Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

“STANDAR AUDITING AAOIFI”

Diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi tugas kelompok mata kuliah

Auditing Bank Syariah

DI SUSUN OLEH :

Kelompok XI

Nurhayani ( 11820522824 )
Uhri Ramadhan Harahap ( 11820514671)

Lokal EI F / VII

DOSEN PENGAMPU:
Muhammad Albahi, SE.,Ak.CA

EKONOMI SYARIAH F
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu dengan judul "Standar Auditing AAOIFI”.

Penulis mengucapkan banyak terima kepada semua pihak yang ikut serta
dalam menyelesaikan makalah ini terutama kepada Bapak Muhammad Albahi,
SE.,Ak.CA. Di dalam pembahasan makalah kali ini bertajuk seperti yang tertera
di Cover,yaitu Standar Auditing AAOIFI dengan itu penulis berfokus dalam
materi seperti yang akan penulis bahas nanti. Makalah yang tersusun ini sebagai
tugas Kelompok mata kuliah Auditing Bank Syariah, dengan berbekal apa yang
ada dalam Referensi yang ada.
Selanjutnya Penulis menyadari bahwa makalah yang Penulis buat ini
bukanlah sesuatu yang terjadi begitu sempurna, masih banyak kekurangan yang
memang itu adalah dari penulis sendiri, penulis memohon untuk diberikan
kritikan atau saran yang bersifat membangun agar nantinya menjadi penyempurna
bagi penulis untuk menyusun makalah lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan
terimakasih.
Wassalam..

Pekanbaru, November 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I.....................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................3

C. Tujuan.........................................................................................................3

BAB II...................................................................................................................4

PEMBAHASAN....................................................................................................4

A. pegertian dari Accounting and Auditing Organization for Islamic


Financial Institutions (AAOIFI)...............................................................4

B. sejarah Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial


Institutions (AAOIFI)................................................................................5

C. Standar yang diterbitkan AAOIFI..............................................................6

D. Landasan hukum Accounting and Auditing Organization for Islamic


Financial Institutions (AAOIFI)...............................................................12

E. Prinsip umum Audit AAOIFI.....................................................................13

F. Fungsi Standar Auditing AAOIFI..............................................................13

G. Struktur Organisasi AAOIFI.....................................................................14


H. Kode Etik Akuntan dan Auditor syariah Menurut AAOIFI.....................22

BAB III..................................................................................................................30

PENUTUP.............................................................................................................30

A. Kesimpuan...................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga keuangan syariah seperti halnya bank, memiliki
karakteristik berbedadengan entitas konvensional. Perbedaan karakter
tersebut mempengaruhi bentuk danstandar dalam kegiatan pengawasan
lembaga bank syariah termasuk pelaksanaanauditnya. Pengawasan bank
syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia danDewan Syariah
Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga
kepatuhanterhadap prinsip prinsip dan aturan syariah dalam operasional ke
giatannya dan pelaporannyasesuai konsep perbankan syariah serta sesuai
prinsip akuntansi bertema umum. Bank Syariah menjadi salah satu bagian
dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yangmemiliki karakteristik
berbeda dengan entitas konvensional. Perbedaan karaktertersebut
mempengaruhi bentuk dan standar dalam kegiatan pengawasan
lembaga bank syariah termasuk pelaksanaan auditnya.Pengawasan bank
syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia (BI) danDewan
Syariah Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga kepatuhan
terhadap prinsipprinsip dan aturan syariah dalam operasional kegiatannya 
dan pelaporannyasesuai konsep perbankan syariah serta sesuai prinsip
akuntansi bertema umum. Dalamhal ini, Dewan Pengawas Syariah (DPS)
memiliki peran yang utama
dalam pengendalian dalam aspek syariahdan auditor memiliki peran utama 
dalam menguji(examination) penyajian laporan keuangan yang
fair.Adapun standar audit yang berlaku pada LKS termasuk bank Syariah
adalahstandar audit yang dikeluarkan dan disahkan oleh AAOIFI
(Accounting and AuditingOrganization for Islamic Financial Institutions)
yang berada di Manama, Bahrain.1

1
Akhmad Mujahidin,Pengawas LKS, Cet Ke-4, ( Depok: Raja Grafindo Persada, 2017 ),
h.47
Lembaga Keuangan Syari’ah khususnya bank syariah bergerak di
sektorkeuangan (finance) yang umumnya memiliki risiko yang tinggi di
bisnisnya. Olehkarena itu, disamping adanya pengawasan dan audit
syariah, diperlukan elemen lainyang mendukung kesuksesan perbankan
syariah yaitu good corporate governance(tata kelola perusahaan yang
baik). Tujuancorporate governance secara umumadalah untuk
mewujudkan keadilan bagi seluruh pihak yang berkepentingan
terhadap perusahaan ( stakeholder ). Dalam mewujudkan pengawasan
bank syariah yang efektifdan efisien maka BI, DSN, dan DPS harus saling
bekerja sama dalam mengembantugasnya dengan sebaikbaiknya.Audit
syariah sendiri biasanya dilakukan oleh Team Audit Sharia
Complianceyang bertugas untuk membantu pekerjaan Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dalammemberikan pengawasan atas praktik-praktik yang
terjadi sehingga penyimpangandari konsep perbankan syariah dapat
dicegah. Tugas tersebut juga bertujuan agarstandar yang diterapkan oleh
perbankan syariah sesuai dengan standar yang telahditentukan oleh
AAOIFI (Auditing and Accounting Organization for Islamic Financial
Institutions).2

B. Rumusan Masalah
A. Apa pegertian dari Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) ?

2
Ibid,.h.48
B. Bagaimana sejarah Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI)?
C. Apa saja Standar yang diterbitkan AAOIFI?
D. Apa landasan hukum Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI)?
E. Apa prinsip umum Audit AAOIFI?
F. Apa fungsi Standar Auditing AAOIFI?
G. Bagaimana struktur organisasi AAOIFI?
H. Apa saja Kode Etik Akuntan dan Auditor syariah Menurut AAOIFI?
C. Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian Accounting and Auditing Organization
for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
B. Untuk memahami sejarah Accounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
C. Untuk mengetahui apa saja Standar yang diterbitkan AAOIFI
D. Untuk memahami apa landasan hukum Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
E. Untuk mrngetahui prinsip umum Audit AAOIFI
F. Untuk mengetahui fungsi Standar Auditing AAOIFI
G. Untuk mengetahui seperti apa struktur organisasi AAOIFI
H. Untuk mengetahui apa saja Kode Etik Akuntan dan Auditor syariah
Menurut AAOIFI

BAB II
PEMBAHASAAN

A. Pengertian Accounting and Auditing Organization for Islamic


Financial Institutions (AAOIFI)
AAOIFI merupakan organisasi internasional Islam non-badan
hukum nirlaba yang merumuskan standar dan isu-isu terkait akuntansi,
audit, pemerintahan, etika, dan standar syariah Islam untuk lembaga
keuangan Islam (IFI). Standar AAOIFI telah diadopsi oleh bank sentral
atau otoritas keuangan disejumlah negara yang menjalankan keuangan
islam baik adopsi secara penuh (mandatory) atau sebagai dasar
pedoman (basis of guidelines). AAOIFI didukung oleh sejumlah bank
sentral, otoritas keuangan, lembaga keuangan, perusahaan akuntansi dan
audit, dan lembaga hukum lebih dari 45 negara termasuk Indonesia. 
Sejumlah negara berbeda-beda dalam mengadopsi standar yang
dikeluarkan oleh AAOIFI. Negara Bahrain, Oman, Pakistan, Sudan, dan
Suriah menjadikan standar syariah dan standar akuntansi AAOIFI sebagai
bagian dari peraturan yang wajib untuk diterapkan (mandatory
regulatory). Islamic Development Bank (IDB) juga mengadopsi secara
penuh.Indonesia dan Malaysia menjadikan standar syariah dan standar
akuntansi AAOIFI sebagai dasar pedoman dalam penyusunan standar
syariah dan standar akuntansi syariah. Sedang Brunei, Dubai International
Financial Centre, Mesir, Perancis, Kuwait, Lebanon, Malaysia, Arab
Saudi, Afrika Selatan, Uni Emirat Arab dan Inggris serta di Afrika dan
Asia Tengah hanya menerapkan standar AAOIFI secara
sukarela (voluntary) bagi lembaga keuangan syariah.

B. Sejarah Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial


Institutions (AAOIFI)
AAOIFI dikenal sebagai organisasi akuntansi keuangan untuk bank
syariah dan lembaga keuangan, didirikan sesuai dengan perjanjian asosiasi
yang ditandatangani oleh lembaga keuangan syariah pada 1 safar, 1410 H
atau bertepatan dengan 26 Februari 1990 di Aljazair. AAOIFI didaftarkan
pada 11 ramadhan 1411 H atau bertepatan dengan 27 maret 1991 dan
berdomisili di negara bahrain, dan menjadi sebuah lembaga non-profit
internasional (AAOIFI 2002), AAOIFI telah mengeluarkan dua pernyataan
standar akuntansi keuangan yang berkaitan dengan tujuan-tujuan dan konsep-
konsep akuntansi keuangan bagi lembagalembaga keuangan Syariah, 23
standar akuntasi, 5 standar auditing, 6 standar tata kelola perusahaan, dan 2
kode etik bagi akuntan dan auditor lembagalembaga keuangan Syariah.
Sebagai lembaga internasional yang independen, AAOIFI didukung oleh
anggota-anggota dari institusi keuangan (saat ini tercatat 155 anggota dari 40
negara) meliputi bank-bank sentral, lembaga-lembaga keuangan Syariah, dan
anggota lain dari perbankan dan industri keuangan syariah internasional di
seluruh dunia.

(Karim 1999) menjelaskan bahwa AAOIFI memiliki mekanisme


penyusunan standar-standar akuntansi dan auditing yang cukup memadai.
Mekanisme perumusan standar juga melibatkan para pakar Syariah yang
tergabung dalam dewan syariah AAOIFI untuk melakukan evaluasi
kesesuaian standar-standar dengan prinsip-prinsip syariah. AAOIFI juga
menyediakan forum bagi anggota dan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan standar AAOIFI untuk mengutarakan pendapatnya tentang standar
yang diusulkan sebelum akhirnya ditetapkan sebagai standar baku. Proses ini
memungkinkan pihak-pihak tersebut untuk mendiskusikan lebih intensif draft
awal standar AAOIFI. Hal ini juga merupakan praktik yang lazim dilakukan
oleh institusi-institusi perumus standar akuntansi keuangan di berbagai negara
termasuk Indonesia (seperti praktik yang dilakukan oleh Dewan Standar
Akuntansi – Ikatan Akuntan Indonesia). Fungsi AAOIFI secara khusus adalah
untuk menyediakan standar etika, akuntansi, dan mempertimbangkan semua
industri keuangan Islam. AAOIFI juga diharapkan untuk memperkuat
efektivitas komite syariah dengan memfasilitasi evaluasi instrumen
pendanaan yang sedang berkembang dan dengan membantu dalam penerapan
etika Islam (Pomeranz 1997) AAOIFI didirikan untuk memastikan bahwa
peserta menyesuaikan diri dengan keuangan islam.3

C. Standar yang diterbitkan AAOIFI


AAOIFI telah menerbitkan 88 standar termasuk diantaranya 26
standar akuntansi, 5 standar auditing, 7 standar governance, 2 standar
etika, dan 48 standar Syariah:

Standar Syariah (Sharia Standard)


1.    Trading in Currencies
2.    Debit Card, Charge Card and Credit Card
3.    Default in Payment by a Debtor
4.    Settlement of Debt by Set-Off
5.    Guarantees
6.    Conversion of a Conventional Bank to an Islamic Bank
7.    Hawala
8.    Murabahah to the Purchase Orderer
9.    Ijarah and Ijarah Muntahia Bittamleek
10.  Salam and Parallel Salam
11.  Istisna’a and Parallel Istisna’a
12.  Sharikah (Musharakah) and Modern Corporations
13.  Mudaraba
14.  Documentary Credit
15.  Jua’la
16.  Commercial Papers
17.  Investment Sukuk
18.  Possession (Qabd)
19.  Loan (Qard)
3
Nur Afifah Kumalasari Mulyadi, study empiris penilaian laporan keuangan bank
syariah di indonesia berdasarkan standar ifrs dan aaoifi Vol. 05 No. 02 Juni.h.51-52
20.  Commodities in Organised Markets
21.  Financial Papers (Shares and Bonds)
22.  Concession Contracts
23.  Agency
24.  Syndicated Financing
25.  Combination of Contracts
26.  Islamic Insurance
27.  Indicates
28.  Banking Services
29.  Ethics and Stipulations for Fatwa
30.  Monetization (Tawarruq)
31.  Gharar (Uncertainty) Stipulations in Financial Transactions
32.  Arbitration
33.  Waqf
34.  Ijarah on Labour (Individuals)
35.  Zakah
36.  Contingent Obligations
37.  Credit Facilities
38.  Online Financial Transactions
39.  Rahn (Pledge)
40.  Investment Accounts and Profit Distribution
41.  Reinsurance
42.  Disposal of Rights
43.  Bankruptcy
44.  Liquidity Management
45.  Capital Protection (in Investment Product)
46.  Investment Agency
47.  Stipulations on Income and Profit (in Financial Transactions)
48.  Options in Legal Contracts

