Anda di halaman 1dari 99

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Hubungan Status Sosial Ekonomi


Keluarga dan Kebiasaan Makan Anak
dengan Kejadian Stunting pada Anak di
SD Negeri No. 060929 Kecamatan
Medan Johor Tahun 2017

Lubis, Riana Adelina

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2433
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN
KEBIASAAN MAKAN ANAK DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA ANAK SEKOLAH DASAR
NEGERI NO.060929 DI KECAMATAN
MEDAN JOHOR TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH
RIANI ADELINA LUBIS
NIM : 131000726

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN
KEBIASAAN MAKAN ANAK DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA
ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 060929 DI KECAMATAN
MEDAN JOHOR TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
RIANI ADELINA LUBIS
NIM : 131000726

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN


STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DAN KEBIASAAN MAKAN
ANAK DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK SEKOLAH
DASAR NEGERI NO. 060929 DI KECAMATAN MEDAN JOHOR
TAHUN 2017“ ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri
dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuwan.
Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemu dia ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuwan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.

Medan, Maret 2018


Yang membuat pernyataan

Riani Adelina Lubis


NIM. 131000726

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Pada dasarnya stunting berpangkal pada status social ekonomi keluarga.


Rendahnya pendapatan keluarga mempengaruhi daya beli terhadap bahan
makanan sehingga menyebabkan kebiasaan makan anak yang tidak baik. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan status social ekonomi keluarga dengan
kebiasaan makan anak dengan kejadian stunting.
Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional dan
jumlah sampel 100 siswa. Pengumpulan data menggunakan kuisioner, form food
recall 24 jam, dan form food frekuensi. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Oktober sampai November 2017 di SD Negeri 060929 Kecamatan Medan Johor.
Analisa hubungan antara variable independen dan variable dependen
menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian hubungan status sosial eknomi keluarga dengan kejadian
stunting dibuktikan dengan uji statistik tingkat pendidikan (p=0,003) dan
pendapatan keluarga (p=0,007). Hubungan kebiasaan makan anak dengan
kejadian stunting dibuktikan dengan uji statistik berdasarkan jenis makanan
(p=0,001), kecukupan energi (p=0,001), kecukupan kalsium (p= 0,001),
kecukupan protein (p= 0,007) kecukupan vitamin A (p=0.019) , dan kecukupan
seng (p= 0,000).
Diharapkan pihak sekolah dan orangtua agar lebih memperhatikan
makanan yang dikonsumsi anak, baik di sekolah maupun di rumah, agar
mengurangi kejadian stuting pada anak.

Kata Kunci : Status Sosial Ekonomi Keluarga, Kebiasaan Makan, Anak


Sekolah Dasar, Stunting.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Some of studies indicate that socio-economic status of families is


the cause of stunting. The low income affects to capability of feeding and causing
bad dietary habit. The aims of this study were to determine the association
between socio-economic status of families and eating habits of children
associated with the incidence of stunting.
Type of this study was a quantitative of cross sectional design with total
sampling were 100 students. Data collection using questionnaire, 24-hour food
recall form, and food frequency form. This study was conducted on October to
November 2017 at SD Negeri 060929 Medan Johor. Analysis of the relationship
between socioeconomic status of the family and children’s eating habits with the
incidences of stnting used chi square test
The result of this study showed that the correlation of socio-economic
status of family with stunting incident, it was provide with the level of education
statistictest (p = 0,003), and family income (p = 0,007). The relantionship of
children’s eating habits with the incidence of stunting was evidenced by the
statistical tests based on the type of food (p=0.001), adequacy of energy
(p=0.001), adequacy of calcium (p=0.001), adecuacy of protein (p=0.007),
adequacy of vitamin A (p=0.019), and adequacy of zinc (p=0.000).
It was hoped the school and parents in order to pay more attention to food
consumed children, both at school and at home, in order to reduce the incidence
of stunting in children.

Keywords: Socio-economic status of families, eating habits, elementary school


students, stunting

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan

Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Kebiasaan Makan Anak dengan

Kejadian Stunting pada Anak di SD Negeri No. 060929 Kecamatan Medan

Johor Tahun 2017”. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Dosen Penguji II yang turut

meluangkan waktu memberikan petunjuk dan saran demi kesempurnaan

penulisan skripsi ini.

4. Dra. Jumirah, Apt, M.KesdanIr. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.Dselaku

Dosen Pembimbing Idan II yang telah banyak membimbing penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Dr.Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang turut

meluangkan waktu memberikan petunjuk dan saran demi kesempurnaan

penulisan skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc., Ph.D, selaku Dosen Penasehat

Akademik yang membimbing penulis selama menjalani perkuliahan.

7. Marihot Oloan Samosir, ST, selaku Staf Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat yang telah membantu penulis dalam proses administrasi serta

memberikan informasi yang penulis butuhkan.

8. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

9. MeilinaSimorangkir, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri No.

060929Kecamatan Medan Johor dan segenap guru dan staf di SD Negeri

No. 060929Kecamatan Medan Johor yang telah meluangkan waktunya

membantu dan mengizinkan penulis dalam melakukan penelitian ini.

10. Keluarga tercinta yaitu orangtua Dr. H. ArsyadLubis, M.M dan Hj.

Nurasnida Siregar, abang penulis Rizky Anwar Lubis dan Rias Thampany

Lubis, dan kakak penulis Rima Yolanda Hsb dan Dita Ardhina yang selalu

mendoakan, mendukung dan membimbing penulis, penuh kasih sayang

menasehati, memotivasi dan semangat kepada penulis.

11. Seluruh keluarga ompung H. ArifLubis yang selalu mendoakan dan

mendukung penulis

12. Sahabat seperjuangan Ahmad Ayyub Habibi Hsb, Annisa Puspa Sari,

Natama Roha Lbs, DiniAnanda, Silvia Ramadhani, Veni Ambarita, Ulfa

Siregar, Erafita Lumbangaol, Helen Lumbantobing, Nenny Cibro,

Theresia Simorangkir, Sri Yuni, dan Theresia Siregar atas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kebersamaannya, saling membantu, mendukung dan mendoakan dalam

pengerjaan skripsi kita.

13. Sahabat PBL Desa Lubuk Bayas Muhammad Al Faraby, Rezki Pertiwi

Damanik, NurizkianaNst, dan Hana Evanglia Pasaribu atas

kebersamaannya saling menghibur, turut mendoakan dan memberi

semangat, serta membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

14. Keluarga besar Gizi Kesehatan Masyarakat Angkatan 2013.

15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas kerjasama,

doa, bantuan, saran, dan masukan-masukan yang telah diberikan.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini berguna bagi semua

pembaca.

Medan, Maret 2018


Penulis

RianiAdelinaLubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................5
1.4 Hipotesis.............................................................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................6


2.1 Stunting ..............................................................................................................6
2.1.1Indikator Stunting .......................................................................................8
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stunting .....................................................9
2.2.1 Sosial Ekonomi Keluarga ..........................................................................9
2.2.2 Pendidikan Ibu ........................................................................................11
2.2.3 Pendapatan Keluarga ...............................................................................12
2.3 KebiasanMakanAnak .......................................................................................12
2.3.1 Kebutuhan Energi....................................................................................14
2.3.2 Kebutuhan Kalsium.................................................................................14
2.3.3 Kebutuhan Protein...................................................................................15
2.3.4 Kebutuhan Vitamin A .............................................................................17
2.3.5 Kebutuhan Seng ......................................................................................18
2.4 Kerangka Konsep .............................................................................................19

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................20


3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................................20
3.2.1 Lokasi ......................................................................................................20
3.2.2 Waktu Penelitian .....................................................................................20
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................................21
3.3.1 Populasi ...................................................................................................21
3.3.2 Sampel .....................................................................................................21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.4 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................22
3.4.1 Data Primer .............................................................................................22
3.4.2 Data Sekunder .........................................................................................22
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ...................................................................23
3.6 Metode Pengukuran .........................................................................................23
3.6.1 Sosial Ekonomi Keluarga ........................................................................23
3.6.2 Kebiasan Makan Anak ............................................................................24
3.6.3 Cut Of Stunting (WHO 2007) .................................................................26
3.7 Metode Analisis Data .......................................................................................26

BAB IV HASIL PENELITIAN .........................................................................28


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................28
4.2 Kejadian Stunting pada Anak SD Negeri No. 060929 di Kecamatan Medan
Johor Tahun ....................................................................................................28
4.3Kejadian Stunting Menurut Jenis Kelamin dan Umur Anak SD Negeri No.
060929 di Kecamatan Medan Johor Tahun 2017 ...........................................29
4.4 Status Ekonomi Keluarga Sosial .....................................................................29
4.4.1 Pendidikan Ibu .......................................................................................29
4.4.2 Pendapatan Keluarga..............................................................................30
4.5 Kebiasaan Makan Anak ...................................................................................30
4.5.1 Jenis Makanan .........................................................................................30
4.5.2 Frekuens iMakan .................................................................................... 31
4.5.3 Kecukupan Gizi Siswa ............................................................................33
4.6 Status Sosial Ekonomi Keluarga Berdasarkan Kategori
Kejadian Stunting .............................................................................................34
4.7 Kejadian Stunting Berdasarkan Kebiasaan Makan Anak.................................36
4.7.1 Kejadian Stunting Berdasarkan Jenis Makanan ......................................36
4.7.2 Kejadian Stunting Berdasarkan Kecukupan Gizi ................................... 37

BAB V PEMBAHASAN ......................................................................................40


5.1 Kejadian Stunting Pada Anak Sekolah Dasar ..................................................40
5.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga ......................................................................40
5.2.1 Pendidikan Ibu ........................................................................................41
5.2.2 Pendapatan Keluarga ...............................................................................41
5.3 Kebiasaan Makan Anak ...................................................................................42
5.3.1 Jenis Makanan .........................................................................................42
5.3.2 Frekuensi Makan .................................................................................... 43
5.3.3 Kecukupan Gizi.......................................................................................44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................52


6.1 Kesimpulan ......................................................................................................52
6.2 Saran ….. ..................................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................54


DAFTAR LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Energi pada Anak Usia (7-9) dan
(10-12) Tahun ........................................................................ 14

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Kalsium pada Anak Usia (7-9) dan
(10-12) Tahun ........................................................................ 15

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Protein pada Anak Usia (7-9) dan
(10-12) Tahun ........................................................................ 17

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Vitamin A pada Anak Usia (7-9) dan
(10-12) Tahun ........................................................................ 18

Tabel 2.5 Angka Kecukupan Seng pada Anak Usia (7-9) dan (10-12)
Tahun ..................................................................................... 18

Tabel 4.1 Distribusi kejadian Stunting Berdasarkan Umur dan Jenis


Kelamin Anak SD Negeri No. 060929 di Kecamatan Medan
Johor Tahun 2017 .................................................................. 29

Tabel 4.2 Distribusi Kejadian Stunting pada Anak SD Negeri No.


060929 di Kecamatan Medan Johor Tahun 2017 .................. 29

Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan Ibu Anak SD Negeri No. 060929 di


Kecamatan Medan Johor Tahun 2017 ................................... 30

Tabel 4.4 Distribusi Pendapatan Keluarga Anak SD Negeri No.


060929 di Kecamatan Medan Johor Tahun 2017 .................. 30

Tabel 4.5 Distribusi Jenis Makanan Anak SD Negeri No. 060929 di


Kecamatan Medan Johor Tahun 2017 ................................... 31

Tabel 4.6 Jenis Distribusi Frekuensi Makan Anak SD Negeri No.


060929 di Kecamatan Medan Johor Tahun 2017 .................. 33

Tabel 4.7 Distribusi Anak SD Negeri No. 060929 di Kecamatan


Medan Johor Tahun 2017 Berdasarkan Kecukupan Energi,
Kalsium, Protein, Vitamin A, dan Seng................................. 34

Tabel 4.8 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Ibu .......................................................................................... 35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.9 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di
Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Pendapatan
Keluarga ................................................................................ 36

Tabel 4.10 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Jenis Makanan ......... 37

Tabel 4.11 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Kecukupan Energi .... 37

Tabel 4.12 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Kecukupan
Kalsium ................................................................................. 38

Tabel 4.13 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Kecukupan Protein ... 38

Tabel 4.14 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Kecukupan
Vitamin A .............................................................................. 39

Tabel 4.15 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Kecukupan Seng ...... 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Karakteristik Siswa .......................................................................... 57

Lampiran 2. Formulir Food Frekuency Question (FFQ).................................... 58

Lampiran 3. Formulir Food recall 24 jam ........................................................... 59

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ........................................................................ 60

Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian................................................................... 61

Lampiran 6. Master Data Responden .................................................................. 62

Lampiran 7.Hasil Uji Statistik Crosstabulation................................................... 67

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitain .................................................................. 83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Riani Adelina Lubis, lahir pada tanggal 19 September

1995 di Ps. Binanga, beragama Islam, anak ketiga dari pasangan Arsyad Lubis

dan Nur Asnida Siregar, Alamat Jl. Eka Rasmi Gg. Eka Nusa No.12 Kecamatan

Medan Johor,

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar di SD Swasta

Harapan 1 Medan (2001-2007), SMP Swasta Harapan 1 Medan (2007-2009),

SMA Negeri 2 Medan (2010-2013), dan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara (2013-2018)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa anak – anak memerlukan zat gizi yang relatif lebih besar

dibandingkan usia dewasa karena masih tergolong usia pertumbuhan. Anak usia

sekolah dalam hal pemenuhan kebutuhan gizi tidak berbeda dengan anak balita

akan tetapi anak usia sekolah dasar sudah bisa memilih makanan yang disenangi

dan sudah mulai menyukai makanan diluar rumah. Maka, peran orangtua sangat

penting dalam pemenuhan gizi anak.Pengetahuan gizi yang baik dari orangtua

diperlukan untuk dapat menyediakan menu makanan yang seimbang. Berbagai

penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia anak-anak

akan berdampak pada tumbuh kembang anak.

Kebutuhan gizi anak sekolah dipengaruhi oleh kebiasaan makan.

Kebiasaan makan yang baik akan dapat memenuhi asupan gizi seimbang bagi

anak, sebaliknya kebiasaan makan yang buruk akan dapat menghambat

terpenuhinya kecukupan gizi. Bila asupan makanan yang dikonsumsi anak

memiliki kandungan gizi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan tubuh anak,

maka proses pertumbuhan anak akan berlangsung secara optimal. Makanan yang

dibutuhkan anak usia sekolah hendaknya memiliki sumber energi yang berasal

dari karbohidrat, protein, dan lemak. Selain itu zat gizi mikro seperti mineral dan

vitamin juga diperlukan tubuh. Pola makan yang baik diharapkan dapat

menyumbangkan kecukupan energi, protein, dan mineral seperti kalsium.

Kebiasaan makan yang salahakan berdampak pada masalah yang sering terjadi

pada anak usia sekolah yaitu stunting.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kejadian stunting secara langsung juga dipengaruhi oleh pola makan atau

kebiasaan makan anak yang kurang mengandung zat gizi yang cukup. Sejumlah

penelitian telah menunjukkan pentingnya peran zat gizi tidak saja pada

pertumbuhan fisik tubuh tetapi juga dalam pertumbuhan otak, perkembangan

perilaku, motorik, dan kecerdasan. Selain itu, seorang anak yang sehat dan normal

akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya.

