Disusun oleh:
1. Yunita Dwi Ambarsari (175221040)
2. Berliani Listyaningrum (175221100)
3. Ikhsan Hidayat (175221141)
Akuntansi Syariah 6B
Adapun penjelasan singkat dari kelima standar tersebut adalah Pertama, terkait tujuan
dan prinsip. Tujuan dari sebuah audit laporan keuangan yaitu untuk memungkinkan auditor
menyampaikan opini atas laporan keuangan tertentu dalam semua hal yang material dan
sesuai dengan aturan dan prinsip Islam, AAOIFI, standar akuntansi nasional yang relevan,
serta praktek di negeri yang mengoperasikan lembaga keuangan. Adapun prinsip etika
profesi meliputi, kebenaran, integritas, dapat dipercaya, keadilan dan kewajaran, kejujuran,
independen,objekivitas, kemampuan professional, bekerja hati-hati,menjaga kerahasiaan,
perilaku professional dan menguasai standar teknis.1
Kedua terkait laporan auditor Elemen dasar dari laporan auditor (judul, alamat, paragraf
pembukaan atau pengenalan, cakupan paragraf (gambaran dari audit), acuan ASIFI dan
standar nasional yang relevan atau praktek, Uraian pekerjaan yang dilakukan auditor,
Paragraf opini berisi sebuah ungkapan opini tentang laporan keuangan, Tanggal Laporan,
Alamat Auditor dan Tanda Tangan Auditor). Terkait ruang lingkup paragraf,laporan auditor
harus menggambarkan cakupan audit dengan menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan
sesuai ASIFI dan standar nasional yang relevan atau praktek telah sesuai dan tidak melanggar
aturan dan prinsip Syariah. Ruang lingkup mengacu pada kemampuan auditor untuk
melaksanakan prosedur audit yang dianggap penting dalam hal itu. Hal ini meyakinkan para
pembaca bahwa audit telah berjalan sesuai ketetapan standar maupun praktek.
Ketiga terkait ketentuan keterlibatan audit.Auditor dan klien harus menyetujui ketentuan
perjanjian. Istilah setuju perlu disampaikan dalam surat penugasan audit sesuai kontrak. Isi
dasar surat perjanjian adalah dokumen surat penunjukan dan menegaskan tanggung jawab
auditor untuk klien dan bentuk setiap laporan yang akan diberikan oleh auditor.
Keempat berkaitan dengan shari’a supervisory board yang intinya berisi penunjukan,
komposisi dan laporan DPS. Kelima berkaitan dengan tujuan Syariah (shari’a
1
Dwi Condro Triono, .KEUANGAN DAN PENGAWASAN cet. Ke-2, (Yogyakarta: Irtikaz, 2012), h.69
review).Shari'ah review merupakan sebuah pengujian yang luas dari kepatuhan Syariah
sebuah LKS, dalam seluruh kegiatannya.
Hal-hal yang menyebabkan mengapa perusahaan atau Lembaga Keuangan Syariah dalam
menjalankan bisnisnya perlu diaudit :
1. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan. Dalam
pencatatannya dapat terjadi kesalahan baik yang tidak sengaja atau yang tidak
disengaja.Bila disengaja, ini merupakan indikasi adanya kecurangan dari perusahaan.
2. Perusahaan dalam membuat laporan keuangan sesuai dengan kepentingannya agar
terlihat asetnya banyak dan labanya besar sehingga dapat menarik investor memberikan
dananya agar dikelola perusahaan.
3. Adanya perusahaan yang membesarkan biaya sehingga laba terlihat kecil, hal ini untuk
mengurangi pajak dan zakat.
4. Adanya ketidak percayaan publik terhadap perusahaan sehingga diperlukan auditor
sebagai pihak ketiga diluar lingkungan perusahaan yang independen yang dapat menilai
kewajaran perusahaan.2
C. Implementasi Audit Di Lembaga Keuangan Syariah
Dalam upaya mengetahui kinerja suatu lembaga keuangan perlu adanya proses
pengawasan dalam suatu lembaga, apakah aktivitas yang dijalankan sudah sesuai dengan
standar yang berlaku secara umum atau belum. Proses ini disebut dengan proses audi.
Seorang auditor akan memainkan peran penting dalam kredibilitas informasi keuangan
suatu perusahaan. Auditor yang melakukan pengawasan dalam lembaga keuangan syariah
disebut dengan auditor syariah. Tugas dari auditor syariah adalah melakukan
pengawasan berdasarkan dengan konsep Islam. Standar yang dilakukan auditor syariah
adalah dengan menggunakan standar Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) yang menyelidiki tingkatan kepatuhan audit syariah
dalam suaru lembaga keuangan syariah. AAOIFI adalah organisasi internasional yang
bersifat independen, didukung oleh 200 anggota dari 40 negara termasuk bank sentral,
2
Veithzal dan Andi Buchari Rivai, EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet. Ke-2, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h.86
lembaga keuangan Islam, dan anggota lainnya dari industry perbankan internasional di
seluruh dunia.
