Anda di halaman 1dari 13

BAB III

Awal pertemuan
Waktu itu hari sangatlah panas, dan terik matahari seakan menyoroti aku saja, entah apa
yang terjadi setelah ku tau kalau memang benar matahari itu memandangiku. Tapi aku tak sekali
berhenti sebelum keringatku keluar, aku terus bermain basket walaupun itu sendirian, dan pada
saat aku bermain tiba tiba muncul sesosok yang mencurigakan di pojok kelas itu, aku sontak
kaget hanya ada bayangan dan wajah itu pun sontak buram dan tak terlihat. Aku memandanginya
dengan jeli,tapi setelah aku berbalik seakan tak bisa berkata kata,karena orang itu tiba tiba
didepan ku.

Dia mengeluarkan selembar kertas dengan tinta yang menghitam.Ternyata itu sebuah
puisi. Perlahan dia mulai membacanya.

Hai kamu…

Aku tak tau siapa namamu…

Aku tak tau siapa dirimu…

Aku tak tau kelas berapa kamu..

Yang aku tau kamu disini..

Bermain sendiri…

Tanpa orang yang menemanimu..

Aku selalu memandangimu…

Disaat kau sedang bermain…

Disaat kau sedang terkena sinar matahari…

Saat kau sedang lelah..

Aku tau itu..

Dan inginku menghampirimu..

Entah apa yang terjadi..

Entah rasa suka,kagum atau hanya permainan saja..

Entah apa yang ku rasakan..

Aku nyaman melihatmu bermain..


Kau itu wanita unik..

Wanita super..

Entah apa yang sedang kulakukan..

Aku hanya ingin..

Kau tau bahwa aku kagum padamu..

Aku laki laki yang tak tau apa apa..

Yang tak tau bermain basket..

Aku hanya bisa belajar dan pulang..

Dan kamu..

Kamu dengan rutinitas ini…

Apakah kamu merasa lelah..

Bahkan akupun tak melihatnya..

Terima kasih sudah mendengarkan.

Sebait puisiku….

Semoga kita bisa menjalin pertemanan..

Setelah membacakan puisi itu, akupun kaget tak terduga ada orang yang berani
membacakan puisi ditengah lapangan, dan itu pun dilihat oleh teman- temanku. Aku tak paham
semua ini, karena sejak dulu aku tak suka puisi, lihat guru bahasa Indonesia aja kadang tak ku
perhatikan apalagi membuat dan mendengarkan puisi. Teman teman ku mulai teriak dan
bersorak “ Kenalann dongg”. Dan mereka pun tertawa terbahak-bahak. Rindi menghampiriku
dan berkata kepada orang itu,” Masnya puitis banget, mau dong dibikini puisi ( sambil tertawa
lepas). Orang itu hanya tersenyum dan memandangiku, tapi aku tidak merespon, aku pergi
meninggalkan orang yang menurutku aneh. Dan aku mengambil sepedaku untuk pulang dan
meninggalkan orang itu, entah apa yang terjadi setelah aku pulang.

Selang beberapa hari, aku kembali bermain basket, aku melirik kesana kesini tetapi orang
itu tak muncul. Aku sempat berpikir, apa aku terlalu angkuh hingga dia aja tak mau menampakan
diri lagi. Setelah bermain cukup lama, aku istirahat sebentar bersama teman teman ku yang
duduk di warung soto. “buk aku pesen es teh”. Kataku sambil duduk di samping Rindi yang
dekat dengan pintu warung itu.”Ini mbak es tehnya”. kata seseorang yang memberikan es tehnya.
Aku tak terlalu memperhatikan yang mengirimkan es tehnya , karena aku terlalu asik berbincang
dengan teman-temanku. Aku mulai meminumnya tapi naas rasa es tehnya pahit banget. ”buk kok
pahit banget es tehnya”. Kataku sambil melihat ibuknya, tapi tak ada jawaban dari
ibuknya.”sukur enak rak mbar, hahahha”. Kata Yoga sambil tertawa terbahak- bahak.”

