengadaan suatu hak atau mencabut suatu


hak, seperti : wakaf, Talak, dan memerdekakan.
2) Tidak menyatakan suatu kehendak , tetapi dia mewujudkan
tuntunan-tuntunan hak.Seperti : Gugatan, Iqrar, Sumpah untuk
menolak gugatan, (Jenis yang kedua ini tak ada ‘akad,tetapi
semata perkataan)

2.2 Pengertian Akad

Secara etimologi (bahasa), ‘uqud ataupun akad memiliki beberapa arti,


yaitu: mengikat (ar-rabthu), sambungan (aqdatun), dan Janji (
Al-‘Ahdu).Sebagaimana dijelaskan oleh Allah :

‫ اَي َ هُّي َا اذَّل ِ ْي َن َءا َمنُ ْوا ُا ْوفُ ْو ا اِب لْ ُع ُق ْو ِد‬......


Artinya :

“ Hai orang-orang yang beriman tepatilah janji-janji mu......”

{ QS. Al-Maidah : 1}

Istilah ‘ahdu dalam Al-Qur’an mengacu kepada pernyataan


seseorang mengerjakan sesuatu dan tidak yang ada sangkut pautnya dengan orang
lain. Perkataan ‘aqdu tersebut mengacu terjadinya dua perjanjian atau lebih, yaitu
bila seseorang mengadakan janji kemudian ada orang lain yang menyetujui janji
tersebut , serta menyatakan pula suatunjanji yang berhubungan dengan janji yang
pertama. Terjadinya perikatan dua buah janji (‘ahdu) dari dua orang yang
mempunya hubungan antara yang satu dengan yang lain, disebut dengan perikatan
(‘aqad).

4
Dari uraian diatas dapat dicermati, bahwa setiap ‘aqdi ( persetujuan)
mencakupi 3 tahap, yaitu:

a) Perjanjian (‘Ahdu)
b) Persetujuan dua buah perjanjian atau lebih
c) Perikatan (‘aqdu)

Menurut istilah (terminologi), yang dimaksud dengan akad adalah

‫وتَنْشَ َا َع ْن ُه ِالْزِت َ ا َما ِت تَ ُق ْو ُم ْوا بَيْهَن ُ َما‬,َ ِ ‫َالْ َع ْقدُ ه َُو التَّرْص ِ يْ ُف اذَّل ِ ْى بَنْي َ َط َر فَنْي‬
“ Aqad adalah tasharruf antara dua pihak dan timbul ikatan-ikatan atau
kewajiban-kewajiban yang dipelihara oleh keduanya “ (Yusuf Musa,1985:332)

Dan dalam definisi lain ‘akad dikemukakan :

“Perikatan ijab kabul yang dibenarkan syara’ yang menetapkan keridhaan


kedua belah pihak”

Akad menurut terminologi disebut dengan kata lain , yaitu serah terima.

2.3 Rukun-Rukun Akad

Sebagaimana diketaui, bahwa akad merupakan suatu perbuatan yang


sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih berdasarkan keridhaan masing-masing,
maka timbul bagi kedua belah piahk hak dan ijtihad oleh akad tersebut. Adapun
rukun-rukun akad ialah:

a) ‘Aqid (Orang yang Berakad)

Terkadang masing- masing pihak terdiri atas satu orang, dan terkadang
terdiri atas beberapa orang . Misalnya penjual dan pembeli beras di pasar biasanya
masing-masing pihak satu orang, ahli waris sepakat untuk memberikan sesuatu
kepada pihak yang lain yang terdiri atas beberapa orang. Seseorang yang berakad ,
terkadang merupakan orang yang memiliki hak ( aqid ashli ) dan terkadang
merupakan wakil dari yang memiliki hak.

5
b) Ma’qud ‘Alaih (Benda-Benda yang Diakadkan ).

Benda-benda yang diakadkan, seperti benda-benda yang dijual dalam akad


jual beli, dalam akad hibah (pemberian), dalam akad gadai, utang yang dijamin
seseorang dalam akad kafalah.

c) Maudhu ‘Al’aqad ( Maksud Mengadakan Akad).

Berbeda akad maka berbedalah tujuan pokok sebuah akad. Dalam Akad jual
beli tujuan pokoknya ialah memindahkan barang dari penjual kepada pembeli
dengan diberi ganti. Dan lain sebagainya.

d) Shigat Al-‘Aqad ( Ijab dan Kabul).

Ijab adalah permulaan penjelasan yang keluar salah seorang yang berakad
sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad. Sedangkan kabul adalah
perkataan yang keluar dari pihak berakad pula, yang diucapkan setelah adanya
akad. Misalnya seseorang yang berlangganan majalah PANJIMAS , pembeli
mengirikan uang melalui pos wesel dan pembeli menerima majalah tersebut dari
petugas pos.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam shigat al-‘aqad ialah
sebagai berikut :

1. Ijab dan kabul nya harus jelas disegi pengertiaannya.

Contoh, kalimat “Aku Serahkan Barang ini “,Kalimat tersebut


belum jelas diakarenakn masih menimbulkan pertanyaan apakah benda tersebut
diserahkan sebagai pemberiaan kah, penjualan kah ataupu titipan. Jadi yang
sebetulnya ialah “ Aku serahkan benda ini kepada mu sebagai hadiah atau
sebagai pemberian”,sedangkan kaliamat ini sudah benar dikarenakan tidak
menimbulkan pertanyaan lagi.