Standar Akuntansi (Accounting Standards)


 Financial Accounting Statements
SFA 1 – Conceptual Framework for Financial Reporting by Islamic
Financial Institutions
 Financial Accounting Standards (FAS)
FAS 1 – General Presentation and Disclosure in the Financial Statements
of Islamic Banks and Financial Institutions
FAS 2 – Murabaha and Murabaha to the Purchase Orderer
FAS 3 – Mudaraba Financing
FAS 4 – Musharaka Financing
FAS 5 – Disclosure of Bases for Profit Allocation between Owners’
Equity and Investment Account Holders
FAS 6 – Equity of Investment Account Holders and Their Equivalent
FAS 7 – Salam and Parallel Salam
FAS 8 – Ijarah and Ijarah Muntahia Bittamleek
FAS 9 – Zakah
FAS 10 – Istisna’a and Parallel Istisna’a
FAS 11 – Provisions and Reserves
FAS 12 – General Presentation and Disclosure in the Financial Statements
of Islamic Insurance Companies
FAS 13 – Disclosure of Bases for Determining and Allocating Surplus or
Deficit in Islamic Insurance Companies
FAS 14 – Investment Funds
FAS 15 – Provisions and Reserves in Islamic Insurance Companies
FAS 16 – Foreign Currency Transactions and Foreign Operations
FAS 17 – Investment for Real Estates
FAS 18 – Islamic Financial Services offered by Conventional Financial
Institutions
FAS 19 – Contributions in Islamic Insurance Companies
FAS 20 – Deferred Payment Sale
FAS 21 – Disclosure on Transfer of Assets
FAS 22 – Segment Reporting
FAS 23 – Consolidation
FAS 24 – Investments in Associates
FAS 25 – Investment in Sukuk, shares and similar instruments
Standar Audit (Auditing Standards)
1.      Objectivie and Principles of Auditing
2.      The Auditor’s Report
3.      Terms of Audit Engagement
4.      Testing for Compliance with Shari’a Rules and Principles by an
External Auditor
5.      The Auditor’s Responsibility to Consider Fraud and Error in an
Audit of Financial Statement
Standar Tata Kelola Perusahaan (Governance Standard)
1.      Shari’ah Supervisory Board: Appointment, Composition and Report
2.      Shari’ah Review
3.      Internal Shari’ah Review
4.      Audit and Governance Committee for Islamic Financial Institutions
5.      Independence of Shari’ah Supervisory Board
6.      Statement on Governance Principles for Islamic Financial
Institutions
7.      Corporate Social Responsibility Conduct and Disclosure for Islamic
Financial Institutions
Standar Kode Etik (Codes of Ethic)
1.      Codes of Ethics for Accountants and Auditors of Islamic Financial
Institutions
2.      Codes of Ethics for the Employees of Islamic Financial Institutions4

AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic


Financial Institutions) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya
mengeluarkan dan mensahkan standar audit yang berlaku pada lembaga

4
http://jagoakuntansi.com/2017/05/06/aaoifi-accounting-and-auditing-organizations-
for-islamic-financial-institusions di akses pada tanggal 26 November 2021)
keuangan syariah termasuk bank yang kemudian banyak diacu di berbagai
negara. Standar Auditing AAOIFI untuk audit pada lembaga keuangan
syariah sendiri mencakup lima standar, yaitu:
1. tujuan dan prinsip (objective and principles of auditing)
2. laporan auditor (auditor’s report)
3. ketentuan keterlibatan audit (terms of audit engagement)
4. lembaga pengawas syariah (shari’a supervisory board)
5. tinjauan syariah.
Adapun penjelasan singkat dari kelima standar tersebut adalah sebagai
berikut:
Pertama, terkait tujuan dan prinsip. Tujuan dari sebuah audit
laporan keuangan yaitu untuk memungkinkan auditor menyampaikan
opini atas laporan keuangan tertentu dalam semua hal yang material dan
sesuai dengan aturan dan prinsip Islam, AAOIFI, standar akuntansi
nasional yang relevan, serta praktek di negeri yang mengoperasikan
lembaga keuangan. Adapun prinsip etika profesi meliputi, kebenaran,
integritas, dapat dipercaya, keadilan dan kewajaran, kejujuran,
independen,objekivitas, kemampuan professional, bekerja hati-
hati,menjaga kerahasiaan, perilaku professional dan menguasai standar
teknis.
Kedua, terkait laporan auditor. Elemen dasar dari laporan auditor
(judul, alamat, paragraf pembukaan atau pengenalan, cakupan paragraf
(gambaran dari audit), acuan ASIFI dan standar nasional yang relevan atau
praktek, Uraian pekerjaan yang dilakukan auditor, Paragraf opini berisi
sebuah ungkapan opini tentang laporan keuangan, Tanggal Laporan,
Alamat Auditor dan Tanda Tangan Auditor). Terkait ruang lingkup
paragraf,laporan auditor harus menggambarkan cakupan audit dengan
menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai ASIFI dan standar
nasional yang relevan atau praktek telah sesuai dan tidak melanggar aturan
dan prinsip Syariah. Ruang lingkup mengacu pada kemampuan auditor
untuk melaksanakan prosedur audit yang dianggap penting dalam hal itu.
Hal ini meyakinkan para pembaca bahwa audit telah berjalan sesuai
ketetapan standar maupun praktek. Disamping itu juga telah sesuai dengan
standar auditing nasional atau praktek mengikuti negara tempat auditor
berada, hal ini terlihat dalam alamat auditor.Laporan itu termasuk sebuah
pernyataan bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan untuk
memperoleh jaminan layak mengenai apakah laporan keuangan bebas dari
pernyataan salah yang material. Laporan auditor harus menggambarkan,
antara lain:
a. pengujian, pada sebuah uji dasar, bukti yang mendukung sejumlah
laporan keuangan dan pengungkapan.
b. menilai/menaksir prinsip akuntansi yang digunakan dalam persiapan
laporan keuangan.
c. menilai perkiraan signifikan yang dibuat oleh manajemen dalam
persiapan laporan keuangan.
d. mengevaluasi presentasi laporan keuangan secara keseluruhan.
Ketiga, terkait ketentuan keterlibatan audit. Auditor dan klien harus
menyetujui ketentuan perjanjian. Istilah setuju perlu disampaikan dalam
surat penugasan audit sesuai kontrak. Isi dasar surat perjanjian adalah
dokumen surat penunjukan dan menegaskan tanggung jawab auditor untuk
klien dan bentuk setiap laporan yang akan diberikan oleh auditor.
Keempat, berkaitan dengan shari’a supervisory board yang intinya
berisi penunjukan, komposisi dan laporan DPS.
Kelima berkaitan dengan tijuanuan Syariah (shari’a review).
Shari'ah review merupakan sebuah pengujian yang luas dari kepatuhan
Syariah sebuah LKS, dalam seluruh kegiatannya. Pengujian ini meliputi
penunjukan, persetujuan, kebijakan, produk, transaksi, memorandum
(surat peringatan), dan anggaran dasar dari perserikatan, laporan keuangan,
laporan (khususnya audit internal dan pengawasan bank central),
sirkulasi,dll.Tujuan dari sebuah shari'a review adalah untuk memastikan
bahwa seluruh aktivitas yang diselenggarakan dalam LKS tidak
bertentangan dengan Syariah.DPS bertanggung jawab untuk membuat dan
mengungkapkan sebuah opini dari suatu Lembaga Keuangan Syariah
terhadap kepatuhannya pada Syariah.5