“Enak dari mananya, ini mah jamu bukan teh”. Kataku dengan nada tinggi. Disaat aku meletakan
gelasku di meja, aku melihat selembar kertas didekat gelasku tadi, dan aku mencoba membuka
dan membacanya dan isinya bikin aku terkejut ”es teh itu pahit kan, iya sengaja aku bikin pahit
karena manisnya itu alami, mau tau alaminya itu dari apa, coba kamu minum tapi jangan pakai
wajah muram, tapi senyumlah disaat minum teh pahit itu, semoga berhasil, hehehhe”. Sontak aku
terkejut dan pergi menghampiri ibunya dan aku bertanya ”buk, tadi yang nganter es teh saya
siapa ya buk”. ”Tidak tau neng, laki-laki yang ngantar neng, baru aja pergi, tuh kesana tadi
neng”. Kata ibuknya sambil menunjuk kearah pintu keluar. Aku pun berlari dan mencari orang
itu, tapi naas aku tak menemukannya. Dan aku kembali lagi ke warung, tapi pada saat jalan tiba-
tiba ada yang melempari batu dan mengenai kepalaku. Aku kaget dan merasa kesakitan
“woy,siapa yang lempar batu ini,sakit tau”. Kataku sambil memegang kepalaku yang ternyata
berdarah. Tiba-tiba ada suara langkah kaki yang sepertinya kesini menghampiriku. “ bersihkan
pakai ini mbak, dan maaf mbak nggak senga..”.belum sempat orang itu selesai berbicara, aku
memotong dan menengok ke orang itu. Aku terkejut ternyata orang yang kucari tadi, dan
perlahan aku memundurkan langkahku.”kenapa menjauh” kata orang itu sambil tersenyum.”kau
ini siapa , mengapa melempariku pakai batu, dan tadi juga ngasih teh pahit, apa maksudmu
seperti itu, apa ada salahkah aku, apa kamu dendam padaku karena aku kemarin tak berkata apa-
apa dan kau juga dendam kepada teman-temanku karna kemarin kau ditertawakan habis habisan
dan…”. belum sempat aku selesai berbicara, tiba tiba dia bilang stop dan melangkah
mendekatiku dan mengatakan “ Jangan banyak ngomong, lihat itu kepalamu berdarah, nggak
sakit apa menahan itu”. Dia mengeluarkan lagi sapu tangannya dan mulai membersihkan darah
yang mengalir dikepalaku, dan mengeluarkan handsaplas dikantongnya, lalu dikasikan
dikepalaku agar tidak terkena debu. Setelah beres membersikan lukaku di langsung pergi tanpa
sepatah kata pun. ”hee,kamu itu siapa sih, kenapa selalu mengganggu ku, apa salahku”. kataku
sambil berteriak kepada orang itu, tapi orang itu tak menghentikan langkahnya, Orang itu terus
berjalan pelan-pelan. ”Heii, terima kasih sudah menolongku”. Kataku sambil berjalan
menghampirinya. Orang itu berbalik dan tersenyum, tapi setelah itu orang itu bergegas dengan
jalannya yang cepat.

Belum sempat aku mengejarnya , tetapi naas aku kehilangan jejaknya. Aku pun mulai
jalan menuju ke warung, saat aku berjalan, aku melihat batu yang mengenai kepalaku tadi dan
batu itu tergulung kertas. Aku berpikir apa orang itu sengaja membuatku celaka, orang batu ini
aja lancip. Perlahan aku buka kertas itu dan ada kata kata “ maaf jika batu ini mengenai anggota
tubuh kamu, aku buat ini agar mengenai sasaran yaitu tangan kamu, tapi pasti itu tak bisa, karena
aku tak ahli memanah, maaf jika nantinya berdarah, aku hanya ingin menjadi seorang pahlawan
siang, yang ngasih sapu tangan dan membersihkan lukamu, dan maaf jika kamu nantinya marah,
karena aku telah membuatmu terluka. Sekali lagi maafkan aku, dan suatu saat kita akan bertemu
lagi entah kapan itu, dan nanti kalau kita ketemu, tolong kamu bawakan sapu tanganku dan
bersihkan ya, hehhe”. Aku tersenyum tipis, sambil berjalan meninggalkan tempat itu dan
menghampiri teman temanku.”wehh,kepalamu ditambal kenapa tuh” kata Rini sambil
memandangi kepalaku.”tadi kejedot, jadi kayak gini deh”. Kataku sambil mengambil tas dan
pergi.”Aku mau pulang dulu ya”. Kataku sambil jalan menuju arah ibu warung “ buk, bayar es
tehnya”. ”udah dibayar neng, dan ini untuk neng dari laki laki tadi”. kata ibu warung itu sambil
melayani pembeli.”owh,iya buk, maksih buk”. Kataku sambil keluar warung. Aku bingung apa
isi kotak ini, dan aku mulai berpikir kotak ini isinya sesuatu yang berbahaya.”woy, aku pulang
dulu ya”. Kataku sambil jalan menuju sepedaku.” Yoo, hati-hati mbak brow”. Kata angga sambil
tertawa.

Saat sampai dirumah, aku penasaran dengan kotak itu, karena terbalut plaster hitam dan
hampir semuanya terbalut. Aku mulai membukanya tapi setelah aku membuka kotak itu, aku
kaget kenapa ada kotak lagi dan lagi. Aku sempat bingung dan berpikir apa maksud semua ini,
apa orang itu memermainkanku. Ada tujuh kotak yang kubuka tapi kosong tinggal kotak yang
sangat kecil yang belum ku buka. Perlahan ku buka, dan isinya pun sebuah gelang tangan yang
indah. Aku kaget dan bahagia karena gelang itu sangatlah indah, dan dibawah gelang itu ada
selembar surat yang kata katanya “ Pasti kamu udah buka kotak ini ya, maaf ya aku bikin banyak
biar kamu sebel, hehehe iyakan pasti kamu sebel, aku tau itu. Gelang itu sebagai permintaan
maafku, karena tadi aku udah lempar kamu pakai batu, hehehe. semoga kamu suka ya”. ”ni
orang kurang kerjaan amat ya” kataku dalam hati.