2. Ijab dan kabul nya harus sesuai.

6
Tidak anara ijab dan kabul itu berbeda lafaz nya ataupu tidak
sesuai, misalnya sipemberi mengatakan “ saya beri barang ini untuk anda
sebagai titipan”, akan tetapi sipenerima mengatakan “saya teriama barang ini
sebagai pemberian “. Adanya kesilampungan dalam ijab dan kabul maka akan
menimbulkan persengketaan.

3. Menggambarkan Kesungguhan kemauan dari pihak pihak yang


bersangkutan, tidak terpaksa dan tidak karena diancam atau ditakut-
takuti oleh orang lain, karena dalam ijab kabul harus ada namanya
saling merasa ridha dan suka rela.

2.4 Syarat-Syarat Akad

Para ulama fiqh menetapkan adanya beberapa syarat umum yang harus
dipatuhi dalam suatu akad, disamping setiap akad juga mempunyai syarat-syarat
khusus. Setiap pembentuk aqad atau ikatan mempunyai syarat yang ditentukan
syara’ dan wajib disempurnakan. Adapun syarat terjadinya akad ada dua macam,
sebagai berikut:

1) Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat yang wajib sempurna


wujudnya dalam berbagai akad.

a. Pihak-pihak yang melakukan akad ialah dipandang mampu bertindak


menurut hukum (mukallaf)

b. Objek akad itu diketaui oleh syara’.Objek akad ini harus memenuhi syarat:

1. Berbentuk harta.

2. Dimiliki oleh seseorang.

3. Bernilai menurut syara’.

c. Akad itu tidak dilarang oleh nash syara’.

7
d. Akad yang dilakukan itu memenuhi syarat-syarat khusus akad yang
bersangkutan, disamping harus memenuhi syarat umum.

e. Akad itu bermanfaat.

f. Ijab tetap utuh sampai terjadi kabul.

2) Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat wujudnya wajib ada dalam
sebagian akad. Syarat khusus ini bisa juga disebut dengan idhafi
(tambahan) yang harus ada di samping syarat-syarat yang umum, seperti
syarat adanya saksi dalam pernikahan.

Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam bebrbagai akad, adalah


sebagai berikut :

a. Kedua orang yang melakukan akad harus cakap bertindak ( ahli ).Tidah sah
akad orang yang tidak cakap bertindak, seperti orang gila, orang yang
berada dibawah pengampuan (mahjur) karena boros atau yang lainnya.

b. Objek akad dapat menerima hukumnya.

c. Akad itu diizinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak
melakukannya walaupun dia bukan aqaid yang memiliki barang.

d. Bukan akad yang dilarang oleh syara’, seperti jual beli.

e. Akad dapat memberikan aidah, sehinnga tidaklah sah bila rahn diaanggap
sebagai imbangan amanah.

f. Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadinya kabul,maka apabila
orang yang berijab menarik kembali ijabnya maka batallah ijabnya itu.

g. Ijab dan kabul mesti bersambung, sehingga bila seseorang yang berijab
sudah berpisah sebelum adanya kabul, maka ijab tersebut menjadi batal.

8
2.5 Macam-Macam Akad

Setelah dijelaskan syarat- syarat akad, pada bagian ini akan dijelaskan
macam-macam akad, yaitu :

1. ‘Aqad Munjiz

‘Aqad munjiz adalah akad yang dilaksanakan langsung pada waktu


selesainya akad. Pernyataan akad yang diikuti dengan pelaksanaan akad ialah
tidak disertai dengan syarat-syarat dan tidak pula ditentukan waktu pelaksanaan
setelah adanya akad.

2. ‘Aqad Mu’alaq

‘Aqad mu’alaq ialah akad dalam pelaksanaannya terdapat syarat-


syarat yang telah ditentukan dalam akad, misalnya penentuan penyerahan
barang-barang yang diakadkan setelah adanya pembayaran.

3. ‘Aqad Mudhaf

‘Aqad mudhaf adalah akad dalam pelaksanaannya terdapat syarat-


syarat mengenai pengulangan pelaksanaan akad, pernyataan yang pelaksanaanya
ditangguhkan hingga akhir waktu yang ditentukan.

2.6 Ilzam dan Iltizam

Ilzam ialah pengaruhumum bagi setiap akad. Ada juga yang menyatakan
bahwa ilzam ialah ketidakmungkinan bagi yang melakukan akad yang melakukan
akad yang mencabut akadnya secara sepihak tanpa persetujuan pihak lain.

Setiap akad dipastikan memiliki dua akad, yaitundampak khusus dan


dampak umum. Dampak khusus adalah hukum akad, yakni hukum asli dalam
pelaksanaan suatun akad atau maksud utama dilaksankannya suatu akad, seperti
pemindahan kepemilikan dalam hal jual beli, hibah, wakaf, upah, dan lain-lain.