Kejadian stunting juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh faktor

sosial ekonomi, seperti tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, dan ketersediaan

pangan. Ketersediaan pangan merupakan kemampuan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan pangan yang cukup baik dari segi kuantitas maupun kualitas serta

aspek keamanannya. Kurang tersedianya pangan dalam suatu keluarga secara

terus-menerus akan menyebabkan terjadinya penyakit akibat kurang gizi pada

keluarga.

Kebiasaan makan dan sosial ekonomi keluarga berperan penting dalam

pertumbuhan tinggi badan anak. Status sosial ekonomi keluarga akan

mempengaruhi kemampuan pemenuhan gizi keluarga. Anak pada keluarga dengan

tingkat ekonomi rendah lebih berisiko mengalami stunting karena kemampuan

pemenuhan gizi yang rendah, meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi (Fernald

&Neufeld, 2007).

Menurut Martianto dan Ariani (2012), semakin tinggi pendapatan maka

konsumsi pangan hewani cenderung semakin tinggi dan kebebasan untuk

memperoleh dan memilih pangan juga semakin besar. Tingkat pendapatan yang

semakin meningkat mendorong terjadinya perubahan pola konsumsi dan gaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


hidup masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan sangat

dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, seperti tingkat pendapatan keluarga,

pendidikan orang tua, pengetahuan gizi ibu dan pekerjaan orang tua.Status

ekonomi keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pekerjaan orang

tua, tingkat pendidikan orang tua dan jumlah anggota keluarga. Status ekonomi

keluarga akan mempengaruhi kemampuan pemenuhan gizi keluarga maupun

kemampuan mendapatkan layanan kesehatan. Anak pada keluarga dengan tingkat

ekonomi rendah lebih berisiko mengalami stunting karena kemampuan

pemenuhan gizi yang rendah, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya

malnutrisi (Fernald &Neufeld, 2007).

Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini

berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia

masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah yang mengalami stunting tinggi

(UNICEF, 2007). Data Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi stunting

nasional mencapai 37,2 %, meningkat dari tahun 2010 (35,6 %) dan 2007 (36,8

%). Artinya pertumbuhan tidak maksimal diderita oleh sekitar 8 juta anak

Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia. Berdasarkan cut off pointuntuk

stuntingsecara nasional pada kategori sangat pendek di tahun 2010 sampai 2013

terjadi penurunan sebesar 18,5 % menjadi 18,0 %, dan untuk kategori pendek

terjadi kenaikan dari 17,1 % menjadi 19,2%. Angka tersebut masih dikategorikan

tinggi karena masih berada di atas target MDG’s yaitu 32% (Depkes RI, 2013).

Berdasarkan Riskesdas tahun 2010 prevalensi stunting di Sumatera Utara

sebesar 43,2% dengan kategori sangat pendek sebesar 20,6% dan pendek sebesar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22,6%. Terdapat 20 provinsi di atas prevalensi nasional termasuk Sumatera Utara

yang berada pada urutan kedelapan dan termasuk kategori serius (Depkes RI,

2013).

Masalah perbaikan gizi memang berhubungan dengan banyak hal, salah

satunya adalah persoalan pola makan yang baik. Masalah gizi kurang terutama

stunting sangat erat hubungannya dengan kuantitas dan kualitas makanan yang

dikonsumsi, di mana faktor yang menentukan kualitas makan adalah tingkat

pendapatan. Namun demikian, peningkatan pendapatan tidak selalu membawa

perbaikan pada konsumsi pangan, karena meningkatnya pengeluaran pangan atau

pendapatan belum tentu diikuti dengan peningkatan kualitas makanan. Hal ini

karena peningkatan pengeluaran belum tentu digunakan untuk pangan. Selain

tingkat pendapatan, faktor sosial budaya termasuk kebiasaan makan yang buruk

yang secara tidak langsung dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi kurang.

Berdasarkan observasi yang dilakukan dengan wawancara mengenai sosial

ekonomi dan kebiasaan makan anak , peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan sosial ekonomi keluarga dankebiasaan makan anak dengan

kejadian stunting di Sekolah Dasar Negeri 060929 Kecamatan Medan Johor.

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan diketahui bahwa dari 364 siswa

terdapat 117 ( 29.6% ) siswa mengalami stunting. Berdasarkan hasil pengukuran

tersebut maka penulis tertarik untuk melihat hubungan status social ekonomi

keluarga dan kebiasaan makan anak dengan kejadian stunting di Sekolah Dasar

Negeri 060929 Kecamatan Medan Johor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan status sosial ekonomi keluarga dan

kebiasaan makan anak dengan kejadian stunting pada anak di SekolahDasarNegeri

060929 Kecamatan Medan Johor.

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan status sosial ekonomi keluarga dan kebiasaan

makan anak dengan kejadian stunting pada anak Sekolah Dasar Negeri 060929

Kecamatan Medan Johor.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan status sosial ekonomi keluarga dan kebiasaan makan anak

dengan kejadian stunting pada anak Sekolah Dasar Negeri 060929 Kecamatan

Medan Johor.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

Pemerintah untuk dapat menyusun perencanaan strategis dan

penanggulangan masalah stunting khususnya pada anak usia sekolah

dasar.

2. Memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk memberikan

pendidikan tambahan tentang pemenuhan gizi anak sekolah berdasarkan

kebiasaan makan yang baik, khususnya pada anak stunting.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi penelitian lain,

khususnya penelitian yang berhubungan dengan kejadian stunting.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Stunting

Stunting merupakan kegagalan dalam mencapai pertumbuhan yang optimal

disebabkan oleh keadaan gizi kurang yang berlangsung dalam waktu yang cukup

lama. Status stunting dapat dihitung dengan menggunakan antropometri WHO

2007 untuk anak umur 5 – 19 tahun yaitu dengan menghitung nilai Z-score TB/U

masing – masing anak (UNICEF 2013).

Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak.WHO

(2013) membagi dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi dua yang terdiri

dari jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting

adalah di bidang kesehatan yang dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan

morbiditas di bidang perkembangan berupa penurunan perkembangan kognitif,

motorik, bahasa, dan bidang ekonomi berupa peningkatan pengeluaran biaya

kesehatan. Stunting juga data menyebabkan dampak jangka panjang di bidang

kesehatan berupa perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan

kormobidnya, dan penurunan kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan

berupa penurunan prestasi dan kapasitas belajar, dan di bidang ekonomi berupa

penurunan kemampuan dan kapasitas kerja.

Stunting yang telah terjadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growthakan

mengakibatkan menurunnya pertumbuhan. Masalah stunting merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan,

kematian, dan hambatan pertumbuhan baik secara motorik maupun

mental.Stunting dibentuk oleh growth faltering dan catch-up growth yang tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


memadai mencerminkan ketidakmampuan untuk mencapai pertumbuhan yang

optimal.Hal tersebut mengungkapkan bahwa kelompok balita yang lahir dengan

berat badan normal dapat mengalami stunting bila pemenuhan kebutuhan

selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik (Rachim, 2016).

Usia anak sekolah merupakan usia pertumbuhan yang lambat namun

konsisten. Pada usia ini, mereka secara signifikan menunjukkan peningkatan yang

berati dalam motorik, kognitif, sosial dan emosional. Pemilihan makanan yang

terbentuk pada usia ini, merupakan dasar pembentukan kebiasaan makan pada

usia selanjutnya (Almatsier, 2011).

Stunting atau pendek merupakan gambaran kurang gizi yang berdasarkan

pada indeks tinggi badan menurut umur yang terlalu rendah. Stunting atau terlalu

pendekberdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di bawah minus dua

standart deviasi (< -2 SD) dari tabel status gizi WHOchild growth standard

(WHO, 2012).

Pada umumnya, pola makan dan asupan gizi pada masa anak tidak jauh

berbeda dengan teman sebanyanya. Meskipun masa anak sekolah merupakan

masa sesudah masa pra-sekolah yang artinya kebutuhan energi mereka akan lebih

baik jika dibandingkan dengan kebutuhan energi pada usia anak pra-sekolah,

namun frekuensi makan pada masa ini lebih rendah empat hingga enam kali, hal

ini disebabkan karena usia anak sekolah mereka lebih banyak mengonsumsi

makanan dalam bentuk cemilan (snack).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.1 Indikator Stunting

Tinggi badan menurut umur (TB/U) adalah indikator untuk mengetahui

seseorang anak stunting atau normal. Tinggi badan merupakan ukuran

antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan

normal, tinggi badan tumbuh seiring pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi

badan relatif kurang sensitifterhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang

pendek. Indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lampau serta erat

kaitannya dengan sosial ekonomi.Menurut Kemenkes (2010), stunting

dikategorikan sebagai berikut: sangat pendek (z-score <-3 SD), pendek (-3 SD s/d

<- 2 SD), normal (z-score -2 SD s/d 2 SD) dan tinggi (z-score >2SD).

Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua

metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung

adalah metode yang cara kerjanya berhubungan atau kontak langsung dengan

masing-masing responden. Enumerator harus langsung bertemu dengan responden

yang ingin diketahui status gizinya. Metode ini terbagi atas empat cara penilaian

status gizi, yaitu secara klinis, biokimia, biofisik, dan antropometri.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter, sedangkan parameter adalah ukuran tunggal dari

ukuran tubuh manusia. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi

keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang. Pengukurang tinggi badan atau

panjang badan pada anak dapat dilakukan dengan alat pengukur tinggi/panjang

badan dengan presisi 0.1 cm. (Supariasa dkk., 2002).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penggunaan indeks TB/U memiliki beberapa kelebihan antara lain 1)

merupakan indikator yang baik untuk mengetahui kurang gizi pada masa lampau.

2) Alat mudah dibawa-bawa, murah. 3) Pengukuran objektif. Sedangkan

kelemahannya antara lain : 1) dalam penilaian intervensi harus disertai dengan

indeks lain (seperti BB/U), karena perubahan tinggi badan tidak banyak terjadi

dalam waktu singkat, 2) ketepatan umur sulit didapat.

Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronik

sebagai akibat dari keadaan berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku

hidup sehat dan pola asuh/pemberian makanan yang kurang baik dari sejak anak

dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.

2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Stunting

Pertumbuhan dipengaruhi oleh sebab langsung dan tidak langsung.Penyebab

langsung diantaranya adalah asupan makanan dan keadaan kesehatan, sedangkan

penyebab tidak langsung meliputi ketersediaan dan pola konsumsi makan anak,

pola pengasuhan anak, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Faktor – faktor tersebut ditentukan oleh sumber daya manusia, eknonomi dan

organisasi melalui faktor pendidikan. Penyebab paling mendasar dari tumbuh

kembang adalah masalah struktur politik, ideologi, dan sosial ekonomi yang

dilandasi oleh potensi sumber daya yang ada (Supariasadkk., 2002).

Beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi stunting sebagai berikut :

2.2.1 Status Sosial Ekonomi Keluarga

Kekurangan gizi sering kali bagian dari lingkaran yang meliputi pola

makan, kemiskinan dan penyakit. Ketiga faktor ini saling terkait sehingga masing-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


masing memberikan kontribusi terhadap yang lain. Perubahan sosial-ekonomi dan

politik yang meningkatkan kesehatan dan gizi dapat mematahkan siklus, karena

dapat gizi tertentu dan intervensi kesehatan. Kekurangan gizi mengacu pada

sejumlah penyakit, masing-masing berhubungan dengan satu atau lebih zat gizi,

misalnya protein, yodium, vitamin A atau zat besi. Ketidakseimbangan ini

meliputi asupan yang tidak memadai dan berlebihan asupan energi, yang pertama

menuju kekurangan berat badan, stunting dan kurus, dan yang terakhir

mengakibat kelebihan berat badan dan obesitas (WHO, 2007).

Stunting merupakan kegagalan untuk mencapai potensi pertumbuhan linear

sebagai hasil dari kesehatan atau kondisi gizi.Pada dasarnya, tingkat stunting yang

tinggi berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah dan peningkatan

risiko bertambah dengan adanya penyakit atau praktik pemberian makanan yang

tidak tepat.Prevalensi stunting mulai naik pada usia sekitar 3 bulan, proses dan

terhambatnya pertumbuhan sekitar usia 3 tahun (Semba dan Bloem, 2001).

Berdasarkan penelitian Nurmiati dalam Oktari (2015), yang melakukan

penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan anak balita yang mengalami

stuntingmenyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan kelompok anak

normal lebih baik daripada kelompok anak stunting.Pada kondisi stunting, tinggi

anak tidak memenuhi tinggi badan normal menurut umurnya.Anak yang stunting

berkaitan dengan keadaan yang terjadi dalam waktu yang lama seperti

kemiskinan, perilaku hidup sehat dan bersih yang kurang, kebiasaan makan, dan

rendahnya pendidikan.Oleh karena itu, masalah stunting merupakan cerminan dari

keadaan sosial ekonomi.Masalah gizi stunting diakibatkan oleh keadaan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berlangsung lama maka masalah gizi anak yang mengalami kejadian stunting

adalah masalah gizi yang sifatnya kronis.

2.2.2 Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan sangat berpegaruh terhadap perubahan sikap dan prilaku

hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi memudahkan seseorang atau

masyarakat untuk menyerap informasi danmengimplementasikan dalam prilaku

dan kehidupan sehari – hari. Tingkat pendidikan, khususnya pendidikan ibu

mempengaruhi derajat kesehatan. Pendidikan ibu berhubungan dengan tingkat

pengasuhan yang diberikan kepada anak. Praktek pengasuhan yang berkaitan erat

dengan pendidikan ibu adalah praktek pemilihan makanan keluarga terutama pada

anak.Di samping itu, pendidikan berpengaruh pula pada faktor sosial ekonomi

lainnya seperti pendapatan, pekerjaan kebiasaan makan, dan tempat

tinggal.Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh.Hal ini bisa

dijadikan landasan untuk membedakan metode penyuluhan yang tepat dari

kepentingan gizi keluarga, pendidikan di perlukan agar seseorang lebih tanggap

terhadap adanya masalah gizi didalam keluarga dan bisa mengambil tindakan

secepatnya (Suhardjo, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widianti tahun 2016 pada anak usia 5-

19 tahun ditemukan beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya stunting,

salah satunya yaitu, pendidikan orang tua yang rendah dan kelas sosial yang

rendah. Pendidikan ibu yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya stunting

yang paling tinggi dibanding dengan faktor risiko lainnya. Menurutnya hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tersebut bisa disebabkan karena ibu dengan pendidikan yang tinggi cenderung

memiliki finansial yang lebih baik dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga.

Hal tersebut membuat keluarga di kelas sosial yang lebih tinggi dan memiliki

status gizi keluarga yang lebih baik.

2.2.3 Pendapatan Keluarga

Ketersediaan kebutuhan rumah tangga tergantung dari pendapatan keluarga.

Selain itu, pendapatan keluarga juga menentukan jenis pangan yang dibeli.

Keluarga dengan pendapatan terbatas akan kurang memenuhi kebutuhan

makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh. Tingkat

pendapatan juga ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli (Adriani dan

Wirjatmadi, 2014).

