َم ْن أ َ َخذَ ِم ْن أ ْم َوا ِل النَّا ِس:َسلّ َم قا ل َ صلَّى هللاُ َءلَ ْي ِه َوَ ي ٌ ِضي هللاُ َء ْنهُ َء ِن ا لنٌب َ َو َءنَ اًبِ ْي ُه َر
ِ ير ة َ َر
ُّ َر َواهُ ْالبُخَا ِر.ُ َو َم ْن أ َخذَ هَا ي ُِر ْيدُ اٍتْالَ فَ َها أتْلَفَهُ هللا,ُي ُِر ْيدُ أدَا َءهَا أدَّى هللاُ َء ْبه
.ي
Artinya : Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Nabi sallallahu Alaihi Wa
Salam, bahwa beliau bersabda,” Barangsiapa nmengambil harta orang lain dengan
maksud untuk mengembalikannya, dan barangsiapa yang mengambilnya dengan
maksud untuk merusaknya, maka Allah akan merusaaknya.” (H.R. Al-Bukhari).
TAFSIR HADIST
Kata ‘ Salaf’ sama dengan ‘salam’ baik secara wazan { timbangan kata }
maupun makna, yakni pesanan. Disebutkan bahwa kata salam merupakan bahasa
penduduk iraq, sedangkan kata salaf merupakam bahasa penduduk hijaz adapun
menurut istilah, kata salam adalah transaksi jual beli dengan cara menyebutkan sifat
pembayaran dilakukan pada saat transaksi. Salam diperbolehkan dalam islam, kecuali
pendapat Ibnu Musayyid yang menyatakan tidak boleh. Ulama sepakat perihal syarat
yang harus ada dalam transaksi salam ini sebagai mana syarat dalam jual beli lainnya
dengan menyerahkan modal pokok saat terjadinya akat. Hanya saja Imam Malik
membolehkan pembayaranya hingga sehari atau dua hari, dan barang yang dijual
belikan dengan cara seperti ini harus dapat di tentukan dengan salah satu ukuran {
takatran atau kurang}, sabagai tang di sebutkan dalam hadist. Bial barang tersebut
tidak termasuk dalam barang yang dapat di takar atau di tambang, maka penulis
dalam kitab fathul al bahri mengatakan bahwa barang tersebut termasuk jenis barang
yang dapat diketahui jumlahnya. Hal tersebut di riwayatkan dari Ibnu Bathuthal, dan
ukuran-dengan kadar dzira “ berkesuaian dalam timbangan dan takaran, yakni yang
jelas dapat menghilangkan tetidakjelasan pada kadar atau ukuran barang. Mereka juga
sepakat pada penentuan syarat kejelasan takaran pad barang yang dapat di takar,
seperti sha’ bagi penduduk hijaz, Qafiz bagi penduduk iraq, dan irdab bagi penduduk
Mesir. Bila bentuk takaran disebutkan secara mutlak, maka pengertiannya beralih
keda bentuk umum akad salam. Mereka juga sepakat harus mengetahui sifat barang
yang di pasang, sehingga dapat membedakan antara barang tersebut dengan barang
yang lain. Hal tersebut tidak mrnyelisihi hadist di atas sebab mereka berusaha
mengamalkannya.
jual beli dengan salam, bila di bayar secara kontan atau untuk tempo yang tidak di
mengerti maka tidak sah. Inilah pendapatyang di pegang oleh Ibnu Abbas dan
Alaihi Wa Sallam transaksi salam tidak terjadi kecuali dengan pembayaran yang di
tunda,dan ini merupakan hasil qiyas yang bertentangan dengan qiyas itu sendiri.
Karena salam menyelisihi qiyas itu sendiri, sebab salam merupakan jual beli yang
tidak ada barangnya dan sebagai akad ghahar ( tidak jelas ). Di perbedakan juga oleh
membahasnya dengan lebih rinci bila membawanya membutuhkan beban biaya maka
perlu di syarat kan saat transaksi akan tetapi, bila tidak ada biaya maka tidak perlu di
syaratkan. Menurut kalangan asy-syafi’iyah, bila akad di tempat yang tidak layak
untuk di adakan serah terima seperti di jalan maka harus di syaratkan, bila tidak maka
ada dua pendapat. Semua rincian ini bersandarkan pada ‘urf ( adat kebiasaan) saja.