Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS AUDIT TERHADAP KASUS HAMBALANG

Dosen pengampu :
Fahri Ali Ahzar, M. Si

Disusun Oleh :
Kelompok 6

1. Yunita Dwi Ambarsari 175221040


2. Aziza Khoirunnisak 175221067
3. Bayu Pamungkas 175221069

AKS 5B
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Kasus Korupsi Proyek Hambalang

A. Penjabaran dan Rangkuman Kasus Hambalang

Berawal saat Direktorat Jenderal Olahraga Departemen Pendidikan Nasional hendak


membangun Pusat Pendidikan Pelatihan Olahraga Pelajar Tingkat Nasional (National Training
Camp Sport Center). Kemudian, pada tahun 2004 dibentuklah tim verifikasi yang bertugas
mencari lahan yang representatif untuk merealisasikan rencana tersebut. Tim akhirnya
memberikan penilaian tertinggi pada lokasi desa Hambalang, Citeureup, Bogor.
Menindaklanjuti pemilihan Hambalang, Dirjen Olahraga Depdiknas langsung mengajukan
permohonan penetapan lokasi Diklat Olahraga Pelajar Nasional kepada Bupati Bogor. Bupati
Bogor menyetujui dengan mengeluarkan Keputusan Bupati Bogor nomor
591/244/Kpes/Huk/2004 tanggal 19 Juli 2004.
Sambil menunggu izin penetapan lokasi dari Bupati Bogor tesebut, pada 14 Mei 2004,
Dirjen Olahraga telah menunjuk pihak ketiga yaitu PT LKJ untuk melaksanakan pematangan
lahan dan pembuatan sertifikat tanah dengan kontrak No.364/KTR/P3oP/2004 dengan jangka
waktu pelaksanaan sampai dengan 9 November 2004 senilai Rp4.359.521.320. Namun,
ternyata lokasi Hambalang itu masuk zona kerentanan gerakan tanah menengah tinggi sesuai
dengan peta rawan bencana yang diterbitkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) Kementerian ESDM. Selain itu, status tanah di lokasi dimaksud masih belum jelas.
Pada tanggal 18 Oktober 2005 proyek tersebut diserahterimakan kepada organisasi baru yaitu
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) setelah Ditjen Olahraga berubah
menjadi Kemenpora.
Menpora saat itu, Adhyaksa Dault mengakui bahwa untuk membangun pusat olahraga
pihaknya mengajukan anggaran sebesar Rp125 miliar. Karena proyek tersebut awalnya bukan
untuk pembangunan pusat olahraga. Namun pembangunan urung terealisasi karena persoalan
sertifikasi tanah. Saat Menpora dijabat Andi Alfian Mallarangeng, proyek Hambalang
terealisasi. Tender pun dilakukan. Pemenangnya adalah PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya.
Anas Urbaningrum diduga mengatur pemenangan itu bersama Muhammad Nazaruddin,
Angelina Sondakh, dan teman dekat Anas, Mahfud Suroso. Masalah sertifikasi juga berhasil
diselesaikan.
Nilai proyek ini kemudian melejit hingga Rp2,5 triliun saat Kemenpora dipimpin oleh
Menteri Andi Mallarangeng. Hal tersebut terungkap dalam audit Hambalang, bahwa pada
tanggal 8 Februari 2010 dalam Raker antara Kemenpora dengan Komisi X DPR, Menpora
menyampaikan rencana Lanjutan Pembangunan tahap I P3SON di Bukit Hambalang
Rp625.000.000.000. BPK pun menemukan indikasi adanya penyimpangan dan
penyalahgunaan wewenang yang menyebabkan kerugian negara sekitar Rp243,6 miliar. Hal
ini semakin jelas ketika Koordinator Anggaran Komisi X DPR RI yang juga Bendahara Umum
Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin, ditangkap oleh KPK. Dari sini Nazar mulai
mengungkap pembagian berbagai aktivitas korupsi yang melibatkannya, salah satunya korupsi
pada proyek Hambalang yang ternyata juga melibatkan dedengkot-dedengkot Partai Demokrat
lainnya yaitu Anas Urbaningrum, Andi Alfian Mallarangeng, dan Angelina Sondakh.
Pada 2012 akhirnya KPK mulai menyelidiki kasus korupsi proyek Hambalang senilai
Rp 2,5 triliun. Hasilnya 5 Juli 2012 KPK menjadikan tersangka Dedi Kusdinar, Kepala Biro
Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora. Deddy disangkakan menyalahgunakan wewenang
sebagai pejabat pembuat komitmen proyek. Selanjutnya tanggal 3 Desember 2012, KPK
menjadikan tersangka Andi Alfian Mallarangeng dalam posisinya sebagai Menpora dan
pengguna anggaran. Kemudian tanggal 22 Februari 2013, KPK menjadikan tersangka Anas
Urbaningrum. Anas diduga menerima gratifikasi berupa barang dan uang, terkait dengan
perannya dalam proyek Hambalang. Dari kasus ini telah banyak orang yang menjadi tersangka
dan dihukum akibat perbuatannya yang merugikan negara dalam kasus hambalang.

B. Bukti audit

Berdasarkan audit yang dilakukan oleh BPK terdapat indikasi kerugian negara terkait kasus
Hambalang hingga mencapai Rp 243,66 miliar. Temuan penyimpangan BPK yang didapat
melalui audit investigasi Berupa:
1. Temuan yang terkait surat keputusan hak pakai
Surat keputusan pemberian hak pakai diberikan Kepala Badan Pertanahan Nasional
(BPN) pada tanggal 6 Januari 2010 padahal, terdapat dugaan bahwa persyaratan berupa
surat pelepasan hak dari pemegang hak sebelumnya palsu. Kabag Persuratan dan
Kearsipan BPN atas perintah Sestama BPN menyerahkan SK Hak Pakai bagi
Kemenpora kepada IM tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora selaku pemohon hak. Hal
ini menjadi dasar terhadap dugaan pelanggaran Kep.Ka.BPN 1 tahun 2005 Jo
Kep.Ka.BPN 1 tahun 2010.
2. Temuan yang terkait lokasi dan site plan
Didapati adanya dugaan pelanggaran terhadap UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dugaan ini terkait dengan temuan
bahwa Bupati Bogor menandatangani site plan meskipun Kemenpora belum melakukan
studi amdal terhadap proyek Hambalang.
3. Temuan yang terkait Izin Mendirikan Bangunan
Dugaan pelanggaran terhadap Perda Kabupaten Bogor Nomor 12 Tahun 2009 tentang
Bangunan Gedung. Dugaan ini didapatkan karena diterbitkannya Izin Mendirikan
Bangunan oleh Kepala Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor meskipun
Kemenpora belum melakukan studi amdal terhadap proyek Hambalang.
4. Temuan yang terkait tentang teknis
Dugaan pelanggaran terhadap Peraturan Menteri PU Nomor 45/2007 karena adanya
temuan berupa dikeluarkannya pendapat teknis seperti dimaksudkan dalam PMK
56/PMK.02/2010 yang diberikan oleh Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum tanpa memperoleh pendelegasian dari Menteri PU.
5. Temuan terkait revisi Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL)
Dugaan akan pelanggaran terhadap PMK 69/PMK. 02/2010 Jo PMK 180 /PMK.
02/2010. Terkait dengan ada temuan bahwa Sesmenpora mengajukan permohonan
revisi RKA-KL tahun 2010 pada 16 November 2010. Dugaan pelanggaran terhadap
PMK 69/PMK. 02/2010 Jo PMK 180 /PMK. 02/2010. Terkait temuan berupa
pengajuan permohonan revisi RKA-KL oleh Sesmenpora pada tahun 2010 dengan
menyajikan volume keluaran yang seolah-olah naik dari semula 108.553 meter persegi
menjadi 121.097 meter persegi. Padahal, sebenarnya turun dari 108.533 meter persegi
menjadi 100.398 meter persegi.
6. Temuan yang terkait permohonan kontrak tahun jamak
Dugaan pelanggaran terhadap PMK 56/PMK.02/2010 berdasarkan temuan bahwa
Sesmenpora menandatangani surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak tanpa
memperoleh pendelegasian dari Menpora. Menpora diduga membiarkan tindakan yang
dilakukan Sesmenpora dan tidak melaksanakan pengendalian dan pengawasan
sebagaimana PP 60/2008.
7. Terkait pelelangan
Sesmenpora menetapkan pemenang lelang konstruksi dengan nilai kontrak di atas Rp
50 miliar tanpa memperoleh pendelegasian dari Menpora sehingga diduga melanggar
Keppres 80 Tahun 2003. Menpora diduga membiarkan Sesmenpora melaksanakan
wewenang Menpora tersebut dan tidak melaksanakan pengendalian dan pengawasan
seperti diatur dalam PP 60 Tahun 2008.
8. Terkait pencairan anggaran 2010
Kabag Keuangan Kemenpora menandatangani dan menerbitkan Surat Perintah
Membayar (SPM) meskipun Surat Permintaan Pembayaran (SPP) belum
ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Hal itu diduga melanggar PMK
134 /PMK. 06/2005 dan Perdirjen Perbendaharaan Per-66/PB/ 2005.

C. Pengujian dan Prosedur Pelaksanaan Audit

Pengujian, Untuk mengetahui bukti yang sebenarnya dalam kasus hambalang maka
menurut kelompok kami menggunakan pengujian yaitu,
1. Pengujian pengendalian, yang memiliki manfaat untuk mendapatkan bukti adanya
kemungkinan kecurangan. Pada pengujian yang pertama ini, menurut kami
menggunakan 2 asersi, yaitu :
- Asersi hak dan kewajiban, asersi ini berkaitan dengan mengetahui cara-cara yang
dilakukan dalam pembanguna proyek tersebut.
- Asersi penilaian dan pengalokasian, berkaitan dengan apakah dana yang
digunakan sudah sesuai dengan anggaran yang ada dan tidak ada penyelewengan
yang terjadi.
2. Prosedur substantif, dalam hal ini yaitu analisis, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
telah merampungkan audit investigasi tahap I proyek pembangunan sarana olahraga di
Hambalang, Bogor, Jawa Barat. BPK telah menyerahkan hasil audit ini kepada Dewan
Perwakilan Rakyat di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 31
Desember 2012. Badan Pemeriksa Keuangan telah memeriksa sedikitnya 60 orang
dalam audit investigatif tahap II terhadap proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan
Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang.

Prosedur Pelaksanaan, Pelaksaan audit investigasi yang dilakukan pada proyek


Hambalang terdiri menjadi 3 prosedur, yaitu :
1. Perencanaan, Pada tahapan pertama ini, yaitu melakukan pembentukan tim yang akan
melakukan audit dan pendalaman terhadap kasus tersebut. Tim ini terdiri dari para
auditor yang kompeten, berintegritas tinggi, dan memiliki independensi yang sangat
baik. Setelah pembentukan tim audit selesai, maka tim audit tersebut mulai menyusun
rencana untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kasus tersebut.
2. Pelaksanaan, dalam tahap ini tim mulai mencari berbagai informasi dan bukti yang
dapat digunakan sebagai penguat. Informasi ini didapatkan tim audit investigasi melalui
observasi, waawncara, inspeksi, konfirmasi, analisa, pemeriksaan bukti-bukti tertulis,
penelusuran, perhitungan, dan review analitis.
3. Pelaporan, tim audit investigasi dalam melakukan pelaporan harus sesuai unsur akurasi,
relevan, jelas, berimbang, dan tepat waktu.

D. Laporan hasil audit


a. Opini dari BPK, pada tahun 2010 dan 2011, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
memberikan opini Wajar dengan pengecuaian (WDP) pada laporan keuangan
Kemenpora. Meskipun terdapat ketidakwajaran dalam item tertentu, namun tidak
mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Yakni terjadi
penyelewengan anggaran kemenpora pada saat itu. Tanggal 31 Desember 2012,
BPK menyerahkan lapuran hasil pemeriksaan audit investigasi tahap I proyek
pembangunan sarana olahraga di Hambalang kepada DPR. Temuan dalam audit
investigasi antara lain terkait dengan surat keputusan hak pakai, lokasi dan site
plan, izin mendirikan bangunan, teknis, revisi rencana kerja anggaran
kementrian/lembaga (RKA-KL), permohonan kontrak tahun jamak, kontrak tahun
jamak, persetujuan RKA-KL 2011, pelelangan, pencairan anggaran 2010, dan
pelaksanaan kerja konstruksi. Pada 23 Agustus 2013, BPK menyerahkan la lapuran
hasil pemeriksaan audit investigasi tahap II kepada KPK dan DPR. LHP investigasi
tahap II ini mengidentifikasi adanya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang
yang dilakukan dalam proyek antara lain proses pengurusan hak atas tanah, proses
pengurusan izin pembangunan, proses lelang, proses persetujuan RKA-KL,
persetujuan kontrak tahun jamak, pelaksanaan kontrak pekerjaan konstruksi,
pembayaran dan aliran dana yang diikuti dengan rekayasa akuntansi. Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opini disclaimer atas laporan keuangan
tahun 2015 untuk Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Salah satu
faktor utama yang memunculkan laporan buruk itu adalah kasus sarana olahraga
Hambalang yang hingga sekarang masih menemui kendala dalam
pembangunannya.
b. Opini menurut kelompok 6, menurut kelompok kami opini yang diberikan terhadap
proyek hambalang yang dilaksanakan oleh KEMENPORA adalah opini Tidak
Wajar. Hal ini didasarkan pada berbagai bukti yang telah berhasil ditemukan dan
merujuk pada kecurangan dan persekongkolan yang dilakukan beberapa pihak yang
terkait dengan proyek ini. Proyek ini juga terbukti telah merugikan negara
berdasarkan audit dari BPK
REFERENSI

Bastian, Indra. 2018. Audit Sektor Publik Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban


Pemerintahan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2013/07/03/1251140/Korupsi
.Hambalang.Masih.Jauh.dari.Kata.Tuntas Diakses pada 21 September 2019

https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/evrglow/hasil-audit-investigasi-
bpk-terhadap-kasus-hambalang_58b846186c7a614512d6ca8f Diakses pada 21
September 2019

https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/sabir-laluhu/hambalang Diakses pada


21 September 2019

https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/evrglow/hasil-audit-investigasi-
bpk-terhadap-kasus-hambalang_58b846186c7a614512d6ca8f Diakses pada 21
September 2019

https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/kasus-hambalang-berbuah-disclaimer-bpk-untuk-
kemenpora-bbVT Diakses pada 21 September 2019

Anda mungkin juga menyukai