Standart hidup yang layak dihitung dari pendapatan per kapita (tingkat

ekonomi). Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan

kualitas dan kuantitas makanan. Tingkat pendapatan akan menunjukkan jenis

pangan yang akan dibeli. Status sosial ekonomi dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan karena orang dengan pendidikan tinggi semakin besar peluangnya

untuk mendapatkan penghasilan yang cukup supaya bisa berkesempatan untuk

hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat,sedangkan pekerjaan yang lebih baik

orang tua selalu sibuk bekerja sehingga tidak tertarik untuk memperhatikan

masalah yang dihadapi anak-anaknya, padahal sebenarnya anak-anak tersebut

benar-benar membutuhkan kasih sayang orangtua (Adriani, 2012).

2.3 Kebiasaan Makan Anak

Menurut Suhardjo (2009), bahwa kebiasaan makan mempelajari cara yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berhubungan dengan konsumsi pangan dan menerima atau menolak bentuk atau

jenis pangan tertentu dimulai dari permulaan hidup dan menjadi bagian perilaku

yang berakar di antara kelompok penduduk. Kebiasaan makan yang terbentuk

selama masa kanak - kanak akan bertahan sampai dewasa. Anak-anak lebih

memilih makanan yang sebelumnya mereka telah kenal.

Kebiasaan makan dan sosial ekonomi keluarga berperan penting dalam

pertumbuhan tinggi badan anak. Status ekonomi keluarga akan mempengaruhi

pemenuhan gizi keluarga. Anak pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah

lebih berisiko mengalami stunting karena kemampuan pemenuhan gizi yang

rendah, meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi (Fernald dan Neufeld, 2007).

Berdasarkan penelitian Oktari (2015), mengatakan bahwa tingkat kecukupan

energi anak stunting menurut kategori pendek dan sangat pendek didapatkan

tingkat kecukupan energi yang mengalami defisit dengan kategori pendek sebesar

67,3 % dan kategorisangat pendek 75,0 %. Berdasarkan penelitian konsumsi rata-

rata energi anak stunting sebanyak 1226,6 kkal perhari. Hal ini menunjukkan

bahwa rata – rata konsumsi energi anak stunting dalam sehari masih kurang dari

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang telah dianjurkan. Hal ini dapat terjadi

karena makanan yang dikonsumsi sehari –hari anak stuntingbelum bisa

mencukupi kebutuhan energi yang dibutuhkan dalam sehari.Kebiasaan makan

anak, jumlah asupan yang kurang, dan frekuensi makan makanan pokok yang

dikonsumsi hanya dua kali juga mengakibatkan kebutuhan energi anak belum

tercukupi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.1 Kebutuhan Energi

Anak merupakan kelompok dinamis mulai masa neonatal sampai dewasa.

Setiap kelompok mempunyai perbedaan dalam hal kenaikan berat badan,

kecepatan pertumbuhan, lingkungan hormonal, aktivitas dan faktor lain yang

berpengaruh terhadap status nutrisi dan metabolik. Kebutuhan energi pada anak

sekolah berhubungan dengan laju pertumbuhan.Kebutuhan individual anak

tergantung pada aktivitas anak dan kebutuhan zat gizi.

Tingkat pertumbuhan berbeda untuk setiap anak, begitu juga dengan

kebutuhan energinya. Kebutuhan energi balita dan anak-anak sangat bervariasi

berdasarkan perbedaan tingkat pertumbuhan dan tingkat aktivitas. Tingkat

pertumbuhan untuk umur 1-3 tahun dan 7-10 tahun lebih cepat sehingga

mengharuskan kebutuhan energi yang lebih besar. Usia dan tahap perkembangan

anak juga berkaitan dengan kebutuhan energi (Sharlin & Edelstein dalam Fitri,

2012).Berdasarkan Kemenkes RI Angka Kecukupan Gizi (2014), angka

kecukupan energi yang dianjurkan (per orang dalam sehari) pada anak usia 7 – 9

tahun dan 10 – 12 tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1Angka Kecukupan Energi pada Anak Usia (7 – 9 ) dan (10 – 12)
Tahun.
Berat Tinggi Badan Energi
Usia Jenis Kelamin (kkal)
Badan(Kg) (Cm)
Laki-laki dan
7–9 27 130 1850
Perempuan
10 - 12 Laki-laki 34 142 2100
10 – 12 Perempuan 36 145 2000
Sumber: Pedoman Gizi Seimbang Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014

2.3.2 Kebutuhan Kalsium

Kalsium merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk mendukung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tumbuh kembang anak. Kalsium juga dibutuhkan untuk mengoptimalkan

pertumbuhan tulang dan gigi pada anak. Pada masa pertumbuhan juga

membutuhkan asupan Kalsium untuk membantu melindunginya dari serangan

penyakit. Kalsium merupakan mineral terbanyak dalam tubuh dan sebanyak 99

persen terdapat dalam tulang dan gigi.

Sumber kalsium utama terdapat pada susu dan hasil susu, seperti keju,

serelia, kacang – kacangan dan hasil kacang – kacangan, tahu, tempe dan sayuran

hijau merupakan hasil kalsium yang baik juga. Pada anak usia 6 – 12 tahun

terdapat hubungan yang bermakna antara kecukupan kalsium dan konsumsi susu

dengan tinggi anak (Solia, 2014).

Berdasarkan Kemenkes RI Angka Kecukupan Gizi (2014), angka

kecukupan kalsium yang dianjurkan (per orang dalam sehari) pada anak usia 7 – 9

tahun dan 10 – 12 tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Kalsium pada Anak Usia (7 – 9) dan (10 – 12
)Tahun.
Kalsium
Usia Jenis Kelamin
(mg)
7–9 Laki-laki dan Perempuan 1000
10 - 12 Laki-laki 1200
10 – 12 Perempuan 1200
Sumber: Pedoman Gizi Seimbang Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014

2.3.3 Kebutuhan Protein

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh,

karena di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi

sebagai zat pembangun dan pengatur. Sebagai zat pembangun, protein merupakan

bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi di dalam tubuh. Pada

masa pertumbuhan proses pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada masa kehamilan proteinlah yang membentuk jaringan janin dan

pertumbuhan embrio. Protein juga mengganti jaringan tubuh yang rusak dan yang

perlu dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk membentuk jaringan

baru dan mempertahankah jaringan yang telah ada.

Kebutuhan protein anak usia 6-15 tahun mengalami kenaikan. Pada periode

usia ini protein banyak digunakan untuk pertumbuhan sel baru, pemeliharaan

jaringan dan pengganti sel yang rusak termasuk sel otak, tulanng, otot, kemudian

pembentukan komponen tubuh yang penting seperti enzim, hormon, sel darah

merah (Devi, 2012).

Pendapatan yang dikemukakan oleh Regar dan Sekartini dalam Solia

(2014), pada anak usia 5 – 7 tahun di kelurahan Kampung Melayu Jakarta Timur

yaitu terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan protein terhadap

indeks TB/U. Seseorang yang konsumsi proteinnya baik maka proses

pertumbuhan akan berjalan lancar dan sistem kekebalan tubuh tidak akan

terganggu dengan demikian tinggi badan akan terjaga dan tubuh tidak mudah

terkena infeksi sehingga berpengaruh positif terhadap tinggi badan seseorang

terutama pada anak.

Berdasarkan Kemenkes RI Angka Kecukupan Gizi (2014), angka

kecukupan protein yang dianjurkan (per orang dalam sehari) pada anak usia 7 – 9

tahun dan 10 – 12 tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.3 Angka Kecukupan Protein pada Anak Usia (7 – 9) dan (10 – 12 )
Tahun.
Berat Badan Tinggi Badan Protein
Usia Jenis Kelamin (g)
(Kg) (Cm)
Laki-laki dan 49
7–9 27 130
Perempuan
10 - 12 Laki-laki 34 142 56
10 – 12 Perempuan 36 145 60
Sumber: Pedoman Gizi Seimbang Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014

2.3.4 Kebutuhan Vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas,

vitamin merupakan nama genetik yang menyatakan semua retinoid dan precursor

yang mempunyai aktivitas biologi secara retinol.Vitamin A berpengaruh terhadap

sitesis protein dalam pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan

tulang dan sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Kekurangan

vitamin A dapat menyebabkan pertumbuhan tulang terhambat dan bentuknya tidak

normal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (Cakrawati dan Mustika, 2011).

Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani seperti susu, hati, kuning telur,

namun pada sayuran dan buah – buahan juga banyak seperti bayam, kangkung,

buncis, wortel, tomat, daun singkong, dan jeruk. Vitamin A sangat dibutuhkan

bagi anak sekolah karena dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan anak.

Berdasarkan Kemenkes RI Angka Kecukupan Gizi (2014), angka

kecukupan vitamin A yang dianjurkan (per orang dalam sehari) pada anak usia 7 –

9 tahun dan 10 – 12 tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.4 Angka Kecukupan Vitamin A pada Anak Usia (7- 9) dan (10 –
12)Tahun.
Usia Jenis Kelamin Vitamin A
7–9 Laki-laki dan Perempuan 500
10 - 12 Laki-laki 600
10 – 12 Perempuan 600
Sumber: Pedoman Gizi Seimbang Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014

2.3.5 Kebutuhan Seng

Seng berperan untuk pertumbuhan sel dan berkorelasi positif dengan

pertumbuhan tinggi badan. Disaat anak – anak kekurangann seng dalam

pembentukan susunan organ dan kapasitas pertumbuhan tubuh kan melambat

pada saat yang bersamaan. Sumber seng paling baik adalah dari protein hewani,

terutama daging, ayam, ikan, dan telur.

Berdasarkan penelitian Mardewi dalam Trisnawati, dkk (2016) yang

menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan rendahnya asupan seng terhadap

kejadian stunting.Pengaruh rendahnya asupan seng dengan kejadian stunting

menimbulkan kurangnya nafsu makan sehingga menyebabkan rendahnya asupan

energi dan pertumbuhan terganggu.

Berdasarkan Kemenkes RI Angka Kecukupan Gizi (2014), angka

kecukupan seng yang dianjurkan (per orang dalam sehari) pada anak usia 7 – 9

tahun dan 10 – 12 tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5Angka Kecukupan Seng pada Anak Usia (7 – 9) dan (10 – 12 )


Tahun.
Seng
Usia Jenis Kelamin
(mg)
7–9 Laki-laki dan Perempuan 11
10 - 12 Laki-laki 14
10 – 12 Perempuan 13
Sumber: Pedoman Gizi Seimbang Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2014

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan utama penelitian ini, yaitu untuk mengetahui hubungan

sosial ekonomi keluarga, dan kebiasaan makan anak dengan kejadian tunting,

maka penelitian ini memiliki tiga variabel, yaitu variabeldua independen dan satu

variabel dependen.

Variabel didalam kerangka konsep meliputi variabel status sosial ekonomi

keluarga yang meliputi pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga.

Variabel kebiasaan makan untuk melihat keanekaragaman makanan yang

dikonsumsi oleh anak sekolah meliputi kecukupan energi, kalsium, protein,

vitamin A dan seng.Variabel status sosial ekonomi keluarga dan kebiasaan makan

anak saling berhubungan dengan kejadian stunting.

Variabel dependen pada penelitian ini adalah kejadian stunting dan dua

variable independen adalah sosial ekonomi keluarga dan kebiasaan makan anak.

Variable Independen Variable Dependen

Sosial Ekonomi Keluarga


- Pendidikan Ibu
- Pendapatan Keluarga
Kejadian stunting

Kebiasaan Makan Anak


- Keberagaman Makanan
- Frekuensi Makan
- Tingkat Kecukupan
(energi, kalsium, protein,
vitamin A, dan seng)

Gambar 1 : Kerangka Konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan

mengetahui hubungan social ekonomi keluarga dan kebiasaan makan anak di

Sekolah Dasar Negeri 060929 Kecamatan Medan Johor. Adapun rancangan pada

penelitian ini adalah menggunakan rancangan cross sectional yaitu suatu

rancangan yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan

dengan faktor penelitian dengan cara mengamati status paparan serentak pada

individu dari suatu populasi pada saat itu.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri060929 Kecamatan Medan

Johor. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena pada survei awal didapat

beberapa murid Sekolah Dasar Negeri 060929 Kecamatan Medan Johor memiliki

tinggi badan yang tidak sesuai dengan umurnya. Dari 394 orang, 117 orang (30%)

memiliki tubuh pendek dan sangat pendek. Dan pada umumnya, Anak yang

dengan keadaan stunting berasal dari keluarga yang kurang mampu secara

ekonomi.Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan status

sosial ekonomi keluarga dan kebiasaan makan anak yang dapat mempengaruhi

tinggi badan anak.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Juli2017 sampai dengan selesai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas IV sampai kelas VI di

Sekolah Dasar Negeri 060929 yang berjumlah 194 siswa dengan alasan karena

siswa tersebut sudah mulai bisa untuk diwawancarai.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari seluruh siswa yang menjadi obyek. Jumlah

sampel dapat diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin.

𝑁
𝑛 =
1 + 𝑁𝑒 2

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran

ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi)

194
n= = 99,48 = 100
1+194 ( 0,1 )2

Dari hasil perhitungan jumlah sampel minimal tersebut, peneliti

memutuskan untuk mengambil sebanyak 100 sampel.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

proportionate stratified random sampling.

Rumus pengambilan sampelnya adalah:

Ni
ni = ×n
N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan:

ni = jumlah anggota sampel per kelas

n = jumlah anggota sampel seluruhnya

Ni = jumlah anggota populasi per kelas

N = jumlah anggota populasi seluruhnya

Maka jumlah anggota sampel berdasarkan kelas adalah:


63
Kelas IV = × 194 = 33 responden
364

65
Kelas V = × 194 = 34 responden
364

64
Kelas VI = × 194= 33 responden
364

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise yang dilakukan peneliti

sendiri.

2. Pengukuran status sosial ekonomi keluarga dengan menggunakan

kuisioner yang telah dibuat oleh peneliti. Pengukuran ini dilakukan oleh

peneliti sendiri.

3. Pengukuran kebiasaan makan diperoleh melalui wawancara menggunakan

foodrecall 24 jam dan formulir food frequency.

3.4.2. Data Sekunder

Data Sekunder dalam penelitian ini adalah data siswa yaitu jumlah seluruh

siswa dan jumlah siswa per kelas yang diperoleh dari catatan dari pihak sekolah

Sekolah Dasar Negeri 060929 Kecamatan Medan Johor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5 Variabel dan Definisi Operasional

1. Pendidikan Ibua dalah tingkat/jenjang pendidikan terakhir yang pernah

diikuti oleh ibu dan memperoleh ijazah yang sah.

2. Pendapatan Keluarga adalah total penghasilan per bulan dalam nilai rupiah

yang diperoleh keluarga berdasarkan akumulasi pendapatan ayah dan ibu.

3. Kebiasaan Makan Anak adalah perilaku yang berhubungan dengan cara

mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam berdasarkan food recall 24

jam.

4. Frekuensi makan adalah seberapa sering siswa mengkonsumsi makanan

tertentu dalam satu hari atau satu minggu

5. Jenis makanan adalah ragam makanan yang dikonsumsi dalam satu hari

mencakup makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah, dan susu.

6. Kecukupan gizi adalah banyaknya zat gizi makro (energi dan protein) dan

zat gizi mikro (kalsium, vitamin A, dan seng) yang dikonsumsi

dibandingkan dengan AKG.