D. Landasan Hukum
Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran yang utama dalam
pengendalian dalam aspek syariah dan auditor memiliki peran utama
dalam menguji (examination) penyajian laporan keuangan yang fair.
Adapun standar audit yang berlaku pada LKS termasuk bank Syariah
adalah standar audit yang dikeluarkan dan disahkan oleh AAOIFI
(Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions).
Konsep pengawasan terhadap praktek keuangan yang dilakukan pada
lembaga keuangan syariahmemiliki sejumlah landasan, yaitu landasan
syariahdan landasan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Landasan
syariahyang biasa diacu misalnya adalah pemahaman terhadap QS. Al-
Ashr [103] ayat 1-3

ْ ‫َوا ْل َع‬
١ - ‫ص ۙ ِر‬
٢ – ‫س ۙ ٍر‬ ْ ‫سانَ لَفِ ْي ُخ‬ َ ‫اِنَّ ااْل ِ ْن‬
٣ - ࣖ ‫ص ْب ِر‬ ِّ ‫ص ْوا بِا ْل َح‬
َ ‫ق ەۙ َوتَ َو‬
َّ ‫اص ْوا بِال‬ َ ‫ت َوت ََوا‬ ّ ٰ ‫اِاَّل الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬

"Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,


kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran."

Pemahaman dan pemaknaan secara luas terhadap ayat-ayat dalam


surat ini menunjukkan bahwa manusia pada umumnya akan mengalami

5
Rifaat Ahmed Abdel-Karim (1999), ‘Accounting and Auditing Standards for Islamic
Financial Institutions’, Proceedings of the Second Harvard University Forum on Islamic Finance:
Islamic Finance into the 21 Century, (Cambridge, Massachusetts: Center for Middle Eastern
Studies, Harvard University, 1999), pp.239-241
kerugian kecuali jika mampu saling menasehati atau saling mengontrol.
Adapun landasan hukum positif antara lain dapat diacu pada peraturan
perundangan yang menempatkan BI sebagai otoritas pengawas bank. Bank
Indonesia adalah lembaga yang diberi otoritas oleh pemerintah dalam
pengawasan perbankan di Indonesia (termasuk perbankan syariah). Hal ini
dijelaskan dalam Pasal 29 (1) (UU.No.7/1992 sebagaimana diubah
dengan) UU No.10 Th.1998 tentang Perbankan yang berbunyi Pembinaan
dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.6

E. Prinsip umum Audit AAOIFI


b. Auditor lembaga keuangan syariah harus mematuhi kode etik profesi
akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan The International
Federation Of Acountants yang tidak bertentangan dengan aturan dan
prinsip islam.
c. Auditor harus menentukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan
oleh Standar Of Islamic Finacial Institutions ( ASIFIs ).
d. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan
kemampuan professional, hati-hati dan menyadari segala keadaan
yang mungkin ada yang menyebabkan laporan keuangan salah saji.

F. Fungsi AAOIFI
The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutiions (AAOIFI) menjadi organisasi nirlaba internasional yang
memiliki kompetensi untuk menyusun standar-standar akuntansi keuangan
dan auditing untuk Bank dan Lembaga Keuangan Syariah di dunia.
Organisasi ini memiliki tujuan antara lain:
1.      Mengembangkan pemikiran akuntansi dan auditingyang relevan
dengan lembaga keuangan;

6
Muhammad (2012). Hand Out Mata Kuliah Lembaga Perekonomian Islam. Yogyakarta:
Magister Studi Islam, Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam
Indonesia.
2.      Menyamakan pemikiran di bidang akuntansi dan auditingyang
relevan bagi lembaga keuangan dan penerapannya melalui pelatihan,
seminar, publikasi jurnal yang merupakan hasilriset;
3.      Menyajikan, mengumumkan, dan menginterpretasikan standar-
standar akuntansi dan auditingbagi lembaga-lembaga keuangan
syariah;
4.      Mereview dan mengamandemen standar-standar akuntansi dan
auditing bagi lembaga-lembaga keuangan syariah.

AAOIFI menyusun tujuan-tujuan tersebut disesuaikan dengan


ketentuan-ketentuan Syariah Islam yang mencerminkan sebuah sistem
yang komprehensif bagi semua aspek kehidupan manusia, dan juga
diselaraskan dengan lingkungan tempat Lembaga Keuangan Syariah
dibangun. Kegiatan ini difokuskan untuk meningkatkan kepercayaan
pengguna-pengguna laporan keuangan. Lembaga-lembaga Keuangan
Syariah serta mendorong masyarakat untuk menginvestasikan dan
menitipkan dananya melalui Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.

