Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGANTAR ILMU EKONOMI ISLAM


PERKEMBANGAN EKONOMI ISLAM KLASIK
HINGGA KONTEMPORER

DOSEN PENGAMPU: AHMAD SUKRON, M.EI.

Kelompok 2:

1. Alfi Rohmawati (4118250)


2. Ade Putri Yulianti (4118260)
3. Syah Rizal Alfinudin (4118254)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLALM NEGERI


PEKALONGAN
TAHUN 2018/2019

KATA PENGANTAR
1
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Pengantar Ilmu Ekonomi Islam. Shalawat serta salam kami curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang kita tunggu tunggu syafaatnya di yaumil kiamah, amin.

Makalah ini dibuat demi memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Islam
“Perkembangan Ekonomi Islam Klasik hingga Kontemporer”.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Sehubungan dengan itu, kami
selaku penulis menharapkan saran tentang kekurangan makalah ini agar bisa
mengevaluasi makalah selanjutnya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan pemikiran ekonomi islam klasik................................................5

2.2 Perkembangan pemikiran ekonomi islam kontemporer.....................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11

3.2 Saran.................................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia hidup dengan persoalan dan salah satu persoalan yang tidak henti
hentinya dihadapi adalah persoalan ekonomi. Setiap sebagian dari persoalan-
persoalan ekonomi dapat diatasi, akan timbul lagi persoalan yang lainnya. Ini
menyebabkan kita perlu menggali teori-teori dan konsep-konsep ekonomi yang
lebih mendalam, lebih canggih, dan lebih ampuh untuk menghadapi berbagai
persoalan dan tantangan baru.
Untuk menggali dan mendalami ilmu ekonomi perlu dipelajari bagaimana
pemikiran-pemikiran ekonomi itu sendiri dikembangkan, siapa yang
3
mengembangkan, mengapa dikembangkan, dan akibat serta konsekuensi yang
ditimbulkannya. Dengan mempelajari sejarah perkembangan pemikiran-pemikiran
ekonomi, mengkaji keadaan serta permasalahan yang ada di tanah air, kita dapat
mengambil keputusan teori-teori, konsep-konsep serta sistem ekonomi yang lebih
baik dan lebih coock untuk diterapkan di negara kita.
Persoalan ekonomi adalah suatu fenomena kehidupan manusia yang bersifat
universal, tetapi memiliki prinsip dan etika tersendiri sesuai pemikiran mereka
masing-masing. Benih untuk lahirnya sebuah pemikiran ekonomoi sesungguhnya
telah tersebar dan tercecer dimana-mana, mengikuti peradaban dan penyebaran
hidup manusia. Lingkungan kondusif bagi kelahiran “bayi ekonomi”, yang kini
telah tumbuh dan menyebar di dunia adalah berasal dari peradaban Islam, peradaban
Kapitalisme, dan peradaban Sosialisme.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana perkembangan ekonomi islam klasik?
b. Bagaimana perkembangan ekonomi islam kontemporer?

1.3TUJUAN DAN MAKSUD


a. Dapat mengetahui dan memahami perkembangan ekonomi islam.
b. Membantu pembaca untuk meningkatkan pemahaman perkembangan ekonomi
islam.
c. Memenuhi tugas makalah pengantar ilmu ekonomi islam.

BAB II

PEMBAHASAN

2.I Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Klasik

Ekonomi Islam merupakan hasil pemikiran para Muslim yang bersumber kepada
nilai-nilai Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ekonomi Islam juga merupakan sebuah
sistem ekonomi yang menjelaskan segala fenomena tentang perilaku, pilihan, dan
pengambilan keputusan dalam setiap unit kegiatan atau aktivitas ekonomi dengan
mendasarkan pada aturan moral dan etika Islam.

Untuk keberhasilan ekonomi Islam, diperlukan kepada kita mengenal pasti ilmu ini.
Salah satu cara adalah dengan mengetahui tokoh-tokoh klasik yang memberikan
4
pemikiran mereka terhadap perkembangan ilmu ekonomi Islam. Berikut tokoh-tokoh
ekonomi Islam klasik:1

1. Zaid bin Ali (80-120 H/699-738 M)

Dasar pemikiran ekonomi Imam Zaid bin Ali Adalah menyatakan keabsahan
jual beli secara tangguh dengan harga yang lebih tinggi daripada jual beli secara
tunai. Pemikiran ini menjadi salah satu pijakan pendapat tentang kebolehan
menetapkan kelebihan harga yang lebih tinggi pada jual beli secara krdit ataupun
tanguh/tertunda. 2

