Anda di halaman 1dari 14

A.

PENGERTIAN ZAKAT
Zakat dilihat dari segi bahasa yaitu zaka yang memiliki arti
tumbuh, berkah, suci, bersih dan baik. Zakat bisa dikatakan berkah, karena
zakat telah membuat keberkahan bagi seseorang yang telah menyisikan
hartanya untuk berzakat. Zakat bisa dikatakan suci, karena bagi yang
menyisihkan hartanya dapat mensucikan pemilik harta dari sifat syirik,
bakhlil, kikir dan tama. Bila zakat dikatakan tumbuh itu karena bagi yang
menyisikan hartanya untuk berzakat dapat membantu kesulitan para
mustahiq dan akan melipat gandakan pahala bagi muzakki. Jadi zkat
menurut bahasa berarti suci, bersih, berkah yang diberikan oleh pemberian
si kaya kepada si miskin, yaitu kewajiban si kaya dan hak untuk si miskin.
Sedangkan arti Zakat menurut syara’ atau pengertian syara’
menurut istilah, dalam pandangan para ahli fiqh, para ahli fiqh memiliki
batasan yang beraneka ragam yaitu menurut Al-Syirbini, zakat sebagai
“nama bagi kader tertentu dari harta benda tertentu yang wajib
didayagunakan keada golngan-golongan masyarakat tertentu.” Sedangkan
dalam PSAK No.109 menjelakan bahwa zakat merupakan harta yang
wajib dikeluarkan oleh seorang muzakki yang akan diberikan pada orang
yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Secara umum,
zakat adalah pemindahan sebagian harta dari satu umat yang berkecukupan
ke umat yang lain yang kurang mampu dan harta tersebut menjadi hak
orang yang tidak mampu.

B. SEJARAH PRKEMBANGAN ZAKAT


1. Masa Kerajaan Islam
Pada masa kerajaan Islam, zakat dinilai bisa memberikan semangat
tersendiri bagi masyarakat Indonesia melalui terbentuknya pembayaran
zakat dan juga pajak yang mulai terwujud. Dalam perkembangan zakat
di Indonesia perang kerajaan-kerajaan Ialam sangatlah penting. Hal ini
bisa dilihat dari kerajaan-kerajaan Islam yang mulai menerapkan zakat
pada masyarakatnya. Dan akhirnya kerajaan memutuskan untuk
membentuk suatu badan penarik zakat dan pajak untuk membatu dalam
hal pengumpulan zakat serta pajak. Dalam memulai penarikan zakat
dimulai dari sekelilingnya terlebih dahulu yaitu mulai dari pasar-pasar
yang ada disekitarnya, lalu sungai-sungai yang kerap dilintasi perahu
para pedagang-pedagang, juga para orang-orang yang berladang
maupun berkebun. Dari berbagai macam tempat penarikan tersebut
memunculkan berbagai macam jenis zakat atau pajak yang berlaku.
Dalam proses penarikan zakat tersebut dilakukan sesuai dengan syariah
Islam.
2. Masa Kolonialisme
Pada masa penjajahan dulu, zakat digunakan sebagai sumber dana
untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada awalnya
pelaksanaan zakat berjalan dengan baik ,hingga pada akhirnya
pemerintah Hindia Belanda mengetahui bahwa zakat menjadi sumber
dana dalam mendapatkan kemerdekaan yang pada akhirnya diputuskan
pelarangan membayar zakat untuk semua pegawai pemerintahan dan
para priyayi pribumi. Dengan adanya pelarangan tersebut akan
menyebabkan melemahnya sumber dana perjuangan rakyat. Sampai
pada awal abad XX, diterbitkan peraturan yang tercantum dalam
Ordonatie Pemerintahan Hindia Belada Nomor 6200 pada tanggal 28
Febuari 1905, yang isinya adalah pemerintahan Hindia Belanda tidak
akan ikut campur dalam urusan zakat dan menyerahkan urusan zakat
pada umat Islam.
3. Masa Awal Kemerdekaan
Setelah indonesia merdeka, para tokoh-tokoh ekonom serta ahli-
ahli fiqh mulai memperhatikan perkembangan zakat kembali setelah
melalui proses kemerdekaan yang panjang. Para tokoh mulai
membangun perekonomian Indonesia dengan bantuian pemerintah
Indonesia. Hal ini bisa kita dilihat dari adanya pasal-pasal yang ada
dalam Undang-undang Dasar 1945 yang sudah membahas mengenai
kebebasan dalam menajalankan syariat agama yang tertera dalam pasal
29 dan 34 Undang-undang 1945. Dalam pasal tersebut sudah ditegaskan
bahwa fakir miskin serta anak terlantar akan dipelihara oleh negara.
Inplementasi zakat diawali pada tanggal 8 desember 1951 dengan
adanya surat edaran nomor A/V/11/17367 yaitu mengenai pelaksanaan
zakat fitrah. Didalam surat edaran tersebut menegaskan bahwa
pemerintah disini hanya sebagai motivator saja tidak boleh ikut campur
didalamnya. Tugas pemerintah hanya melakukan pengawasan agar
selalu sesuai dengan syariat Islam.
4. Masa Orde Baru
Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, mulai dibentuklah
Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS) yang diawali dari
pemerintah DKI yang kemudian diikuti oleh wilayah-wilayah lainnya
seperti Kalimantan Timur, Sumatera Barat, Aceh, Sumatera Selatan dan
Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Nusa
Tenggara Barat. Kemudian tangan 3 Maret 1984 Menteri Agama
mengeluarkan Instruksi Nomor 2 Tahun 1984 yang berisi infaq sebesar
seribu rupiah selama bulan Ramadhan. Dan dalam pelaksanaannya
diatur dalam keputusan Direktur Jendral Bimas Islam dan Urusan Haji
Nomor 19/1984 tanggal 30 April 1984.
Pada tanggal 12 Desember 1989 Menteri Agama mengeluarkan
Instruksi Nomor 16 Tahun 1989 yang berisi tentang pembinaan zakat,
infaq, dan shadaqah. Dengan adanya hal tersebut memberikan tugas
seluru jajaran yang ada di Departemen Agama untuk membantu dalam
pengelolaan zakat agar bisa berjalan sesuai dengan syariat Islam dan
agar bisa digunakan dalam kegiatan pendidikan Islam dan sebagainya.
Setelah itu pada Tahun 1991 Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri mengeluaran keputusan Nomor 29 dan 47 yang berisi
pembinaan badan amil zakat, infaq, dan shadaqah yang kemudian
dilanjutkan dengan instruksi Menteri Agama Nomor 5 yang isinya
pedoman pembinaan teknis badan amil zakat, infaq dan shadaqah serta
instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1988 yang menjelakan
tentang pembinaan umum badan amil zakat, infaq dan shadaqah.
5. Masa Reformasi
Pada era reformasi di tahun 1998 tentang pengelolaan zakat
menurut UU 38 1999 yang di tandatangani pada 23 desember 1999 oleh
presiden RI Bj Habibie. Di tahun yang sama menteri agama RI juga
membuat surat keputusan no 581 tahun 1999 sebagai peraturan
pelaksanaan UU no 38 tahun 1999 yaitu tentang pengelolaan zakat.
Menteri agama RI pada tahun berikutnya mengeluarkan keputusan no
373 tahun 2003 sebagai pengganti keputusan nomor 581 tahun 1999.
Pada era tahun 2000, urusan haji dan dirjen himas islam membuat
sebuah keputusan yaitu nomor D/291/2000 tentang pedoman teknis
pengelolaan zakat. Semua undang-undang tersebut dibuat dengan
tujuan mengoptimalkan sistem pelaksanaan zakat.
6. Pelaksanaan Zakat dalam Undang-undang No. 38 Tahun 1999
Setelah diterbitkannya Undang-undang No. 38 Tahun 1999,
pemerintah harus memberikan fasilitas pada lembaga-lembaga
pengelola zakat yaitu BAZNAS untuk wilayah pusat, sedangkan Badan
Amil Zakat Daerah (BAZDA) untuk wilayah daerah. Berdasarkan
kepres No. 8/2001 tanggal 17 Januari 2001 akhirnya terbentuk
BAZNAS. Ruang lingkup tingkat nasional yang dimiliki BAZNAS
yaitu unit pengumpul zakat (UPZ) didepartemen, BUMN, Konsulat
Jendral dan Badan Hukum Milik Swasta berskala nasional. Sedangkan
dalam BASDA ruang lingkupnya hanya provinsi tersebut. Pelaksanaan
zakat dilakukan dalam satu lembaga yaitu Badan Amil Zakat (BAZ)
yang dibenuk oleh masyarakat dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pada
tanggal 25 November 2011 sudah diterbitkan UU No. 23/2011
pmengenai pengelolaan zakat yang baru.
C. ALASAN MENGAPA ZAKAT DI INDONESIA BELUM BERJALAN
SECARA MAKSIMAL
Telah dijelaskan tentang beberapa hal mendasar mengenai manajemen
organisasi pengelolaan zakat. Kemudian biasa disebut dengan prinsip-
prinsip dasar manajemen organisasi pengelola zakat (OPZ) yang mencakup
tiga aspek yakni:
a. Aspek Kelembagaan
Dilihat dari sisi aspek kelembagaan, OPZ seharusnyadapat
memperhatikanbeberapa faktor berikut: (a) Visi dan misi pengelolaan yang
jelas. Dengan adanya visi dan misi inilah akan menyebabkan segala
aktivitas/kegiatan menjadi terarah dengan baik. Jangan sampai program
yang dibuat terkesan ‘sekedar bagi-bagi uang’. Apalagi tanpa disadari
dibuat program ‘pelestarian kemiskinan’, (b) Kedudukan dan Sifat Lembaga
yang independen, netral, tidak berpolitik dan tidak diskriminasi.
Maksudnya, lembaga ini tidak mempunyai ketergantungan kepada orang-
orang tertentu atau lembaga lain. Lembaga yang seperti iniakan lebih leluasa
untuk memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat donatur, dan (c)
Legalitas dan Struktur Organisasi. Khususnya untuk LAZ, badan hukum
yang dianjurkan adalah Yayasan yang terdaftar pada akta notaris dan
pengadilan negeri. Struktur organisasi seramping mungkin dan disesuaikan
dengan kebutuhan, sehingga organisasi akan lincah dan efisien.
b. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM merupakan asset yang paling berharga. Sehingga pemilihan
siapa yang akan menjadi amil zakat harus dilakukan dengan hati-hati. Untuk
itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(1) Merubah Paradigma Amil Zakat
Ketika kita mendengar tentang pengelolaan zakat, biasa yang
akantergambar dalam benak dan pikiran kita adalah pengelolaan yang
tradisional, dikerjakan dengan waktu sisa, SDM-nya paruh waktu,
pengelolanya tidak boleh digaji, dan seterusnya. Sudah waktunya kita
merubah paradigma dan cara berpikir kita. Amil zakat adalah sebuah
profesi.Konsekuensinya dia harus professional.Untuk professional, salah
satunya harus bekerja purna waktu (full time). Untuk itu harus digaji secara
layak, sehingga dia bisa mencurahkan segala potensinya untuk mengelola
dana zakat secara baik. Jangan sampai si amil zakat masih harus mencari
tambahan penghasilan, yang pada akhirnya dapat mengganggu pekerjaannya
selaku amil zakat.
OPZ harus memiliki sistem pengelolaan yang baik. Unsur-unsur yang
harus diperhatikan adalah:
a. Memiliki sistem, prosedur dan aturan yang jelas,
b. )Manajemen terbuka,
c. Mempunyai rencana kerja (activity plan),
d. Memiliki 9 Komite Penyaluran (lending committee),
e. Memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan,
f. Bersedia diaudit,
g. Menjunjung transparansi, dan
h. Senantiasa melakukan perbaikan terus-menerus (continous
improvement).
Terdapat beberapa masalah yang berhasil diinventarisir dari riset-riset
sebelumnya dalam hal pengelolaan zakat di Indonesia sehingga berimplikasi
tidak maksimalnya proses pengelolaan, pengumpulan hingga penyaluran
zakat. Sudewo (2004) umpamanya memaparkan hal-hal yang secara umum
menjadi problem dalam pengumpulan zakat yang maksimal yakni: regulasi
dan political wiil yang kurang mendukung, ketidakpercayaan para muzakki
terhadap lembaga pengelola zakat yang ada baik swasta maupun terutama
pemerintah, hingga masalah internal organisasi pengelola zakat sendiri,
seperti kurang akuntabel, lack of transparency, dan masalah manajerial.
(2) Kualifikasi SDM
Jika kita mengacu di jaman Rasulullah SAW, yang dipilih dan
diangkat sebagai amil zakat merupakan orang-orang pilihan.Orang yang
memiliki kualifikasi tertentu. Secara umum kualifikasi yang harus dimiliki
oleh amil zakat adalah: muslim, amanah, dan paham fikih zakat.
Berikut adalah masalah yang terjadi yang menimbulkan problematika
zakat pada Baznas yang juga menjadi factor penghambat potensi zakat di
Indonesia:
1. Masalah Internal
Di antara masalah internal yang ada yaitu:
1. masih kurangnya profesionalisme para pegawai Baznas. Hal ini
disebabkan tidak adanya kegiatan pelatihan khusus yang dilakukan
oleh para pegawai, pelatihan hanya dilakukan sesekali sehingga
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai mengandalkan kreativitas
sendiri, berfikir dan berjalan tanpa adanya suatu standar pekerjaan
sebagai seorang amilin (SOP);
2.masalah pendistribusian zakat yang dirasa sulit untuk tepat sasaran
ditambah dengan transparansi ke masyarakat yang masih kurang
sehingga masyarakat masih menganggap Baznas adalah organisasi
yang jauh dari keinginan masyarakat terutama muzakki;
3.minimnya kinerja OPZ yang tentunya belum dapat membantu baik
penerimaan maupun penyaluran zakat;
4.masih kurangnya tunjangan para pegawai maupun struktural,
bahkan biaya operasional untuk melakukan tugas. Tunjangan
pegawai seharusnya ikut diprioritaskan karena akan memacu
pekerjaan; dan
5.peran serta pimpinan yang masih belum maksimal dalam
menjalankan operasional Baznas. Hal ini membuat pegawai lambat
bergerak (aksi) karena menunggu keputusan pimpinan.
2. Masalah Eksternal
Beberapa masalah ekternal yaitu:
1) kepercayaan masyarakat (muzakki) terhadap Baznas masih
kurang. Sehingga muzakki lebih memilih untuk menyalurkan
zakatnya langsung oleh diri sendiri;
2) masih kurangnya peran serta ulama dalam memberikan
dukungan kepada muzakki untuk menyalurkan zakatnya ke
lembaga terutama ke Baznas;
3) secara keseluruhan mayoritas masyarakat masih belum
mengenal Baznas secara lebih dekat sehingga belum mengetahui
peran sertanya dalam membantu menyalurkan zakat;
4) kesadaran masyarakat masih kurang dalam mengeluarkan
zakatnya.
Alasan mengapa zakat di Indonesia belum maksimal yaitu kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap peran zakat bagi perekonomian, yang
menyebabkan peran zakat tidak optimal bagi perekonomian Indonesia.
Zakat menjadi instrumen yang penting tidak hanya sebagai pemenuhan
rukun Islam namun mempunyai peran yang lebih luas dalam sudut pandang
agama, social, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Zakat mempunyai
peran yang penting dalam mendistribusi ekonomi agar harta para orang
yang berkecukupan bisa beredar dikalangan dhuafa.Tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pemerintahan sangat kurang, karena mereka
menganggap lembaga pemerintahan lemah dan tidak transparan.Dukungan
proaktif negara dalam berjalannya UU tentang zakat yang masih kurang,
dalam hal ini tugas pemerintah bukan hanya untuk pelayanan dan
menciptakan kondisi yang kondusif tapi perlu juga ketegasan yang
ditunjukkan kepada muzakki, agar terwujudnya pembangunan ekonoomi
melalui zakat.
Pemerintah harus terus melakukan pendekatan dengan penekanan
tentang pentingnya membayar zakat bagi seorang muslim. Pengetahuan
masyarakat terhadap zakat sangat kurang, masyarakat awam mengetahui
pembayaran zakat hanya saat bulan ramadhan,selain zakat fitrah sangat
jarang masyarakat yang paham tentang kewajiban zakat lainnya. Zakat
hanya didistribusikan untuk kepentingan konsumtif masyarakat, hal ini tidak
salah karena tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dasar tapi penyaluran
zakat akan lebih baik jika didistribusikan untuk kepentingan produktif
sehingga masyarakat yang membutuhkan dapat merasakan manfaatnya
untuk jangka yang lebih panjang. Dengan hal tersebut, zakat mampu
mengurangi kemiskinan.

D. LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT

LPZ atau yang sering disebut Lembaga pengelola zakat adalah


lembaga atau institusi yang bertugas dalam mengelola zakat , infaq, dan
shadaqah baik dalam sebuah yang dibentuk oleh pemerintah seperti BAZ,
maupun dibentuk oleh masyarakat atau orang orang lain dan dilindungi oleh
pemerintah seperti LAZ. Ketentuan-ketentuan yang berdasarkan undang-
undang nomor 23 tahun 211 yaitu tentang Pengelolaan Zakat Pasa 1 angka
1, dalam artian pengelolaan zakat adalah suatu kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan suatu pengkoordinasian dalam pegumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

Ada beberapa jenis Lembaga Pengelola Zakat antara lain Badan Amil
Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Dari kedua jenis tersebut
yang pertama adalah BAZ, BAZ terdir dari badan Amil zakat Nasional (
BAZNAS) yaitu sebagai salah satu pengelola zakat yang dapat dibentuk
oleh pemerintah dan meningkatkan dalam pengumpulan dana dari zakat
yang cukup memadai atau signifikan. Di tahun 2007 dana dalam zakat yang
terkumpul di BAZNAS yaitu mencapai 45 miliar, ditahun 2008 meningkat
menjadi 920 miliar, dan pada 2009 akan tumbuh menjadi 1,2 triliun. Tahun
2010, dana dalam zakat yang berhasil dikumpulkan BAZNAS yaitu
mencapai 1,5 triliun. Meskipun angka ini berhasil melampaui oleh
BAZNAS, tapi belum sebanding dengan potensi zakat yang ada ditengah-
tengah masyarakat yang akan diprediksi bisa mencapai 19 triliun (PIRAC),
atau kurang lebih 100 triliun (Asian Development Bank), akan tetapi apa
yang telah dicapai oleh BAZNAS yaitu adalah presentasi yang begitu luar
biasa sdalam menghimpun zakat. (A. Muchaddam Fahham, 2011:15).
Terdapat Asas-asas pengelolaan zakat dalam pelaksanaannya, dalam
asas tersebut terdiri dari syariat islam, amanah, kemanfaatan, keadilan,
kepastian hokum, terintergrasi, dan akuntabilitas. Didalam pengelolaan
zakat terdapat tujuan besar yaitu dalam meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam sebuah pelayanan ibadah zakat, meningkatkan peranan dan fungsi
keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan keadilan social
dalam masyarakat, meningkatkan daya bguna zakat dan hasil guna.

E.Potensi Zakat pada Sektor Ekonomi

Perekonomian adalah sektor penting dalam pembahasan zakat,


melalui sector ini dapat dijadikan sebagai peningkatan perekonomian suatu
negara. Zakat berperan cukup penting dalam mengatasi kemiskinan, dengan
dilakukannya penggunaan dan pengelolaan dana zakat dengan tepat sasaran,
maka akan terjadi peningkatan perekonomian dan masyarakat miskin akan
berkurang dengan sendirinya. Pembangunan dapat dikatakan berhasil jika
prosesnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dalam jangka
panjang yang tercermin dalam kualitas perekonomian yang baik, tingkat
pendidikan yang memadai dan tingkat pendapatan per kapita yang tinggi.

Kewajiban mengeluarkan zakat memiliki landasan yang kuat sebagai


pencapaian negara bertaraf ekonomi tinggi untuk tujuan mewujudkan
perekonomian bagi orang-orang yang membutuhkan dalam bidang pangan,
papan, sandang, perumahan, dan kebutuhan lainnya. Aturan yang ditetapkan
Allah pada kehidupan manusia memiliki dua fungsi yang memberikan
manfaat bagi individu dan kolektif (jama’i). Sama halnya dengan zakat
dalam ekonomi Islam berfungsi sebagai alat ibadah bagi orang orang yang
membayar zakat untuk orang-orang yang berhak menerimanya.

Undang-undang mulai mengatur mengenai zakat sebagai pengurang


zakat. Jika masyarakat sadar untuk berzakat maka zakat tersebut akan
berpengaruh dan berdampak terhadap perekonomian suatu negara.
Arah Hasil Pengelolaan Zakat terhadap Peningkatan Ekonomi

Menurut hasil penelitian mengenai keempat program pendayadunaan hasil


pengumpulan zakat yang diterima oleh lembaga amil zakat, dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu:

1. Produktif, yaitu penyaluran zakat yang dilakukan melalui program


bantuan modal usaha untuk masyarakat miskin, pendidikan gratis
dalam bentuk beasiswa, dan pelayanan kesehatan gratis. Program
penyaluran zakat ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Produktif kompensional, yaitu zakat yang diberikan dalam
bentuk produktif dengan menggunakan barang tersebut para
mustahik dapan menciptakan suatu usaha, misalnya pemberian
mesin jahit.
b. Produktif kreatif, yaitu zakat yang diwujudkan dalam bentuk
pemberian modal bergulir, baik berupa pinjaman maupun
diberikan secara cuma-cuma untuk masyarakat, pembuatan
fasilitas social seperti posyandu, klinik pengobatan gratis.
Penyaluran dana zakat dialihkan kedalam empat program besar,
yaitu: program pendidikan, program kewirausahaan, program
kesehatan, dan program peduli lingkungan hidup.
2. Konsumtif, diberikan untuk memenuhi kebutuhan dasar ekonomi para
mustahik melalui pemberian secara langsung maupun melalui
lembaga-lembaga yang mengelola fakir miskin, panti asuhan, dan lain-
lain. Pemberdayaan zakat konsumtif dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
a. Konsumtif tradisional, yaitu zakat yang diberikan secara langsung
kepada mustahik untuk konsumsi sehari-hari. Misalnya, pembagian
zakat fitrah.
b. Konsumsi kreatif, yaitu zakat yang diwujudkan dalam betuk barang
konsumtif dan dapat digunakan orang yang membutuhkan untuk
menringankan masalah ekonominya. Misalnya, alat perlengkapan
sekolah dan pemberian beasiswa bagi pelajar, atau pemberian mukena
dan sarung di masjid.
E. Penghimpunan dana zakat
Dalam Penghimpunan dana zakat merupakan sebuah kegiatan
menghimpun ataupun menggalang dana zakat dari masyarakat baik itu
individu, kelompok, organisasi-organisasi dan perusahaan yang akan
disalurkan dan didayagunakan untuk mustahik. Dikegiatan penghimpunan
memiliki lima tujuan pokok yaitu:
1. menghimpun dana
2. menghimpun donator
3. menghimpun pendukung
4. membangun citra lembaga dan memberikan kepuasan pada donatur.
Orang yang mengumpulkan dan menghimpun dana zakat disebut dengan
Amil zakat, dari mereka diangkat oleh pihak yang berwenang untuk kegiatan
tersebut. Syarat menjadi amil zakat yaitu
1. beragama Islam,
2. dewasa,
3. memiliki sifat amanah dan jujur,
4. mengerti dan memahami hukum zakat,
5. memiliki kemampuan melaksanakan tugas dengan baik, dan pekerja
keras.
Dari cara menghimpun zakat di indonesia dilakukan dengan cara
penyuluhan-penyuluhan, sosialisasi seperti pengajaran terhadap masyarakat,
dakwah dan lain-lain dan bagi yang melanggar aturan zakat akan dikenakan
sanksi sesuai aturan yang berlaku. Ada beberapa lembaga Zakat yang ada di
indonesia diantaranya adalah LAZ, BAZ, RIZ dan lain-lain. Dan
perkembangan penghimpunan zakat di indonesia mengalami perkembangan
dan pertumbuhan, hal ini menunjukan bahwa banyaknya kesadaran
masyarakat kepada zakat bahwa zakat juga penting bagi masyarakat.

C. Penghimpunan Zakat Internasional Beserta Lembaganya


1. Malaysia
Negara malaysia diresmikan zakat pada tanggal Mei 1989,
lembaga dalam pengawasanya yaitu Majlis Agama Islam Persekutuan
Kuala Lumpur (MAIPKL) penghimpunan dilakukan yaitu dengan cara
pembayaran zakat secara sukarela atau kemauannya sendiri. Zakat tersebut
dibayarkan berupa uang atau barang atau modal usaha yang bisa
dizakatkan. Di negara Malaysia ini zakat yaitu sebagai pengurang dari
Pajak.
2. Saudi Arabia
Negara saudi arabia meresmikan zakat tanggal 7 April 1951,
lembaga pengawasannya adalah Menteri Keuangan dan Keuangan
Nasional (MKKN). penghimpunan dilakukan dengan cara Individu boleh
menyalurkan langsung setengah kewajiban zakatnya. Sistem
pendistribusian melalui Badan jaminan social menyalurkan kepada
mustahik. Warga Arab Saudi asli wajib membayar zakat dan sedangkan
warga non Saudi membayar Pajak
3. Sudan
Negara Sudan meresmikan zakat pada tanggal 26 September 1984,
lembaga pengawasannya adalah Ad Diwan Zakat. penghimpunan
dilakukan dengan wajib bagi setiap warga Sudan dan non-sudan yang
berdomisili di Sudan, serta yang memiliki harta melibihi dari nisab. Sistem
pendistribusian hanya limaasnaf, sedangkan yang tiga asnaf tidak
dimasukkan pengelolaan. Di negara ini sama seperti indonesia yaitu zakat
dan pajak dipisah.
4. Pakistan
Negara Pakistan meresmikan zakat pada tanggal Juni 1979,
lembaga pengawasannya adalah Central Zakat Found (CZF).
Penghimpunan dilakukan dengan cara zakat bias dipotong langsung dan
zakat bisa dibayarkan sendiri ke pusat zakat. Sistem pendistribusian
dengan delapan Asnaf, diprioritaskan untuk fakir miskin. Di negara ini
sistem pengurangan zakat dari pajak.

Anda mungkin juga menyukai