G. Struktur Organisasi AAOIFI


Sejak pendirian AAOIFI, struktur organisasi AAOIFI terdiri atas:
1. Komite Pengawas (Supervisory Committe) yang terdiri atas 17 orang
anggota.
2. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (Financial Accounting
Standards Board) yang terdiri atas 21 orang anggota, dan
3. seorang Executive Committee yang dipilih dari salah satu anggota
Dewan Standar, serta
4. sebuah Komite Syariah (Shari’a Committee) terdiri atas 4 orang
anggota.
Setelah 4 tahun bekerja, Komite Pengawas memutuskan untuk
membentuk sebuah Komite Review untuk melihat bentuk struktur
organisasi AAOIFI.
Komite Review akhirnya melakukan perubahan terhadap bagan
struktur organisasi yang kemudian disetujui oleh Komite Pengawas,
meliputi juga perubahan nama organisasi dan struktur
organisasinya.Perubahan struktur organisasi terdiri atas:

1. Majelis Umum (General Assembly).


2. Dewan Perwalian (Board of Trustees) yang menggantikan Dewan
Pengawas.
3. sebuah Dewan Standar Akuntansi dan Auditing yang menggantikan
keberadaan dewan terdahulu yang dibatasi untuk menangani standar-
standar akuntansi saja.
4. sebuah Executive Committee, dan Sebuah Komite Syariah, dan
5. Sekretariat Umum yang diurusi oleh seorang Sekretariat Jenderal.

Perubahan struktur ini juga meliputi perubahan metode pembiayaan


kelembagaan AAOIFI. Sebelumnya, AAOIFI didanai oleh hasil kontribusi
dari beberapa anggota pendiri (Islamic Development Bank, Dar Al Maal Al
Islami Group, Al Rajhi Banking and Investment Corporation, Dallah
Albaraka danKuwait Finance House). Selanjutnya,pembiayaan kegiatan
kelembagaan diperoleh dari hasil wakaf dan sumbangan yang dibayarkan
secara sukarela dari anggota-anggotanya, iuran tahunan anggota, hibah,
donasi, dan sumber lain yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang
dilakukan AAOIFI.
Amandemen bentuk kelembagaan AAOIFI juga meliputi status
keanggotaan AAOIFI yang terdiri atas:
1.      Anggota Pendiri (Founding members);
2.      Anggota Non Pendiri (Non-Founding members);
3.      Anggota Peninjau (Observer members).
Pada tahun 1419 H/1998, beberapa amandemen juga dibuat oleh
AAOIFI.
Amandemen meliputi perluasan tujuan AAOIFI. Pasal 4 amandemen tahun
1419 H mengharuskan:
1.  Membangun pemikiran praktik akuntansi dan auditingyang berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan Lembaga-lembaga Keuangan Syariah.
2.  Menjabarkan pemikiran tentang akuntansi dan auditingyang berkaitan
dengan kegiatan Lembaga-lembaga Keuangan Syariah serta praktiknya
melalui kegiatan pelatihan, seminar-seminar, publikasi ilmiah berkala,
penelitian-penelitian,dan sarana-sarana lainnya.
3.  Mempersiapkan, mengumumkan, dan menginterpretasikanstandar-
standar akuntansi dan auditing bagi Lembaga-lembaga Keuangan
Syariah untuk melakukan penyelarasan praktik-praktik akuntansi yang
diadopsi oleh lembaga keuangan ini dalam mempersiapkan laporan
keuangan, sebagaimana juga penyelarasan prosedur audit yang diadopsi
dalam pelaksanaan audit laporan keuangan yang dipersiapkan
Lembaga-lembaga Keuangan Syariah.
4.  Mereview dan mengamandemen standar-standar akuntansi dan
auditingbagi Lembaga-lembaga Keuangan Syariah untuk meresponsdan
menyelaraskan dengan perkembangan praktik dan pemikiran di bidang
akuntansi dan auditing.
5. Mempersiapkan, mengeluarkan, mereview, sertamenyesuaikan
pernyataan-pernyataan dan panduan-panduan dalam praktik-praktik
perbankan, investasi, dan asuransi pada Lembaga-lembaga Keuangan
Syariah.
6. Melakukan pendekatan terhadap penentu kebijakan, lembaga-lembaga
keuangan syariah, dan lembaga keuangan lainyang memberikan jasa
keuangan syariah, dan firma-firma penyedia jasa akuntansi dan
auditinguntuk mengimplementasikan standar-standar akuntansi dan
auditing, serta pernyataan-pernyataan dan panduan-panduan praktik-
praktik perbankan, investasi, dan asuransi pada Lembaga-lembaga
Keuangan Syariah.
Amandemen-amandemen juga meliputi perubahan nama ”Non-
Founding members” menjadi ”Associate members”.Pasal 4 amandemen
berkaitan dengan perubahan menjadi ”Associate members”harus meliputi
beberapa unsur,seperti:
1. Lembaga-lembaga Keuangan Syariah yang mematuhi ketentuan dan
prinsip Syariah Islam dalam semua transaksi yang dijalankannya.
2. Otoritas penentu kebijakan dan pengawas berhak untuk mengawasi
Lembaga-lembaga Keuangan Syariah. Otoritas tersebut meliputi Bank
Sentral, Otoritas Moneter, dan otoritas-otoritas penentu kebijakan
lainnya.
3. Para akademisi fikih Islam dan otoritas yang memiliki entitas korporasi.
Anggota Peninjau (Observer mambers)harus meliputi beberapa unsur,
seperti:
1.  organisasi-organisasi dan asosiasi-asosiasi yang bertanggungjawab
untuk mengatur profesi di bidang akuntansi dan auditingdan/mereka
yang bertanggung jawab untuk mempersiapkanstandar-standar
akuntansi dan auditing;
2.  praktisi di firma-firma penyedia jasa akuntansi dan auditingyang
memiliki kompetensi dalam bidang praktik akuntansi dan
auditingLembaga-lembaga Keuangan Syariah;
3.  lembaga keuangan yang terlibat dan praktik penyedia jasa keuangan
dengan prinsip Syariah;
4.  pengguna laporan keuangan dari Lembaga-lembaga Keuangan
Syariah baik bersifat individu maupun korporasi.
Pengaturan mengenai keanggotaan selanjutnya diatur pada
Pasal 8 yang menjelaskan bahwa setiap anggota diharapkan untuk
membayar iuran pokok keanggotaan dan iuran tahunan. Setiap anggota
AAOIFI juga wajib mematuhi ketentuan-ketentuan yang diatur oleh
AAOIFI. Amandemen kelembagaan juga meliputi pembentukan Dewan
Syariah sebagai ganti Komite Syariah. Struktur organisasi AAOIFI saat ini
terdiri atas:
1. General Assembly (Majelis Umum),
2. Board of Trustees,
3. Accounting and Auditing Standards Board (Dewan Standar Akuntansi
dan Auditing),
4. Shari’a Board (Dewan Syariah),
5. Executive Committee (Komite Eksekutif), dan
6. General Secretary(Sekretaris Jenderal).
Adapun tugas dan komposisi masing-masing fungsi antara lain sebagai
berikut.
1.      General Assembly
General Assembly beranggotakan seluruh anggota pendiri,
anggota-anggota terafiliasi, dan anggota-anggota peninjau. Anggota-
anggota peninjau memiliki hak untuk mengikuti rapat General
Assembly,namun tidak memiliki hak suara. Majelis ini merupakan
majelis tertinggi dalam struktur AAOIFI. Majelis ini akan melakukan
sidang minimal setahun sekali.
2.      Board of Trustees
Board of Trustees beranggotakan 15 orang yang berstatus
paruh waktu yang dipilih dalam forum General Assemblyuntuk
periode 3 tahun. Anggota Board of Trusteesterdiri atas: Badan
Pengatur Kebijakan dan Pengawas, Lembaga-lembaga Keuangan
Syariah, Dewan Pengawas Syariah,profesor dari beberapa universitas
terkemuka yang memiliki kompetensi, organisasi dan asosiasi yang