2. Imam Abu Hanifah an-Nu’man (80-150 H/ 699-774 M)

Abu Hanifah pada zaman Daulah Bani Umayyah selama 52 tahun mulai dari
Khalifah Abdul Malik (86 H/685 M) dan Daulah Abbasiyah selama 18 tahun. Ada
suatu transaksi yang populer pada zaman itu, yaitu salam (kontrak pemesanan
barang atau penjualan komoditas yang akan diserahkan pada waktu yang akan
datang dengan pembayaran tunai pada waktu kontrak). 3

Pemikiran Abu Hanifah, (699-767 M) tentang transaksi salam. Tampaknya


Abu Hanifah tidak terlalu mempermasalahkan transaksi slam sepanjang kontraknya
betul-betul clearly stated, yaitu ada kejelasan tentang komoditi, jenis, kualitas,
kuantitas, dan place of delivery-nya. Di samping itu, barang juga disyaratkan harus
sesuai dengan transaksi yang ada di dalam transaksi murabahah.

3. Abdurrahman Al- Awza’i (88-157 H/ 707-774 M)

Al- Awza’i cenderung membenarkan kebebasan berkontrak dan menfasilitasi


orang dalam transaksi mereka. Ia memberlakukan bagi hasil pertanian
(Sharecropping/muzara’ah) sesuai kebutuhannya sebagaimana ia membolehkan
bagi hasil usaha ( profit sharing/ mudharabah) dimana ia membolehkan modal di
muka dalam bentuk tunai atau natura (dimana dalam beberapa ahli hukum lain
mengharuskan tunai). 4

4. Malik bin Anas (93-179 H/712-796 M)

1
Ahmad Maulidizen,Pemikiran dan kontribusi tokoh ekonomi islam klasik dan
kontemporer,https://www.researchgate.net/publication/321348006 pada tanggal 10 September 2018
pukul 19:56.
2
Apridar, Teori Ekonomi Sejarah dan Perkembangannya,(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010),hlm.86.
3
Apridar, Teori Ekonomi Sejarah dan Perkembangannya,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2010),hlm.87.
4
Apridar, Teori Ekonomi Sejarah dan Perkembangannya,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2010),hlm.88.
5
Walaupun tidak banyak pandangannya tentang ekonomi, tetapi ada dua hal
yang penting untuk dicatat, yaitu: Pertama, Imam Malik menganggap penguasa
harus bertanggung jawab untuk menyejahterakan rakyat. Kedua, tentang al-
maslahah almursalah. Maslahah sama dengan
kepentingan/kebaikan/kegunaan/manfaat baik untuk individu maupun
masyarakat,dan mursalah artinya bebas, tidak terbatas, tidak terikat.

Imam Malik; membenarkan pemerintahan Islam untuk memungut pajak lebih


apabila diperlukan untuk kesejahteraan rakyat.

5. Abu Yusuf (112-182 H/731-798 M)

Abu Yusuf sangat menentang keras pengenaan pajak pertanian dan anjuran
penggantian suatu retribusi tetap atas tanah dengan pajak atau hasil produksi
pertanian yang dikenakan secara proporsional. Hal ini dirasakan lebih adil dan
nampaknya untuk menghasilkan pendapatan yang lebih besar dan memudahkan
perluasan area yang digarap. 5

6. Abu Ubaid al-Qasim bin Sallam (157-224 h/774-738 M)

Abu Ubaid al-Qasim bin Sallam, yang menulis kitab al-Amwal; sebuah karya
lengkap tentang keuangan negara dalam Islam. Kitab al-Amwal dari Ubaid
merupakan satu karya yang lengkap tentang keuangan negara dalam Islam. Dimulai
dengan bab singkat tentang “hak penguasa atas subjek yang berhubungan dengan
penguasa” dilanjutkan dengan bab tentang jenis harta yang dikelola penguasa untuk
kepentingan subjek dan basisnya dalam Kitab Allah serta Sunnah.

7. Al-Mawardi (364-450 H/974-1075 M)

Kitab Adabud Din wad-Dunya dari Mawardi, kaya dengan pandangan


ekonomi karena memutuskan pada perilaku individu Muslim. Mawardi juga
mengutip ucapan orang-orang bijak, walaupun sumber utamanya adalah ucapan
Nabi SAW, para sahabat, dan mereka yang menggantikannya. Kemudian ia

5
Apridar, Teori Ekonomi Sejarah dan Perkembangannya,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2010),hlm.89-90.
6
membahas tentang pendekatan yang mungkin untuk memperoleh penghasilan. Tidak
mengapa seseorang memperoleh penghasilan melebihi kebutuhannya, dengan
maksud dibelanjakan untuk alasan yang baik. Tetapi memperoleh uang demi untuk
uang dan dalam rangak menimbun kekayaan dan atas dasar itu menurut kekuasaan
adalah buruk.

