AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA
2022
Sejarah dan Perkembangan Audit Syariah
Audit syariah merupakan proses pemeriksaan sistematis atas kepatuhan seluruhaktivitas lembaga keuangan
syariah terhadap prinsip syariah yang meliputi laporan keuangan, produk, penggunaan IT, proses operasi,
pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas bisnis lembaga keuangan syariah.Audit syariah dimaknai sebagai
suatu proses untuk memastikan bahwa aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh institusi keuangan Islam tidak
melanggar syariah atau pengujian kepatuhan syariah secara menyeluruh.
Audit syari’ah di Indonesia memiliki peluang berkembang sangat pesat, karena Indonesia
dengan penduduknya mayoritas Muslim terbesar di Dunia. Dan tantangan audit syari’ah
untuk pengembangan kedepan agar lebih baik lagi diantaranya
(1) masalah regulasi seperti standar audit syari’ah yang belum memadai, Tidak adanya
kerangka audit syariah dan Kurangnya dorongan dari pemerintah.
(2) Masalah sumber daya manusia seperti Kualifikasi auditor syari’ah dalam akuntansi dan
syari’ah tidak seimbang, Terbatasnya jumlah auditor syari’ah, Kurangnya akuntabilitas
auditor syari’ah (DPS) dan Auditor syari’ah (DPS) kurang independen.
(3) Masalah proses audit seperti DPS belum dilengkapi dengan prosedur audit syariah, Ex-
ante dan ex-pose audit belum maksimal dan Terpisahnya audit keuangan dengan audit
syariah.
Dasar Hukum Audit Syariah
Beberapa dasar hukum yang mengatur tentang pelaksanaan audit syariah, yaitu:
1. Al-Qur’an
Dasar hukum audit syariah terdapat dalam Al-Qur’an yang meliputi:
a. Surah al-Hujurat ayat 6
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka
telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang
akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”
“Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu) yang mulia (di sisi
Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu) mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
c. Surah al-An’am ayat 152
Audit merupakan suatu proses yang sangat penting dalam menguji keakuratan sistem
operasional suatu Lembaga keuangan. Dalam Lembaga Keuangan Syariah, audit
syariah memegang peran tersebut, dan memiliki pengaruh terkait kesadaran dari
Lembaga Keuangan Syariah terhadap ketercapaian tujuan syariah seperti yang termuat
dalam maqashid syariah. Oleh karena itu, audit syariah harus memiliki filosofi atau
penjelasan yang mendasar guna menjadi sumber utama Ketika ditemukan berbagai
permasalahan pada audit.
Macam-macam Audit Syariah :
1. Audit Internal
Audit ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam
Dewan Pengawas Syariahh (DPS)
Petugas Pengawas Syariat
2. Audit Eksternal
Merupakan orang independent di luar perusahaan
Kerangka Audit Syariah
Dalam kegiatan operasionalnya Lembaga Keuangan Syariah seperti bank syariah memiliki tiga komponen
kerangka audit, yaitu :
1. Audit internal yang dilakukan oleh auditor internal bank syariah sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku dan tidak ada salah saji yang bersifat material.
2. Audit eksternal yang dilakukan auditor dari pihak luar bank syariah seperti BI atau akuntan public yang
tugasnya menguji kembali keakuratannya dari hasil audit internal.
3. Audit syariah yang dilakukan auditor bersertifikasi SAS yang bertugas memastikan bahwa produk dan
transaksi bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan aturan syariah.
Audit eksternal : dilakukan secara insidensial (sewaktu-waktu)
Audit Internal : dilakukan secara rutin karena fungsinya terkait dengan pengendalian dalam perusahaan
(bank syariah).
Apabila terjadi suatu kesalahan/pelanggaran dalam kegiatan audit di bank syariah, pihak yang bertanggung
jawab adalah manajemen bank syariah, sedangkan tanggung jawab auditor terletak pada opini yang
diberikan.
Beberapa hal yang harus ada pada audit bank syariah adalah :
Konfirmasi Perhitungan
Prosedur analitis
01 02 03 04 05
Inspeksi Permintaan
keterangan
Prosedur audit secara umum
meliputi :
Teknik audit
06 07 08 09 10
2. Mengharuskan adanya Dewa Pengawas Syariah (DPS) Tidak ada peran DPS
3. Audit dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS Audit dilakukan oleh auditor umum tanpa
ketentuan SAS
4. Standar audit AAOIFI Standar audit IAI
5. Opini berisi tentang shariah compliance atau tidaknya Opini berisi tentang kewajaran atau tidaknya
LKS penyajian laporan keuangan perusahaan.
Perbedaan Audit Syariah dan Audit Konvensional
Hal yang membedakan hanyalah permasalahan kepatuhan syariah yang mengharuskan auditornya menguasai
akuntansi syariah.
Menguasai akuntansi syariah : ditandai dengan disandangnya gelar SAS (Sertifikasi Akuntansi Syariah) dan
adanya kewajibab tambahan (harus mengikuti standar AAOIFI selain standar audit dari IAPI.
Audit syariah terdiri atas tiga tahap yaitu : perencanaan, pengujian, dan pelaporan. Audit syariah harus memenuhi
berikut ini :
1. Audit syariah dilakukan dengan tujuan menguji kepatuhan perbankan syariah pada prinsip dan aturan syariah
dalam produk dan kegiatan usahanya, sehingga auditor syariah dapat memberikan opini yyang jelas apakah bank
syariah yang telah diaudit tersebut shariah compliance atau tidak.
2. Audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit yang telah ditetapkan oleh AAOIFI.
3. Audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS.
4. Hasil audit syariah berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan usaha perbankan syariah dan kepercayaan seluruh
Daftar Pustaka
Fauzi, A., & Supandi, A. F. (2019). Perkembangan Audit Syariah Di Indonesia. Jurnal Istiqro, 5(1), 24.
TERIMA
KASIH