bertugas untuk menyusun standar-standar akuntansi dan auditing,
Akuntan Bersertifikat, dan para pengguna laporan keuangan
Lembaga-lembaga Keuangan Syariah. Board of Trusteesminimal
bertemu setahun sekali kecuali diperlukan untuk menetapkan standar
akuntansi dan auditing. Keputusan diambil dari jumlah terbanyak
(suara mayoritas) dari jumlah voting anggota sebanyak ¾ dari anggota
Board of Trustees. Jika suara yang diperoleh berimbang maka suara
chairmanyang akan menentukan.
Adapun kewenangan dari Board of Trusteesantara lain:
a.       menunjuk dan memberhentikan chairman, wakil chairman, dan
anggota Dewan Standar Akuntansi dan Auditing(Accounting and
Auditing Standards Board);
b.      mengatur sumber dana AAOIFI dan menginvestasikan sumber
dana tersebut;
c.       menunjuk 2 anggota Board of Trustees untuk menjadi Komite
Eksekutif;
d.      menunjuk Sekretaris Jenderal.Dalam hal ini, Board of Trustees
tidak berhak untuk mengarahkan atau mempengaruhi Dewan
Standar Akuntansi dan Auditingdalam merumuskan standar
akuntansi dan auditing, pengembangan teori akuntansi,dan
auditingdalam bentuk apapun.
3.      Accounting and Auditing Standards Board
Dewan ini beranggotakan 15 orang yang berstatus paruh waktu
yang ditunjuk oleh Board of Trusteesselama jangka waktu 4 tahun.
Anggota dewan ini terdiri dari pihak yang sama dengan anggota
Board of Trustees, yaitu: Badan Pengatur Kebijakan dan Pengawas,
Lembaga-lembaga Keuangan Syariah, Dewan Pengawas Syariah,
Profesor dari beberapa universitas terkemuka yang memiliki
kompetensi, organisasi dan asosiasi yang bertugas untuk menyusun
standar-standar akuntansi dan auditing, Akuntan Bersertifikat, dan
para pengguna laporan keuangan Lembaga-lembaga Keuangan
Syariah. Dewan ini mempunyai wewenang untuk:
a.       mengadopsi, memublikasikan, dan menafsirkan pernyataan,
standar danpedoman akuntansi serta auditing;
b.      menyiapkan dan menetapkan kode etik dan standar-standar
akademik berkaitan dengan kegiatan-kegiatan Lembaga-lembaga
Keuangan Syariah;
c.       mereviewbeberapa tambahan tujuan, penghapusan atau
amandemen beberapa pernyataan, standar, dan pedoman
akuntansi dan auditing;
d.      menyiapkan, menetapkan, dan merumuskan proses untuk
menyajikan standar akuntansi dan auditingdan juga peraturan
dewan standar.Dewan standar ini akan bertemu paling tidak dua
kali dalam satu tahun dan pengambilan keputusan dihasilkan
dengan menetapkan suara yang terbanyak (voting).
4.      Shari’a Board
Dewan Syariah ini terdiri dari tidak lebih dari 15 orang anggota
yang dipilih oleh Board of Trustees selama 4 tahun dari beberapa pakar
fikih yang mencerminkan komposisi Dewan Pengawas Syariah pada
Lembaga-lembaga Keuangan Syariah yang tergabung dalam AAOIFI
serta Dewan Pengawas Syariah yang terdapat pada Bank-bank
Sentral.Wewenang dari Shari’a Board meliputihal berikut.
a.       Menghasilkan suatu harmonisasi dan kesatuan pendapat dalam
konsep-konsep serta aplikasi di antara Dewan Pengawas Syariah
Lembaga-lembaga Keuangan Syariah untuk menghindari adanya
ketidaksesuaian dan ketidakkonsistenan antara fatwa-fatwa dan
aplikasi yang terjadi sebenarnya, Dengan demikian,menghasilkan
adanya sikap pro aktif dari para Dewan Pengawas Syariah Lembaga-
lembaga Keuangan Syariah dan Bank Sentral.
b.      Membantu dalam pengembangan instrumenSyariah yang disepakati,
dengan demikian membuka peluang Lembaga-lembaga Keuangan
Syariah untuk menyesuaikan dengan perkembangan instrumen
keuangan kontemporer dan formula-formula dalam bidang keuangan,
investasi, dan jasa perbankan.
c.       Memeriksa beberapa hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Dewan
Pengawas Syariah Lembaga-lembaga Keuangan Syariah berdasarkan
fatwa atau ijtihad yang telah disepakati.
d.      Melakukan review terhadap standar-standar yang dikeluarkan oleh
AAOIFI baik standar akuntansi, auditing,dankode etik serta
pernyataan-pernyataan yang terkait melalui beberapa tahapan
pengujian, untuk memberikan keyakinan bahwa standar, pedoman,
danpernyataan yang dikeluarkan telah sesuai dengan ketentuan dan
prinsip syariah.
5.      Executive Committee
Komite Eksekutif terdiri atas6 orang anggota. Seorang ketua dan 2
orang anggota dari Board of Trustees, Sekretaris Jenderal, Ketua Dewan
Standar Akuntansi dan Auditing sertaKetua dari Dewan Syariah. Komite
Eksekutif memiliki wewenang untuk melakukan reviewrencana jangka
panjang dan jangka pendek, anggaran tahunan AAOIFI, aturan yang
menyangkut pembentukan komite, gugus tugas, dan konsultan. Komite
Eksekutif mengadakanpertemuan minimal 2 kali setiap tahun atau
dengan adanya permintaan dari Sekretaris Jenderal dan atau Ketua
Komite Eksekutif.
6.      General Secretariat
Sekretariat Jenderal terdiri dari seorang Sekretaris Jenderal yang
dibantu oleh beberapa tenaga teknis dan administrasi. Sekretaris Jenderal
AAOIFI merupakan Direktur Eksekutif AAOIFI yang bertugas untuk
mengoordinir kegiatan badan-badan yang terdapat dalam AAOIFI,antara
lain: Board of Trustees, The Standard Board, The Executive Committee,
Shari’a Board, dan sub-sub komite lainnya. Sekretaris Jenderal
menjalankan kegiatan operasi harian dan mengoordinir serta mengawasi
kajian-kajian yang berhubungan dengan pernyataan, standar, dan
pedoman akuntansi dan auditing. Tanggung jawab Sekretaris Jenderal
juga memperkuat hubungan antara AAOIFI dengan organisasi lainnya
serta mewakili AAOIFI dalam berbagai kegiatan konferensi, seminar,
dan kegiatan ilmiah lainnya.7