7. Kejadian Stunting adalah suatu keadaan anak sekolah yang pendek dan

normal yang dihitung berdasarkan indeks antropometri tinggi badan

menurut umur (TB/U) dimana nilai Z-score <-2 SD (standart deviasi).

3.6. MetodePengukuran

3.6.1. SosialEkonomiKeluarga

1. PendidikanIbu

Dikatakan berpendidikan Tinggi jika ibu dari responden lulus SMA/SMK

sederajat. Rendah jika ibu hanya lulus SD atau SMP.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kategori pendidikan sebagai berikut:

a. Tinggi : jika ibu lulus SMA/D-3/S1

b. Rendah : jika ibu hanya lulus SD/SMP

2. Tingkat Pendapatan Keluarga

jumlah penghasilan perbulan yang diperoleh berdasarkan akumulasi

pendapatan ibu dan ayah yang diakumulasikan menjadi pendapatan keluarga guna

mencukupi kebutuhan sehari-hari sesuai dengan Upah Minimum Kota Medan

(2016) dengan kategori:

a. Tinggi : ≥ Rp. 2.528.000

b. Rendah : < Rp. 2.528.000

3.6.2. KebiasaanMakanAnak

1. JenisMakanan

Jenis makanan diperoleh melalui wawancara kepada siswa menggunakan

food recall 24 jam sebanyak 2 kali. Selanjutnya jenis makanan dikategorikan

menjadi:

a. Lengkap : ≥ 4 jenis (makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah, dan

susu)

b. Tidak lengkap : < 3 jenis (makanan pokok dan lauk pauk/ sayuran/ buah/

susu)

2. FrekuensiMakan

Frekuensi makan diperoleh melalui wawancara kepada siswa menggunakan

food frequency selanjutnya dikategorikan menjadi:

1. 2-3 kali sehari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. 4-6 kali seminggu

3.1-3 kali sebulan

4. 1-2 kali sebulan

3. Kecukupan Gizi

Kecukupan gizi diperoleh dari hasil wawancara food recall 24 jam yang

dilakukan 2 kali. Jumlah makanan diukur dengan menggunakan formulir food

recall 24 jam dengan cara jumlah bahan makanan yang dikonsumsi siswa dihitung

menggunakan software nutrisurvey, untuk mengetahui banyaknya zat gizi makro

(energi, dan protein) dan zat gizi mikro (kalsium, vitamin A, danseng) yang

dikonsumsi siswa, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang

dianjurkan.

Konsumsi zat gizi makanan per hari


TK = x 100%
Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Setelah zat gizi makro (energi dan protein)dan zat giz imikro (kalsium,

vitamin A, danseng) yang dikonsumsi didapat dalam bentuk persen, hasil persen

tersebut akan dikategorikan atas (WNPG, 2004) :

Baik : jika dikonsumsi 80- 110% AKG

Kurang : jika dikonsumsi < 80% AKG

Setelah jumlah zat gizi mikro (kalsium, vitamin A, dan seng) yang

dikonsumsi didapat dalam bentuk persen, hasil persen tersebut akan dikategorikan

atas (WNPG, 2004) :

Baik : jika dikonsumsi 80- 110% AKG

Kurang : jika dikonsumsi < 80% AKG

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.6.3 Cut off point Kejadian stunting (WHO 2007)

1. Normal : ≥ -2 SD

2. Stunting : ≤ -2 SD

3.7 Metode Analisis Data

Dalam pengolahan data, ada empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu:

editing, coding, data entry, dan tabulasi. Editing atau penyuntingan data dilakukan

dengan cara melakukan pemeriksaan kelengkapan isian pada kuesioner dan

ketepatan data hasil pengukuran sebelum dimasukkan ke dalam pengolah data.

Setelah semua data selesai diperiksa kebenaran dan kelengkapannya,

selanjutnya akan dilakukan coding, yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Langkah ini akan memudahkan

dalam pengentrian data.

Data yang telah diubah menjadi bentuk kode angka atau bilangan

dimasukkan ke dalam program komputer. Peneliti akan menggunakan program

SPSS untuk mengolah data penelitian ini.

Setelah data dimasukkan ke dalam program SPSS, langkah selanjutnya

adalah menganalisis hasil penelitian. Hasil dari analisis tersebut akan ditampilkan

pada program SPSS dalam bentuk tabel.

Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis data, yaitu analisis

univariat dan bivariat. Analisis univariat, yaitu analisis yang dilakukan terhadap

tiap variabel penelitian. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel

penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dari tiap variabel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Analisis bivariat, ialah analisis yang digunakan untuk menguji hubungan

antara dua variabel penelitian, yaitu variabel independen dan dependen serta

menguji hubungan kedua variabel dependen. Pada analisis ini peneliti akan

menggunakan uji chi-square. Hipotesis akan diterima apabila nilai p< 0,05 dan

sebaliknya hipotesis akan ditolak jika nilai p> 0,05.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri Nomor 060929 terletak di Jl. Karya Jaya No. 52,

Kecamatan Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara. Jumlah siswa sebanyak

485 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 228 siswa dan siswa

perempuan sebanyak 257 siswa. Jumlah jumlah guru sebanyak 20 orang dengan

kepala sekolah dan staf tata usaha.

SD No. 060929 memiliki sarana dan prasarana antara lain adalah ruang kelas

sebanyak tujuh kelas, perpustakaan, kamar mandi siswa dan guru, dan kantin

sekolah. Umumnya siswa mengonsumsi makanan jajanan yang ada di kantin

seperti chiki-chiki, permen, biskuit yang dijual di kantin sekolah dan makanan

tradisional seperti bakso, mie, tempe goreng dan tahu goreng dijual di kantin

diluar kantin sekolah. Proses belajar mengajar dilakukan setiap hari (senin-sabtu)

mulai pagi hingga siang hari.

4.2 Kejadian Stunting pada AnakSD Negeri No. 060929di Kecamatan Medan
Johor Tahun 2017

Pengelompokkan kejadian stunting siswa dibagi menjadi 2 kategori yaitu

normal dan stunting. Distribusi frekuensi kelompok kejadian stunting pada anak

sekolah dasar dapat dilihat pada Tabel 4.1, yang menunjukkan siswa dengan

kategori normal sebanyak 43orang (43%) dan kategori stunting sebanyak 57orang

(57%). Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa lebih banyak ditemukan anak

yang mengalami kejadian stunting daripada yang katehori normal di SD Negeri

No. 060929 di Kecamatan Medan Johor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.1 Distribusi Kejadian Stunting pada AnakSDNegeri No. 060929di
Kecamatan Medan Johor Tahun 2017
Kejadian Stunting N %
Normal 43 43,0
Stunting 57 57,0
Total 100 100,0

4.3 Distribusi Kejadian Stunting Menurut Jenis Kelamin dan Umur Anak SD
Negeri No. 060929di Kecamatan Medan Johor Tahun 2017

Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa anak stunting dengan jenis kelamin

perempuan yang lebih mendominasi yaitu sebanyak 31 orang (62%) , dan juga

pada umur 10 tahun yaitu sebanyak (21) orang (61,7%).

Tabel 4.2 Distribusi kejadian Stunting Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
AnakSD Negeri No. 060929di Kecamatan Medan Johor Tahun
2017
Kejadian Stunting Total
Karakteristik Normal Stunting
n % n % n %
Jenis Kelamin:
Laki-laki 2746,5 3153,4 58 100,0
Perempuan 16 38,1 26 61,9 42 100,0
Umur
9 tahun 1339,3 2060,6 33 100,0
10 tahun 13 38,2 21 61,7 34 100,0
11 tahun 17 51,5 1648,4 33100,0

4.4 Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan berdasarkan pendidikan ibu dan

pendapatan keluarga. Distribusi pendidikan ibu dan pendapatan keluarga di

tampilkan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.

4.4.1 Pendidikan Ibu

Pada tabel 4.3 dibawah dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan ibu dari

siswa di SD Negeri No. 060929di Kecamatan Medan Johor adalah berpendidikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


rendah yaitu sebanyak 61 orang (61%) yaitu hanya lulus SD/SMP, sedangkan

yang berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 39 orang (39 %) yaitu lulus SMA/D-

3/S1.

Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan IbuAnak SD Negeri No. 060929di


Kecamatan Medan Johor Tahun 2017
Pendidikan Ibu N %
Tinggi 39 39,0
Rendah 61 61,0
Total 100 100,0

4.4.2 Pendapatan Keluarga

Pada tabel 4.4 dibawah dapat dilihat bahwa pendapatan keluarga dari siswa

SD Negeri No. 060929 di Kecamatan Medan Johor yang termasuk rendah yaitu

sebanyak 55 orang (55%), sedangkan yang tinggi sebanyak 45 orang (45%).

Tabel 4.4 Distribusi Pendapatan Keluarga AnakSD Negeri No. 060929di


Kecamatan Medan Johor Tahun 2017
Pendapatan Keluarga N %
Tinggi 45 45,0
Rendah 55 55,0
Total 100 100,0

4.5 Kebiasaan Makan Anak

Kebiasaan makan anak ditentukan berdasarkan jenis makanan, frekuensi

makan, dan kecukupan gizi (energi, kalsium, protein, vitamin A, dan seng).

Distribusi jenis makanan, frekuensi makan, dan kecukupan gizi (energi, kalsium,

protein, vitamin A, dan seng) di tampilkan pada Tabel 4.5, Tabel 4.6, dan Tabel

4.7.

4.5.1 Jenis Makanan

Berdasarkan pada tabel 4.5, dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berdasarkan jenis yang dikonsumsi siswa di SD Negeri No. 060929 Kecamatan

Medan Johor tidak beragam sebesar 56 %. Hal ini karena jenis makanan yang

dikonsumsi siswa setiap kali makan hanya mengkonsumsi 3 jenis makanan dalam

sehari, yaitu makanan pokok, lauk pauk dan sayur. Jenis makanan dikatakan

beragam jika makanan yang dikonsumsi siswa ≥ 4 jenis yaitu makanan pokok,

lauk pauk, sayuran, dan buah

Tabel 4.5 Distribusi Jenis MakananAnak SD Negeri No. 060929di


Kecamatan Medan Johor Tahun 2017
Jenis Makanan Jumlah (%)
Beragam 44 44,0
Tidak Beragam 56 56,0
Total 100 100,0

4.5.2 Frekuensi Makan


Frekuensi makanan siswa di kelompokkan menjadi selalu (2-3 kali sehari),

sering (4-6 kali seminggu), kadang-kadang (1-3 kali sebulan) dan jarang (1-2 kali

sebulan). Berdasarkan penelitian, umumnya siswa di SD Negeri No. 060929

Kecamatan Medan Johor mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok dengan

frekuensi selalu yaitu (2-3 kali sehari). Makanan pokok yang juga sering

dikonsumsi siswa adalah roti dengan frekuensi 2-3 kali sehari. Hal ini dikarenakan

kantin sekolah menyediakan roti sebagai jajanan di sekolah.

Umumnya daging dikonsumsi dengan frekuensi jarang, yaitu sekitar 1-2 kali

sebulan, dan biasanya di konsumsi pada hari – hari besar seperti libur nasional.

Siswa lebih banyak mengonsumsi ikan dan telur sebagai lauk hewani dengan

frekuensi ikan 4-6 kali seminggu, begitu juga dengan konsumsi telur. Sedangkan

lauk nabati seperti tahu dan tempe dikonsumsi 4-6 kali seminggu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Umumnya sayur yang sering dikonsumsi oleh siswa adalah sayur bayam,

daun ubi, dan kangkung dengan frekuensi 4-6 kali seminggu. Untuk sayur jenis

brokoli jarang dikonsumsi dengan frekuensi 1-2 kali sebulan karena banyak anak

tidak menyukai sayur tersebut.

Berdasarkan penelitian, siswa di SD Negeri No. 060929 Kecamatan Medan

Johor mengkonsumsi buah pisang dan papaya dengan frekuensi 4-6 kali

seminggu, buah tersebut sering dikonsumsi karena mudah didapatkan dan harga

yang tidak mahal. Konsumsi susu pada siswa sangat kurang hal ini dikarenakan

harga susu yang cenderung mahal.

Siswa di SD Negeri No. 060929 Kecamatan Medan Johor pada umumnya

mengonsumsi gorengan, chiki dan permen dengan frekuensi 4-6 kali seminggu,

dikarenakan kantin sekolah menyediakan makanan tersebut sebagai jajanan.

Gorengan, chiki dan permen merupakan makanan yang mengandung lemak,

garam dan gula yang tinggi yang tidak baik dikonsumsi setiap hari. Gambatan

frekuensi makanan siswa selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Makan Anak SD Negeri No. 060929di
Kecamatan Medan Johor Tahun 2017
Jenis Makan 2-3 kali 4-6 kali 1-3 kali 1-2 kali Total
sehari seminggu seminggu sebulan

n % n % n % n % N
1. Makanan Pokok
Nasi 100 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 100
Jagung 0 0,0 0 0,0 16 16,0 84 84,0 100
Singkong 0 0,0 0 0,0 25 25,0 75 75,0 100
Mie 0 0,0 51 51,0 26 26,0 23 23,0 100
Roti 5 5,0 38 38,0 43 43,0 14 14,0 100
2. Sumber
Protein
Daging 0 0,0 0 0,0 21 21,0 79 79,0 100
Ikan segar 100 100,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 100
Telur 0 0,0 44 44,0 56 56,0 0 0,0 100
Tempe 0 0,0 28 72,0 72,0 72,0 0 0,0 100
Tahu 0 0,0 26 26,0 63 63,0 0 0,0 100
4. Sayuran
Bayam 0 0,0 59 59,0 41 41,0 0 0,0 100
Kangkung 0 0,0 64 64,0 36 36,0 0 0,0 100
Daun Ubi 0 0,0 68 68,0 32 32,0 0 0,0 100
Brokoli 0 0,0 23 23,0 30 30,0 48 48,0 100
5. Buah
Apel 0 0,0 0 0,0 33 33,0 67 67,0 100
Jeruk 0 0,0 14 14,0 38 38,0 48 48,0 100
Pisang 0 0,0 46 46,0 17 17,0 37 37,0 100
Pepaya 0 0,0 18 18,0 35 35,0 47 47,0 100
Semangka 0 0,0 17 17,0 23 23,0 60 60,0 100
6. Jajanan
Susu 0 0,0 23 23,0 22 22,0 55 55,0 100
Bakso 0 0,0 11 11,0 34 34,0 55 55,0 100
Gorengan 0 0,0 35 35,0 24 24,0 41 41,0 100
Chiki 0 0,0 31 31,0 21 21,0 48 48,0 100
Permen 0 0,0 28 28,0 35 35,0 37 37,0 100
Ice Cream 0 0,0 15 15,0 38 38,0 15 15,0 100

4.5.3 Kecukupan Gizi Siswa

Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa pada umumnya kecukupan gizi

energi, kalsium, protein, vitamin A, dan seng dikonsumsi dalam jumlah yang

sedikit sehingga kurang memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang telah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dianjurkan. Distribusi kecukupan gizi siswameliputi asupan energi, kalsium,

protein, vitamin A, dan seng dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Berdasarkan tingkat konsumsi energi menunjukkan sebanyak 47 (47%)

termasuk kategori baik dan kategoi kurang sebanyak 53 (53%). Tingkat konsumsi

kalsium termasuk kategori baik sebanyak 50 (50%) dan kategori kurang sebanyak

50 (50%). Tingkat konsumsi protein kategori baik sebanyak 45 (45%) dan

kategori kurang sebanyak 55 (55%). Tingkat konsumsi vitamin A sebanyak 47

(47%) termasuk kategori baik dan kategori kurang sebanyak 53 (53%). Tingkat

konsumsi seng pada siswa sebanyak 46 (46%) termasuk kategori kurang dan

kategori baik sebanyak 54 (54%).

