Anda di halaman 1dari 3

Kecurangan Laporan Keuangan atau Fraudulent Financial Reporting adalah salah saji atau

pengabaian jumlah dan pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai
laporan keuangan. Kecurangan ini biasanya terjadi ketika sebuah perusahaan melaporkan lebih
tinggi dari yang sebenarnya (overstates) terhadap asset atau pendapatan, atau ketika perusahaan
melaporkan lebih rendah dari yang sebenarnya (understates) terhadap kewajiban dan beban.
Kecurangan laporan keuangan dilakukan oleh siapa saja pada level apa pun dan siapa pun yang
memiliki kesempatan.

Menurut Sihombing (2014) urutan keterlibatan pelaku dijelaskan sebagai berikut, Senior
manajemen (CEO, CFO, dan lain-lain). CEO terlibat fraud pada tingkat 72%, sedangkan CFO
pada tingkat 43 %. Karyawan tingkat menengah dan tingkat rendah. Mereka dapat melakukan
kecurangan pada laporan keuangan untuk melindungi kinerja mereka yang buruk atau untuk
mendapatkan bonus berdasarkan hasil kinerja yang lebih tinggi. Menurut Wells et al (2011)
kecurangan adalah “ Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver
( 1993,hal 3 )” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi
manfaat keuangan kepada si penipu.

Menurut Wells et al (2011) kecurangan laporan keuangan mencakup beberapa modus, antara
lain:

1. Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan (financial record), dokumen


pendukung atau transaksi bisnis.
2. Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau informasi signifikan
lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan.
3. Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur
yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan mengungkapkan peristiwa
ekonomi dan transaksi bisnis.
4. Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya disajikan dan
diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
membuat laporan keuangan (Rezaee, 2002).
Kecurangan dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut :
1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud). Kecurangan Laporan
Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam
bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor.
Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.
2. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation). Penyalahagunaan aset dapat digolongkan
ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan ‘Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta
pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulentdisbursement).
3. Korupsi (Corruption). Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut
ACFE, bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia.
Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest),
suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion).
Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apabila :
1. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak
efektif.
2. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.
3. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan dengan
tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah
tindakan kecurangan.
4. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak efektif serta
tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
5. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan ,
biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan.
6. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi kecurangan.
Salah satu kasus fraud audit yang paling sering ditemui adalah earning management (manajemen
laba) dan income smoothing (perataan laba). Earning management adalah tindakan untuk
memenuhi target laba yang dilakukan oleh para manajemen secara disengaja. Income smoothing
adalah suatu tindakan manajemen laba yang disengaja dengan memindahkan pos-pos beban dan
pendapatan ke dalam beberapa periode yang bertujuan untuk mengurangi fluktuasi laba. Sebagai
contoh manajemen melebih sajikan pendapatan dengan cara melebihsajikan aset dan mengakui
pendapatan secara tidak tepat.
Natalia, Debby. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Praktik Earning
Management
Badan Usaha Sektor Perbankan di BEI 2008-20011”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya
Volume 2 Nomor 1, 2013.

Anda mungkin juga menyukai