Anda di halaman 1dari 40

LOGO

Auditing Syariah
Daftar Isi
1. Ruang lingkup auditing syariah
2. Tujuan auditing syariah
3. Perspektif auditing syariah
4. Prosedur auditing syariah
1.1. Pengertian Auditing Syariah
Secara umum auditing berarti “upaya sistematis,
dan terencana untuk memastikan bahwa seluruh
tujuan, prosedur dan pelaksanaan berbagai objek
audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar
syariah dan dilakukan oleh pihak yang ditunjuk
dan berkompeten melaksanakannya”.
Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan
pengguna laporan keuangan terhadap laporan
keuangan apakah telah disusun sesuai peraturan
yang berlaku atau tidak.
Dasar Hukum Audit Syari’ah
Al-Quran
 Surat Al A‟ raaf (7) ayat 85
 Surat Al An‟aam 6 ayat 152
 Surat Al Hujuraat (49) ayat 6
 Surat Al-Insyiqaq (84): Ayat 6-9
 Surat An-Nisa (4): Ayat 82
 Surat Al-Infithar (82): Ayat 10-12
Al Hadis
 Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda:
Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu
tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada
pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya.

 Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari „Amr Bin Auf :


Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram ; dan kaum
muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

 Hadis Nabi Dikeluarkan ibnu majah dari ibadah ibnu shamit dalam
sunannya/Kitab Al-Ahkam : Nomor Hadis 1332 dan diriwayatkan oleh Ahmad
dari Ibnu Abas, dan Malik dari Yahya)
Rasulullah s.a.w. menetapkan : Tidak boleh membahayakan/merugikan
orang lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya (kerugian yang
ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya (perbuatan yang
merugikannya).
Undang-Undang
Accounting and Auditing Standart for Islamic Financial Institution
(AAOIFI) menyusun :
 Tujuan dan konsep akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan.
 Standar Akuntansi untuk lembaga keuangan, khususnya bank.
 Tujuan dan standar auditing untuk lembaga keuangan.
 Kode etik untuk akuntan dan auditor lembaga keuangan.
 Prinsip umum audit AAOIFI adalah
 Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode etik professi
akuntan” yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan The International
Federation of Accountans yang tidak bertentangan dengan aturan dan
prinsip Islam.
 Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan
oleh Auditing Standard for Islamic Financial Institutions (ASIFIs).
 Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan
kemampuan professional, hati-hati dan menyadari segala keadaaan
yang mungkin ada yang menyebabkan laporan keuangan salah saji.
1.3. Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi auditing syariah:
1. Al-Quran dan Hadits
2. Atsar para sahabat
3. Fatwa-fatwa syariah
4. Hasil-hasil kajian lembaga syariah
5. Hasil-hasil kajian lembaga konvensional
6. Praktik terbaik berbagai lembaga audit yang
tidak bertentangan dengan syariah
1.2. Landasan Ontologi
Landasan ontologi menggambarkan objek-objek penting
terkait dengan auditing syariah, yaitu menyangkut:
1. Bidang pekerjaan auditing syariah: Objek yang
menyangkut aspek keagamaan, sosial, ekonomi, dan
lingkungan.
2. Pelaku: pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan pekerjaan auditing syariah (Dewan
Pengawas Syariah, Auditor di entitas syariah, auditor
yang memberi jasa untuk entitas syariah, auditor
jaminan halal).
3. Prinsip dan pedoman pelaksanaan pekerjaan auditing
syariah
4. Etika pelaksanaan pekerjaan auditor syariah
1.4. Landasan Etik (1)
A. Landasar-landasan yang bersumber dari Nilai-nilai islam, seperti
1. Integritas : Islam menempatkan integritas sebagai nilai tertinggi yang memandu
seluruh perilakunya. Islam juga menilai perlunya kemampuan, kompetensi dan
kualifikasi tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan;
2. Keikhlasan : Landasan ini berarti bahwa akuntan harus mencari keridhaan Allah
berarti akuntan tidak perlu tunduk pada pengaruh atau tekanan luar tetapi harus
berdasarkan komitmen agama, ibadah dalam melaksanakan fungsi profesinya.
Tugas profesi harus bisa dikonversi menjadi tugas ibadah;
3. Ketakwaan : Takwa merupakan sikap hati-hati (takut kepada Allah dalam segala
hal) baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan sebagai salah satu
cara untuk melindungi seseorang dari akibat negatif dari perilaku yang
bertentangan dari syariah. Sikap ini ditegaskan dalam firman Allah Surat An Nisa
ayat 1 :sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu Dan dalam
Surat Ar Raïd Ayat 33 Allah berfirman : Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap
diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya).
Sikap pengawasan diri berasal dari motivasi diri berasal dari motivasi diri sehingga
diduga sukar untuk dicapai hanya dengan kode etik profesi rasional tanpa
diperkuat oleh ikatan keyakinan dan kepercayaan akan keberadaan Allah yang
selalu memperhatikan dan melihat pekerjaan kita. Sebagaimana firman Allah
dalam Surat Thaha ayat 7 :Sesungguhnya dia mengetahui rahasia dan apa yang
lebih tersembunyi;
1.4. Landasan Etik (Lanjt)
4. Kebenaran dan Bekerja Secara Sempurna : Akuntan tidak harus
membatasi dirinya hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan profesi dan
jabatannya tetapi juga harus berjuang untuk mencari dan mnenegakkan
kebenaran dan kesempurnaan tugas profesinya dengan melaksanakan
semua tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baik dan
sesempurna mungkin. firman Allah dalam Surat An Nahl ayat 90
:Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berbuat adil dan berbuat kebajikan,
dan dalam Surat Al Baqarah ayat 195 :Dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik;
5. Manusia bertanggungjawab dihadapan Allah : Akuntan Muslim harus
meyakini bahwa Allah selalu mengamati semua perilakunya dan dia akan
mempertanggung-jawabkan semua tingkah lakunya kepada Allah nanti di
hari akhirat baik tingkah laku yang kecil maupun yang besar. Sebagaimana
firman Allah dalam Surat Al Zalzalah ayat 7-8 : “Barang siapa yang
mengerjakan kebaikan seberat zarrah niscaya dia akan melihat (balasan)
nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun
niscaya dia akan melihat balasnya pula”.