Tabel 4.7 DistribusiAnak SD Negeri No. 060929di Kecamatan Medan Johor


Tahun 2017 Berdasarkan Kecukupan Energi, Kalsium, Protein,
Vitamin A, dan Seng
Asupan Zat Gizi (n=100) (%)
Energi :
Baik 47 47,0
Kurang 53 53,0
Kalsium :
Baik 50 50,0
Kurang 50 50,0
Protein :
Baik 45 45,0
Kurang 55 55,0
Vitamin A :
Baik 47 47,0
Kurang 53 53,0
Seng :
Baik 46 46,0
Kurang 54 54,0

4.6 Kejadian Stunting Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Keluarga


Berdasarkan tabel 4.8 bahwa hasil analisis statistik didapatkan nilai p=0,003

(p<0,05) dan nilai RP=3.537yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang

bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting dan risiko terjadinya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


stunting pada siswa yang pendidikan ibu rendah3,537 kali lebih besar

dibandingkan siswa yang pendidikan ibu tinggi. Siswa pendidikan ibu tinggi

sebesar (55,8%) normal dan siswa pendidikan ibu rendah sebesar (73,6%)

stunting.

Distribusi status sosial ekonomi keluarga berdasarkan pendidikan ibu siswa di

SD Negeri No. 060929di Kecamatan Medan Johor berdasarkan kategori kejadian

stunting dapat dilihat selengkapnya dari tabel berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu
Kategori Kejadian Total p RP
Pendidikan Ibu Stunting
Normal Stunting
n % n % n %
Tinggi 24 55,8 19 44,2 43 100 0,003 3,537
Rendah 15 26,3 42 73,6 57 100

Berdasarkan tabel 4.9 bahwa hasil analisis statistik didapatkan nilai p=0,007

(p<0,05) dan nilai RP=3.059 yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang

bermakna antara pendapatan keluarga dengan kejadian stunting dan risiko

terjadinya stunting pada siswa yang pendapatan keluarga rendah 3,059 kali lebih

besar dibandingkan siswa yang pendapatan keluarga tinggi. Pada siswa

pendapatan keluarga tinggi sebesar (60,4%) normal dan siswa pendapatan

keluarga rendah sebesar (66,6%) stunting.

Tabel 4.9 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Pendapatan Keluarga
Kategori Kejadian Total p RP
Pendapatan Stunting
Keluarga Normal Stunting

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


n % n % n %
Tinggi 26 60,4 17 39,5 43 100 0,007 3,059
Rendah 19 33,3 38 66,6 57 100

4.7 Kejadian Stunting Berdasarkan Kebiasaan Makan Anak


Distribusi kebiasaan makan anak di tentukan berdasarkan jenis makanan,

frekuensi makan, dan kecukupan gizi (energi, kalsium, protein, vitamin A, dan

seng) siswa di SD Negeri No. 060929di Kecamatan Medan Johor berdasarkan

kategori kejadian stunting dapat dilihat selengkapnya dari tabel berikut:

4.7.1 Kejadian StuntingBerdasarkan Jenis Makanan


Berdasarkan tabel 4.10 bahwa hasil analisis statistik didapatkan nilai

p=0,007 (p<0,05) dan nilai RP=3,122 yang menyatakan bahwa adanya hubungan

yang bermakna antara jenis makanan dengan kejadian stunting dan risiko

terjadinya stunting pada siswa yang jenis makanan tidak beragam 3,122 kali lebih

besar dibandingkan siswa yang jenis makanan beragam. Pada siswa jenis

makanan beragam sebesar (62,7%) normal dan siswa jenis makanan tidak

beragam sebesar (64,9%) stunting.

Distribusi kebiasaan makan anak siswa di SD Negeri No. 060929di

Kecamatan Medan Johor berdasarkan kategori kejadian stunting dapat dilihat

selengkapnya dari tabel berikut

Tabel 4.10 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Jenis Makanan
Kategori Kejadian Total p RP
Jenis Makanan Stunting
Normal Stunting
n % n % n %
Beragam 27 62,7 16 37,2 43 100 0,007 3,122
Tidak Beragam 20 35,1 37 64,9 57 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.7.2 Kejadian StuntingBerdasarkan Kecukupan Gizi
Berdasarkan tabel 4.11 bahwa hasil analisis statistik didapatkan nilai

p=0,001 (p<0,05) dan nilai RP=3,971 yang menyatakan bahwa adanya hubungan

yang bermakna antara kecukupan energi dengan kejadian stunting dan risiko

terjadinya stunting pada siswa yang kecukupan gizi energi kurang 3,971 kali lebih

besar dibandingkan siswa yang kecukupan energi baik. Pada siswa kecukupan

energi baik sebesar (62,7%) normal dan siswa kecukupan energi kurang sebesar

(70,2%) stunting.

Distribusi kecukupan gizi energi, kalsium, protein, vitamin A, dan seng

siswa di SD Negeri No. 060929di Kecamatan Medan Johor berdasarkan kategori

kejadian stunting dapat dilihat selengkapnya dari tabel berikut:

Tabel 4.11 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Kecukupan Energi
Kategori Kejadian Total p RP
Kecukupan Stunting
Energi Normal Stunting
n % n % n %
Baik 27 62,7 16 37,2 43 100 0,001* 3,971
Kurang 17 29,8 40 70,2 57 100

Berdasarkan tabel 4.12 bahwa hasil analisis statistik didapatkan nilai

p=0,001 (p<0,05) dan nilai RP=4,269yang menyatakan bahwa adanya hubungan

yang bermakna antara kecukupan kalsium dengan kejadian stunting dan risiko

terjadinya stunting pada siswa yang kecukupan kalsiumkurang 4,269 kali lebih

besar dibandingkan siswa yang kecukupan kalsium baik. Pada siswa kecukupan

kalsium baik sebesar (62,7%) normal dan siswa kecukupan kalsium kurang

sebesar (64,9%) stunting..

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.12 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di
Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Kecukupan Kalsium
Kategori Kejadian Total p RP
Kecukupan Stunting
Kalsium Normal Stunting
n % n % n %
Baik 30 69,7 13 30,2 43 100 0,001 4,269
Kurang 20 35,1 37 64,9 57 100

Berdasarkan tabel 4.13 bahwa hasil analisis statistik didapatkan nilai

p=0,007 (p<0,05) dan nilai RP=3,059 yang menyatakan bahwa adanya hubungan

yang bermakna antara kecukupan protein dengan kejadian stunting dan risiko

terjadinya stunting pada siswa yang kecukupan protein kurang 3,059 kali lebih

besar dibandingkan siswa yang kecukupan protein baik. Pada siswa kecukupan

protein baik sebesar (69,7%) normal dan siswa kecukupan protein kurang sebesar

(66,6%) stunting.

Tabel 4.13 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Kecukupan Protein
Kategori Kejadian Total p RP
Kecukupan Protein Stunting
Normal Stunting
n % n % n %
Baik 26 60,4 17 39,5 43 100 0,007 3,059
Kurang 19 33,3 38 66,6 57 100

Berdasarkan tabel 4.14 bahwa hasil analisis statistik didapatkan nilai

p=0,019 (p<0,05) dan nilai RP=4,874 yang menyatakan bahwa adanya hubungan

yang bermakna antara kecukupan vitamin A dengan kejadian stunting dan risiko

terjadinya stunting pada siswa yang kecukupan vitamin A kurang 4,874 lebih

besar dibandingkan siswa yang kecukupan vitamin A baik. Pada siswa kecukupan

vitamin A baik sebesar (67,4%) normal dan siswa kecukupan vitamin A kurang

sebesar (70,1%) stunting.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.14 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di
Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Kecukupan Vitamin A
Kategori Kejadian Total p RP
Kecukupan Stunting
Vitamin A Normal Stunting
n % n % n %
Baik 29 67,4 14 29,8 43 100 0,019 4,874
Kurang 17 29,8 40 70.1 57100

Berdasarkan tabel 4.15 bahwa hasil analisis statistik didapatkan nilai

p=0,019 (p<0,000) dan nilai RP=2,622 yang menyatakan bahwa adanya hubungan

yang bermakna antara kecukupan seng dengan kejadian stunting dan risiko

terjadinya stunting pada siswa yang kecukupan kecukupan seng kurang 2,622

lebih besar dibandingkan siswa yang kecukupan kecukupan seng baik. Pada siswa

kecukupan seng baik sebesar (60,4%) normal dan siswa kecukupan seng kurang

sebesar (63,1%) stunting.

Tabel 4.15 Distribusi Kejadian Stunting Anak SD Negeri 060929 di


Kecamatan Medan Johor Berdasarkan Kecukupan Seng
Kecukupan Seng Total p RP
Kecukupan Seng Normal Stunting
n % n % n %
Baik 26 60,4 17 39,5 43 100 0,000 2,622
Kurang 21 36,8 36 63,1 57 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Kejadian Stunting Pada Anak Sekolah Dasar

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap siswa sekolah dasar di

SD Negeri No. 060929di Kecamatan Medan Johor ditemukan siswa yang

mengalami kejadian stunting sebesar 57%.Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih

banyak yang mengalami stunting dari pada yang normal di SD Negeri No.

060929di Kecamatan Medan Johor.

Berdasarkan kategori umur, ditemukan siswa dengan kategori umur 9 tahun

sebesar 60,6% siswa stunting, pada kategori 10 tahun sebesar 61,7% siswa

stunting dan pada kategori 11 tahun sebesar 48,4%.Hal ini menunjukkan ternyata

di umur 10 tahun kejadian stunting paling banyak.Berdasarkan jenis kelamin,

siswa dengan kategori jenis kelamin perempuan lebih besar ditemukan kejadian

stunting yaitu sebesar 62% siswa stunting dan jenis kelamin laki-laki sebesar

53,4% siswa stunting.

5.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah

tingkat sosial ekonomi.Berbagai faktor sosial ekonomi keluarga ikut

mempengaruhi pertumbuhan anak. Tingkat pedidikan termasuk dalam faktor

sosial ekonomi karena tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi yaitu

dengan meningkatkan pendidikan kemungkinan akan dapat meningkatkan

pendapatan sehingga meningkatkan daya beli makanan untuk mencukupi

kebutuhan gizi. Berbagai faktor sosial ekonomi keluarga ikut mempengaruhi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pertumbuhan anak. Faktor sosial ekonomi tersebut antara lain: pendidikan,

pekerjaan, dan pendapatan keluarga. Faktor tersebut diatas akan mempengaruhi

masukan zat gizi dan infeksi.

5.2.1 Pendidikan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa termasuk

kategori rendah yaitu sebesar 61 % dan kategori tinggi sebesar 39%. Berdasarkan

tabel 4.8 distribusi kejadian stunting berdasarkan pendidikan ibu memperlihatkan

ada kecenderungan kejadian stunting pada anak SD Negeri No. 060929 di

Kecamatan Medan Johor lebih besar proporsinya pada tingkat pendidikan ibu

rendah sebesar 73,6% pada siswa stunting dan pendidikan ibu tinggi sebesar 44%

pada siswa stunting. Sedangkan siswa dengan pendidikan ibu rendah sebesar

26,3% pada siswa normaldan pendidikan ibu tinggi sebesar 56% pada siswa

normal. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diketahui bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting

p=0,003dengan nilai RP=3,537, yang artinya risiko terjadinya stunting pada siswa

yang pendidikan ibu rendah 3,537 kali lebih besar dibandingkan siswa yang

pendidikan ibu tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ngaisah (2015) yang

menunjukkan hubungan signifikan antara pendidikan ibu dengan kejadian

stunting.

5.2.2 Pendapatan Keluarga


Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa siswa

tingkat pendapatan keluarga siswa dominan rendah yaitu sebesar 55% dan

tingkatpendapatan keluarga tinggi sebesar 45%.Berdasarkan tabel 4.9 distribusi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kejadian stunting berdasarkan pendapatan keluarga menunjukkan pendapatan

keluarga yang tinggi sebesar 60,4%, pada siswa normal dan sebesar 39,5% pada

siswa stunting. Sedangkan siswa dengan pendapatan keluarga yang rendah sebesar

33,3% pada siswa normal dan sebesar 66,6% pada siswa stunting. Berdasarkan

hasil uji statistik menggunakan chi square diketahui bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan kejadian stuntingp=0,007

dengan nilai RP=3,059yang artinyarisiko terjadinya stunting pada siswa yang

pendapatan keluarga rendah 3,059 kali lebih besar dibandingkan siswa yang

pendapatan keluarga tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapatan Sulistyoningsih (2011) bahwa

meningkatnya pendapatan akan mudah mendapatkan pangan dengan kualitas dan

kuantitas yang lebih baik, sebaliknya jika pendapatan menurun akan

menyebabkan sulit mendapatkan pangan baik secara kualitas maupun kuantitas.

5.3 Kebiasaan Makan Anak

Kebiasaan makan anak berperan penting dalam pertumbuhan tinggi badan

anak. Kebiasaan makan anak yang buruk akan berdampak pada kesehatan anak

terutama pemenuhan zat gizi anak. Kebiasaan makan anak pada penelitian ini

meliputi jenis makanan, frekuensi makan, dan kecukupan gizi (energi, kalsium,

protein, vitamin A, dan seng).

5.3.1 Jenis Makanan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa jenis

makanan siswa SD Negeri No. 060929 di Kecamatan Medan johor tidak beragam

yaitu sebesar 56% dan jenis makanan beragam sebesar 44%. Berdasarkan hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penelitian tabel 4.10 distribusi kejadian stunting dengan jenis makanan

menunjukkan bahwa kategori jenis makanan tidak beragam sebesar 65% pada

siswa stunting dan kategori jenis makanan beragam sebesar 37,2% pada siswa

stunting. Sedangkan siswa dengan kategori jenis makanan tidak beragam sebesar

35% pada siswa normal dan kategori jenis makanan beragam sebesar 62,7% pada

siswa normal. Rata-rata siswa stunting mengonsumsi 3 jenis makanan dalam

sehari, yaitu makanan pokok, lauk pauk, dan sayur.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diketahui bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara jenis makanan dengan kejadian stunting

p=0,001 dengan nilai RP=3,971 yang artinyarisiko terjadinya stunting pada siswa

yang jenis makanan tidak beragam 3,971 kali lebih besar dibandingkan siswa jenis

makanan yang beragam.

Kebiasaan makan yang baik dan jenis hidangan makanan yang beraneka

ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat pembangun,

serta zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang.Hal ini dikarenakan tidak ada

satu susunan makanan mengandung gizi yang lengkap.Jika makanan yang

dikonsumsi semakin beragam maka komposisi zat gizi semakin lengkap.Asupan

gizi yang diperoleh dari mengonsumsi berbagai makanan mengandung zat gizi

berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral(Arisman, 2010).