Dalam mengukur tingkat kepatuhan bank Islam apakah sudah konsisten dengan
standar AAOIFI atau belum dapat dilihat dari laporan keuangan yang diungkapkan. Tidak
hanya dengan melihat laporan keuangan yang diungkapkan saja, namun juga dapat dilihat
dari segi peran Dewan Pengawas Syariah apakah sudah melakukan pengawasan terhadap
bank syariah tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip syariah atau belum. Menurut
penelitian yang dilakukan Hussainey (2016) yang menyatakan bahwa pengungkapan
AAOIFI terkait dengan pengungkapan dalam segi sosial bank Islam tingkatnya masih
rendah yaitu sekitar 27%. Namun hal ini juga mengindikasikan rata-rata yang relatif
tinggi dalam pengungkapan AAOIFI yaitu 68% pada Bank Syariah di bawah pengawasan
SSBR dan 73% dalam penyajian laporan keuangan. Hal ini dapat diketahui bahwa
mekanisme tata kelola perusahaan yang diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah lebih
baik dibandingkan hanya diawasi oleh pihak direksi saja (BOD).
Adapun auditor syariah akan menunjukan hasil auditnya dengan memberikan
opini apakah Bank Syariah yang diaudit dinyatakan shari’a compliance atau tidak.
Apabila terjadi suatu kesalahan ataupun pelanggaran dalam kegiatan audit di Bank
Syariah maka yang bertanggung jawab adalah manajemen bank syariah, sedangkan
auditor hanya akan bertanggung jawab pada opini yang diberikan. Kegiatan pengawasan
terhadap lembaga keuangan syariah dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah.3
D. Peran dan Tanggungjawab Auditor di Lembaga Keuangan Syariah
Audit syariah compliance memiliki peran penting dalam lembaga keuangan
syariah, karena ketika sebuah lembaga keuangan syariah memiliki perilaku yang tidak
baik maka akan sulit untuk menarik para deposan dan investor.
Dalam industri keuangan syariah, permintaan untuk pekerjaan audit yang tersirat
sebagaimana yang pernah dikatakan Ali Abi Talib yaitu memantau perilaku asisten anda
dan menggunakannya setelah masa percobaan. Memonitor kinerja mereka yang
tujuannya adalah agar mereka dikenal dengan kebenaran dan kesetiaan mereka. Dalam
3
Muhammad, Audit & Pengawasan Syariah pada Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2011), hal. 74-79.
konteks audit syariah, kompetensi auditor harus berkonotasi ketaatan aturan dan standar
yang berasal dari kerangka syariat yang mengatur pada transaksi-transaksi ekonomi.
Auditor dalam menjalankan tugasnya harus menyelidiki sejauh mana lemabaga
keuangan syariah telah komitmen terhadap berbagi kontrak keuangan seperti akad
Mudharabah, Musyarakah, dan Leasing kontrak dibawah akad Ijarah. Auditor harus
memperhatikan tanda-tanda Ihtikar (penimbunan dengan tujuan untuk menimbulkan
kelangkaan), Bakhs (upaya menurunkan atau mengurangi nilai secara sukarela terhadap
barang yang dijual), dan israf (tingkat pemborosan) dalam konteks peminjaman secara
syariah.4
E. Laporan Auditor di LKS
Elemen dasar dari laporan auditor (judul, alamat, paragraf pembukaan atau
pengenalan, cakupan paragraf, gambaran dari audit), acuan ASIFI dan standar nasional yang
relevan atau praktek, Uraian pekerjaan yang dilakukan auditor, Paragraf opini berisi sebuah
ungkapan opini tentang laporan keuangan, Tanggal Laporan, Alamat Auditor dan Tanda
Tangan Auditor).
4
Ibid hal 95-98.
d. Mengevaluasi presentasi laporan keuangan secara keseluruhan
Muhammad. 2011. Audit dan Pengawasan Syariah pada Bank Syariah. Yogyakarta:
UII Press.
Rivai, Veithzal dan Andi Buchari. 2013 EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet. Ke-2. Jakarta:
Bumi Aksara.
Triono, Dwi Condro. 2012. KEUANGAN DAN PENGAWASAN cet. Ke-2. Yogyakarta: Irtikaz