9
Sedangkan dampak umum adalah segala sesuatu yang mengiringi setiap atau
sebagian besar akad,baik dari segi umum baikpun hasil.

Iltizam adalah keharusan mengerjakan sesuatau atau tidak mengerjakan


sesuatu untuk kepentingan orang lain. Ada juga yang mengatakan bahwa iltizam
ialah :

“Seseorang yang dibebani pekerjaan menurut syara’ untuk mengerjakan


seseuatu atau meninggalkan sesuatu untuk kemashlahatan yang lain”.

Kaitannya dengan fiqh muamalah, bahwa pengaruh adanya akad sudah


pasti mempunyai dampak, baik bagio pihak pembeli maupun pihak penjual.

2.7 Pengertian dan Macam-Macam Khiyar

Khiyar adalah boleh memilih satu diantara dua, melanjutkan atau


meneruskan jual beli atau menarik kembali atau membatalkan jual beli ( tidak jadi
membeli ). Diadakan khiyar oleh syariat islam, agar kedua orang yang melakukan
jual beli dapat memikirkan kemashlahatan masing-masinglebih jauh, agar tidak
ada penyesalan dari kedua belah pihak. Hukum dari khiyar itu sendiri yaitu boleh
(mubah).

Adapun macam-macam khiyar adalah :

1. Khiyar Majlis

Khiyar majlis adalah pembeli dan penjual boleh melakukan khiyar, jadi
atau tidaknya jual beli itu asal sipenjual dan pembeli belum meninggalkan majlis.

2. Khiyar Syarat

Khiyar syarat seperti membeli pakaian, baju atau celana dengan


perjanjian jika cocok ukurannya maka jadilah membeli akan tetapi kalau tidak
cocok, dan setelah dicoba dirumah memang tidak cocok maka boleh dikembalikan
atau ditukar dengan yang lainnya.

10
3. Khiyar ‘Aibi

Khiyar ‘aibi adalah boleh khiyar apabila membeli barang lalu terdapat
cacat yang tidak diketaui oleh pembeli pada waktu melakukan akad jual beli.
Pembeli boleh mengembalikan barang tersebut, dan penjual harus menerima
barang pengembaliannya itu.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Secara etimologi (bahasa), ‘uqud ataupun akad memiliki beberapa arti,


yaitu: mengikat (ar-rabthu), sambungan (aqdatun), dan Janji (
Al-‘Ahdu),Sedangkan menurut istilah Aqad adalah tasharruf antara dua
pihak dan timbul ikatan-ikatan atau kewajiban-kewajiban yang
dipelihara oleh keduanya.

b. Ada beberapa rukun akad, yaitu :

1. ‘Aqid (Orang yang Berakad)

2. Ma’qud ‘alaih ( Benda-benda yang diakadkan)

3. Maudhu ‘al’aqad (Maksud pokok adanya akad )

4. Shigat al’aqad ( ijab dan kabul)

c. Ada beberapa macam akad, yaitu :

1. ‘Aqad Munjiz

2. ‘Aqad mu’alaq

3. ‘Aqad mudhaf

d. Ilzam ialah pengaruhumum bagi setiap akad. Ada juga yang menyatakan
bahwa ilzam ialah ketidakmungkinan bagi yang melakukan akad yang
melakukan akad yang mencabut akadnya secara sepihak tanpa
persetujuan pihak lain.

e. Iltizam adalah keharusan mengerjakan sesuatau atau tidak mengerjakan


sesuatu untuk kepentingan orang lain.

12
f. Khiyar adalah boleh memilih satu diantara dua, melanjutkan atau
meneruskan jual beli atau menarik kembali atau membatalkan jual beli (
tidak jadi membeli ).

g. Ada beberapa macam khiyar :

1. Khiyar Majlis.

2. Khiyar Syarat.

3. Khiyar ‘Aibi

3.2 Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini yaitu


penyusun menyadari bahwa penyusun hanyalah manusia biasa yang tidak pernah
luput dari sifat khilaf, salah dan dosa. Oleh karenanya penyusun mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca apabila terdapat kekeliruan dalam memberikan
penjelasan materi mengenai ‘Uqud ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sahraini Sohari,Abdullah Ru’fah: 2011 ; FIKIH MUAMALAH Untuk Mahasiswa


UIN/IAIN/STAIN/ PTAIS dan UMUM ; Bogor : PT. GHALIA
INDONESIA

Suhendi Hendi ; 2016 ; FIQH MUAMALAH ; Depok ; PT PRAJAGRAFINDO


PERSADA

Syafei Rachmat, 2001 : FIQIH MUAMALAH : bandung :: Pustaka Setia

E jurnal .IAIN Kendari .ac.id > Jurnal Al-Adl PERIKATAN (ILTIZAM) :


Diakses tanggal 23 sep 2019

E jurnal. UNG. ac.id > Syarat sah Perjanjian : diaksese tanggal 24 sep 2019

https :// id.m.wikipedia.org >wiki> PERIKATAN DAN PERJANJIAN : diakses


tanggal 25 sep 2019

14

Anda mungkin juga menyukai