5.3.2 Frekuensi Makan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa makanan

pokok yang sering dikonsumsi siswa SD Negeri 060929 Kecamatan Medan Johor

adalah nasi (100,0%) dengan frekuensi 2-3 kali sehari. Hal ini dikarenakan nasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


masih menjadi makanan pokok utama di sebagian besar wilayah Indonesia dan

dikonsumsi lebih dari satu kali dalam sehari.

Sumber protein yang paling sering dikonsumsi oleh siswa adalah ikan

(100,0%) dengan frekuensi 2-3 kali sehari, sedangkan sumber protein yang jarang

dikonsumsi oleh siswa adalah daging (79%) dengan frekuensi 1-2 kali sebulan.

Ternyata 59% siswa mengkonsumsi bayamdengan frekuensi 4-6 kali seminggu

dan 64% mengkonsumsi daun ubi 4-6 kali seminggu. Jenis sayuran lainnya,

sepertikangkung, dan brokoli jarang dikonsumsi.Sama juga dalam mengonsumsi

buah-buahan, sebagian besar siswa stunting jarang mengonsumsi buah.Sebagian

dari anak masih ada yang kurang suka mengonsumsi sayur dan masih ada yang

memilih jenis sayuran tertentu untuk dikonsumsi. Mengonsumsi sayuran dan

buah-buahan sebaiknya bervariasisehingga diperoleh beragam sumber vitamin

ataupun mineral serta serat.

Umumnya jajanan yang sering dikonsumsi siswa SD Negeri 060929

Kecamatan Medan Johor adalah gorengan dan makanan ringan.Hal ini dapat

dilihat dari frekuensi dan jumlah siswa yang tergolong sering mengonsumsi

jajanan tersebut.Jajanan sekolah juga memberikan kontribusi pemenuhan

kebutuhan gizi siswa, namun harus diperhatikan kualitas dari jajanan tersebut.

5.3.3 Kecukupann Gizi

Angka kecukupan gizi (AKG) adalah banyaknya masing-masing zat gizi

yang harus dipenuhi dari makanan untuk mencukupi zat gizi yang dibutuhkan

oleh tubuh. Kebutuhan gizi untuk anak merupakan kebutuhan zat gizi yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan. Anak yang tidak mendapat gizi

akan mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan.

Kecukupan gizi meliputi pada penelitian ini meliputi kecukupan energi,

kecukupan kalsium, kecukupan protein, kecukupan vitamin A, dan kecukupan

seng

5.3.3.1 Kecukupan Energi

Tingkat kecukupan energi anak SD rata-rata 1200 kkal, namun masih ada

juga anak yang tingkat kecukupan energi tidak baik ini disebabkan oleh kebiasaan

makan anak yang lebih menyukai makanan lain dari pada makan nasi.

Kekurangan energi yang berlangsung lama pada anakakan mengakibatkan

penurunan berat badan dan jika berlanjut akan mengakibatkan keadaan gizi

berkurang. Pada keadaan gizi berkurang akan mengakibatkan tumbuh kembang

anak terhambat. Pada usia remaja atau dewasa akan mengakibatkan menurunnya

produktifitas kerja.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa

kecukupan energi siswa SD Negeri No. 060929 di Kecamatan Medan johor

kurang yaitu sebesar 53% dan kecukupan energi baik sebesar 47%. Berdasarkan

hasil penelitian tabel4.11distribusi kejadian stunting dengan kecukupan energi

menunjukkan bahwa kategori kecukupan energi kurang sebesar 65% pada siswa

stunting dan kategori kecukupan energi baik sebesar 35% pada siswa stunting.

Sedangkan siswa dengan kategori kecukupan energi kurang sebesar 37,2% pada

siswa normal dan kategori kecukupan energi baik sebesar 62,8% pada siswa

normal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diketahui bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara kecukupan energi dengan kejadian

stunting p=0,007 dengan nilai RP=3,122 yang artinyapeluang terjadinya stunting

pada siswa yang kecukupan energi rendah 3,122 kali lebih besar dibandingkan

siswa yang kecukupan energi baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jumirah, dkk (2008)

pada anak Sekolah Dasar di Desa Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan

bahwa dalam penelitian tersebut anak yang pendek pada umumnya mempunyai

konsumsi energi yang kurang, sementara anak dengan status gizi normal

menunjukkan konsumsi energi yang bervariasi dari tingkat konsumsi baik sampai

defisit. Dengan kata lain ada anak yang tinggi badan menurut umur normal tetapi

mempunyai konsumsi energi yang kurang dan defisit, sebaliknya ada anak yang

status tinggi badannya pendek dan sangat pendek mempunyai konsumsi energi

yang kurang dan baik. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi badan sebagai indikator

pertumbuhan linier lebih merupakan refleksi dari asupan gizi masa lalu bukan

masa sekarang.

5.3.3.2 Kecukupan Kalsium

Kalsium merupakan mineral paling banyak didalam tubuh, sebanyak 99 %

kalsium terdapat dalam tulang dan gigi dan sisanya 1 % terdapat dalam darah dan

jaringan lunak (Devi, 2012).Kalsium sangat penting dan dibutuhkan oleh tubuh

saat masa pertumbuhan tulang dan gigi. Konsumsi kalsium yang kurang pada

anak dapat mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan. Pada anak stunting jika

kebutuhan kalsium pada masa pertumbuhan kedua cepat dapat terpenuhi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kemungkinan anak stunting untuk dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhan

tinggi badannya masih ada kesempatan apabila tercukupinya kebutuhan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa

kecukupan kalsium siswa SD Negeri No. 060929 di Kecamatan Medan johor

kurang yaitu sebesar 50% dan kecukupan kalsium baik sebesar 50%. Berdasarkan

hasil penelitian tabel4.12distribusi kejadian stunting dengan kecukupan kalsium

menunjukkan bahwa kategori kecukupan kalsium kurang sebesar 65% pada siswa

stunting dan kategori kecukupan kalsium baik sebesar 30,2% pada siswa stunting.

Sedangkan siswa dengan kategori kecukupan kalsium kurang sebesar 35% pada

siswa normal dan kategori kecukupan kalsium baik sebesar 69,7% pada siswa

normal.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diketahui bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara kecukupan kalsium dengan kejadian

stunting p=0,001 dengan nilai RP=4,269 yang artinya bahwa kecukupan kalsium

memiliki hubungan dengan kejadian stunting dan risiko terjadinya stunting pada

siswa yang kecukupan kalsium rendah 4,269 kali lebih besar dibandingkan siswa

yang kecukupan kalsium baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Solia (2014) mengenai

hubungan pola konsumsi dan konsumsi susu dengan tinggi badan anak usia 6-12

tahun di SDN 173538 Balige, bahwa dari 60 anak terdapat 48,3% mengalami

defisit kalsium, 6,7% anak mengalami kekurangan kalsium, 6,7% anak dengan

kecukupan kalsium sedang dan 38,3% anak dengan kecukupan kalsium baik, yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berarti menunjukkan bahwa kalsium memilki hubungan yang erat dengan

pertumbuhan tinggi badan anak.

5.3.3.3 Kecukupan Protein

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa

kecukupan protein siswa SD Negeri No. 060929 di Kecamatan Medan johor

kurang yaitu sebesar 55% dan kecukupan protein baik sebesar 45%. Berdasarkan

hasil penelitian tabel4.13distribusi kejadian stunting dengan kecukupan protein

menunjukkan bahwa kategori kecukupan protein kurang sebesar 66,6% pada

siswa stunting dan kategori kecukupan protein baik sebesar 39,5% pada siswa

stunting. Sedangkan siswa dengan kategori kecukupan protein kurang sebesar

33,3% pada siswa normal dan kategori kecukupan protein baik sebesar 60,4%

pada siswa normal.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diketahui bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara kecukupan protein dengan kejadian

stunting p=0,007 dengan nilai RP=3,059 yang artinyarisiko terjadinya stunting

pada siswa yang kecukupan protein rendah 3,059 kali lebih besar dibandingkan

siswa yang kecukupan protein baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Regar (2013) yang meneliti

hubungan kecukupan asupan protein dengan status gizi menurut indeks TB/U

dengan populasi penelitian anak umur 5-7 tahun yang memberikan hasil nilai p=

0,037.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.3.3.4 Kecukupan Vitamin A

Pada masa anak-anak kecukupan gizi harus di perhatikan terutama

kecukupan vitamin A. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang

anak.Kekurangan vitamin A yang berlangsung lama pada anakakan

mengakibatkan pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal.

Kekurangan vitamin A disebabkan oleh kebiasaan makan anak yang tidak

beragam seperti kurangnya konsumsi sayuran dan buah-buahan.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa

kecukupan vitamin A siswa SD Negeri No. 060929 di Kecamatan Medan Johor

kurang yaitu sebesar 53% dan yang termasuk kategori baik sebesar 47%.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14 menunjukkan bahwakejadian

stunting lebih besar proporsinya pada anak yang kecukupan vitamin A nya

kategori kurang (70%) dari pada anak yang kecukupan vitamin A nya kategori

baik (29,8%). Sebaliknya, anak yang tinggi badannya kategori normal lebih

banyak terdapat pada kelompok yang kecukupan vitamin A nya kategori baik dari

pada kelompok yang kecukupan vitamin A nya kategori kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diketahui bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara kecukupan vitamin A dengan kejadian

stunting p=0,019 dengan nilai RP=4,874 yang artinyarisiko terjadinya stunting

pada siswa kecukupan vitamin A rendah 4,874 kali lebih besar dibandingkan

siswa yang kecukupan vitamin A baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.3.3.5 Kecukupan Seng

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa

kecukupan seng siswa SD Negeri No. 060929 di Kecamatan Medan Johor kurang

yaitu sebesar 54% dan yang termasuk kategori baik sebesar 46%. Berdasarkan

hasil penelitian padatabel4.15distribusi kejadian stunting dengan kecukupan seng

menunjukkan bahwakejadian stunting lebih besar proporsinya pada anak yang

kecukupan sengnya kategori kurang (63,1%) dan pada anak yang kecukupan

sengnya kategori baik (39,5%). Sebaliknya, anak yang tinggi badannya kategori

normal lebih banyak terdapat pada kelompok yang kecukupan sengnya kategori

baik dari pada kelompok yang kecukupan sengnya kategori kurang

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square diketahui bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat asupan seng dengan kejadian

stunting p=0,000 dengan nilai RP=2,622 yang artinyarisiko terjadinya stunting

pada siswa yang asupan seng kurang 2,622 kali lebih besar dibandingkan siswa

yang asupan seng baik.

Seng penting dalam pertumbuhan sel dan berkorelasi positif dengan

pertumbuhan tinggi badan. Berdasarkan penelitian Mardewi (2014) tentang

kecukupan seng rendah sebagai faktor risiko perawakan pendek pada anak bahwa

rata-rata kadar sengpada anak dengan perawakan pendek lebih rendah

dibandingkan anak dengan perawakan normal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dewi dan Kadek (2016) bahwa

pada anak balita yang kurang mengonsumsi seng lebih banyak mengalami

stunting daripada balita yang konsumsi sengnya tercukupi. Maka dapat dilihat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


baik pada usia balita maupun usia anak sekolah, apabila asupan seng pada anak

tidak tercukupi maka akan mengakibatkan terjadinya stunting pada anak dan

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2010) sesuai dengan

penelitian yang telah dilakukan bahwa asupan seng memilki risiko yang tinggi

untuk dapat mengalami stunting apabila asupan seng tidak terpenuhi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kejadian stunting pada anak sekolah dasar di SD Negeri No. 060929

Kecamatan Medan Johor sebesar 57%, hal ini menunjukkan bahwa

kejadian stunting pada anak masih banyak ditemukan dan masih dalam

kategori yang sangat tinggi.

2. Status sosial ekonomi keluarga anak di SD Negeri No. 060929di

Kecamatan Medan Johor berdasarkan pendidikan ibu rata-rata tergolon

grendah dan pendapatan keluarga yang masih tergolong rendah, yaitu

<Rp. 2.528.000.
3. Kebiasaan makan anak di SD Negeri No. 060929Kecamatan Medan Johor

Berdasarkan jenis makanan yang di konsumsi anak tidak beragam. Hal ini
dikarenakan dari kurangnya variasi menu setiap kali makan. Sedangkan
untuk frekuensi makan, anak masih cendrerung mengonsumsi makanan
pokok dan lauk pauk, sementara sayur, buah dan susu masih sangat kurang
dikonsumsi sehingga jumlah kecukupan gizi (energi, kalsium, protein,
vitamin A danseng) yang di konsumsi anak SD Negeri No. 060929di
Kecamatan Medan Johor tergolong kurang.
4. Hasil penelitian hubungan status sosial eknomi keluarga dengan kejadian

stunting dibuktikan dengan uji statistik tingkat pendidikan (p=0,003) dan

pendapatan keluarga (p=0,007), hubungan kebiasaan makan anak dengan

kejadian stunting dibuktikan dengan uji statistik berdasarkan jenis makanan

(p=0,001), kecukupan energi (p=0,001), kecukupan kalsium (p= 0,001),

kecukupan protein (p= 0,007) kecukupan vitamin A (p=0.019), dan

kecukupan seng (p= 0,000).

6.2 Saran
1. Sebagai orangtua terutama ibu yang mengelola makanan anak diharapkan

agar lebih memperhatikan keanekaragaman makanan anak dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


meningkatkan asupan zat gizi energi, kalsium, protein, vitamin A,

dansengpada anak agar mengurangi risiko terjadinya stunting pada anak.

2. Pihak sekolah sebaiknya lebih memperhatikan kualitas makanan jajanan,

baik jajanan kantin maupun jajanan yang diluar kantin, yang akan

dikonsumsi anak di sekolah.

3. Bagi peneliti selanjutnya, terdapat banyak faktor lain yang mempengaruhi

kejadian stunting pada anak, baik secara langsung maupun secara tidak

langsung, diharapkan dapat dilakukan penelitian dengan memasukkan

berbagai variabel yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Adriani, A. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta: GrahaIlmu.


Adriani, M, Wirjatmadi, B. 2014. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama Mandiri.
Almatsier, S. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku ajar ilmu gizi edisi kedua
Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
Cakrawati dan Mustika. 2011. Bahan Pangan, Gizi, Kesehatan. Bandung.
Alfabeta.

Devi, N. 2012.Gizi Anak Sekolah. Jakarta. Kompas.

Dewi, I.A.K.C dan Kadek T.A. 2016.Pengaruh Konsumsi Protein Dan Seng Serta
Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap Kejadian StuntingPada Anak Balita
Umur 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Penida III. Jurnal
Arc.com. Health vol. 3 No. 1: 36-46.
Fitri. 2012. Berat Lahir sebagai Faktor Dominan Terjadinya Stunting pada Balita
12-59 Bulan di Sumatera (Analisis data RISKESDAS 2010). Tesis.
Depok. FKM Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.

Fernald, L. C. & Neufeld L. M. 2007.Overweight With Concurrent Stunting In


Very Young Children From Rural Mexico: Prevalence And Associated
Factors. European Journal of Clinical Nutrition 2007: 61: 623–632.

Hidayati, Hamam, dan Amitya. 2010. Kekurangan Energi dan Gizi Merupakan
Faktor Risiko Kejadian Stunted pada Anak 1-3 Tahun yang Tinggal di
Wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta. Jurnal Kesehatan. Vol. 3 no. 1 :
89-104.

