Diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi tugas kelompok mata kuliah
DI SUSUN OLEH :
Kelompok XI
Nurhayani ( 11820522824 )
Uhri Ramadhan Harahap ( 11820514671)
Lokal EI F / VII
DOSEN PENGAMPU:
Muhammad Albahi, SE.,Ak.CA
EKONOMI SYARIAH F
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
T.A 2021
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan banyak terima kepada semua pihak yang ikut serta
dalam menyelesaikan makalah ini terutama kepada Bapak Muhammad Albahi,
SE.,Ak.CA. Di dalam pembahasan makalah kali ini bertajuk seperti yang tertera
di Cover,yaitu Standar Auditing AAOIFI dengan itu penulis berfokus dalam
materi seperti yang akan penulis bahas nanti. Makalah yang tersusun ini sebagai
tugas Kelompok mata kuliah Auditing Bank Syariah, dengan berbekal apa yang
ada dalam Referensi yang ada.
Selanjutnya Penulis menyadari bahwa makalah yang Penulis buat ini
bukanlah sesuatu yang terjadi begitu sempurna, masih banyak kekurangan yang
memang itu adalah dari penulis sendiri, penulis memohon untuk diberikan
kritikan atau saran yang bersifat membangun agar nantinya menjadi penyempurna
bagi penulis untuk menyusun makalah lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
Wassalam..
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan.........................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................30
PENUTUP.............................................................................................................30
A. Kesimpuan...................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan syariah seperti halnya bank, memiliki
karakteristik berbedadengan entitas konvensional. Perbedaan karakter
tersebut mempengaruhi bentuk danstandar dalam kegiatan pengawasan
lembaga bank syariah termasuk pelaksanaanauditnya. Pengawasan bank
syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia danDewan Syariah
Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga
kepatuhanterhadap prinsip prinsip dan aturan syariah dalam operasional ke
giatannya dan pelaporannyasesuai konsep perbankan syariah serta sesuai
prinsip akuntansi bertema umum. Bank Syariah menjadi salah satu bagian
dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yangmemiliki karakteristik
berbeda dengan entitas konvensional. Perbedaan karaktertersebut
mempengaruhi bentuk dan standar dalam kegiatan pengawasan
lembaga bank syariah termasuk pelaksanaan auditnya.Pengawasan bank
syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia (BI) danDewan
Syariah Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga kepatuhan
terhadap prinsipprinsip dan aturan syariah dalam operasional kegiatannya
dan pelaporannyasesuai konsep perbankan syariah serta sesuai prinsip
akuntansi bertema umum. Dalamhal ini, Dewan Pengawas Syariah (DPS)
memiliki peran yang utama
dalam pengendalian dalam aspek syariahdan auditor memiliki peran utama
dalam menguji(examination) penyajian laporan keuangan yang
fair.Adapun standar audit yang berlaku pada LKS termasuk bank Syariah
adalahstandar audit yang dikeluarkan dan disahkan oleh AAOIFI
(Accounting and AuditingOrganization for Islamic Financial Institutions)
yang berada di Manama, Bahrain.1
1
Akhmad Mujahidin,Pengawas LKS, Cet Ke-4, ( Depok: Raja Grafindo Persada, 2017 ),
h.47
Lembaga Keuangan Syari’ah khususnya bank syariah bergerak di
sektorkeuangan (finance) yang umumnya memiliki risiko yang tinggi di
bisnisnya. Olehkarena itu, disamping adanya pengawasan dan audit
syariah, diperlukan elemen lainyang mendukung kesuksesan perbankan
syariah yaitu good corporate governance(tata kelola perusahaan yang
baik). Tujuancorporate governance secara umumadalah untuk
mewujudkan keadilan bagi seluruh pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan ( stakeholder ). Dalam mewujudkan pengawasan
bank syariah yang efektifdan efisien maka BI, DSN, dan DPS harus saling
bekerja sama dalam mengembantugasnya dengan sebaikbaiknya.Audit
syariah sendiri biasanya dilakukan oleh Team Audit Sharia
Complianceyang bertugas untuk membantu pekerjaan Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dalammemberikan pengawasan atas praktik-praktik yang
terjadi sehingga penyimpangandari konsep perbankan syariah dapat
dicegah. Tugas tersebut juga bertujuan agarstandar yang diterapkan oleh
perbankan syariah sesuai dengan standar yang telahditentukan oleh
AAOIFI (Auditing and Accounting Organization for Islamic Financial
Institutions).2
B. Rumusan Masalah
A. Apa pegertian dari Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) ?
2
Ibid,.h.48
B. Bagaimana sejarah Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI)?
C. Apa saja Standar yang diterbitkan AAOIFI?
D. Apa landasan hukum Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI)?
E. Apa prinsip umum Audit AAOIFI?
F. Apa fungsi Standar Auditing AAOIFI?
G. Bagaimana struktur organisasi AAOIFI?
H. Apa saja Kode Etik Akuntan dan Auditor syariah Menurut AAOIFI?
C. Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
B. Untuk memahami sejarah Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
C. Untuk mengetahui apa saja Standar yang diterbitkan AAOIFI
D. Untuk memahami apa landasan hukum Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
E. Untuk mrngetahui prinsip umum Audit AAOIFI
F. Untuk mengetahui fungsi Standar Auditing AAOIFI
G. Untuk mengetahui seperti apa struktur organisasi AAOIFI
H. Untuk mengetahui apa saja Kode Etik Akuntan dan Auditor syariah
Menurut AAOIFI
BAB II
PEMBAHASAAN
4
http://jagoakuntansi.com/2017/05/06/aaoifi-accounting-and-auditing-organizations-
for-islamic-financial-institusions di akses pada tanggal 26 November 2021)
keuangan syariah termasuk bank yang kemudian banyak diacu di berbagai
negara. Standar Auditing AAOIFI untuk audit pada lembaga keuangan
syariah sendiri mencakup lima standar, yaitu:
1. tujuan dan prinsip (objective and principles of auditing)
2. laporan auditor (auditor’s report)
3. ketentuan keterlibatan audit (terms of audit engagement)
4. lembaga pengawas syariah (shari’a supervisory board)
5. tinjauan syariah.
Adapun penjelasan singkat dari kelima standar tersebut adalah sebagai
berikut:
Pertama, terkait tujuan dan prinsip. Tujuan dari sebuah audit
laporan keuangan yaitu untuk memungkinkan auditor menyampaikan
opini atas laporan keuangan tertentu dalam semua hal yang material dan
sesuai dengan aturan dan prinsip Islam, AAOIFI, standar akuntansi
nasional yang relevan, serta praktek di negeri yang mengoperasikan
lembaga keuangan. Adapun prinsip etika profesi meliputi, kebenaran,
integritas, dapat dipercaya, keadilan dan kewajaran, kejujuran,
independen,objekivitas, kemampuan professional, bekerja hati-
hati,menjaga kerahasiaan, perilaku professional dan menguasai standar
teknis.
Kedua, terkait laporan auditor. Elemen dasar dari laporan auditor
(judul, alamat, paragraf pembukaan atau pengenalan, cakupan paragraf
(gambaran dari audit), acuan ASIFI dan standar nasional yang relevan atau
praktek, Uraian pekerjaan yang dilakukan auditor, Paragraf opini berisi
sebuah ungkapan opini tentang laporan keuangan, Tanggal Laporan,
Alamat Auditor dan Tanda Tangan Auditor). Terkait ruang lingkup
paragraf,laporan auditor harus menggambarkan cakupan audit dengan
menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai ASIFI dan standar
nasional yang relevan atau praktek telah sesuai dan tidak melanggar aturan
dan prinsip Syariah. Ruang lingkup mengacu pada kemampuan auditor
untuk melaksanakan prosedur audit yang dianggap penting dalam hal itu.
Hal ini meyakinkan para pembaca bahwa audit telah berjalan sesuai
ketetapan standar maupun praktek. Disamping itu juga telah sesuai dengan
standar auditing nasional atau praktek mengikuti negara tempat auditor
berada, hal ini terlihat dalam alamat auditor.Laporan itu termasuk sebuah
pernyataan bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan untuk
memperoleh jaminan layak mengenai apakah laporan keuangan bebas dari
pernyataan salah yang material. Laporan auditor harus menggambarkan,
antara lain:
a. pengujian, pada sebuah uji dasar, bukti yang mendukung sejumlah
laporan keuangan dan pengungkapan.
b. menilai/menaksir prinsip akuntansi yang digunakan dalam persiapan
laporan keuangan.
c. menilai perkiraan signifikan yang dibuat oleh manajemen dalam
persiapan laporan keuangan.
d. mengevaluasi presentasi laporan keuangan secara keseluruhan.
Ketiga, terkait ketentuan keterlibatan audit. Auditor dan klien harus
menyetujui ketentuan perjanjian. Istilah setuju perlu disampaikan dalam
surat penugasan audit sesuai kontrak. Isi dasar surat perjanjian adalah
dokumen surat penunjukan dan menegaskan tanggung jawab auditor untuk
klien dan bentuk setiap laporan yang akan diberikan oleh auditor.
Keempat, berkaitan dengan shari’a supervisory board yang intinya
berisi penunjukan, komposisi dan laporan DPS.
Kelima berkaitan dengan tijuanuan Syariah (shari’a review).
Shari'ah review merupakan sebuah pengujian yang luas dari kepatuhan
Syariah sebuah LKS, dalam seluruh kegiatannya. Pengujian ini meliputi
penunjukan, persetujuan, kebijakan, produk, transaksi, memorandum
(surat peringatan), dan anggaran dasar dari perserikatan, laporan keuangan,
laporan (khususnya audit internal dan pengawasan bank central),
sirkulasi,dll.Tujuan dari sebuah shari'a review adalah untuk memastikan
bahwa seluruh aktivitas yang diselenggarakan dalam LKS tidak
bertentangan dengan Syariah.DPS bertanggung jawab untuk membuat dan
mengungkapkan sebuah opini dari suatu Lembaga Keuangan Syariah
terhadap kepatuhannya pada Syariah.5
D. Landasan Hukum
Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran yang utama dalam
pengendalian dalam aspek syariah dan auditor memiliki peran utama
dalam menguji (examination) penyajian laporan keuangan yang fair.
Adapun standar audit yang berlaku pada LKS termasuk bank Syariah
adalah standar audit yang dikeluarkan dan disahkan oleh AAOIFI
(Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions).
Konsep pengawasan terhadap praktek keuangan yang dilakukan pada
lembaga keuangan syariahmemiliki sejumlah landasan, yaitu landasan
syariahdan landasan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Landasan
syariahyang biasa diacu misalnya adalah pemahaman terhadap QS. Al-
Ashr [103] ayat 1-3
ْ َوا ْل َع
١ - ص ۙ ِر
٢ – س ۙ ٍر ْ سانَ لَفِ ْي ُخ َ اِنَّ ااْل ِ ْن
٣ - ࣖ ص ْب ِر ِّ ص ْوا بِا ْل َح
َ ق ەۙ َوتَ َو
َّ اص ْوا بِال َ ت َوت ََوا ّ ٰ اِاَّل الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو َع ِملُوا ال
ِ صلِ ٰح
5
Rifaat Ahmed Abdel-Karim (1999), ‘Accounting and Auditing Standards for Islamic
Financial Institutions’, Proceedings of the Second Harvard University Forum on Islamic Finance:
Islamic Finance into the 21 Century, (Cambridge, Massachusetts: Center for Middle Eastern
Studies, Harvard University, 1999), pp.239-241
kerugian kecuali jika mampu saling menasehati atau saling mengontrol.
Adapun landasan hukum positif antara lain dapat diacu pada peraturan
perundangan yang menempatkan BI sebagai otoritas pengawas bank. Bank
Indonesia adalah lembaga yang diberi otoritas oleh pemerintah dalam
pengawasan perbankan di Indonesia (termasuk perbankan syariah). Hal ini
dijelaskan dalam Pasal 29 (1) (UU.No.7/1992 sebagaimana diubah
dengan) UU No.10 Th.1998 tentang Perbankan yang berbunyi Pembinaan
dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.6
F. Fungsi AAOIFI
The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutiions (AAOIFI) menjadi organisasi nirlaba internasional yang
memiliki kompetensi untuk menyusun standar-standar akuntansi keuangan
dan auditing untuk Bank dan Lembaga Keuangan Syariah di dunia.
Organisasi ini memiliki tujuan antara lain:
1. Mengembangkan pemikiran akuntansi dan auditingyang relevan
dengan lembaga keuangan;
6
Muhammad (2012). Hand Out Mata Kuliah Lembaga Perekonomian Islam. Yogyakarta:
Magister Studi Islam, Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam
Indonesia.
2. Menyamakan pemikiran di bidang akuntansi dan auditingyang
relevan bagi lembaga keuangan dan penerapannya melalui pelatihan,
seminar, publikasi jurnal yang merupakan hasilriset;
3. Menyajikan, mengumumkan, dan menginterpretasikan standar-
standar akuntansi dan auditingbagi lembaga-lembaga keuangan
syariah;
4. Mereview dan mengamandemen standar-standar akuntansi dan
auditing bagi lembaga-lembaga keuangan syariah.
7
http://repository.ut.ac.id/4576/1/EKMA4482-M1.pdf di akses pada tanggal 26
November 2021) Sherly Jihan. 2018. Penulisan Makalah
H. Kode Etik Akuntan dan Auditor syariah Menurut AAOIFI
AAOIFI merumuskan struktur kode etik akuntan dan auditor
syariah untuk lembaga keuangan syariah dibagi menjadi tiga
bagian. Pertama merupakan pondasi syariat dari kode etik akuntan dan
auditor syariah, yang berupa dasar-dasar hukum dari kode etik itu
sendiri. Kedua merupakan prinsip etika akuntan dan auditor syariah
yang yang berisi prinsip etika yang berlaku umum diambil dari dasar
syariat dan kode etik profesional yang berlaku. Ketiga merupakan
aturan kode etik akuntan dan auditor syariah yang berisi apa yang
seharusnya menjadi perilaku akuntan dan auditor syariah.
AAOIFI membuat beberapa landasan kode etik akuntan dan
auditor Syariah sebagai berikut :
1) Prinsip Integritas
Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi
oleh sikap jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk
membangun kepercayaan agar dapat memberikan dasar yang kuat
untuk pengambilan keputusan.
2) Prinsip Khalifah
Allah menciptakan manusia di bumi mengemban tugas
yang cukup berat, yaitu sebagai khalifah atau pemimpin untuk
memakmurkan bumi dan segala isinya.
Kekhalifahan ini didasarkan pada prinsip yang menyatakan
bahwa pemegang kekuasaan tertinggi di bumi ini adalah Allah
SWT dan kepemilikan manusia terhadap kekayaan yang di bumi ini
bukanlah tujuan akhir tetapi sebagai sarana untuk menjalani
kehidupan dirinya, keluarganya dan masyarakat. Manusia harus
memperhatikan perintah dan larangan Allah selaku pemilik semua
yang ada di bumi ini dalam penggunaannya sebab manusia akan
dimintai pertanggungjawaban bagaimana ia menggunakan
kekayaan itu.
3) Prinsip Ikhlas
Landasan ini berarti bahwa akuntan harus mencari
keridhaan Allah dalam melaksanakan pekerjaannya bukan mencari
nama. Pura-pura, hipokrit dan berbagai bentuk kepalsuan lainnya.
Menjadi ikhlas berarti akuntan tidak perlu tunduk pada pengaruh
atau tekanan luar tetapi harus berdasarkan komitmen agama,
ibadah dalam melaksanakan fungsi professinya. Tugas professi
harus bisa dikonversikan menjadi tugas ibadah. Jika hal ini bisa
diwujudkan maka tugas akuntan menjadi bernilai ibadah dihadapan
Allah SWT disamping tugas professi yang berdimensi material dan
dunia.
4) Prinsip Taqwa
Takwa adalah sikap ketakutan kepada Allah baik dalam
keadaan tersembunyi maupun terang-terangan sebagai salah satu
cara untuk melindungi dari akibat negative dan perilaku yang
bertentangan dari syariah khususnya dalam hal yang berkaitan
dengan perilaku terhadap penggunaan kekayaan atau transaksi
yang cenderung pada kezaliman dan hal lain yang tidak sesuai
dengan syariah.
5) Kebenaran dan bekerja secara sempurana
Akuntan tidak harus membatasi dirinya hanya melakukan
pekerjaan-pekerjaan professi dan jabatannya tetapi juga harus
berjuang untuk mencari dan menegakkan kebenaran dan
kesempurnaan tugas professinya dengan melaksanakan semua
tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baik dan
sesempurna mungkin.
6) Allah menyaksikan tingkah laku setiap orang
Seorang Akuntan atau Auditor meyakini bahwa Allah
selalu melihat dan menyaksikan semua tingkah laku hamba-Nya
dan selalu menyadari dan mempertimbangkan setiap tingkah laku
yang tidak disukai Allah.
7) Manusia bertanggungjawab dihadapan Allah
Akuntan muslim harus meyakini bahwa akhirat allah selalu
mengamati semua perilakunya dan dia akan
mempertanggungjawabkan semua tingkah lakunya kepada Allah
nanti dihari baik tingkah laku yang baik maupun yang besar
8) Takut akan Allah dalam segala hal
Kepercayaan bahwa Allah melihat segala hal yang
dilakukan oleh manusia dan sebagai pertimbangan untuk berhenti
melakukan hal yang tidak di ridhoi-Nya. Hal ini menyiratkan
bahwa seorang akuntan harus bersikap takut akan Allah, tidak
peduli akan pendapat orang lain. Self-monitoring yang ada di kode
etik kontemporer semakin melemah kecuali jika dikaitkan dengan
iman.
Pada bagian kedua dan ketiga dari struktur kode etik yang dibuat
AAOIFI dijelaskan prinsip etika akuntan dan auditor yang berupa
kode etik profesi dan dasar perilaku akuntan dan auditor sebagai
berikut:
1) Dapat dipercaya
Akuntan harus dapat dipercaya dan jujur dalam
menjalankan tugas atau layanan profesionalnya. Kepercayaan juga
mensyaratkan bahwa akuntan harus memiliki tingkat integritas dan
kejujuran yang tinggi, dan bahwa ia harus menghormati
kerahasiaan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan tugas
dan jasa baik kepada organisasi atau kliennya. Akuntan tidak boleh
dengan sengaja menyajikan fakta dan informasi secara tidak jujur.
Dalam hal ini akuntan bertanggungjawab untuk:
a) Hadir dan komunikasikan informasi yang baik dan buruk yang
relevan dengan jujur dan dengan transparansi.
b) Menahan diri dari pengungkapan informasi rahasiayang
diperoleh dalam pelaksanaan tugas atau layanan profesional,
kecuali diwajibkan untuk mengungkapkannya sesuai dengan
persyaratan pengungkapan melalui standar akuntansi dan audit
untuk lembaga keuangan Islam atau melalui persyaratan
hukum.
c) Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia untuk
keuntungan yang tidak etis.
d) Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang
diperoleh selama menjalankan tugas atau layanan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi yang tidak etis atau untuk
keuntungan pihak ketiga.
e) Menahan diri dari baik secara aktif atau pasif terlibat dalam
segala tindakan atau perilaku yang dapat membahayakan
tingkat religius dan etika institusi.
2) Legitimasi
Akuntan harus memastikan keabsahan segala sesuatu yang
terkait dengan tugas atau layanan profesionalnya sesuai dengan
aturan dan prinsip syariah. Dalam hal ini akuntan
bertanggungjawab untuk:
a) Akuntan harus melaksanakan tanggung jawabnya terhadap
Allah SWT dengan cara sebaik mungkin, mengutamakan
tanggung jawab kepada Allah SWT diatas tanggung jawab
terhadap hal lain.
b) Akuntan bertanggung jawab untuk mengetahui aturan dan
prinsip syariah yang berkaitan dengan transaksi keuangan.
Oleh karena itu, akuntan harus menerima pelatihan formal dan
memadai. Bertanggungjawab untuk memverifikasi keabsahan
dari tugas yang dikerjakannya berdasarkan prinsip dan aturan
Syariah.
c) Akuntan bertanggung jawab untuk memverifikasi keabsahan
dari tugas yang dikerjakannya dalam pandangan aturan dan
prinsip syariah sebagaimana ditentukan oleh dewan pengawas
Syari'ah. Akuntan juga harus memastikan bahwa tingkah
lakunya dalam menjalankan tugas atau layanan profesional
sesuai dengan aturan dan prinsip tersebut.
d) Akuntan bertanggung jawab untuk mematuhi aturan dan
prinsip syariah sebagaimana ditentukan oleh dewan pengawas
Syari'ah dengan alasan bahwa syariat Islam adalah sebagai
pedoman ketika memastikan keabsahan transaksi, tindakan
dan, secara umum, perilaku yang berkaitan dengan kinerja atau
layanan profesional. Apa pun yang tidak sesuai dengan Syariah
dianggap tidak sah meskipun mungkin hal tersebut telah sesuai
dengan hukum dan aturan dari profesi akuntan.
3) Objektivitas
Akuntan harus adil, tidak memihak dan tidak bias, bebas
dari konflik kepentingan dan independen. Objektivitas juga
mensyaratkan bahwa akuntan tidak boleh mengesampingkan
penilaian profesional dan tugasnya terhadap saran orang lain.
Dalam hal ini akuntan bertanggungjawab untuk:
a) Menolak pemberian, bantuan atau keramahan yang akan
mengancam objektivitas penilaian profesional.
b) Hindari konflik kepentingan dengan orang-orang yang
menerima layanan, seperti memiliki hubungan pribadi atau
hubungan keluarga dengan klien yang akan mengancam
objektivitas dan kemandirian profesionalnya.
c) Hindari situasi yang akan mengganggu independensi
profesional, seperti memiliki sejumlah saham di perusahaan
klien atau memiliki bentuk lain dari kepentingan keuangan
dengan klien atau dengan institusi lain yang terkait dengan
klien.
d) Menahan diri dari terlibat dalam layanan profesional lainnya
saat mengaudit klien untuk menghindari hilangnya objektivitas
dalam melakukan audit laporan keuangan.
e) Hindari biaya bersyarat (misalnya biaya tergantung pada hasil
pemeriksaan) karena memiliki efek yang merugikan pada
independensi dan objektivitas akuntan saat melakukan tugas
dan layanan profesional.
4) Kompetensi profesi dan rajin
Akuntan harus memiliki kompetensi professional dan
dilengkapi dengan latihan-latihan yang dibutuhkan untuk
menjalankan tugas dan jasa profesi tersebut dengan baik. Akuntan
harus melakukan tugas dengan tekun dan benar, dan terutama
bertanggung jawab kepada Allah, dan yang lain seperti atasan,
profesi, klien, dan masyarakat.Dalam hal ini akuntan
bertanggungjawab untuk:
a) Memperoleh tingkat kompetensi akademis dan profesional
yang sesuai, pengetahuan Syariah yang memadai terkait
dengan transaksi keuangan, dan mengikuti perkembangan
profesi dan standar akuntansi yang baru.
b) Berikan layanan profesional berkualitas tinggi sesuai dengan
peraturan dan prinsip syariah, dan undang-undang yang
relevan.
c) Pastikan kontrol kualitas bawahan dan asisten dalam kinerja
tugas profesional.
d) Pastikan laporan lengkap, jelas dan didukung oleh analisis
yang tepat atas informasi yang relevan dan dapat dipercaya.
5) Perilaku yang didorong keimanan
Perilaku akuntan harus konsisten dengan keyakinan akan
nilai Islam yang berasal dari prinsip dan aturan syariah. Dalam hal
ini akuntan bertanggungjawab untuk:
a) Selalu sadar akan pengawasan Allah (pemantauan diri).
b) Selalu sadar akan pertanggungjawaban di hadapan Allah pada
Hari Kiamat (akuntabilitas diri).
c) Bersikap tulus dalam melakukan tugas dan layanan
profesional, mencari ridha Allah dan tidak tunduk pada
tekanan orang lain.
d) Memenuhi janji dan menghormati perjanjian. Ini adalah
persyaratan mendasar dalam semua transaksi dan perilaku.
e) Bekerja sama dengan orang lain untuk memastikan kinerja
tugas profesional yang lancar dan efisien.
f) Tunjukkan cinta dan persaudaraan demi Allah untuk
meningkatkan kerjasama dan kepercayaan dengan klien.
g) Bersikaplah baik dalam berurusan dan dalam menangani
masalah dengan orang laindan sabar dalam menangani masalah
yang ditemui dalam praktek profesinya.
h) Berikan contoh yang baik untuk asisten dan bawahan.
6) Perilaku profesional dan standar teknik
Dalam menjalankan tugasnya, akuntan harus mematuhi
aturan perilaku profesional yang disajikan dalam Bagian 3, dan
mematuhi standar akuntansi dan audit untuk lembaga keuangan
syariah.Dalam hal ini akuntan bertanggungjawab untuk:
a) Mematuhi standar akuntansi dan audit untuk lembaga
keuangan syariah.
b) Melakukan tugas profesional dengan tekun.
c) Menahan diri dari terlibat dalam kegiatan atau tindakan apa
pun yang akan membahayakan integritas, objektivitas atau
kemandirian dalam melakukan tugas atau layanan profesional,
atau perilaku dan tindakan pribadi apapun yang akan
mendiskreditkan profesi dan mengancam kredibilitas. Prinsip
ni mengharuskan akuntan untuk:
1) Menahan diri dari memasarkan dan mempromosikan diri
dan pekerjaannya dengan cara yang tidak sepadan dengan
status profesinya;
2) Menahan diri dari membuat klaim berlebihan untuk
layanan professional yang ia mampu tawarkan atau
kualifikasi keahliannya;
3) Menahan diri dari merendahkan pekerjaan akuntan lain;
dan
4) Menahan diri dari membayar komisi untuk mendapatkan
perjanjian baru atau untuk rujukan akuntan lain ke klien.
d) Ketika diminta untuk menggantikan akuntan profesional lain,
akuntan yang baru harus memastikan alasan penggantian posisi
dan menahan diri untuk tidak menerima pengangkatan kecuali
alasan perubahan dapat diterima, yaitu bukan karena penolakan
dari akuntan yang masih ada untuk tunduk kepada tekanan
yang meminta yang bersangkutan untuk melanggar aturan dan
prinsip syariah atau untuk meninggalkan kepatuhan terhadap
standar akuntansi dan audit untuk lembaga keuangan syariah.8
8
http://publikasiilmiah.ums.ac.id di akses pada tanggal 27 November 2021)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
AAOIFI merupakan organisasi internasional Islam non-badan hukum
nirlaba yang merumuskan standar dan isu-isu terkait akuntansi, audit,
pemerintahan, etika, dan standar syariah Islam untuk lembaga keuangan
Islam (IFI). Standar AAOIFI telah diadopsi oleh bank sentral atau otoritas
keuangan disejumlah negara yang menjalankan keuangan islam baik
adopsi secara penuh (mandatory) atau sebagai dasar pedoman (basis of
guidelines). AAOIFI didukung oleh sejumlah bank sentral, otoritas
keuangan, lembaga keuangan, perusahaan akuntansi dan audit, dan
lembaga hukum lebih dari 45 negara termasuk Indonesia.
AAOIFI dikenal sebagai organisasi akuntansi keuangan untuk bank
syariah dan lembaga keuangan, didirikan sesuai dengan perjanjian asosiasi
yang ditandatangani oleh lembaga keuangan syariah pada 1 safar, 1410 H
atau bertepatan dengan 26 Februari 1990 di Aljazair. AAOIFI didaftarkan
pada 11 ramadhan 1411 H atau bertepatan dengan 27 maret 1991 dan
berdomisili di negara bahrain, dan menjadi sebuah lembaga non-profit
internasional (AAOIFI 2002), AAOIFI telah mengeluarkan dua pernyataan
standar akuntansi keuangan yang berkaitan dengan tujuan-tujuan dan konsep-
konsep akuntansi keuangan bagi lembagalembaga keuangan Syariah, 23
standar akuntasi, 5 standar auditing, 6 standar tata kelola perusahaan, dan 2
kode etik bagi akuntan dan auditor lembagalembaga keuangan Syariah.
Sebagai lembaga internasional yang independen, AAOIFI didukung oleh
anggota-anggota dari institusi keuangan (saat ini tercatat 155 anggota dari 40
negara) meliputi bank-bank sentral, lembaga-lembaga keuangan Syariah, dan
anggota lain dari perbankan dan industri keuangan syariah internasional di
seluruh dunia.
AAOIFI telah menerbitkan 88 standar termasuk diantaranya 26
standar akuntansi, 5 standar auditing, 7 standar governance, 2 standar
etika, dan 48 standar Syariah. AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions) sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya mengeluarkan dan mensahkan standar audit yang
berlaku pada lembaga keuangan syariah termasuk bank yang kemudian
banyak diacu di berbagai negara. Standar Auditing AAOIFI untuk audit
pada lembaga keuangan syariah sendiri mencakup lima standar, yaitu
tujuan dan prinsip (objective and principles of auditing), laporan auditor
(auditor’s report), ketentuan keterlibatan audit (terms of audit
engagement), lembaga pengawas syariah (shari’a supervisory board),
tinjauan syariah.
Auditing AAOIFI juga mempunyai fungsi dan tujuan dan
menyusun tujuan-tujuan tersebut disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan
Syariah Islam yang mencerminkan sebuah sistem yang komprehensif bagi
semua aspek kehidupan manusia, dan juga diselaraskan dengan
lingkungan tempat Lembaga Keuangan Syariah dibangun. Kegiatan ini
difokuskan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna-pengguna laporan
keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://jagoakuntansi.com/2017/05/06/aaoifi-accounting-and-auditing-
organizations-for-islamic-financial-institusions di akses pada tanggal 26
November 2021