Auditing Syariah
Daftar Isi
1. Ruang lingkup auditing syariah
2. Tujuan auditing syariah
3. Perspektif auditing syariah
4. Prosedur auditing syariah
1.1. Pengertian Auditing Syariah
Secara umum auditing berarti “upaya sistematis,
dan terencana untuk memastikan bahwa seluruh
tujuan, prosedur dan pelaksanaan berbagai objek
audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar
syariah dan dilakukan oleh pihak yang ditunjuk
dan berkompeten melaksanakannya”.
Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan
pengguna laporan keuangan terhadap laporan
keuangan apakah telah disusun sesuai peraturan
yang berlaku atau tidak.
Dasar Hukum Audit Syari’ah
Al-Quran
Surat Al A‟ raaf (7) ayat 85
Surat Al An‟aam 6 ayat 152
Surat Al Hujuraat (49) ayat 6
Surat Al-Insyiqaq (84): Ayat 6-9
Surat An-Nisa (4): Ayat 82
Surat Al-Infithar (82): Ayat 10-12
Al Hadis
Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda:
Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu
tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada
pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya.
Hadis Nabi Dikeluarkan ibnu majah dari ibadah ibnu shamit dalam
sunannya/Kitab Al-Ahkam : Nomor Hadis 1332 dan diriwayatkan oleh Ahmad
dari Ibnu Abas, dan Malik dari Yahya)
Rasulullah s.a.w. menetapkan : Tidak boleh membahayakan/merugikan
orang lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya (kerugian yang
ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya (perbuatan yang
merugikannya).
Undang-Undang
Accounting and Auditing Standart for Islamic Financial Institution
(AAOIFI) menyusun :
Tujuan dan konsep akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan.
Standar Akuntansi untuk lembaga keuangan, khususnya bank.
Tujuan dan standar auditing untuk lembaga keuangan.
Kode etik untuk akuntan dan auditor lembaga keuangan.
Prinsip umum audit AAOIFI adalah
Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode etik professi
akuntan” yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan The International
Federation of Accountans yang tidak bertentangan dengan aturan dan
prinsip Islam.
Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan
oleh Auditing Standard for Islamic Financial Institutions (ASIFIs).
Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan
kemampuan professional, hati-hati dan menyadari segala keadaaan
yang mungkin ada yang menyebabkan laporan keuangan salah saji.
1.3. Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi auditing syariah:
1. Al-Quran dan Hadits
2. Atsar para sahabat
3. Fatwa-fatwa syariah
4. Hasil-hasil kajian lembaga syariah
5. Hasil-hasil kajian lembaga konvensional
6. Praktik terbaik berbagai lembaga audit yang
tidak bertentangan dengan syariah
1.2. Landasan Ontologi
Landasan ontologi menggambarkan objek-objek penting
terkait dengan auditing syariah, yaitu menyangkut:
1. Bidang pekerjaan auditing syariah: Objek yang
menyangkut aspek keagamaan, sosial, ekonomi, dan
lingkungan.
2. Pelaku: pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan pekerjaan auditing syariah (Dewan
Pengawas Syariah, Auditor di entitas syariah, auditor
yang memberi jasa untuk entitas syariah, auditor
jaminan halal).
3. Prinsip dan pedoman pelaksanaan pekerjaan auditing
syariah
4. Etika pelaksanaan pekerjaan auditor syariah
1.4. Landasan Etik (1)
A. Landasar-landasan yang bersumber dari Nilai-nilai islam, seperti
1. Integritas : Islam menempatkan integritas sebagai nilai tertinggi yang memandu
seluruh perilakunya. Islam juga menilai perlunya kemampuan, kompetensi dan
kualifikasi tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan;
2. Keikhlasan : Landasan ini berarti bahwa akuntan harus mencari keridhaan Allah
berarti akuntan tidak perlu tunduk pada pengaruh atau tekanan luar tetapi harus
berdasarkan komitmen agama, ibadah dalam melaksanakan fungsi profesinya.
Tugas profesi harus bisa dikonversi menjadi tugas ibadah;
3. Ketakwaan : Takwa merupakan sikap hati-hati (takut kepada Allah dalam segala
hal) baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan sebagai salah satu
cara untuk melindungi seseorang dari akibat negatif dari perilaku yang
bertentangan dari syariah. Sikap ini ditegaskan dalam firman Allah Surat An Nisa
ayat 1 :sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu Dan dalam
Surat Ar Raïd Ayat 33 Allah berfirman : Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap
diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya).
Sikap pengawasan diri berasal dari motivasi diri berasal dari motivasi diri sehingga
diduga sukar untuk dicapai hanya dengan kode etik profesi rasional tanpa
diperkuat oleh ikatan keyakinan dan kepercayaan akan keberadaan Allah yang
selalu memperhatikan dan melihat pekerjaan kita. Sebagaimana firman Allah
dalam Surat Thaha ayat 7 :Sesungguhnya dia mengetahui rahasia dan apa yang
lebih tersembunyi;
1.4. Landasan Etik (Lanjt)
4. Kebenaran dan Bekerja Secara Sempurna : Akuntan tidak harus
membatasi dirinya hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan profesi dan
jabatannya tetapi juga harus berjuang untuk mencari dan mnenegakkan
kebenaran dan kesempurnaan tugas profesinya dengan melaksanakan
semua tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baik dan
sesempurna mungkin. firman Allah dalam Surat An Nahl ayat 90
:Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berbuat adil dan berbuat kebajikan,
dan dalam Surat Al Baqarah ayat 195 :Dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik;
5. Manusia bertanggungjawab dihadapan Allah : Akuntan Muslim harus
meyakini bahwa Allah selalu mengamati semua perilakunya dan dia akan
mempertanggung-jawabkan semua tingkah lakunya kepada Allah nanti di
hari akhirat baik tingkah laku yang kecil maupun yang besar. Sebagaimana
firman Allah dalam Surat Al Zalzalah ayat 7-8 : “Barang siapa yang
mengerjakan kebaikan seberat zarrah niscaya dia akan melihat (balasan)
nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun
niscaya dia akan melihat balasnya pula”.
ِ ُ يَ ٰـٓأَيﱡ َہا ٱلﱠذِينَ َءا َمنُ ٓواْ ِإن َجا ٓ َء ُك ۡم فَا ِس ۢ ُق ِبنَبَ ۬إ ٍ فَتَبَيﱠنُ ٓواْ أَن ت
َصيبُواْ قَ ۡو ۢ َما ِب َج َه ٰـلَ ۬ ٍة فَت ُصۡ ِب ُحواْ َعلَ ٰى َما فَعَ ۡلت ُ ۡم نَ ٰـد ِِمين
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan menyesal atas
perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurot[49]:6)
3. Ruang Lingkup Auditing Syariah
Mengacu pada praktik Hisbah:
Hisbah (Arab: حسبةHisb (ah), "verifikasi") adalah doktrin Islam menjaga
segala sesuatu dalam hukum Allah . Doktrin ini didasarkan pada
ekspresi Alquran yang memerintahkan apa yang baik dan melarang
apa yang salah. Doktrin ini memiliki aspek-aspek utama berikut :
1. Kewajiban seorang Muslim
2. Sebuah kewajiban negara untuk memastikan warganya mengikuti
hisbah, khususnya, hukum Syariah.
3. Dalam arti lebih luas, hisbah juga mengacu pada praktek
pengawasan komersial, serikat, dan urusan sekuler lainnya.
Secara tradisional, muhtasib ( al-Muhtasib ) diangkat oleh Khalifah
untuk mengawasi urusan pasar, dalam bisnis, dalam pekerjaan
medis, dll. Posisi muhtasib dapat kira-kira diterjemahkan sebagai "
Inspektur ". Lihat Hisbah (akuntabilitas bisnis) untuk aspek ini.
4. Prosedur Auditing Syariah (1)
Prosedur auditing syariah merupakan cara-cara yang harus
ditempuh seseorang/lembaga dalam melaksanakan
tugasnya. Prosedur sangat bergantung pedoman dan objek
auditnya:
1. Kewajiban seorang Muslim, misalnya bagaimana
individu muslim menilai diri sendiri (self audit).
2. Sebuah kewajiban negara untuk memastikan warganya
mengikuti hisbah, khususnya, hukum Syariah. Misalnya
audit atas pelaksanaan shalat, puasa dan zakat.
3. Dalam arti lebih luas, hisbah juga mengacu pada
praktek pengawasan komersial, serikat, dan urusan
sekuler lainnya.
MACAM-MACAM AUDIT SYARIAH
Audit Internal
Pemeriksaan yang dilakukan auditor internal lebih rinci dibandingkan dengan
pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal. Internal auditor tidak
memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan karena auditor internal
merupakan orang dalam perusahaan yang tidak independen. Laporan internal
auditor mencangkup pemeriksaan mengenai kecurangan dan penyimpangan,
kelemahan pengendalian internal , dan rekomendasi perbaikan
Audit internal dibagi menjadi :
Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam. Komite ini bertanggung
jawab untuk fungsi-fungsi berikut, sistem pengendalian internal, dan penggunaan
rekening investasi terbatas, kepatuhan syari'ah, rekening sementara dan
tahunan dan praktek akuntansi dan audit.
Dewan Pengawas Syariah bertanggung jawab untuk mengeluarkan fatwa,
merumuskan kebijakan sesuai dengan syari'at, dan memberikan dukungan
syari'ah dengan produk dan jasa dari Lembaga Keuangan Islam. Peran dasar
mereka adalah sebagai persetujuan atau stamping otoritas.
Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan audit internal dan untuk
memastikan Lembaga Keuangan Islam mematuhi syari'at dan semua transaksi
dan kontrak yang dilaksanakan dalam kerangka syari'at
Auditor Eksternal
Auditor eksternal bertanggung jawab untuk memberikan pendapat
mereka apakah transaksi dan kontrak yang dalam syari'at kebijakan,
peraturan dan pedoman. Dimana auditor internal dan eksternal juga
bertanggung jawab untuk menguji kepatuhan syari'ah lembaga
keuangan syari‟ah.
ETIKA AUDIT SYARIAH
Kode etik akuntan muslim terdiri dari :
Ketakwaan
Melaksanakan tugas audit dengan baik
Keikhlasan
Bekerja secara benar dan jujur
Manusia bertanggung jawab dihadapan Allah
SWT
Integritas Auditor
Hubungan auditor syariah dan objek auditnya
Apabila auditor syariah hanya terkait dengan pekerjaan
komersial, maka hubungannya sebagai berikut:
1. DPS Memastikan pelaksanaan prinsip syariah
dilaksanakan
2. Auditor eksternal entitas syariah memastikan laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
syariah
3. Auditor internal entitas syariah memastikan
tercapainya tujuan-tujuan organisasi, baik tujuan syariah,
sosial dan komersial
4. Auditor jaminan halal memastikan bahwa produk-
produk yang masuk ke pasar sudah terjamin kehalalan
dan kebaikannya
1. Tantangan Mutakhir Auditing Syariah
MUI
BI/OJK
DSN
Regulasi
Fatwa
DPS
Entitas
Syariah