Jumirah. Zulhaida. Evawany. 2008. Status Gizidan Tingkat Kecukupan Energi


dan Protein Anak Sekolah Dasar di Desa Namo Gajah Kecamatan Medan
Tuntungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Sumatera Utara.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi


Anak. Jakarta: Direktorat Bina Gizi.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Marianto, D, Ariani, M. 2012. Analisis Konsumsi Pangan Rumah Tangga dalam
Prosiding Kebutuhan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan
Globalisasi dalam Widyakarya Pangan Nasional VIII.

Ngaisah, D. 2015. Hubungan Sosisal Ekonomi dengan Kejadian Stunting pada


Balita di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung. Jurnal : Medika Respati
Kidul, Vol X No 4.

Oktari, L. 2015. Gambaran Pola Konsumsi Anak Stunting di SDN 064994


Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.

Rachim, A.N.F. 2016. Hubungan Konsumsi Ikan terhadap Kejadian Stunting


Pada Anak Usia 2-5 Tahun. KTI. Universitas Diponegoro.

Regar, Evan, Rini Sekartini. 2013. Hubungan Kecukupan Asupan Energi dan
Makronutrien dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan
Kampung Melayu, Jakarta Timur Tahun 2012.Jurnal Kedokteran
Indonesia Vol. 1, No. 3, Desember.

Samba, R. D. , Bloem, M. W. 2001. Nutrition and Health In Developing


Countries. Human Press. Totowa, New Jersey.

Solia, R. 2014. Hubungan Pola Konsumsi Makanan dan Konsumsi Susu dengan
Tinggi Badan Anak Usia 6-12 Tahun di SDN 173538 Balige. Skripsi.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Suhardjo. 2009. Perencanaan Pangandan Gizi. Jakarta: BumiAksara.
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Supariasa, 2002, Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.Trisnawati, M., Pontang, S.G.,Mulyasari, I. 2016. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59
Bulan di Desa Kidang Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok
Tengah. Jurnal Ilmu Gizi. STIKES Ngudi Wahyu.
Trisnawati, M. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Stunting PadaBalita Usia 24-59 Bulan Di Desa Kidang Kecamatan
Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah (Skripsi). Ungaran: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo.
UNICEF. 2007. Progress for Children: Stunting, Wasting, and Overweight.
UNICEF. 2013. Ringkasan Kajian Gizi. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Widianti, YA. 2016. Prevalensi, Faktor, Resiko, dan dampak Stunting pada Anak
Usia Sekolah. Jurnal: universitas slametriyadi, Surakarta.
Word Health Organization. 2007. Growth reference 5-19 years. Jewena.WHO
Interim Guidelines.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Word Health Organization 2012.WHO Child Growth Standards, Length/Height
for Age: Methods and Development. Geneva: Department of Nutrition for
Health and Development.

Word Health Organization 2013. WHO Child Growth Standards, Length/Height


for Age: Methods and Development. Geneva: Department of Nutrition for
Health and Development.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Karakteristik Siswa

KARAKTERISTIK SISWA

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DAN KEBIASAAN


MAKAN ANAK DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK
SEKOLAH DASAR NEGERI 060929 DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

1. Karakteristik Status Sosial Ekonomi Keluarga

Nama Ibu :

Nama Anak :

Umur Anak : thn

Pendidikan Ibu : a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Perguruan Tinggi

Penghasilan Keluarga/bulan : Rp.

2. Karakteristik Anak SD

Nama :

Umur : thn

Jenis Kelamin :

Tanggal lahir :

TB : cm

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Form Food Frekuency Question
FORMULIR FREKUENSI MAKAN
NamaResponden :

JenisBahan Makanan Frekuensi Makan


2-3x sehari 4-6x seminggu 1-3x seminggu 1-2 x sebulan Tidak
Pernah
MakananPokok
a. Nasi
b. Jagung
c. Mie
d. Singkong
e. Roti

Sumber Protein
a.Daging
b. Ikan
c. Telur
d. Tahu
e. Tempe

Sayuran :
a.Bayam
b. Kangkung
c. Daunsingkong
d. Brokoli

Buah :
a. apell
b. Jeruk
c. Pisang
d. Pepaya
e. Semangka

Jajanan
a. Susu
b. Bakso
c. Gorengan
d. Chiki
e. Permen
f. Ice cream

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Form Food Recall 24 jam
FORMULIR METODE FOOD RECALL 24 JAM
Nama Responden :
Nama :
Jenis Kelamin :
Tinggi Badan : cm

BahanMakanan
Waktu Makan Nama Masakan Jumlah
Makanan
Jenis
URT Gr
Pagi/Jam

Siang/jam

Malam/jam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Master Data Responden
No. JK U KS K.PI K.PK JM JE(kkal).1 JE(kkal).2 KE(%) TKE KK(gr).1 KK(gr).2 KK(%) TKK JP(gr).1 JP(gr).2 KP(%) TKP JVA(mcg).1 J
1 1 1 1 1 1 1 1898.6 1986.5 92.5 1 1001.3 983.9 82.7 1 18.6 16.8 29.5 2 167
2 2 2 2 2 2 2 745.6 843.5 39.7 2 58.6 61.8 5 2 19.5 20.1 35.3 2 187.2
3 1 3 2 2 2 2 710.5 813.5 38.1 2 163.4 171.2 13.9 2 19.7 20.5 35.7 2 193.2
4 1 1 1 1 1 1 1948.1 1848.1 94.9 1 1002.4 991.3 83 1 52.5 42.6 84.9 1 504.5
5 2 3 2 2 2 2 779.2 769.3 36.8 2 53.2 131.5 7.69 2 30.6 31.5 51.75 2 183.1
6 1 2 1 1 1 1 1689 1956 88.7 1 60.5 61.3 5 2 31.5 41.5 60.8 2 145.2
7 1 3 1 1 1 1 1878.5 1967.9 91.5 1 75 81.1 6.5 2 28.7 27.8 50.4 2 171.5
8 2 1 1 1 1 1 1545.6 1865.4 81.2 1 27.1 27.1 2.03 2 23.7 40.5 53.5 2 138.2
9 1 1 1 1 1 1 1895.4 1897.8 94.8 1 52.9 56.9 4.5 2 22.5 31.6 45 2 138.4
10 1 1 2 2 2 2 526.2 656.2 29.56 2 44 51.5 4 2 30.8 42.6 61 2 299.9
11 1 3 2 2 2 2 863.1 891.2 41.7 2 43.5 50.4 3.9 2 20.7 25.7 38.6 2 335.2
12 1 2 2 2 2 2 685.8 865.5 36.9 2 335.2 480.5 34 2 23.4 62.2 76.6 2 380.8
13 1 1 1 1 1 1 1718.2 1628.7 90.4 1 136.1 134.9 11.29 2 18.7 23.3 35 2 191.2
15 2 3 1 1 1 1 1545.6 1865.4 82.8 1 145.1 143.3 12 2 55.1 48.3 86.1 1 473.9
16 1 1 2 2 2 2 686.8 786.5 35 2 565.2 478.1 87 2 30.7 45.3 67.85 2 45.2
17 2 2 2 2 2 2 530.8 836.5 34.1 2 129.1 135.1 11 2 264.9 283.9 49 2 89.4
18 1 1 2 2 2 2 599.2 653.2 31.3 2 87.7 88.3 7.3 2 25 23.1 40.08 2 38.4
19 2 3 2 2 2 2 711.7 816.5 38.2 2 101.2 102.2 8.4 1 29.6 23.5 44.2 2 33.2
20 1 2 2 2 2 2 607.6 726.3 31.75 2 175.2 153.4 13.7 2 25.8 25.3 45.6 2 181.8
21 2 3 2 2 2 2 771 778.1 36.8 2 160.4 163.4 13.5 2 18.1 20.6 32.25 2 326.2
22 1 1 1 1 1 1 1456.2 1556.9 81.4 1 180.6 185.6 12.25 2 25.1 24.3 41.1 2 39.5
23 2 3 1 1 1 1 1756.8 1657.5 92.2 1 102.5 101.9 8.5 1 48.2 45.5 83.6 1 465.1
24 1 1 1 1 1 1 1789.9 1676.5 93.6 1 1346 1257 80.8 1 54.3 46.1 89.6 1 511.5
25 2 1 1 1 1 1 1798.6 2658.2 93.4 1 1002.4 991.3 83 1 51.5 48.3 83.1 1 513.7
26 1 3 2 2 2 2 542.4 765.9 32.7 2 973.7 951.4 80.2 1 53.6 54.1 89.7 1 523.5
27 1 2 2 2 2 2 951.5 1003.7 46.5 2 998.7 979.5 82.4 1 17.8 18.4 32.3 2 182.3
28 1 2 2 2 2 2 822.8 977.6 45 2 154.2 157.3 13 2 19.3 22.4 34.7 2 123.7
29 2 1 2 2 2 2 710.6 628.6 33.4 2 186.8 188.3 15.6 2 23.5 24.2 40.58 2 142.6
30 1 1 1 1 1 1 1789.5 1914.5 92.6 1 169.3 173.8 14.2 2 16.3 16.9 27.6 2 173.8
31 2 1 2 2 2 2 665.8 765.5 34 2 173.8 188.2 15 2 55.3 55.4 91.4 1 524.8
32 1 2 2 2 2 2 574.6 698.9 31.8 2 998.9 941.5 80.8 1 18.2 19.7 31.5 2 98.7
33 1 3 2 2 2 2 769.3 773.1 38.5 2 167.3 168.8 14 2 18.9 19.8 32.25 2 212.2
34 2 1 1 1 1 1 1632.4 1739.1 91.1 1 153.5 143.7 12.3 2 17.5 18.7 32.3 2 234.4
35 1 1 1 1 1 1 1698.1 1765.2 93.6 1 157.4 159.5 13.2 2 24.7 27.8 43.75 2 257.3
36 2 3 1 1 1 1 1632.1 1783.9 92.3 1 84.5 85.3 7.8 2 19.2 23.1 37.7 2 234.8
37 1 2 1 1 1 1 1781.2 1689.9 93.8 1 159.7 163.4 13.4 2 39.5 45.6 86.8 1 539.5
38 2 3 1 1 1 1 1465.2 1699.1 85.5 1 834.4 935.3 88.4 1 37 41.2 79.7 1 191.1
39 1 1 2 2 2 2 878.3 893.2 42.1 2 58 60.2 59.1 2 19.3 20.3 40.2 2 67.2
40 2 1 2 2 2 2 812.6 831.2 41.1 2 243.3 254.5 24.8 2 20.6 23.5 45 2 68.5
41 1 1 2 2 2 2 1023.7 1034.5 49 2 329.5 324.5 32.7 2 22.3 23.7 47 2 243.7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42 2 1 1 1 1 1 1702.9 1722.9 92.5 1 164.7 173.6 17 2 42.8 43.6 88.1 1 421.7
43 1 3 2 2 2 2 1024.4 1048.2 51.81 1 832.2 833.4 83.2 1 24.5 26.6 52.1 2 251.6
44 2 2 2 2 2 2 948.4 953.5 47.54 2 175.6 187.4 18.1 1 25.7 32.6 59.4 2 273.8
45 1 3 2 2 2 2 971.3 973.1 48.6 2 164.7 173.8 17 1 26.8 31.8 59.79 2 288.3
46 2 2 1 1 1 1 1489.4 1748.9 80 1 173.4 182.6 17.8 1 19.8 26.4 43 2 233.6
47 1 2 1 1 1 1 1543.4 1432.6 80.4 1 183.2 196.6 19 1 28.3 33.8 63.3 2 242.1
48 1 3 1 1 1 1 1732.6 1898.9 86.4 1 170 175.7 63.3 1 31 37.1 69.4 2 198.1
49 1 3 1 1 1 1 1981.1 1812.1 90.3 1 198.1 219.8 20.8 1 45.3 46.5 93.6 1 465.5
50 2 2 1 1 1 1 1981.2 1832.1 92.3 1 936.2 859.1 89.7 1 47.8 48.3 98 1 903.1
51 1 2 2 2 2 2 943.7 974.2 47.96 2 973.8 937.3 95.5 1 47.1 39.1 80.8 1 482.2
52 1 3 2 2 2 2 873.3 887.4 44 2 987.9 988.7 98.8 1 48.3 45.9 96.1 1 487.3
53 2 1 2 2 2 2 897.4 899.5 42.7 2 856.4 750.3 80 1 45.9 48.2 96 1 473.5
54 2 1 2 2 2 2 866.2 868.8 46.8 2 832.1 846.3 81 1 48.3 45.5 95.7 1 436.6
55 1 1 2 2 2 2 893.9 973.2 50.4 2 736.5 857.4 80 1 31.5 38.3 71.2 2 342.5
56 1 3 1 1 1 1 1989.3 2013.5 95.3 1 539.1 735.6 63.7 2 39.3 30.3 71 2 326.8
57 1 2 1 1 1 1 1872.6 1895.6 94.2 1 526.2 563.3 54.4 2 43.5 48.5 93.8 1 450.5
58 2 3 1 1 1 1 1872.6 1895.6 94.2 1 782.6 886.5 83.4 1 41.3 42.6 55 2 411.1
59 1 3 2 2 2 2 973.2 975.4 52.66 2 532.8 536.6 53.4 2 47.1 48.3 97.3 1 463.7
60 2 3 2 2 2 2 834.8 847.3 45.4 2 832.9 872.6 85.2 1 48.3 45.3 95.5 1 481.9
61 1 2 2 2 2 2 688.6 868.6 42 2 863.5 702.5 82.8 1 40.8 48.3 90 1 446.6
62 1 2 1 1 1 1 1932.1 1872.6 90.5 1 858.5 846.5 85.2 1 32.5 30.5 64.2 2 256.7
63 2 2 1 1 1 1 1976.2 1932.5 93 1 431.7 513.4 47.2 2 42.5 44.5 88.7 1 456.8
64 1 1 1 1 1 1 1989.3 2013.5 95.3 1 957.4 854.7 90.6 1 31.5 35.1 68 2 265.8
65 1 3 1 1 1 1 1872.6 1895.6 94.2 1 413.7 471.3 44.2 2 44.9 44.1 90.8 1 483.1
66 1 3 1 1 1 1 1989.3 2013.5 95.3 1 846.2 976.2 91.1 1 36.1 37.5 75 2 223.3
67 2 3 2 2 2 2 834.1 943.2 48 2 431.7 471.3 45.1 2 32.3 31.4 56.8 2 259.7
68 2 2 2 2 2 2 552.4 652.4 32.5 2 863.2 781.3 68.5 2 42.5 45.3 73.1 2 363.2
69 1 2 2 2 2 2 1243.5 1203.1 66.1 2 789.3 873.3 69.2 2 43.5 44.5 73.3 2 326.3
70 1 2 2 2 2 2 873.3 884.5 47.5 2 978.6 879.4 77.4 2 32.5 62.6 71 2 488.9
71 1 3 2 2 2 2 769.6 879.7 44.5 2 632.1 848.8 61.7 2 52.3 53.1 94.1 1 528.1
72 2 3 1 1 1 1 1909.3 2013.5 95.3 1 997.3 988.9 82.7 1 30.3 31.3 51.3 2 413.1
73 2 2 1 1 1 1 1772.6 1695.6 94.2 1 632.1 612.3 51.8 2 53.1 52.5 88 2 481.3
74 1 2 1 1 1 1 1589.3 2113.5 95.3 1 1127.9 913.8 85 1 32.5 41.5 67 2 256.2
75 2 2 1 1 1 1 1872.8 1795.6 94.2 1 827.6 883.1 71.2 2 24.5 46.5 63.3 2 24.5
76 1 2 2 2 2 2 1139.9 1329.5 66.7 2 728.6 783.8 63 2 32.6 23.6 50.1 2 268.6
77 2 1 2 2 2 2 1234.6 1326.3 69.2 2 832.1 683.2 63 2 25.6 30.3 50 2 318.4
78 1 1 1 1 2 2 1132.6 1432.6 69.3 2 628.1 632.1 52.5 2 30.4 44.3 66.6 2 381.3
79 2 1 2 2 2 1 1589.3 2113.5 95.3 1 380.3 480.3 35.8 2 26.1 25.3 45 2 367.7
80 2 3 2 2 2 1 1872.8 1795.6 94.2 1 671.2 517.7 47.2 2 26.5 23.2 41.4 2 326.1
81 1 3 2 2 2 1 1718.2 1628.7 90.4 1 653.2 654.3 54.4 2 28.3 29.5 51.6 2 346.7
82 2 2 2 2 2 1 1545.6 1865.4 82.8 1 718.3 629.3 56.5 2 19.5 23.4 43.7 2 234.9
83 1 2 2 2 2 2 1054.3 1032.4 56.3 2 465.8 465.3 46.5 2 54.5 55.1 91 1 473.1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84 2 2 1 1 2 2 1032.2 904.5 52 2 1012.3 1134.5 89.4 2 25.6 27.8 44.5 2 214.5
85 1 1 1 1 2 1 1698.1 1765.2 93.6 1 887.6 982.3 78 2 41.8 46.6 76.2 2 214.6
86 2 1 1 2 2 1 1632.1 1783.9 92.3 1 489.7 532.6 42.5 2 43.1 44.1 72.6 2 413.6
87 1 1 2 2 2 1 1781.2 1689.9 93.8 1 747.8 826.6 65.6 2 58.6 57.7 96 1 563.2
88 2 3 2 2 2 1 1689 1956 88.7 1 1136.7 1146.3 95 1 54.3 53.4 90 1 532.6
89 1 3 2 2 2 2 660.8 866 41.2 2 975.9 957.9 80.5 1 38.5 39.5 65 2 321.6
90 2 2 2 2 2 2 1457.9 1394.5 68 2 732.6 750.6 61.8 2 41.5 42.6 75 2 432.4
91 2 2 2 2 2 2 1325.3 1453.6 69.4 2 893.7 945.6 76.6 2 40.5 40.3 72.1 2 346.5
92 2 2 2 2 2 2 1453.4 1526.7 74.5 2 653.2 678.9 55.8 2 53.6 54.7 90 1 544.5
93 1 3 2 2 2 2 1524.8 1632.4 79 2 1032.6 1132.5 90.2 1 55.6 58.9 95.4 1 530.2
94 1 3 2 2 2 2 1183.1 1024.5 55.1 2 1013.2 1026.5 85 1 32.6 34.5 60 2 312.4
95 1 3 2 2 2 2 1583.1 1685.7 78 2 526.7 549.5 44.8 2 34.6 35.6 58.5 2 417.6
96 1 2 2 2 2 2 1238.6 1321.2 60.9 2 863.1 871.6 41.3 2 26.4 25.6 46.4 2 356.2
97 1 2 2 2 2 2 1280.9 1032.6 55 2 732.7 632.6 56.8 2 40.3 43.6 70 2 243.6
98 2 2 1 2 2 2 1082.1 1282.3 56.2 2 673.6 738.9 58.8 2 30.3 48.6 66 2 345.6
99 2 1 1 2 2 2 1321.8 1418.3 65.2 2 836.5 845.2 70 2 41.6 40.6 37 2 457.6
100 2 1 1 2 2 2 1435.6 1325.7 69 2 818.6 721.6 64.1 2 35.9 36.8 60.5 2 345.7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7. Crosstabulation
Chi-Square Tests