Keesokan harinya,aku mulai melakukan rutinitas seperti biasa,karena ada tanding bola
wanita antar kelas, makanya aku ikut, saat aku mengambil bola di gudang,salah satu bola itu
terdapat tulisan “ SEMANGAT YA, SEMOGA MENANG :-)”. Aku berpikir pasti orang itu lagi.
Aku hiraukan itu dan pergi kelapangan. Peluit dibunyikan dan pertandingan dimulai. Saat itu
skor 4 : 2, kala itu kelasku yang menang, heheh mungkin karena ada aku makanya menang.

Setelah selesai aku duduk dekat teman temanku”ciee yang menang nih, traktik traktiir
napa”.kata angga sambil mengejek. ”yah, aku nggak ulang tahun juga, cuma menang itu aja
bangga, menang karena menjadi lulusan dengan nilai terbaik itu baru bangga ,dan akan tak traktir
sepuasnya deh, hhahaha..”kataku sambil tertawa tipis. Saat kita semua sedang berbincang-
bincang ada teman ku yang ngasih air mineral untukku.”mbar, ini untukmu dari cowok ituh”.
Sambil menunjuk kearah orang itu. Aku berlari menuju orang itu,”hei kamu, ngapai kasih minum
aku, dan jangan jadi cowok misterius deh”. Kataku dengan nada tinggi. ”gelangnya bagus, sesuai
dengan orangnya”. Katanya sambil berbalik. Aku memegang bajunya dan berkata ” ikut aku sini,
emm kamu itu ya nggak dibaiki biasa aja, giliran dibaiki nglunjak, kamu tuh maunya apa sih, dan
kamu juga nggak sekolah disini, trus ngapain kamu disini dan gang……”.belum sempat aku
ngomel-ngomel kata kataku di stop lagi oleh orang itu.”diam, ngomong jangan panjang-panjang
kaya rell, aku cuma ingin kenal kamu dan tau namamu, dan aku sudah kenal kamu tapi aku
belum tau nama kamu siapa, tapi kalau mengganggu ya udah, maaf ya. kalau aku
berkebihan.”katanya sambil pergi mejauhiku.
”woyy, tunggu, oke maaf jika perkataanku menyakitkan untukmu, namamu
siapa”.Kataku sambil melotot ke arahnya.”Namaku Rian, dan namamu siapa”.Katanya sambil
penasaran.”Owh, Rian ya udah makasih”. Kataku dengan wajah lega, akupun kasih selembar
kertas untuk orang itu dan lari menuju lapangan tempatku bermain tadi. ”Jangan pernah ganggu
aku lagi, aku merasa terusik, maaf jika dulu aku cuek padamu, karna aku takut padamu,kamu
sangat misterius”.kataku di selembar kertas yang dipegang orang itu tadi.
BAB IV

RASA PENASARAN

Sebulan telah berlalu, aku melakukan rutinitas seperti biasanya, dikala itu aku bermain
sendirian tidak ada yang menemani ku saat bermain, karena teman-teman ku sedang pergi jalan-
jalan. Dan aku tidak ikut karena inginku bermain basket dan mencari keringat agar badan
menjadi sehat.

Saat aku bermain, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang membawa seuntai bunga dan
berjalan ke arahku. “ kak, ini bunga untuk kakak”. Kata anak kecil yang tersenyum tipis.” Buat
kakak, dari siapa dek?”. Kataku dengan wajah kebingungan.” Dari Masnya yang disana kak”.
Katanya sambil berlari menuju orang itu. Aku penasaran dengan orang itu apakah dia Rian si
pria misterius itu, ataukah orang jahil. Aku berjalan menuju orang itu, tidak ada tanda-tanda
kalau orang itu mau pergi atau menyakitiku. Sontak aku tepuk pundaknya, Dan aku terkejut
bukan main saat tau kalau orang itu memakai topeng yang sangat serem, dan
menghampiriku.”haaaa, siapa kamu.” Kataku dengan nada ketakutan dan mulai menangis.”
Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun ambar.” Kata pria bertopeng
itu.”hahhahaha, ambar sampai nangis tuhh”. Kata rindi sambil membantuku berdiri.”owhh, jadi
kalian ngerjain aku, dasarrr”. kataku agak sebel.