8. Abu Hamid al-Ghazali (1059-1111 H)

Abu Hamid al-Ghazali yang sangat banyak sumbangannya dalam ekonomi,


sebagaimana terdapat dalam kitabnya yang terkenal, Ihya Ulumuddin. Di antara isi
kitab itu, al-Ghazali mendiskusikan tentang kontribusi uang yang disebut syarb
(greatfullness to Allah) dan perlunya uang di dalam perdagangan. Pada waktu itu
ekonomi knvensional belum mendiskusikan masalah-maslah ini. Jean Boudine baru
membicarakannya pada abad ke-15. Dia juga mengutuk penimbunan uang, dengan
dasar uang itu dirancang untuk memudahkan pertukaran, dimana penimbunan
menghalangi proses ini.6

9. Nasirudin at-Tusi (1201-1274 H)

Nasirudin at-Tusi diargai karena risalahnya tentnag keuangan negara. Ia


merekomendasikan pengurangan beban pajak dan menentang semua pajak yang
tidak secara eksplisit ditentukan oleh syariah. Ia menekankan pentingnya pertanian
dan menganggap perdagangan dan kegiatan lain sebagai kepentingan nomor dua.
Risalahnya juga membahas perilaku ekonomi dari individu. Ia menekankan
pentingnya simpanan dan menyarankan agar pengeluaran tidak digunakan untuk
perhiasan dan tanah yang tidak digarap.

10. Ibnu Taimiyah (1262-1328 H)

Pusat perhatian dari Ibnu taimiyah adalah masyarakat, fondasi moralnya dan
bagaimana mereka harus membawakan dirinya sesuai dengan Syariah. Moralitas

6
Apridar, Teori Ekonomi Sejarah dan Perkembangannya,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2010),hlm.91-93.
7
sebagaimana yang diabadikan dalam ketentuan syariah memerlukan keharusan tidak
adanya paksaan, tidak adanya kecurangan dan tidak mengambil keuntungan dari
keadaan yang menakutkan atau ketidaktahuan dari salah satu pihak yang melakukan
perjanjian. Ketika ketentuan-ketentuan ini dipatuhi, harga pasar yang terjadi adalah
wajar dan adil, dengan syarat tidak adanya pasokan yang ditahan untuk menaikkan
harga. Ibnu Taimiyah adalah sarjana Muslim yang pertama yang membahas pikiran
tentang harga yang wajar secara rinci.

11. Ibu khaldun (1332-1406 H)

Ibnu Khaldun adalah yang paling khas (unik). Ia dianugrahi kekuatan analisa
yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam ilmu pengetahuan Islami. Ibnu
Khaldun barangkali merupakan ekonom muslim terbesar, karena sedemikian
cemerlang dan luas bahasanya tentang ekonomi. Dialah satu-satunya ekonom
muslim yang secra jujur diakui integritas dan kualitas karyanya oleh ekonom barat,
J.A Schumpeter, dalam bukunya History of Economic Analysis (1959).7

2.2 Perkembangan Ekonomi Islam Kontemporer

Sebuah survei mengenai pemikiran ekonomi Islam kontemporer


(Siddiqi,1981) menunjukkan bahwa terdapat kesepakatan di antara para ekonom
Muslim tentang landasan filosofis dasar bagi sistem ekonomi Islam. Demikian pula,
tidak terdapat perbedaaan pendapat mengenai hal-hal yang secara jelas disebut
dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Misalnya tidak ada perbedaan pendapat mengenai
kewajiban membayar zakatdan pelarangan riba di dalam sistem ekonomi Islam.
Berikut para tokoh ekonom kontemporer beserta kontribusiya:8
1. Muhammad Abdul Mannan

7
Apridar,Teori Ekonomi Sejarah dan Perkembangannya,(Yogyakarta:Graha Ilmu,2010),hlm.96-106.
8
Mohamed Aslam Haneef,Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer,(Jakarta:Rajawali pers,2010),hlm.3.
8
Muhammad Abdul Mannan lahir di Bangladesh pada tahun 1938.Pendekatan
eklektik Mannan sekali lgi terlihat jelas di dalam pembahsannya mengenai produksi.
Sekalipun ia menyebut-nyebut kualitas, kuantitas, maksimisasi dan partisipasi sebagai
sifat proses produksi, uraiannya mengenai ‘bagaimana sifat-sifat tersebut akan berperan
tidaklah jelas, terutama yang mengenai kuatitas dan maksimisasi.

2. Muhammad Nejatullah Siddiqi

Muhammad Nejatullah Siddiqi dilahirkan di Gorakhpur, India, pada tahun 1931.


Analisis Siddiqi sebenarnya adalah analisis neoklasik yang dimodifiaksi. Modifikasi
tersebut pada dasarnya terjadi dalam dua wilayah. Pertama adalah asumsi perilaku yang
melahirkan Islamic man. Kedua adalah upayanya memaskkan pertimbangan fiqh ke
dalam analisinya. Sekalipun ia telah meletakkan banyak ide penting, namun
penjelasannya mengenai hal-hal tersebut masih meninggalkan ruang bagi
pengembangannya.

3. Syed Nawab Haider Naqvi

Syed Nawab Haider Naqvi dilahirkan di Pakistan pada 1935. Kelebihan


akademiknya menyebabkan ditunjuk di berbagai panitia formulasi kebijakan ekonomi di
Pakistan maupun di luar negeri. Pengungkapannya atas ekonomi Islam tak dapat
dilkaukan menurut cetakan Barat. Pemikiran dan karyanya, yang senantiasa meratapi
terjadinya eksploitasi oleh para tuan yang feodalisitik-kapitalistik, haruslah dipandang
sebagai suatu reaksi atas kenyataan-kenyataan sosio-ekonomi yang terjadi di Pakistan.9

4. Monzer Kahf

Sebagaimana Siddiqi, ia tidak mengusulkan suatu definisi ‘formal’ bagi


ekonomi Islam, tetapi oleh karena ilmu ekonomi berhubungan dengan perilaku
manusia dalam hal produksi, distribusi dan konsumsi.

5. Sayyid Mahmud Taleghani

Secara umum, tulisan-tulisannya menggambarkan ‘pemikiran Syi’ah


mainstream’, tetapi berbeda dalam hal penerapannya. Dengan mengutip Al-Qur’an,
Hadis, ucapan para Imam Syi’ah dan para mujtahidun terkemuka, pemikiran
9
Mohamed Aslam Haneef,Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer,(Jakarta:Rajawali Pers,2010),hlm.15-
63
9
Taleghani selalu merefleksikan keinginan dan kepercayaannya pad akeadilan dan
kebebasan sosio-ekonomi, melalui lembaga syura (konsultasi) di tingkat lokal.
Artinya, ia berkamanye soal desentralisasi kekuasaan. Menurutnya (1983:73),
masalah ekonomi berkisar pada tiga hal, yakni harta dan kepemilikan, kebebasan,
dan peredaran uang.

6. Muhammad Baqir As-sadr

Sekalipun memiliki latar belakang tradisional, Sadr tidak ernah terpisah dari isu-
isu kontemporer. Minat intelektualnya yang tajam mendorongnya untuk scra kritis
mempelajari filsafat kontemporer, ekonomi, sosiologi, sejarah, dan hukum. Seperti
Taleghani, ia adalah seornag ‘alim yang aktif’. Secara terus menerus ia menyuarakan
pandanan-pandangan mengenai kondisi kaum Muslimin dan membicarakan keinginan
merdeka, tidak saja kekangan politik, namun juga dari ‘pemikiran dan gagasan’.10

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulannya adalah Keberagaman pola pikir dalam memandang ekonomi


islam merujuk pada ijtihad para toko ekonom Muslim dalam membentuk kerangka
ekonomi yang syariah. Sebagian besar para tokoh cenderung lebih mengutamakan
perilaku individu itu sendiri. Walaupun banyak perbedaan, tetapi kembali lagi ke
sumber hukum Islam yaitu, Al-Qur’an dan Al-Hadits. Artinya, segala pendapat para
tokoh ekonomi Islam sdapat mengantarkan rakyat pada kesejahteraan dan keadilan
sosial yang merata.

3.2 Saran

Dengan selesainya makalah ini kami sadar bahwasannya makalah kami ini
masih jauh dari kesempurnaan, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan baik
dari segi materi pembahasan maupun ejaan kat, maka dari itu kami mengharapkan

10
Mohamed Aslam Haneef,Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer,(Jakarta:Rajawali Pers,2010),hlm.87-
131
10
adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar di kemudian hari kami
dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat
untuk menambah wawasan mengenai perkembangan pemikiran ekonomi Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Apridar.2010.Teori Ekonomi Sejarah dan Perkembangannya.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Haneef, Mohamed Aslam.2010.Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer.Jakarta:


Rajawali Pers.

Websites: https//ww.reseacrhgate.net/publication

11

Anda mungkin juga menyukai