pendidikan ibu

tinggi rendah Total

kejadian stunting normal Count 24 19 43

Expected Count 16.8 26.2 43.0

% within kejadian stunting 55.8% 44.2% 100.0%

% within pendidikan ibu 61.5% 31.1% 43.0%

% of Total 24.0% 19.0% 43.0%

stunting Count 15 42 57

Expected Count 22.2 34.8 57.0

% within kejadian stunting 26.3% 73.7% 100.0%

% within pendidikan ibu 38.5% 68.9% 57.0%

% of Total 15.0% 42.0% 57.0%

Total Count 39 61 100

Expected Count 39.0 61.0 100.0

% within kejadian stunting 39.0% 61.0% 100.0%

% within pendidikan ibu 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 39.0% 61.0% 100.0%

Chi-Square Testsd

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point
Value df (2-sided) sided) sided) Probability

Pearson Chi-Square 8.965a 1 .003 .004 .003

Continuity Correctionb 7.768 1 .005

Likelihood Ratio 9.020 1 .003 .004 .003

Fisher's Exact Test .004 .003

Linear-by-Linear
8.875c 1 .003 .004 .003 .002
Association

N of Valid Cases 100


a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
16.77.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 2.979.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kejadian


3.537 1.523 8.213
stunting (normal / stunting)

For cohort pendidikan ibu =


2.121 1.274 3.530
tinggi

For cohort pendidikan ibu =


.600 .414 .868
rendah

N of Valid Cases 100

pendapatan keluarga Total

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tinggi rendah

kejadian stunting normal Count 26 17 43

Expected Count 19.4 23.6 43.0

% within kejadian stunting 60.5% 39.5% 100.0%

% within pendapatan
57.8% 30.9% 43.0%
keluarga

% of Total 26.0% 17.0% 43.0%

stunting Count 19 38 57

Expected Count 25.6 31.4 57.0

% within kejadian stunting 33.3% 66.7% 100.0%

% within pendapatan
42.2% 69.1% 57.0%
keluarga

% of Total 19.0% 38.0% 57.0%

Total Count 45 55 100

Expected Count 45.0 55.0 100.0

% within kejadian stunting 45.0% 55.0% 100.0%

% within pendapatan
100.0% 100.0% 100.0%
keluarga

% of Total 45.0% 55.0% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Testsd

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point


Value df (2-sided) sided) sided) Probability

Pearson Chi-Square 7.290a 1 .007 .009 .006

Continuity Correctionb 6.235 1 .013

Likelihood Ratio 7.352 1 .007 .009 .006

Fisher's Exact Test .009 .006

Linear-by-Linear
7.217c 1 .007 .009 .006 .004
Association

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
19.35.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 2.686.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kejadian


3.059 1.343 6.964
stunting (normal / stunting)

For cohort pendapatan


1.814 1.169 2.815
keluarga = tinggi

For cohort pendapatan


.593 .392 .896
keluarga = rendah

N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Jenis makanan

beragam tidak beragam Total

kejadian stunting non stunting Count 27 16 43

Expected Count 18.9 24.1 43.0

% within kejadian
62.8% 37.2% 100.0%
stunting

% within jumlah makan 61.4% 28.6% 43.0%

% of Total 27.0% 16.0% 43.0%

stunting Count 17 40 57

Expected Count 25.1 31.9 57.0

% within kejadian
29.8% 70.2% 100.0%
stunting

% within jumlah makan 38.6% 71.4% 57.0%

% of Total 17.0% 40.0% 57.0%

Total Count 44 56 100

Expected Count 44.0 56.0 100.0

% within kejadian
44.0% 56.0% 100.0%
stunting

% within jumlah makan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 44.0% 56.0% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Testsd

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-

Value df sided) sided) sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 10.810a 1 .001 .001 .001

Continuity Correctionb 9.514 1 .002

Likelihood Ratio 10.953 1 .001 .001 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 10.702c 1 .001 .001 .001 .001

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.92.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 3.271.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kejadian


3.971 1.715 9.191
stunting (normal / stunting)

For cohort jumlah makan =


2.105 1.329 3.335
beragam

For cohort jumlah makan =


.530 .347 .810
tidak tidak beragam

N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kecukupan energi

baik kurang Total

kejadian stunting normal Count 27 16 43

Expected Count 20.2 22.8 43.0

% within kejadian stunting 62.8% 37.2% 100.0%

% within kecukupan energi 57.4% 30.2% 43.0%

% of Total 27.0% 16.0% 43.0%

stunting Count 20 37 57

Expected Count 26.8 30.2 57.0

% within kejadian stunting 35.1% 64.9% 100.0%

% within kecukupan energi 42.6% 69.8% 57.0%

% of Total 20.0% 37.0% 57.0%

Total Count 47 53 100

Expected Count 47.0 53.0 100.0

% within kejadian stunting 47.0% 53.0% 100.0%

% within kecukupan energi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total

47.0% 53.0% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Testsd

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-

Value df sided) sided) sided) Point Probability

Pearson Chi-Square 7.290a 1 .007 .009 .006

Continuity Correctionb 6.235 1 .013

Likelihood Ratio 7.352 1 .007 .009 .006

Fisher's Exact Test .009 .006

Linear-by-Linear Association 7.217c 1 .007 .009 .006 .004

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.35.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 2.686.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kejadian


3.122 1.370 7.114
stunting (normal / stunting)

For cohort kecukupan energi


1.790 1.174 2.728
= baik

For cohort kecukupan energi


.573 .372 .884
= kurang

N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kecukupan kalsium

baik kurang Total

kejadian stunting normal Count 30 13 43

Expected Count 21.5 21.5 43.0

% within kejadian
69.8% 30.2% 100.0%
stunting

% within kecukupan
60.0% 26.0% 43.0%
kalsium

% of Total 30.0% 13.0% 43.0%

stunting Count 20 37 57

Expected Count 28.5 28.5 57.0

% within kejadian
35.1% 64.9% 100.0%
stunting

% within kecukupan
40.0% 74.0% 57.0%
kalsium

% of Total 20.0% 37.0% 57.0%

Total Count 50 50 100

Expected Count 50.0 50.0 100.0

% within kejadian
50.0% 50.0% 100.0%
stunting

% within kecukupan
100.0% 100.0% 100.0%
kalsium

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Testsd

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point


Value df (2-sided) sided) sided) Probability

Pearson Chi-Square 11.791a 1 .001 .001 .001

Continuity Correctionb 10.445 1 .001

Likelihood Ratio 12.056 1 .001 .001 .001

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear
11.673c 1 .001 .001 .001 .000
Association

N of Valid Cases 100


a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
21.50.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 3.417.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kejadian


4.269 1.828 9.971
stunting (normal / stunting)

For cohort kecukupan


1.988 1.327 2.979
kalsium = baik

For cohort kecukupan


.466 .285 .762
kalsium = kurang

N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kecukupan protein

baik kurang Total

kejadian stunting normal Count 26 17 43

Expected Count 19.4 23.6 43.0

% within kejadian stunting 60.5% 39.5% 100.0%

% within kecukupan protein 57.8% 30.9% 43.0%

% of Total 26.0% 17.0% 43.0%

stunting Count 19 38 57

Expected Count 25.6 31.4 57.0

% within kejadian stunting 33.3% 66.7% 100.0%

% within kecukupan protein 42.2% 69.1% 57.0%

% of Total 19.0% 38.0% 57.0%

Total Count 45 55 100

Expected Count 45.0 55.0 100.0

% within kejadian stunting 45.0% 55.0% 100.0%

% within kecukupan protein 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 45.0% 55.0% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Testsd

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability

Pearson Chi-Square 7.290a 1 .007 .009 .006

Continuity Correctionb 6.235 1 .013

Likelihood Ratio 7.352 1 .007 .009 .006

Fisher's Exact Test .009 .006

Linear-by-Linear
7.217c 1 .007 .009 .006 .004
Association

N of Valid Cases 100


a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
19.35.
b. Computed only for a 2x2
table
c. The standardized statistic is 2.686.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kejadian


3.059 1.343 6.964
stunting (normal / stunting)

For cohort kecukupan


1.814 1.169 2.815
protein = baik

For cohort kecukupan


.593 .392 .896
protein = kurang

N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kecukupan vitamin A

baik kurang Total

kejadian stunting normal Count 26 17 43

Expected Count 20.2 22.8 43.0

% within kejadian stunting 60.5% 39.5% 100.0%

% within kecukupan
55.3% 32.1% 43.0%
vitamin A

% of Total 26.0% 17.0% 43.0%

stunting Count 21 36 57

Expected Count 26.8 30.2 57.0

% within kejadian stunting 36.8% 63.2% 100.0%

% within kecukupan
44.7% 67.9% 57.0%
vitamin A

% of Total 21.0% 36.0% 57.0%

Total Count 47 53 100

Expected Count 47.0 53.0 100.0

% within kejadian stunting 47.0% 53.0% 100.0%

% within kecukupan
100.0% 100.0% 100.0%
vitamin A

% of Total 47.0% 53.0% 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Testsd

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Point


Value df (2-sided) sided) sided) Probability

Pearson Chi-Square 5.491a 1 .019 .026 .016

Continuity Correctionb 4.583 1 .032

Likelihood Ratio 5.532 1 .019 .026 .016

Fisher's Exact Test .026 .016

Linear-by-Linear
5.436c 1 .020 .026 .016 .011
Association

N of Valid Cases
100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.21.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 2.332.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kejadian


4.874 2.075 11.446
stunting (normal / stunting)

For cohort kecukupan


2.261 1.443 3.543
Vitamin A = baik

For cohort kecukupan


.464 .292 .737
Vitamin A = kurang

N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kecukupan seng

baik kurang Total

kejadian stunting normal Count 29 14 43

Expected Count 19.8 23.2 43.0

% within kejadian stunting 67.4% 32.6% 100.0%

% within kecukupan seng 63.0% 25.9% 43.0%

% of Total 29.0% 14.0% 43.0%

stunting Count 17 40 57

Expected Count 26.2 30.8 57.0

% within kejadian stunting 29.8% 70.2% 100.0%

% within kecukupan seng 37.0% 74.1% 57.0%

% of Total 17.0% 40.0% 57.0%

Total Count 46 54 100

Expected Count 46.0 54.0 100.0

% within kejadian stunting 46.0% 54.0% 100.0%

% within kecukupan seng 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 46.0% 54.0% 100.0%

Chi-Square Testsd

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability

Pearson Chi-Square 13.963a 1 .000 .000 .000

Continuity Correctionb 12.489 1 .000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Likelihood Ratio 14.254 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear
13.823c 1 .000 .000 .000 .000
Association

N of Valid Cases 100

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
19.78.

b. Computed only for a 2x2


table

c. The standardized statistic is 3.718.

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for kejadian


2.622 1.161 5.920
stunting (normal / stunting)

For cohort kecukupan


1.641 1.082 2.491
Seng = baik

For cohort kecukupan


.626 .412 .952
Seng = kurang

N of Valid Cases 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6. Dokumentasi

Gambar 1. Sekolah Dasar Negeri No. 060929 Di Kecamatan Medan Johor


Sebagai Lokasi Penelitian

Gambar 2.Foto bersama anak di Sekolah Dasar Negeri No. 060929 Di


Kecamatan Medan Johor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3. Peneliti Melakukan Pengukuran Tinggi Badan Respon

Gambar 4.Peneliti Melakukan Wawancara Kepada Responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 8. Surat Keterangan Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai