Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Lalang Mahesky

NIM : 195221203

KELAS : AKS 7B

KONSEP COMPLIENCE SYARIAH PADA AUDIT SYARIAH

Kepatuhan syariah (sharia compliance) adalah bagian penting bagi industri keuangan
syariah dalam segi pengelolaan (manajemen) maupun operasionalnya. hal tersebut didukung
dengan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) bagi setiap institusi keuangan berbasis
syariah. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas mengawasi penerapan kontrak atau akad
apakah penerapannya sudah sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada di dalam syariah. di mana
DPS sebagai supervisory body. DPS dari yang mengawasi bank syariah bertanggung jawab
untuk melaporkan isu-isu kepatuhan syariah ke DSN. Berdasarkan laporan tersebut, DSN
meneruskan ke BI atupun OJK untuk dilakukan investigasi terkait dengan isu yang
dilaporkan.

Kebutuhan umat Islam yang mulai sadar akan pentingnya penerapan syariah Islam
dalam setiap aspek kehidupannya, sehingga diterapkannya syariah Islam di Indonesia. Salah
satu contohnya yaitu diakuinya praktik ekonomi syariah di tanah air. Sehingga praktik
ekonomi syariah tidak lagi dipandang sebelah mata. Hal ini dikarenakan adanya suatu
anggapan dari para praktisi bahwa penerapan ekonomi syariah merupakan lahan bisnis baru
dengan potensi keuntungan yang amat besar.

Menurut sejarah, alasan utama keberadaan perbankan syariah berawal dari munculnya
kesadaran sebagian masyarakat muslim yang ingin menjalankan seluruh aktivitasnya sesuai
dengan syariah Islam. menurut mereka, tidak hanya ibadah yang sifatnya ritual saja yang
harus dijalankan sesuai tuntunan agama, namun segala aspek kehidupan termasuk prinsip-
prinsip dasar ekonomi dan keuangan juga harus dijalankan sesuai syariah.

Salah satu alasan utama masyarakat memilih bank syariah adalah kehalalan produk
dan jasa serta sistem bank syariah yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, p-prinsip
syariah (Bank Indonesia, 2000). Dalam perkembangannya, Bank syariah dituntut untuk
menerapkan syariah Islam dalam seluruh aktivitasnya agar tidak terjadi kebohongan publik
atas klaim syariah tersebut.
Perkembangan praktik bisnis syariah di tanah air berdampak pada perkembangan
akuntasi Islam. Contohnya diterbitkannya enam PSAK bagi lembaga keuangan syariah oleh
Komite Akuntansi Syariah Dewan Standar Akuntasi Keuangan, dan lima PSAK Syariah.

akuntansi Islam seharusnya dipandang sebagai suatu teknologi10 yang digunakan


untuk mencapai tujuan ekonomi Islam, yaitu mencapai falah. Dengan demikian, akuntansi
Islam tidak hanya dimaknai secara sempit sebagai akibat dari berkembangnya berbagai
macam transaksi syariah akhir-akhir ini. Namun, akuntasi Islam hendaknya lebih dimaknai
sebagai suatu alat yang dapat digunakan untuk mengarahkan perilaku ekonomi umat
Islamyang pada praktiknya kurang sesuai dengan syariah Islammenuju praktik yang sesuai
dengan tuntunan syariah Islam.

Akuntansi Islam yang dimaknai sebagai teknologi seharusnya dapat memberi


kontribusi positif untuk mencari jalan keluar terkait permasalahan tersebut. Fungsi audit
kepatuhan syariah (shariah compliance audit) sebagai salah satu bagian dari akuntansi Islam
harus didesain seefektif mungkin. Dalam hal ini, DPS sebaiknya diposisikan layaknya komite
audit syariah yang dibantu oleh auditor internal syariah dalam tugasnya. Dengan demikian,
DPS bersama internal auditor syariah berfungsi sebagai pengarah dan pengawas internal yang
mana end user-nya adalah pihak manajemen. Sedangkan untuk penilai atau pemberi opini
atas praktik bisnis yang dilakukan manajemen, diperlukan pihak eksternal yaitu Akuntan
Publik Syariah Bersertifikat (APSB).

Layaknya audit atas statemen keuangan yang berpedoman pada Prinsip Akuntansi
Berterima Umum (PABU), audit kepatuhan syariah juga didasarkan pada suatu pedoman
yaitu Prinsip Praktik Bisnis Syariah Berterima Umum (PPBSBU). Dalam hal ini, PPBSBU
Indonesia (PPBSBUI) terdiri dari fatwa DSN MUI yang disejajarkan dengan SAK, Fondasi
kerangka kerja PPBSBUI adalah AlQuran, As-Sunnah, ijmak, dan qiyas sebagai landasan
syariah.
LANDASAN DALAM AUDIT ORGANISASI SYARIAH

Perbedaan landasan antara audit syariah dengan audit konvensional

Landasan utama audit konvensional hanya berorientasi pada hukum–hukum yang


berasal dari konsensus masyarakat baik nasional maupun internasional. Sedangkan audit
syariah memiliki landasan hukum tambahan yaitu aspek syariah berupa hukum dan prinsip
Islam yang berasal dari Allah SWT. Aspek religiusitas ini tidak diakomodir oleh standar audit
konvensional. Sehingga, audit syariah memerlukan standar acuan yang berbeda dan kerangka
kerja audit syariah haruslah memiliki acuan tersendiri.

Selain itu juga audit syariah sangat berbeda dengan audit konvensional. Aspek
religiusitas menjadi landasan utamanya, Karena tujuan utama audit syariah adalah
memastikan perusahaan telah melaksanakan semua hukum ekonomi yang berlaku, termasuk
hukum dan prinsip Islam terkait hal itu.

Sehingga yang menjadi pembeda audit syariah dengan audit konvensional adalah
aspek syariah yang menjadi landasan utama pelaksanaan audit syariah yang tidak diakomodir
di dalam audit konvensional. Untuk itu pelaksana audit, auditor syariah membutuhkan dua
kualifikasi, yaitu keuangan ataupun perbankan dan syariah.

Kode etik dalam berorganisasi

Menurut S. Munawir, Etika adalah suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi
landasan bertindaknya seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh
masyarakat sebagai perbuatan yang terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan
seseorang.

Kode etik dalam berorganisasi antara lain :

1. Ketakwaan
2. Melaksanakantugas dengan baik
3. Keilkhklasan
4. Bekerja dengan benar
5. Integritas auditor
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/281032-menggagas-konsep-penerapan-shariah-
compl-4227cf3a.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/82397-none-33b6c581.pdf

http://repository.radenintan.ac.id › BAB_II

Anda mungkin juga menyukai