B. Prinsip-prinsip etik konvensional yang tidak bertentangan dengan syariah


FILOSOFI AUDIT SYARIAH
 Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa Allah hanya pemilik segala sesuatu,
percaya pada hari setelah pertanggungjawaban di hadapan Allah.
 Hal ini didasarkan pada moral: Seperti; takut Allah, kejujuran, kepercayaan, janji,
kerjasama, dan pengampunan. Dalam konteks ini, Allah berfirman: "Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan.Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.27" (AL-Nahl-90).
 Prinsip-prinsip Audit dalam Islam yang dilakukan dari sumber-sumber hukum
Islam seperti Quran dan Sunnah. Prinsip-prinsip ini yang sempurna, permanen dan
komprehensif.
 Audit dalam Islam hanya berurusan dengan transaksi yang sah, dan menghindari
transaksi jahat dan melanggar hukum.
 Audit dalam Islam tidak menjalin pada aspek perilaku manusia yang bekerja di
perusahaan dan memotivasi dan insentif dia ke jalan yang lurus sesuai dengan
hukum Islam.
 Kerangka Audit dalam Islam lebih luas, itu berarti aspek spiritual dan material, itu
berlaku untuk seluruh kehidupan.
PERLUNYA AUDIT SYARIAH
 Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi
keuangan. Dalam pencatatannya dapat terjadi kesalahan baik yang
tidak sengaja atau yang tidak disengaja. Bila disengaja, ini
merupakan indikasi adanya kecurangan dari perusahaan.
 Perusahaan dalam membuat laporan keuangan sesuai dengan
kepentingannya agar terlihat asetnya banyak dan labanya besar
sehingga dapat menarik investor memberikan dananya agar dikelola
perusahaan.
 Adanya perusahaan yang membesarkan biaya sehingga laba terlihat
kecil, hal ini untuk mengurangi pajak dan zakat.
 Adanya ketidakpercayaan publik terhadap perusahaan sehingga
diperlukan auditor sebagai pihak ketiga diluar lingkungan
perusahaan yang independen yang dapat menilai kewajaran
perusahaan.
2. Tujuan auditing syariah (1)
1. Amar Ma’ruf Nahyi Munkar
Firman Allah:
‫َان َخ ْي ًرا لَ ُه ْم ِم ْن ُه ُم‬
َ ‫ب لَك‬ ِ ‫ون ِبا ﱠ ِ َولَ ْو آ َ َم َن أَ ْه ُل ا ْل ِكتَا‬
َ ُ‫وف َوت َ ْن َه ْو َن ع َِن ا ْل ُم ْنك َِر َوت ُ ْؤ ِمن‬ َ ‫اس تَأْ ُم ُر‬
ِ ‫ون ِبا ْل َم ْع ُر‬ ِ ‫ك ْنت ُ ْم َخ ْي َر أ ُ ﱠم ٍة أ ُ ْخ ِر َجتْ ِللنﱠ‬
َ ُ ‫سق‬
‫ون‬ ِ ‫ون َوأ َ ْكث َ ُر ُه ُم ا ْلفَا‬
َ ُ‫ا ْل ُم ْؤ ِمن‬
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Qs.3:110

2. Tabayyun (klarifikasi) untuk menghindari fitnah

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

ِ ُ ‫يَ ٰـٓأَيﱡ َہا ٱلﱠذِينَ َءا َمنُ ٓواْ ِإن َجا ٓ َء ُك ۡم فَا ِس ۢ ُق ِبنَبَ ۬إ ٍ فَتَبَيﱠنُ ٓواْ أَن ت‬
َ‫صيبُواْ قَ ۡو ۢ َما ِب َج َه ٰـلَ ۬ ٍة فَت ُصۡ ِب ُحواْ َعلَ ٰى َما فَعَ ۡلت ُ ۡم نَ ٰـد ِِمين‬

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan menyesal atas
perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurot[49]:6)
3. Ruang Lingkup Auditing Syariah
Mengacu pada praktik Hisbah:
Hisbah (Arab: ‫حسبة‬Hisb (ah), "verifikasi") adalah doktrin Islam menjaga
segala sesuatu dalam hukum Allah . Doktrin ini didasarkan pada
ekspresi Alquran yang memerintahkan apa yang baik dan melarang
apa yang salah. Doktrin ini memiliki aspek-aspek utama berikut :
1. Kewajiban seorang Muslim
2. Sebuah kewajiban negara untuk memastikan warganya mengikuti
hisbah, khususnya, hukum Syariah.
3. Dalam arti lebih luas, hisbah juga mengacu pada praktek
pengawasan komersial, serikat, dan urusan sekuler lainnya.
Secara tradisional, muhtasib ( al-Muhtasib ) diangkat oleh Khalifah
untuk mengawasi urusan pasar, dalam bisnis, dalam pekerjaan
medis, dll. Posisi muhtasib dapat kira-kira diterjemahkan sebagai "
Inspektur ". Lihat Hisbah (akuntabilitas bisnis) untuk aspek ini.
4. Prosedur Auditing Syariah (1)
Prosedur auditing syariah merupakan cara-cara yang harus
ditempuh seseorang/lembaga dalam melaksanakan
tugasnya. Prosedur sangat bergantung pedoman dan objek
auditnya:
1. Kewajiban seorang Muslim, misalnya bagaimana
individu muslim menilai diri sendiri (self audit).
2. Sebuah kewajiban negara untuk memastikan warganya
mengikuti hisbah, khususnya, hukum Syariah. Misalnya
audit atas pelaksanaan shalat, puasa dan zakat.
3. Dalam arti lebih luas, hisbah juga mengacu pada
praktek pengawasan komersial, serikat, dan urusan
sekuler lainnya.
MACAM-MACAM AUDIT SYARIAH
 Audit Internal
Pemeriksaan yang dilakukan auditor internal lebih rinci dibandingkan dengan
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal. Internal auditor tidak
memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan karena auditor internal
merupakan orang dalam perusahaan yang tidak independen. Laporan internal
auditor mencangkup pemeriksaan mengenai kecurangan dan penyimpangan,
kelemahan pengendalian internal , dan rekomendasi perbaikan
Audit internal dibagi menjadi :
 Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam. Komite ini bertanggung
jawab untuk fungsi-fungsi berikut, sistem pengendalian internal, dan penggunaan
rekening investasi terbatas, kepatuhan syari'ah, rekening sementara dan
tahunan dan praktek akuntansi dan audit.
 Dewan Pengawas Syariah bertanggung jawab untuk mengeluarkan fatwa,
merumuskan kebijakan sesuai dengan syari'at, dan memberikan dukungan
syari'ah dengan produk dan jasa dari Lembaga Keuangan Islam. Peran dasar
mereka adalah sebagai persetujuan atau stamping otoritas.
 Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan audit internal dan untuk
memastikan Lembaga Keuangan Islam mematuhi syari'at dan semua transaksi
dan kontrak yang dilaksanakan dalam kerangka syari'at
Auditor Eksternal
 Auditor eksternal bertanggung jawab untuk memberikan pendapat
mereka apakah transaksi dan kontrak yang dalam syari'at kebijakan,
peraturan dan pedoman. Dimana auditor internal dan eksternal juga
bertanggung jawab untuk menguji kepatuhan syari'ah lembaga
keuangan syari‟ah.
ETIKA AUDIT SYARIAH
Kode etik akuntan muslim terdiri dari :
 Ketakwaan
 Melaksanakan tugas audit dengan baik
 Keikhlasan
 Bekerja secara benar dan jujur
 Manusia bertanggung jawab dihadapan Allah
SWT
 Integritas Auditor
Hubungan auditor syariah dan objek auditnya
Apabila auditor syariah hanya terkait dengan pekerjaan
komersial, maka hubungannya sebagai berikut:
1. DPS  Memastikan pelaksanaan prinsip syariah
dilaksanakan
2. Auditor eksternal entitas syariah  memastikan laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
syariah
3. Auditor internal entitas syariah  memastikan
tercapainya tujuan-tujuan organisasi, baik tujuan syariah,
sosial dan komersial
4. Auditor jaminan halal  memastikan bahwa produk-
produk yang masuk ke pasar sudah terjamin kehalalan
dan kebaikannya
1. Tantangan Mutakhir Auditing Syariah

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah Maksi Auditing Syariah


1. Bidang Pekerjaan Auditor Syariah
Bidang pekerjaan auditor syariah dapat dibedakan
dalam dua bidang penting.
a. Auditor untuk entitas bisnis/non bisnis syariah
b. Auditor untuk entitas pemerintahan/publik

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah


Maksi Auditing Syariah
2. Peranan Auditor Syariah
Entitas Bisnis/Non Bisnis Syariah
a. DPS  Memastikan pelaksanaan prinsip syariah
dilaksanakan
b. Auditor eksternal entitas syariah  memastikan laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
syariah
c. Auditor internal entitas syariah  memastikan
tercapainya tujuan-tujuan organisasi, baik tujuan
syariah, sosial dan komersial.

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah


Maksi Auditing Syariah
2. Peranan Auditor Syariah (Lanjt)
Pekerjaan auditor syariah yang mungkin
menjadi domain sektor publik saat ini adalah
d. Auditor jaminan halal  memastikan bahwa
produk-produk yang masuk ke pasar sudah
terjamin kehalalan dan kebaikannya
sebagaimana diklaim oleh produsen
e. Auditor fasilitas wisata syariah 
memastikan bahwa fasilitas wisata syariah
sesuai yang dijanjikan oleh penyedia jasa.

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah


Maksi Auditing Syariah
3. Internal audit entitas syariah

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah Maksi Auditing Syariah


3. Internal audit entitas syariah
Internal audit entitas syariah dapat dibagi dalam
dua pekerjaan utama:
a. Internal audit nonsyariah
b. Internal audit syariah (Dewan Pengawas
Syariah). Pengaturan untuk AAOIFI tidak
menyebutnya sebagai audit akan tetapi
Governance. Di Indonesia fungsi pembuatan
fatwa syariah ada pada DSN dan
pelaksanaannya ada pada DPS.

