KHULAFAUR RASYIDIN
Erriza Aidatul C.
(33020180098)
Pendahuluan
Rumusan Masalah
Pembahasan
2
Modul Penyuluhan Zakat, (Jakarta : Kementrian Agama Republik Indonesia, 2013) hlm.19
3
Ibid., hlm.21
tersebut demi memaksimalkan pengumpulan zakat dari kalangan mampu yang
enggan membayar zakat kepada kalangan tidak mampu.
Selama pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, harta Bait Al-Māl tidak pernah
menumpuk dalam jangka waktu yang lama, karena langsung didistribusikan kepada
seluruh kaum Muslimin, bahkan ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat, hanya
ditemukan 1 dirham dalam perbendaharaan Negara. Seluruh kaum Muslimin
diberikan bagian yang sama dari hasil pendapatan negara. Apabila pendapatan
meningkat, seluruh kaum Muslimin mendapat manfaat yang sama dan tidak ada
seorang pun yang dibiarkan dalam kemiskinan.4
Beberapa langkah pengelolaan zakat yang diterapkan pada masa pemerintahan
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, adalah sebagai berikut :
a. Menegakan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau membayar
b. Tidak merubah kebijakan Rasullah SAW dalam masalah jizyah.
Sebagaimana Rasullah ﷺ, Abu Bakar tidak membuat
ketentuan khusus tentang jenis dan kadar jizyah , maka pada masanya,
jizyah dapat berupa emas, perhiasan, pakaian, kambing, onta, atau benda
benda lainya
c. Memperhatikan akurasi penghitungan Zakat. Hasil penghitungan zakat
dijadikan sebagai pendapatan negara yang disimpan dalam Baitul Maal
dan langsung di distribusikan seluruhnya pada kaum Muslimin.5
2. Umar ibn Khattab
Salah satu, ciri khas utama pengelolaan zakat pada masa pemerintahan
Khalifah Umar bin Khattab adalah, dengan diberdirikannya Baitul Maal, beberapa
kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan Baitul Maal, adalah :
a. Khalifah Umar mengambil inisiatif tentang penggunaan dana Baitul Maal
tersebut untuk tidak mendistribusikan harta Baitul Maal, tetapi disimpan
sebagai cadangan, baik untuk keperluan darurat, pembayaran gaji para
tentara maupun berbagai kebutuhan umat lainnya.
b. Membuat ketentuan bahwa pihak eksekutif tidak boleh turut campur
dalam mengelola harta Baitul Maal.
c. Pejabat Propinsi yang bertanggung jawab terhadap harta umat tidak
bergantung kepada Gubernur dan mereka mempunyai otoritas penuh
4
Abdul Wahab, Alokasi Belanja Negara (Studi Komparasi Era Rasulullah dan Khulafaurrasyidin dengan Era
Pemerintahan Joko Widodo Periode 2014-2019), Wahana Islamika (Vol. 5 No.2,2019) hlm.77
5
Ibid., hlm.78
dalam melaksanakan tugasnya serta bertanggung jawab langsung kepada
pemerintah pusat
10
Ibid., hlm.249-250
11
Abdul Wahab, Op.Cit., hlm.83-84
Selain itu, Khalifah Umar juga menghapuskan mu’allaf dari golongan mustahiq,
mu’allaf yang dimaksud adalah yang mampu dan memiliki harta.
Pada masa Khalifah Usman ibn ‘Affan diketahui bahwa warga negara diberi
kewenangan dalam hal zakat al-amwal al-bathiniyyah. Sedangkan dalam hal zakat al-
amwal azh-zhahiriyyah pengumpulan dan pendistribusiannya dikelola oleh negara.
Sedangkan pada masa pemerintahan Khalifah Ali ibn Abi Thalib, kebijakan
paling monumental adalah dicetaknya uang dinar, yang berbeda dengan dinar romawi,
serta memberikan izin kepada Gubernur Kuffah, Ibnu Abbas, untuk memungut zakat
atas sayuran segar yang digunakan sebagai bumbu masakan.
Referensi
Faisal. (2011). Sejarah Pengelolaan Zakat di Dunia Muslim dan Indonesia (Pndekatan
Teori Investigasi-Sejarah Charles Peirce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve). Analisis,
Vol.XI No.2.
Wahab, A. (2019). Alokasi Belanja Negara (Studi Komparasi Era Rasulullah dan
Khulafaurrasyidin dengan Era Pemerintahan Joko Widodo Periode 2014-2019). Wahana
Islamika, Vol.5 No.2.