“iya, maafkan kita ya, kita tuh mau ngasih kejutan yang special untukmu, jadi ini
kejutannya dan berhasill” kata rini yang tertawa terbahak-bahak. Aku awalnya sebel kepada
mereka yang ngerjain aku,tapi rasa sebel itu berubah behagia karena aku aja hampir lupa ulang
tahunku. Sesudah itu aku dan teman-temanku menuju warung untuk beli makanan.” Buk, beli
soto 5 dan es teh 5”. Kata Angga dengan manis.”siap mas”. Kata ibu warung itu. Es teh mulai
diantarkan, dan mulai disruput. Saat ku sruput, tiba-tiba ku teringat es teh yang pahit itu. Aku
mulai memikirkan orang itu dan teringat oleh orang itu. Aku mulai berfikir kenapa orang itu tak
muncul lagi, apa dia kecewa dan marah ketika membaca suratku kemarin. “hemt, kenapa jadi
mikirin dia sih”. Kataku dalam batin. Soto mulai diantarkan dan mulai dimakan, saat aku
memakannya aku merasakan ada yang aneh di Sotoku. Ternyata rasanya tak karuan, asin iya,
manis iya, dan ada rasa asamnya. “woy, woy soto kalian enak nggak.” Kataku kebingungan. “
nggak biasa ajah tuh, emang kenapa?.” Kata Rindi yang melihat sotoku. “ coba soto aku deh
rasanya nggak karuan banget nih.” Kataku dengan muka kebingungan. Dan temen-temenku
mulai mencicipi sotoku “ iya nih kenapa rasanya beda banget ya, kamu nggak beruntung nih
hahhaah, yang lagi ulang tahun dapet kejutan dari siapa lagi nih.” Kata angga sambil ketawa
terbahak-bahak. “ Wah, pasti kalian nih yang ngerjain aku hemmm.” Kataku dengan nada agak
marah. “ weee, nggak lah ngapain kita ngerjain soto kamu, kita kan disini terus.” Kata Rini
sambil tertawa. Kemudian aku datang menghampiri ibu warungnya dan bertanya “ buk, kok soto
saya beda sama yang lain ya buk, agak aneh buk.” Kataku kebingungan. “ owh, maaf neng tadi
ada laki-laki yang masukin sesuatu ke soto neng, yang dulu ngasih es teh pahit itu hlo neng, ini
semuanya udah dibayar neng dan ini buat neng dari laki-laki tadi.”kata ibuknya sambil
tersenyum kepadaku. “ owh, iya buk terima kasih.” Kataku sambil tersenyum.

Aku bingung apa maksudnya ini, kenapa orang itu selalu mengerjaiku dan ngasih sebuah
kotak ini lagi. Aku tak mau tanya lagi kepada ibuknya dimana laki-laki itu pergi, karena aku
sudah tau orang itu siapa. Padahal aku udah marahin dia habis-habisan, tapi kenapa orang itu
selalu saja menggangguku. Aku berjalan menuju temen-temenku dan pamitan pulang. “ heii
semua aku pulang dulu ya, ini semua udah dibayar kok, jadi aku pulang dulu ya”. Kata ku
dengan muka lemes. “ hlo kamu kan nggak bawa sepeda, nggak bareng kita aja nih”. Kata Yoga
sambil menyruput tehnya. “ nggak ajalah, jalan kaki aja biar sehat hhehehehe.” Kataku sambil
jalan pulang. “ iya oke hati-hati dijalan ya”. Kata mereka sambil tertawa tipis.

Aku mulai berjalan pulang, saat itu jalanan sepi karena hari sudah sore. Dan aku mulai
tengok kanan dan kiri, tetapi terlihat sepi dan tidak ada orang siapapun. Saat itu aku
menghiraukan semua itu, aku terus berjalan sampai pada akhirnya aku mendengar langkah kaki
yang mulai mendekati ku. Aku kaget dan ketakutan, tapi pada saat itu aku terus menghiraukan
langkah kaki itu. Dan pada akhirnya ada yang memegangi tangan ku dengan erat, dan menarikku
dengan keras. “ heee, kamu mau ngapain, lepaskan aku, tolooong.” Kataku dengan nada
ketakutan. “ Diam saja, kalau kamu mau selamat ikut saja denganku.” Kata orang itu dengan
nada tinggi. Aku diam dan menuruti apa yang dikatanya, aku terus ditarik dan setelah itu aku
diberhentikan disebuah caffe atau apalah itu dan disuruh duduk. Aku sempat bingung kepada
orang ini kenapa dia mengajakku kesini, padahal disini banyak orang dan kesempatanku untuk
teriak. Tapi setelah aku melihat matanya, seakan aku kenal orang ini. Dia mulai membuka
penutup mulutnya dan membuka jaketnya,dan aku terkejut melihatnya ternyata dia Rian si pria
misterius itu. “ kamu, ngapain kamu ngajak aku kesini, pakai cara kasar lagi.” Kataku dengan
nada membentak. Tapi dia hanya diam dan malah memanggil orang untuk memesan makanan. “
Mas, yang tadi saya pesen, tolong bawa sini.” Katanya sambil menengok kearahku. Aku diam
dan menampakkan wajah muram, dan ini kesempatanku untuk kabur dari sini. Pada saat aku mau
kabur, tiba-tiba tanganku dipegang sama dia. “ Kalau kamu pergi, aku nggak akan segan-segan
nyelakai kamu.” Katanya dengan tersenyum tipis. Aku mulai panik dan ketakutan, dan berpikir
kalau dia itu mau berbuat sesuatu. Makanan mulai datang, banyak makanan dan membuatku
menjadi lapar. Tapi aku menghiraukannya dan diam saja, walaupun cacing-cacing diperut mulai
berpidato. “ Ayo dimakan, pasti kamu lapar kan.” Katanya sambil mengambilkan makanan
buatku. “ nggak lapar, ngapain sih ngajak aku kesini, udah pakai cara kasar dan narik-narik
tanganku, lihat nih merah semu…”. Belum sempat aku selesai ngomong, dia menarik tanganku
dan melihat tanganku apakah tanganku parah atau tidak. “ maafkan aku, aku nggak sengaja, aku
nggak bakal bisa ngajak kamu dengan cara yang lajim, karena pasti kamu nggak mau itu,
makanya aku pakai cara ini, sekali lagi maaf ya, udah membuatmu luka dua kali.” Katanya
sambil memanggil masnya untuk mengambilkan es. Setelah esnya datang, dia meminta padaku
agar mau diobati. “ mau ngapain”. Kataku dengan nada bentak. “ tolong tanganmu sinikan dulu.”
Katanya dengan muka panik. Aku mulai menjulurkan tanganku, dan dia mulai mengobati
tanganku dengan es batu agar nantinya tidak bengkak. Aku diam saja dan agak sebel, setelah
selesai mengobati dia menawarkan makanan agar dimakan, dan aku sempat berpikir kalau
makanan ini ada sesuatunya. “ ayo dimakan, pasti kamu lapar sudah dari tadi kan kamu nggak
sempet makan karena sotonya aneh, dan aku nggak bakal ngasih sesuatu dimakanan ini kok.”
Katanya sambil tertawa tipis.

Aku diam dan mulai makan makanan itu, saat makan aku mencoba memandangi dia, ehh
naas aku ketahuan. “ kenapa lihatin aku terus, ada yang aneh ya.” Katanya sambil
memandangiku. “ emm, nggak apa apa kok.” Kataku dengan tersipu malu. “ hahaha, kenapa
kamu kok jadi aneh gitu.” Katanya sambil tertawa. Aku diam dan tak menjawab yang
dikatakannya.

Tiba-tiba mbaknya kasir datang dan membawa sebuah kotak yang isinya kue ulang
tahun. “ Ini mas pesanannya, hehehe mbaknya beruntung memiliki pacar seperti masnya. Kata
mbaknya sambil menaruh kue itu dimeja. Aku kaget dan terkejut melihat kejutan ini. “ Makasih
mbak” katanya. “ maksudnya apa ini, ada kue segala.” Kataku dengan wajah bingung. “ happy
birthday to you ya untuk kamu. Semoga panjang umur, sehat selalu, tambah sayang sama orang
tua, bisa banggain orang tua, dan bisa meraih cita cita dan mimpimu dengan baik, Aamin. Ya
udah tiup lilinnya ettss jangan lupa buat permintaan dulu.” Katanya sambil menatapku dan
tersenyum. Aku kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi, aku mulai buat permintaanku dan
meniup lilin. “ kenapa kamu siapin ini semua buat aku, padahal kita nggak saling kenal dan kok
kamu bisa tau ulang tahunku hari ini.” Kataku dengan nada kebingungan. “ aku tahu semua
tentang kamu, tapi satu yang tidak aku tahu yaitu nama kamu.” Katanya sambil tersenyum. “
kamu tahu tentang aku, tapi kenapa kamu tak tahu namaku, kan kamu bisa bertanya kepada
teman-temanku, kalau kamu tahu semua tentang aku pastinya kamu tahu nama aku.” Jawabku
dengan nada sentak. Dia tersenyum dan berkata “ iya aku tahu tentang mu, tapi aku nggak mau
bertanya kepada teman-teman mu karena aku hanya ingin tau lewat mulutmu sendiri.” “kenapa
kamu seperti itu, apa susahnya bertanya kepada orang lain atau teman-temanku kan lebih enak,
atau kamu berbohong dan sebenarnya kamu udah tahu namaku tapi kamu ngeles aja.” Kataku
dengan nada agak tinggi. “ aku tidak berbohong, aku hanya ingin tahu namamu jika kamu yang
ngomong sendiri.” Katanya sambil tersenyum. “ namaku ambar, udah puass, dan aku mau kamu
jangan ganggu aku lagi, aku merasa ketakutan melihat dirimu yang datang tiba-tiba dan aku juga
tidak kenal kamu.” Kataku dengan sedikit memohon. Dia hanya tersenyum dan berkata “ Iya
maafkan aku, jika aku sering mengganggumu, tapi karena aku sudah tau namamu maka aku tidak
akan mengganggumu lagi, dan ini tolong diterima sebagai kado dan kejutannku yang terakhir.”

Aku tak berbicara apa-apa dan lari begitu saja, dia mengejarku dan menarik tanganku. “
lepasin, sakit tau.” Kataku dengan nada panik. Dia melepaskan tanganku, tapi tetap saja
mengejarku. “ aku mohon terima ini, aku janji tidak bakalan ganggu kamu lagi pleeassee.”
Katanya sambil memohon. Aku menerima kado pemberiannya, dan berkata “ iya aku terima, tapi
jangan ganggu aku lagi, udah cukup kamu bikin aku penasaran dan ketakutan.”Aku lalu pergi
dan meninggalkan dia, ketika menyebrang aku lupa akan sesuatu yaitu sapu tangan dia. Saat dia
berbalik, aku sontak berteriak memanggil namanya “ Rian, tunggu!!”. Dia berbalik dan
tersenyum kepadaku. Aku kembali dan lari menuju dia. “ kamu berubah pikiran.” Katanya
dengan wajah tak tegang lagi. Aku membalas perkataan dia “ hemt, tidak kok. Aku hanya ingin
mengembalikan sapu tanganmu aja, terima kasih sudah meminjamkannya.” Dia mendekatiku dan
aku pun mundur pelan-pelan, sampai akhirnya aku tereleset dan jatuh. Belum sempat aku bangun
tiba-tiba tlakson berbunyi dan brukkk. Aku kaget dan setengah tak sadarkan diri, aku tak mampu
membuka mataku. Karena aku sadar kalau aku sudah tertabrak. “ ambar bangun buka matamu,
hei.” Kata dia yang suaranya terdengar samar. Aku mencoba membuka mata dan aku kaget alias
bahagia, ternyata aku tidak apa-apa. Hanya luka bagian tangan saja. “ kamu nggak apa-apa kan”.
Kata dia dengan wajah panik. “ hah, aku nggak apa-apa kok”. Kataku dengan kaget. Dia
tersenyum dan mengatakan “ sini tangan kamu aku obati, sapu tangan ini berguna lagi kan, nanti
di kembalikan lagi ya kalau udah bersih. Dan sini aku bantu berdiri.” Aku merasa malu dengan
dia, niatku ingin mengembalikan tetapi malah kena lagi di aku. Kemudian aku dibantu berdiri
oleh dia dan aku berterima kasih ke dia. Tanpa ucapan sama sekali dia memegang tanganku
dengan lembut, tidak seperti yang tadi. Teryata aku disebrangi oleh dia, entah apa yang ada
dipikiran dia, sehingga mau menyebrangkan aku. Tanpa sepatah kata pun dia langsung pergi dan
tidak menengok sama sekali. Aku heran sama dia, dia itu terlihat aneh. Kada baik kadang
menjengkelkan dan susah ditebak.

Setelah sampai rumah, aku mulai membuka isi kado yang diberikan dia untukku.
Ternyata sama seperti dulu, buka sampai tujuh kali baru dapet isinya. Aku mulai terkejut,
ternyata isinya kalung yang sangat indah. Dengan liontin huruf R dan sebuah liontin berbentuk
love. Aku sempat bingung R itu siapa, padahal huruf depanku nggak ada yang R dan liontin yang
berbentuk love itu juga nggak ada gemboknya. Sungguh membingungkan, lalu aku pakai yang
liontin berbentuk love. Sedangkan yang huruf R aku kasih di gelangku. Tenyata cocok
digelangku dan terlihat indah.
MUNCUL RASA SUKA

Hari ini adalah hari minggu, rasanya inginku tidur seharian. Tapi karena tak bisa tidur
lagi, maka ku lanjutkan untuk bersepeda pagi. Nyaman dan sejuk, pagi yang cerah ditambah
matahari yang mulai bersinar. Saat itu aku bersepeda jauh dari rumah dan kampung, karena
sangat bersemangat hingga tidak tau mau kemana. Sampai akhirnya, tiba-tiba di tengah jalan ban
sepedaku bocor dan dilokasi ini sungguh sepi hanya ada pepohonan yang melambai-lambai. Aku
merasa merinding, dan aku mempercepat langkahku dan ku dorong sepedaku dengan cepat. Dan
pada akhirnya aku bertemu dengan dia lagi. Dia tersenyum dan memandangi sepedaku. “ Ban
kamu bocor ya”. Katanya sambil tersenyum. Aku mengangguk saja dan terus berjalan sambil ku
dorong sepedaku. Akan tetapi dia tidak mengejarku dan hilang begitu saja. Aku mulai kelelahan
mendorong sepedaku, terpaksa aku istirahat sebentar di pos kampling yang keadaannya yang
tidak memungkinkan, karena penuh dengan kotoran. Ditempat ini sungguh sepi dan belum ada
orang sama sekali, karena hari yang masih pagi pukul tengah 5 pagi.

Aku memejamkan mata sebentar, entah ketiduran atau tidak setelah aku bangun ternyata
sepedaku sudah tidak ada dan disebalahku ada Aqua dan selembar kertas. Aku kebingungan
mencari sepedaku, hingga akhirnya aku buka selembar kertas itu yang isinya “ sepeda kamu aku
tambal nggak jauh kok dari sini, hanya 5 km. Tadi aku mau bangunin kamu, tapi tadi kamu
tidurnya pules banget. Dan aku nggak tega banguninnya. Hehehe”. Aku kaget melihat surat ini,
secara 5 km itu jauh banget mana kuat aku. “ ojek neng “iya, pak ojek.” Kataku sambil berbalik
dan ternyata dia lagi. “kamu lagi, mana sepedaku?.” Tanyaku dengan nada kesal. “ emmm
sepedamu aman kok, udah aku tambal. Kalau mau ambil ayo aku anterin, ojek gratis nih
hehehe.” Katanya sambil tersenyum. “ Tidak aku jalan kaki saja, kamu tunjukin saja dimana
tempat tambal bannya.” Kataku dengan sopan. Dia kemudian menunjukkan arah tempat tambal
ban, tetapi pada saat dia menjelaskan, aku bingung jalan yang dimaksudnya. Tapi aku pura-pura
tahu saja, setelah itu aku jalan dengan pelan-pelan, tapi setelah ada pertigaan , aku sempat
bingung mau belok kearah mana. Dan tiba-tiba dia datang dan menertawakan aku “ Udah ikut
aja, kamu nggak bakalan tau tempatnya karena tempatnya sangat jauh hampir lima km. Mau
nggak.” Katanya sambil tersenyum. Terpaksa aku ikut dan bonceng dibelakang, tetapi pada saat
aku bonceng kebelakang aku dicegah dia dan berkata “ kamu mau dibelakang, lihat tuh mana ada
pancatannya.” “ Kamu itu gimana toh, orang nggak ada pancatannya nawarin aku, sudahlah aku
jalan kaki saja”. Kataku dengan nada bentak. Tetapi dia tersenyum dan menuding ke depan. “
Naik sini hlo, kamu tuh kalau ngomong sama aku selalu dengan nada tinggi dan marah-marah,
jangan terlalu begitu yah, nanti ndak darah tinggi, hehehe.” Katanya sambil tersenyum lebar.
Aku mulai naik dan dia mulai mengayuh sepedanya. Tidak ada suara pun, hanya hening yang ku
rasakan. Karena tidak saling bicara dan hanya diam saja. “ Masih jauh kah, atau kamu bohong
kepadaku lagi.” Kataku dengan nada sedikit panik, tetapi dia tetap diam dan tak menjawabku.
Aku mengrem sepedanya dan pada akhirnya dia kaget dan melepaskan tangannya dari setang
sepedanya. Dan brukk, kita terjatuh dari sepeda dan luka-luka. “ aduhh, kamu tuh bisa naik
sepeda nggak sih.” Kataku sambil menangis. “ Maafkan aku ya, aku nggak sengaja, aku kaget
saat kamu tadi pegang tanganku, kamu nggak apa-apa kan, bisa berdiri nggak.” Katanya sambil
memegangi tanganku. “iya aku tidak apa-apa, ini juga salahku kok, habisnya kamu tuh ditanya
diam aja”. “maaf aku terlalu focus, dan aku nggak akan pernah nyakiti kamu kok, kan kamu
orang yang aku sayang” Katanya dengan senyuman tipis.

Aku menghiraukan perkataan Rian dan lanjut mengambil sepedaku, setelah cuku lama
menunggu dan akhirnya selesai juga. Aku mencoba meronggeh kantungku tetai tidak ada uang
sama sekali, “Pak berapa ya” “udah dibayar sama mas Rian neng” Kata tukang tambal itu.
“Nanti aku ganti, tapi tidak sekarang” kataku sambil mengambil sepedaku. Saat mengambil
sepedaku terdengar perut yang mulai lapar. “Ayo ikut aku” Kata Rian dengan menarik tanganku.
“Eh mau kemana, lepasin tanganku” Kataku yang terus memberontak kepada Rian. Ternyata
Rian membawaku ke warung makan yang dekat dari bengkel tadi. Rian memesankan makanan
untukku. “Kamu pasti lapar kan, dari tadi nunggu, dan tadi aku kayak dengar ada suara cacing-
cacing yang berontak, heheh” Katanya dengan tersenyum tipis. Makanan mulai datang dan siap
untuk disantap. Pada saat aku mau ngambil sambal, tiba-yiba Rian memegangi tanganku “ pagi-
pagi nggak boleh makan sambal ya, nanti perutnya sakit apalagi kamu lagi lapar” Katanya
sembari mengambil sambalnya. “emang kamu tuh siapa sih, ngatur-ngatur aja, terserah aku dong
mau pakai sambal atau tidak” kataku dengan nada sedikit membentak dan menuangkan sambal
yang begitu banyak ke makananku. “Ambar, itu kebanyakan nanti kamu bisa sakit” katanya
sembari menukar makanannya dengan makananku. “ih apaan sih kamu tuh, kan yang makan
aku”. Rian yang tadinya memberontak, sekarang diam dan mulai makan, entah dari tadi tidak
ngomong apa-apa. Rian hanya memandangiku pada saat makan dengan wajah yang begitu
khawatir. Aku mulai kepedasan karena aku tidak suka pedas, aku menuangkan sambal karena
aku kesal kepada Rian. Aku perlahan menahan rasa pedas itu, sedikit demi sedikit aku
memakannya. Rian yang tidak kuasa melihatku yang kepedasan langsung mengambil
makananku dan mengganti yang baru.

“eh kok diambil sih, belum selesai makan juga” kataku dengan nada sentak.

“Apa, mau makanan yang pedas itu lagi, nggak akan ambar. Aku itu tahu kamu tidak suka pedas,
udah makan yang baru aja” Katanya yang sedikit khawatir kepadaku.

Aku hanya diam dan menghiraukan Rian, aku pergi meninggalkan Rian sendirian dan
pada akhirnya Rian menghampiriku dan memegangi tanganku. “kamu mau kemana, makannya
belum selesai, ayo ikut aku sekarang” katanya sambil memegang tanganku begitu erat. “aduh,
sakit Rian, sakit” kataku dengan nada kesakitan. Lalu Rian melepaskan pegangannya dan
meminta maaf kepadaku. Aku menghiraukannya dan lari meninggalkan Rian, tetapi Rian tetap
saja mengejarku dan menyuruhku makan. Pada akhirnya kita berdebat dipinggir jalan, dan pada
saat mau menghindar dari Rian tiba-tiba ada sepeda motor lewat. Aku yang begitu panic tidak
bisa menghindar sama sekali, dan akhirnya malah Rian yang ketabrak sepeda motor itu. Rian
yang tidak aku suka dan nyebelin, dia menolongku.
“Rian, kamu tidak apa-apa kan” kataku dengan nada panic.

“hehehe, aku tidak apa-apa kok Mbar, Cuma lecet dikit doang”. Katanya dengan sedikit
tersenyum kepadaku.

“itu berdarah Rian, pak-pak tolong bantu saya angkat ke taksi pak”

“iya neng” kata salah satu bapak yang menolongku mengangkat Rian.

Di Taksi Rian hanya tersenyum kepadaku dan memegangi tanganku begitu erat. “tidak
usah khawatir Mbar aku baik-baik saja”. “udah jangan bicara dulu, diam saja”. Saat aku
menyuruhnya diam, Rian seketika diam dan terus memegangi tanganku. Aku mencoba
melepaskan pegangannya, tetapi pegangannya begitu erat sehingga aku tidak bisa
melepaskannya. Setelah tiba dirumah sakit, Rian tetap saja memegangi tanganku dan pada saat
ke UGD, Rian melepaskan pegangannya dan tak sadarkan diri. Aku yang begitu panic tidak bisa
berbuat apa-apa, aku hanya bisa memandangnya dari balik pintu UGD. Salah suster yang
menangani Rian keluar dan memberikan handphonenya kepadaku untuk menghubungi keluarga
Rian. Aku menghubungi keluarga Rian dan akhirnya keluarga Rian dan bertanya kepadaku
kenapa Rian jadi seperti itu. Aku menjelaskan tentang kronologi kejadiannya, tetapi malah
ibunya memeluku, beliau menangis dan memohon agar aku selalu didekatnya. Entah apa yang
dimaksud ibunya Rian, sehingga bilang seperti itu. Aku yang tidak tahan melihat Ibunya Rian
menangis langsung mengatakan kalau aku bersedia selalu didekat Rian.

Aku bertanya kepada ibunya Rian kenapa bilang seakan ibunya sudah kenal aku, padahal
aku saja belum pernah bertemu ibunya Rian. Ibunya menjelaskan semua bahwa Rian selalu cerita
tentang aku, setiap sedang bersamaku dia selalu cerita kepada Ibunya. Aku terdiam dan tiba-tiba
mengeluarkan air mata. Aku tidak menyangka kalau Rian menyukaiku dengan tulus, sampai rela
menyelamatkan ku dan rela berkorban nyawa hanya karena aku. Aku ternyata sadar bahwa aku
mulai menyukainya. Saat itu Dokter keluar dan ingin bicara empat mata dengan Ibunya Rian.
Saat dokter dan Ibunya pergi, aku mencoba masuk kedalam UGD dan melihat keadaan Rian.
Saat aku melihat Rian, aku seakan tidak bisa menahan air mataku, aku teringat perkataan Ibunya
Rian tadi bahwa Rian benar-benar menyukaiku apa adanya. Aku memegangi tangannya dan
mengatakan pada Rian bahwa aku minta maaf atas kejadian tadi, dan aku berjanji tidak akan
mengulanginya lagi. Rian terbangun dan menarik tanganku begitu erat dan aku tersungkur di
dadanya Rian.

“Rasakan setiap detak jantungku Mbar, kamu akan merasakan bahwa jantungku berdetak begitu
kencang saat kamu berada didekatku, dan tolong jangan tinggalkan aku disini”. Katanya dengan
sedikit tersenyum kepadaku. Tapi aku menghiraukan perkataan Rian dan melepas pegangannya.
“Apaan sih, jantung ya berdetak kalau tidak berdetak ya itu namanya bukan jantung”.
“Aduh, duh sakit banget nih, tolong-tolong, aduh aduh” kata Rian yang kesakitan.

“eh kamu kenapa Rian, maafkan aku, tadi aku terlalu kasar ya. Yang sakit yang mana, bentar aku
panggilkan dokter dulu”. Belum sempat aku memanggil Dokter tiba-tiba tanganku ditarik
kembali dan mengenai dadanya.

“Disini yang sakit Mbar, hehehehe”katanya dengan sedikit tertawa.

“Apaan sih nggak lucu tau nggak” kataku sedikit kesal pada Rian.

‘ Tapi sakit beneran nih” Katanya sambil memegang dadanya.

“Bodo amat” kataku sembari meninggalkan Rian.

Saat aku keluar dari kamarnya Rian aku mendengar percakapan Dokter dengan Ibunya.
Ternyata Rian pernah sakit disini dan sempat menggangu kejiwaannya, aku sempat kaget dan
berfikir kenapa Rian bisa seperti itu. Aku kembali ke kamarnya Rian dan bertanya kepadanya
tentang keadaannya dulu.

“Eh kamu kembali lagi, tidak bisa jauh dari aku ya”Katanya dengan sedikit tersenyum.

“Jangan bercanda Rian, Aku mau Tanya sesuatu sama kau, apakah kamu pernah dirawat disini
dan kejiwaanmu terganggu” Kataku dengan sedikit takut kepadanya.

‘Iya aku pernah dirawat disini dan itu karena sesuatu yang tak pernah aku inginkan, dulu aku
frutasi

Anda mungkin juga menyukai