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah


Maksi Auditing Syariah
3.b. Substansi SK MUI Kep-98./MUIIII/2001 ttg Susunan Pengurus Dewan
Syariah Nasional MUI Masa Bakti Th.2000-2005 Tgl. 30 Maret 2001

KEDUDUKAN, STATUS DAN ANGGOTA DSN:


1. DSN merupakan bagian dari MUI
2. DSN membantu pihak terkait seperti kemenkeu,
Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dalam
menyusun peraturan/ketentuan untuk LKS
3. Anggota DSN terdiri dari para ulama, praktisi dan
pakar dlm bidang terkait dg muamalah syariah
4. Anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh MUI
selama 5 tahun masa bakti

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah Maksi Auditing Syariah


3.b. Regulator-DSN-Fatwa-DPS

MUI
BI/OJK

DSN

Regulasi
Fatwa

DPS
Entitas
Syariah

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah Maksi Auditing Syariah


3.b. Dewan Pengawas Syariah

1. Badan independen yang ditempatkan oleh


Dewan Syariah Nasional (DSN)
2. Terdiri dari pakar di bidang syariah muamalah dan
memiliki pengetahuan bidang perbankan
3. Persyaratan anggota ditetapkan DSN
4. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, DPS wajib
mengikuti fatwa DSN yang merupakan otoritas
tertinggi dalam mengeluarkan fatwa produk dan
jasa.

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah Maksi Auditing Syariah


3.b. Dewan Pengawas Syariah (Lanjt)

Tugas, wewenang dan tanggung jawab Dewan


Pengawas Syariah al meliputi (psl 27- PBI 6/24/PBI/2004):
◦ memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional
Bank terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh DSN
◦ menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional, dan
produk yang dikeluarkan Bank;
◦ memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan
operasional Bank secara keseluruhan dalam laporan publikasi
Bank;
◦ mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa untuk
dimintakan fatwa kepada DSN;
◦ menyampaikan laporan hasil pengawasan syariah sekurang-
kurangnya setiap 6 (enam) bulan kepada Direksi, Komisaris,
Dewan Syariah Nasional dan Bank Indonesia.
Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah Maksi Auditing Syariah
3.b. Dewan Pengawas Syariah
1) Dewan Pengawas Syariah wajib dibentuk di Bank
Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki
UUS.
2) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diangkat oleh Rapat Umum Pemegang
Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.
3) Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertugas memberikan nasihat dan saran
kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar
sesuai dengan Prinsip Syariah (UU Perbankan Syariah
No 21/2008, Pasal 32).

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah Maksi Auditing Syariah


3.b. Contoh Bagan Organisasi Bank Umum Syariah

RUPS / Rapat Anggota

Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah

Dewan Audit Dewan Direksi

Divisi / Urusan Divisi / Urusan Divisi / Urusan Divisi / Urusan

Kantor Cabang Kantor Cabang Kantor Cabang

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah Maksi Auditing Syariah


3.b. Shariah Complience dan Audit Entitas Syariah

Implementasi sharia compliance di LKS menjadi


keniscayaan yang tak terbantahkan.
Pelanggaran sharia compliance yang terjadi,
jelas akan merusak citra dan kredibilitas LKS di
mata masyarakat, sehingga dapat menurunkan
kepercayaan masyarakat kepada LKS.
Untuk itulah peran auditor eksternal di LKS
harus benar-benar dioptimalkan (Azizah, 2011).

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah Maksi Auditing Syariah


4.a. Tujuan Audit Eksternal LKS
Menurut ASIFI No. 01 (AAOIFI, 2001) tujuan audit atas
laporan keuangan LKS adalah untuk memberikan keyakinan
kepada auditor dalam menyatakan pendapat atau opini
bahwa laporan keuangan LKS telah disusun dalam semua
hal yang material sesuai dengan aturan dan prinsip syariah,
standar akuntansi AAOIFI dan standar akuntansi yang
relevan dengan praktik dimana LKS beroperasi.
Sebab, Ketidakpatuhan LKS terhadap prinsip syariah akan
menghadapkan LKS pada risiko operasional. Untuk itu
auditor eksternal harus memiliki pengetahuan yang baik di
bidang akuntansi dan juga dalam syari'at untuk dapat
memahami dan mengaudit laporan keuangan dalam LKS
(Yaacob, 2012).

Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah Maksi Auditing Syariah


4.b. Audit Laporan Keuangan Entitas Syariah

1. Bank Syariah dan UUS wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia


laporan keuangan berupa neraca tahunan dan perhitungan laba rugi
tahunan serta penjelasannya yang disusun berdasarkan prinsip
akuntansi syariah yang berlaku umum, serta laporan berkala lainnya,
dalam waktu dan bentuk yang diatur dengan Peraturan Bank
Indonesia.
2. Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib terlebih dahulu diaudit oleh kantor
akuntan publik.
3. Bank Indonesia dapat menetapkan pengecualian terhadap kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bagi Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
4. Bank Syariah wajib mengumumkan neraca dan laporan laba rugi
kepada publik dalam waktu dan bentuk yang ditentukan oleh Bank
Indonesia (UU Perbankan Syariah No 21/2008, Pasal 35, ayat 2 – 5)
.
Dr. M. Nur A. Birton, Bahan Kuliah Maksi Auditing Syariah
STANDAR AUDIT SYARIAH
 Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode etik professi akuntan”
yang dikeluarkan AAOIFI dan the International Federation of Accountants yang
tidak bertentangan dengan aturan dan prinsip Islam.
 Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan oleh Auditing
Standar for Islamic Financial Institutions (ASIFIs).
 Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan kemampuan
professional, hati-hati dan menyadari segala keadaan yang mungkin ada yang
menyebabkan laporan keuangan salah saji.
PROSEDUR PELAKSANAAN AUDIT
 Prosedur yang dibutuhkan untuk melakukan audit sesuai
standar audit untuk lembaga keuangan Islam berpedoman pada
persyaratan yang ditentukan oleh :
 Aturan dan Prinsip Islam
 Standar ASIFIs
 Badan Professi resmi
 Peraturan leglasi lainnya
 Peraturan dan prinsip yang tidak bertentangan dengan
aturan Islam yang berkaitan dengan
TUJUAN ORGANISASI AAOIFI
 Mengembangkan pemikiran akuntansi dan auditing yang
relevan dengan lembaga keuangan.
 Menyamakan pemikiran akuntansi dan auditing yang relevan
kepada lembaga keuangan dan penerapannya melalui
pelatihan, seminar, penerbitan jurnal yang berkaitan dengan
hasil riset.
 Menyajikan, mengumumkan dan menafsirkan standar
akuntansi dan auditing untuk lembaga keuangan Islam.
 Mereview dan merubah standar akuntansi dan auditing untuk
lembaga keuangan Islam.
PRINSIP UMUM AUDIT AAOIFI
 Auditor lembaga keuangan Islam harus memetuhi “Kode etik
profesi akuntan” yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan the
International Federation of accountants yang tidak
bertentangan dengan aturan dan prinsip Islam.
 Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang
dikeluarkan oleh Auditing Standard for Islamic Finansial
Institutions (ASIFIs).
 Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan
kemampuan professional, hati-hati dan menyadari segala
keadaan yang mungkin ada yang menyebabkan laporan
keuangan salah saji.
MANFAAT AUDIT SYARIH
 Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna
laporan keuangan terhadap laporan keuangan apakah telah disusun
sesuai peraturan yang berlaku atau tidak.
 Untuk menetapkan standar dan memberikan pedoman Lembaga
Keuangan syari‟ah mengenai tujuan dan prinsip umum pelaksanaan
audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh lembaga keuangan
Islam yang beroperasi sesuai dengan prinsip dan aturan syari‟ah.
 Agar auditor mampu menyatakan suatu pendapat apakah laporan
keuangan yang disusun oleh lembaga keuangan syari‟ah, dari semua
aspek yang bersifat material, benar dan wajar sesuai dengan aturan
dan prinsip syari‟ah, standar akuntansi AAOIFI, serta standar dan
praktek akuntansi nasional yang berlaku pada negara itu
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai