Anda di halaman 1dari 23

SEJARAH PEMIKIRAN

EKONOMI ISLAM

PEMIKIRAN EKONOMI
ABU YUSUF (113-182H)
&
IMAM ASY-SYAIBANI (132-189)
Oleh:
Deni Lubis, MA
Pemikiran Ekonomi Abu Yusuf
(113 -182 H)
 Yakub ibn Sa’ad ibn Husein al-Anshori
 Belajar dari Hisyam ibn Urwah, Abu Ishaq as-
Syaibani, Atha ibn Sa’id, Muhammad ibn
Abdurrahman Abi Laili dan Imam Abu Hanifah (17
tahun belajar dengan Abu Hanifah)
 Setelah Abu Hanifah, wafat beliau menggantikan
kedudukan selama 16 tahun untuk mengajar
 Meninggalkan Kuffah menuju Bagdad dan menemui
Khalifah Abbaiyah (Al-Mahdi), kemudian diangkat
jadi hakim di Bagdad Timur. Jabatan tersebut
dipegang sampai masa Al-Hadi dan Harun Ar-
Rasyid
.
 Pada masa Harun Ar-Rasyid dibentuk jabatan
penuntut umum (kejaksaan), beliau dinggkat
menjadi ketua hakim (Qodhi al-Quddah)
pertama Daulah Abbasiyah
 Beliau bermazhab Hanafi dan menjadikan
mazhab Hanafi suatu sistem hukum yang
praktis pada saat itu
 Pada saat itu beliau diminta Harun ar-Rasyid
menulis buku umum yang menjadi pedoman
dalam administrasi Negara, kemudian dikenal
dengan kitab al-Kharaj.
Karya Abu Yusuf
 Kitab Al-Asar. Kitab ini memuat hadis-hadis yang
diriwayatkan dari Ayah dan guru-gurunya. Ia juga
mengemukakan pendapat gurunya, dirinya dan
menjelaskan sebab terjadinya perbedaan
 Kitab Ikhtilaf Abu Hanifah wa Ibn abu Laila
 Kitab ar-Radd ‘ala Siyar al-Auza’i. Kitab ini memuat
perbedaan pendapatnya dengan al-Auzai dalam
masalah perang dan jihad
 Kitab Al-Kharaj. Berbicara masalah keuangan
negara, pajak tanah, pemerintahan dan
musyawarah (buku terpopuler) dan buku lainnya
Kebijakan Fiskal
1. Kerangka umum kitab Al-Kharaj
 Tema utamanya, kesejahteraan ekonomi
rakyat merupakan tanggung jawab penguasa
 Al-Kharaj berbicara seputar keuangan
negara yang berhubungan dengan
permasalahan pajak, administrasi
penerimaan dan pengeluaran yang sesuai
dengan syariat Islam
 Menerangkan keunggulan sistem pajak
proporsional (muqasamah) dan
menggantikan sistem pajak tetap (misahah)
 Pentingnya pengawasan petugas pajak
Keuangan Publik
1. Ghanimah
2. Shodakoh (termasuk di dalamnya zakat)
3. Harta Fai’
 Jizyah dikenakan pada kafir zimmi
 Ushr (bea cukai perdagangan, 10 % kafir
harbi, 5 % kafir zimmi, 2.5 % muslim)
 Kharaj (pajak tanah)
Struktur Perpajakan Tanah
1. Wilayah lain (di luar Arabia) dan dibawah
kekuasaan Islam dibagi menjadi tiga
bagian
 Diperoleh dg peperangan
 Diperoleh dg perjanjian damai
 Wilayah yg dimiliki oleh muslim di luar
Arabia, hanya membayar usyr
.
2. Wilayah yang berada di bawah perjanjian
damai
 Penduduknya yg kemudian masuk Islam
(membayar usyr)
 Penduduknya tidak masuk Islam
(membayar kharaj)
.
3. Tanah taklukan dibagi menjadi empat katagori
 Penduduknya masuk Islam sebelum kekalahan,
tanah tetap jadi milik mereka dan membayar usyr
 Tanah ditaklukan dan tidak dibagikan dan tetap
dimiliki oleh kafir zimmi (tidak masuk Islam)
mereka membayar kharaj
 Jika Khalifah memiliki kebijakan tanah tersebut
dibagikan ke pejuang, maka membayar usyr’
 Jika ditahan oleh negara (jadi milik negara) maka
kemungkinan ‘usyr dan kharaj.
Kepemilikan Negara
 Tanah yang diabaikan pemiliknya atau tidak
bertuan akan diambil alih oleh negara
 Negara memiliki otoritas untuk
membagikan tanah tersebut kepada
seseorang untuk digarap dan memberikan
pendapatan bagi negara melalui pajak
tanah
 Cara perolehan hak tanah iqta dan ihya al-
mawat
IQTA (Pemberian tanah kosong oleh
Negara)
 Penguasa boleh memberikan tanah kosong
kepada siapapun untuk dikelola dan
dikembangkan. Biasanya diberikan kepada
orang yang berjasa kepada kaum Muslim
dan Negara. Negara memungut usyr jika
tanah tersebut diairi oleh buruh-buruh
secara manual dan memungut kharaj jika
diairi secara alamiah.
Ihya al-Mawaat
(Menghidupkan tanah mati)
 Prinsipnya tanah tidak bertuan adalah
milik negara, namun jika ada warga negara
yang ingin menghidupkan tanah tandus,
membajak, menabur dan mengairi
diperbolehkan. Dia harus membayar usyr
jika tanahnya masuk katagori usyr dan
kharaj jika tanahnya masuk katagori
kharaj.
Metode Penetapan Tarif Kharaj
 Misahah (pajak tanah/ produksi tanah tetap)
 Muqasamah (proporsional tergantung kepada
hasil panen) sesuai dengan sistem irigasi yang
digunakan:
40 % dari produksi dari irigasi hujan
30% dari produksi irigasi buatan
25% dari produksi panen musim panas
 Dengan sistem iqta dan ihya al-mawaat
menjadikan tanah lebih produktif dan
menambah pendapatan negara dan mencegak
ketidakadilan
Administrasi Kharaj
 Menolak Taqbil, yaitu sistem pengumpulan
kharaj dimana petugas dari penduduk lokal
yang mengajukan diri ke penguasa untuk
menjadi pemungut pajak dan menentukan
target penerimaan sendiri, sementara
pemerintah lokal cukup menerima hasilnya.
 Sistem ini bisa mengahancurkan negara
karena petugas suka berlaku kejam kepada
rakyat dan menyebabkan petani
meninggalkan pertanian yang berakibat
turunnya pendapatan baitul maal.
.
 Abu Yusuf meminta pemerintah untuk
memilki departemen sendiri yang khusus
menangani kharaj secara profesional
 Penggajian aparat yang bekerja di bidang
kharaj tidak diambil langsung dari
pendapatan kharaj, namun dianggarkan
oleh baitul maal, ini dilakukan untuk
menghindari penyuapan, ketidakadilan dan
korupsi
Mekanisme Pasar
 Abu Yusuf berpendapat bahawa harga
tinggi tidak selalu dikarenakan permintaan
tinggi sedangkan penawaran rendah, atau
sebaliknya harga murah karena quantiti
melimpah dan permintaan tetap.
 Abu Yusuf mengatakan bahwa kadang-
kadang makanan berlimpah tetapi tetap
mahal dan kadang-kadang makanan sangat
sedikit tetapi murah. Murah dan mahal
merupakan ketentuan dari Allah
Pemikiran Ekonomi Asy-Syabani
(132-198 H)
 Abu Abdullah Muhammad bin al-Hasan bin
Farqad asy-Syaibani lahir di kota Wasith ibu
kota Irak pada akhir masa Pemerintahan bani
Umayyah, kemudian pindah ke Kufah.
 Guru-gurunya Mus’ar bin Kadam, Sufyan
Tsauri, Umar binDzar, dan Malik bin Maghul,
dan juga berguru Imam Abu Hanifah selama 4
tahun, Sufyan bin ‘Uyainah dan Imam Auza’i.
Juga pernah belajar al-Muwatha di Imam
Malik dan berjumpa dengan Imam As-Syafii
yang sama-sama belajar di Imam Malik
Karya-karyanya
 Zahir ar-Riwayah, kita yang ditulis dari
pelajaran yang diberikan Imam Abu Hanifah.
 An-Nawadir, yaitu kitab yang ditulis
berdasarkan pandangannya sendiri
 Al-Kasb (Bekerja) yang berbicara masalah
mikroekonomi yang berkisar tentang teori
pendapatan (kasb) dan sumber-sumber serta
prilaku konsumsi dan produksi dan konsumsi.
Ini adalah kitab pertama yang berbicara
permaslahan ini. Dr. al-Janidal menyebutnya
perintis ilmu ekonomi dalam Islam.
Al-Kasb (Kerja)
 Al-Kasb (kerja) mencari perolehan harta
melalui berbagai cara yang halal. Halal
baik zatnya maupun cara mendapatkannya
 Tujuan produksi untuk memenuhi
kebutuhan agama, jiwa, akal,
keturunan/kehormatan, dan harta
(maqasid as-syariah)
 Bekerja sangat dianjurkan oleh Agama baik
Al-Quran maupun As-Sunnah (QS. Al-
Jumu’ah: 10, Al-Muzammil: 20)
Kekayaan dan Kefakiran
 Dia berpendapat, walaupun banyak dalil yang
berbicara mengenai keutamaan sifat-sifat kaya,
sifat-sikat fakir memiliki keutamaan lebih tinggi. Ia
menyatakan bahwa apabila manusia telah merasa
cukup dari apa yang dibutuhkan kemudian
bergegas kepada kebajikan, sehingga mencurahkan
perhatian kepada akhiratnya adalah lebih baik.
 Fakir disini dalam kontek, kondisi yang cukup
(kifayah), bukan kondisi yang papa dan meminta-
minta (kafafah). Beliau menyerukan agar manusia
hidup dalam kecukupan, baik untuk diri sendiri
maupun keluarganya. Namun disisi lain kaya
berpotensi membawa pemiliknya hidup dalam
kemewahan.
Klasifikasi Usaha-usaha
Perekonomian
 Pertanian, Perdagangan, Perindustrian dan
Sewa-menyewa (Ekonomi kontemporer:
pertanian, perindustrian dan jasa)
 Secara Hukum; Fardu Kifayah (berbagai
usaha perekonomian dihukumi fardu
kifayah, apabila telah ada orang yang
melakukannya maka gugur kewajibannya)
 Fardu ‘Ain (mutlak harus dilakukan oleh
seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan orang yang ditanggungnya)
Kebutuhan Ekonomi & Spesialisasi
dan Distribusi Pekerjaan
 Kebutuhan: makan, minum, pakaian dan
tempat tinggal
 Manusia hidup saling membutuhkan, ada yang
kaya ada yang miskin, yang kaya butuh yang
miskin, yang miskin butuh yang kaya
 “…Dan Kami telah meninggikan sebahagian
mereka atas sebahagian yang lain beberapa
derrajat…(az-Zuhruf: 32)
 Bekerja merupakan ibadah. Memiliki dimensi
ekonomi dan religius
.

TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai