Dosen pengampu :
Fahri Ali Ahzar, M. Si
Disusun Oleh :
Kelompok 6
AKS 5B
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Kasus Korupsi Proyek Hambalang
B. Bukti audit
Berdasarkan audit yang dilakukan oleh BPK terdapat indikasi kerugian negara terkait kasus
Hambalang hingga mencapai Rp 243,66 miliar. Temuan penyimpangan BPK yang didapat
melalui audit investigasi Berupa:
1. Temuan yang terkait surat keputusan hak pakai
Surat keputusan pemberian hak pakai diberikan Kepala Badan Pertanahan Nasional
(BPN) pada tanggal 6 Januari 2010 padahal, terdapat dugaan bahwa persyaratan berupa
surat pelepasan hak dari pemegang hak sebelumnya palsu. Kabag Persuratan dan
Kearsipan BPN atas perintah Sestama BPN menyerahkan SK Hak Pakai bagi
Kemenpora kepada IM tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora selaku pemohon hak. Hal
ini menjadi dasar terhadap dugaan pelanggaran Kep.Ka.BPN 1 tahun 2005 Jo
Kep.Ka.BPN 1 tahun 2010.
2. Temuan yang terkait lokasi dan site plan
Didapati adanya dugaan pelanggaran terhadap UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dugaan ini terkait dengan temuan
bahwa Bupati Bogor menandatangani site plan meskipun Kemenpora belum melakukan
studi amdal terhadap proyek Hambalang.
3. Temuan yang terkait Izin Mendirikan Bangunan
Dugaan pelanggaran terhadap Perda Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Bangunan Gedung. Dugaan ini didapatkan karena diterbitkannya Izin Mendirikan
Bangunan oleh Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor meskipun
Kemenpora belum melakukan studi amdal terhadap proyek Hambalang.
4. Temuan yang terkait tentang teknis
Dugaan pelanggaran terhadap Peraturan Menteri PU Nomor 45/2007 karena adanya
temuan berupa dikeluarkannya pendapat teknis seperti dimaksudkan dalam PMK
56/PMK.02/2010 yang diberikan oleh Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum tanpa memperoleh pendelegasian dari Menteri PU.
5. Temuan terkait revisi Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL)
Dugaan akan pelanggaran terhadap PMK 69/PMK. 02/2010 Jo PMK 180 /PMK.
02/2010. Terkait dengan ada temuan bahwa Sesmenpora mengajukan permohonan
revisi RKA-KL tahun 2010 pada 16 November 2010. Dugaan pelanggaran terhadap
PMK 69/PMK. 02/2010 Jo PMK 180 /PMK. 02/2010. Terkait temuan berupa
pengajuan permohonan revisi RKA-KL oleh Sesmenpora pada tahun 2010 dengan
menyajikan volume keluaran yang seolah-olah naik dari semula 108.553 meter persegi
menjadi 121.097 meter persegi. Padahal, sebenarnya turun dari 108.533 meter persegi
menjadi 100.398 meter persegi.
6. Temuan yang terkait permohonan kontrak tahun jamak
Dugaan pelanggaran terhadap PMK 56/PMK.02/2010 berdasarkan temuan bahwa
Sesmenpora menandatangani surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tanpa
memperoleh pendelegasian dari Menpora. Menpora diduga membiarkan tindakan yang
dilakukan Sesmenpora dan tidak melaksanakan pengendalian dan pengawasan
sebagaimana PP 60/2008.
7. Terkait pelelangan
Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan nilai kontrak di atas Rp
50 miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari Menpora sehingga diduga melanggar
Keppres 80 Tahun 2003. Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan
wewenang Menpora tersebut dan tidak melaksanakan pengendalian dan pengawasan
seperti diatur dalam PP 60 Tahun 2008.
8. Terkait pencairan anggaran 2010
Kabag Keuangan Kemenpora menandatangani dan menerbitkan Surat Perintah
Membayar (SPM) meskipun Surat Permintaan Pembayaran (SPP) belum
ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Hal itu diduga melanggar PMK
134 /PMK. 06/2005 dan Perdirjen Perbendaharaan Per-66/PB/ 2005.
Pengujian, Untuk mengetahui bukti yang sebenarnya dalam kasus hambalang maka
menurut kelompok kami menggunakan pengujian yaitu,
1. Pengujian pengendalian, yang memiliki manfaat untuk mendapatkan bukti adanya
kemungkinan kecurangan. Pada pengujian yang pertama ini, menurut kami
menggunakan 2 asersi, yaitu :
- Asersi hak dan kewajiban, asersi ini berkaitan dengan mengetahui cara-cara yang
dilakukan dalam pembanguna proyek tersebut.
- Asersi penilaian dan pengalokasian, berkaitan dengan apakah dana yang
digunakan sudah sesuai dengan anggaran yang ada dan tidak ada penyelewengan
yang terjadi.
2. Prosedur substantif, dalam hal ini yaitu analisis, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
telah merampungkan audit investigasi tahap I proyek pembangunan sarana olahraga di
Hambalang, Bogor, Jawa Barat. BPK telah menyerahkan hasil audit ini kepada Dewan
Perwakilan Rakyat di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 31
Desember 2012. Badan Pemeriksa Keuangan telah memeriksa sedikitnya 60 orang
dalam audit investigatif tahap II terhadap proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan
Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang.
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2013/07/03/1251140/Korupsi
.Hambalang.Masih.Jauh.dari.Kata.Tuntas Diakses pada 21 September 2019
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/evrglow/hasil-audit-investigasi-
bpk-terhadap-kasus-hambalang_58b846186c7a614512d6ca8f Diakses pada 21
September 2019
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/evrglow/hasil-audit-investigasi-
bpk-terhadap-kasus-hambalang_58b846186c7a614512d6ca8f Diakses pada 21
September 2019
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/kasus-hambalang-berbuah-disclaimer-bpk-untuk-
kemenpora-bbVT Diakses pada 21 September 2019