7
http://repository.ut.ac.id/4576/1/EKMA4482-M1.pdf di akses pada tanggal 26
November 2021) Sherly Jihan. 2018. Penulisan Makalah
H. Kode Etik Akuntan dan Auditor syariah Menurut AAOIFI
AAOIFI merumuskan struktur kode etik akuntan dan auditor
syariah untuk lembaga keuangan syariah dibagi menjadi tiga
bagian. Pertama merupakan pondasi syariat dari kode etik akuntan dan
auditor syariah, yang berupa dasar-dasar hukum dari kode etik itu
sendiri. Kedua merupakan prinsip etika akuntan dan auditor syariah
yang yang berisi prinsip etika yang berlaku umum diambil dari dasar
syariat dan kode etik profesional yang berlaku. Ketiga merupakan
aturan kode etik akuntan dan auditor syariah yang berisi apa yang
seharusnya menjadi perilaku akuntan dan auditor syariah.
AAOIFI membuat beberapa landasan kode etik akuntan dan
auditor Syariah sebagai berikut :
1) Prinsip Integritas
Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi
oleh sikap jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk
membangun kepercayaan agar dapat memberikan dasar yang kuat
untuk pengambilan keputusan.
2) Prinsip Khalifah
Allah menciptakan manusia di bumi mengemban tugas
yang cukup berat, yaitu sebagai khalifah atau pemimpin untuk
memakmurkan bumi dan segala isinya.
Kekhalifahan ini didasarkan pada prinsip yang menyatakan
bahwa pemegang kekuasaan tertinggi di bumi ini adalah Allah
SWT dan kepemilikan manusia terhadap kekayaan yang di bumi ini
bukanlah tujuan akhir tetapi sebagai sarana untuk menjalani
kehidupan dirinya, keluarganya dan masyarakat. Manusia harus
memperhatikan perintah dan larangan Allah selaku pemilik semua
yang ada di bumi ini dalam penggunaannya sebab manusia akan
dimintai pertanggungjawaban bagaimana ia menggunakan
kekayaan itu.
3) Prinsip Ikhlas
Landasan ini berarti bahwa akuntan harus mencari
keridhaan Allah dalam melaksanakan pekerjaannya bukan mencari
nama. Pura-pura, hipokrit dan berbagai bentuk kepalsuan lainnya.
Menjadi ikhlas berarti akuntan tidak perlu tunduk pada pengaruh
atau tekanan luar tetapi harus berdasarkan komitmen agama,
ibadah dalam melaksanakan fungsi professinya. Tugas professi
harus bisa dikonversikan menjadi tugas ibadah. Jika hal ini bisa
diwujudkan maka tugas akuntan menjadi bernilai ibadah dihadapan
Allah SWT disamping tugas professi yang berdimensi material dan
dunia.
4) Prinsip Taqwa
Takwa adalah sikap ketakutan kepada Allah baik dalam
keadaan tersembunyi maupun terang-terangan sebagai salah satu
cara untuk melindungi dari akibat negative dan perilaku yang
bertentangan dari syariah khususnya dalam hal yang berkaitan
dengan perilaku terhadap penggunaan kekayaan atau transaksi
yang cenderung pada kezaliman dan hal lain yang tidak sesuai
dengan syariah.
5) Kebenaran dan bekerja secara sempurana
Akuntan tidak harus membatasi dirinya hanya melakukan
pekerjaan-pekerjaan professi dan jabatannya tetapi juga harus
berjuang untuk mencari dan menegakkan kebenaran dan
kesempurnaan tugas professinya dengan melaksanakan semua
tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baik dan
sesempurna mungkin.
6) Allah menyaksikan tingkah laku setiap orang
Seorang Akuntan atau Auditor meyakini bahwa Allah
selalu melihat dan menyaksikan semua tingkah laku hamba-Nya
dan selalu menyadari dan mempertimbangkan setiap tingkah laku
yang tidak disukai Allah.
7) Manusia bertanggungjawab dihadapan Allah
Akuntan muslim harus meyakini bahwa akhirat allah selalu
mengamati semua perilakunya dan dia akan
mempertanggungjawabkan semua tingkah lakunya kepada Allah
nanti dihari baik tingkah laku yang baik maupun yang besar
8) Takut akan Allah dalam segala hal
Kepercayaan bahwa Allah melihat segala hal yang
dilakukan oleh manusia dan sebagai pertimbangan untuk berhenti
melakukan hal yang tidak di ridhoi-Nya. Hal ini menyiratkan
bahwa seorang akuntan harus bersikap takut akan Allah, tidak
peduli akan pendapat orang lain. Self-monitoring yang ada di kode
etik kontemporer semakin melemah kecuali jika dikaitkan dengan
iman.
Pada bagian kedua dan ketiga dari struktur kode etik yang dibuat
AAOIFI  dijelaskan prinsip etika akuntan dan auditor yang berupa
kode etik profesi dan dasar perilaku akuntan dan auditor sebagai
berikut:
1) Dapat dipercaya
Akuntan harus dapat dipercaya dan jujur dalam
menjalankan tugas atau layanan profesionalnya. Kepercayaan juga
mensyaratkan bahwa akuntan harus memiliki tingkat integritas dan
kejujuran yang tinggi, dan bahwa ia harus menghormati
kerahasiaan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan tugas
dan jasa baik kepada organisasi atau kliennya. Akuntan tidak boleh
dengan sengaja menyajikan fakta dan informasi secara tidak jujur.
Dalam hal ini akuntan bertanggungjawab untuk:
a) Hadir dan komunikasikan informasi yang baik dan buruk yang
relevan dengan jujur dan dengan transparansi.
b) Menahan diri dari pengungkapan informasi rahasiayang
diperoleh dalam pelaksanaan tugas atau layanan profesional,
kecuali diwajibkan untuk mengungkapkannya sesuai dengan
persyaratan pengungkapan melalui standar akuntansi dan audit
untuk lembaga keuangan Islam atau melalui persyaratan
hukum.
c) Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia untuk
keuntungan yang tidak etis.
d) Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang
diperoleh selama menjalankan tugas atau layanan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi yang tidak etis atau untuk
keuntungan pihak ketiga.
e) Menahan diri dari baik secara aktif atau pasif terlibat dalam
segala tindakan atau perilaku yang dapat membahayakan
tingkat religius dan etika institusi.
2) Legitimasi
Akuntan harus memastikan keabsahan segala sesuatu yang
terkait dengan tugas atau layanan profesionalnya sesuai dengan
aturan dan prinsip syariah. Dalam hal ini akuntan
bertanggungjawab untuk:
a) Akuntan harus melaksanakan tanggung jawabnya terhadap
Allah SWT dengan cara sebaik mungkin, mengutamakan
tanggung jawab kepada Allah SWT diatas tanggung jawab
terhadap hal lain.
b) Akuntan bertanggung jawab untuk mengetahui aturan dan
prinsip syariah yang berkaitan dengan transaksi keuangan.
Oleh karena itu, akuntan harus menerima pelatihan formal dan
memadai. Bertanggungjawab untuk memverifikasi keabsahan
dari tugas yang dikerjakannya berdasarkan prinsip dan aturan
Syariah.
c) Akuntan bertanggung jawab untuk memverifikasi keabsahan
dari tugas yang dikerjakannya dalam pandangan aturan dan
prinsip syariah sebagaimana ditentukan oleh dewan pengawas
Syari'ah. Akuntan juga harus memastikan bahwa tingkah
lakunya dalam menjalankan tugas atau layanan profesional
sesuai dengan aturan dan prinsip tersebut.
d) Akuntan bertanggung jawab untuk mematuhi aturan dan
prinsip syariah sebagaimana ditentukan oleh dewan pengawas
Syari'ah dengan alasan bahwa syariat Islam adalah sebagai
pedoman ketika memastikan keabsahan transaksi, tindakan
dan, secara umum, perilaku yang berkaitan dengan kinerja atau
layanan profesional. Apa pun yang tidak sesuai dengan Syariah
dianggap tidak sah meskipun mungkin hal tersebut telah sesuai
dengan hukum dan aturan dari profesi akuntan.
3) Objektivitas
Akuntan harus adil, tidak memihak dan tidak bias, bebas
dari konflik kepentingan dan independen. Objektivitas juga
mensyaratkan bahwa akuntan tidak boleh mengesampingkan
penilaian profesional dan tugasnya terhadap saran orang lain.
Dalam hal ini akuntan bertanggungjawab untuk:
a) Menolak pemberian, bantuan atau keramahan yang akan
mengancam objektivitas penilaian profesional.
b) Hindari konflik kepentingan dengan orang-orang yang
menerima layanan, seperti memiliki hubungan pribadi atau
hubungan keluarga dengan klien yang akan mengancam
objektivitas dan kemandirian profesionalnya.
c) Hindari situasi yang akan mengganggu independensi
profesional, seperti memiliki sejumlah saham di perusahaan
klien atau memiliki bentuk lain dari kepentingan keuangan
dengan klien atau dengan institusi lain yang terkait dengan
klien.
d) Menahan diri dari terlibat dalam layanan profesional lainnya
saat mengaudit klien untuk menghindari hilangnya objektivitas
dalam melakukan audit laporan keuangan.
e) Hindari biaya bersyarat (misalnya biaya tergantung pada hasil
pemeriksaan) karena memiliki efek yang merugikan pada
independensi dan objektivitas akuntan saat melakukan tugas
dan layanan profesional.
4) Kompetensi profesi dan rajin
Akuntan harus memiliki kompetensi professional dan
dilengkapi dengan latihan-latihan yang dibutuhkan untuk
menjalankan tugas dan jasa profesi tersebut dengan baik. Akuntan
harus melakukan tugas dengan tekun dan benar, dan terutama
bertanggung jawab kepada Allah, dan yang lain seperti atasan,
profesi, klien, dan masyarakat.Dalam hal ini akuntan
bertanggungjawab untuk:
a) Memperoleh tingkat kompetensi akademis dan profesional
yang sesuai, pengetahuan Syariah yang memadai terkait
dengan transaksi keuangan, dan mengikuti perkembangan
profesi dan standar akuntansi yang baru.
b) Berikan layanan profesional berkualitas tinggi sesuai dengan
peraturan dan prinsip syariah, dan undang-undang yang
relevan.
c) Pastikan kontrol kualitas bawahan dan asisten dalam kinerja
tugas profesional.
d) Pastikan laporan lengkap, jelas dan didukung oleh analisis
yang tepat atas informasi yang relevan dan dapat dipercaya.
5) Perilaku yang didorong keimanan
Perilaku akuntan harus konsisten dengan keyakinan akan
nilai Islam yang berasal dari prinsip dan aturan syariah. Dalam hal
ini akuntan bertanggungjawab untuk:
a) Selalu sadar akan pengawasan Allah (pemantauan diri).
b) Selalu sadar akan pertanggungjawaban di hadapan Allah pada
Hari Kiamat (akuntabilitas diri).
c) Bersikap tulus dalam melakukan tugas dan layanan
profesional, mencari ridha Allah dan tidak tunduk pada
tekanan orang lain.
d) Memenuhi janji dan menghormati perjanjian. Ini adalah
persyaratan mendasar dalam semua transaksi dan perilaku.
e) Bekerja sama dengan orang lain untuk memastikan kinerja
tugas profesional yang lancar dan efisien.
f) Tunjukkan cinta dan persaudaraan demi Allah untuk
meningkatkan kerjasama dan kepercayaan dengan klien.
g) Bersikaplah baik dalam berurusan dan dalam menangani
masalah dengan orang laindan sabar dalam menangani masalah
yang ditemui dalam praktek profesinya.
h) Berikan contoh yang baik untuk asisten dan bawahan.
6) Perilaku profesional dan standar teknik
Dalam menjalankan tugasnya, akuntan harus mematuhi
aturan perilaku profesional yang disajikan dalam Bagian 3, dan
mematuhi standar akuntansi dan audit untuk lembaga keuangan
syariah.Dalam hal ini akuntan bertanggungjawab untuk:
a) Mematuhi standar akuntansi dan audit untuk lembaga
keuangan syariah.
b) Melakukan tugas profesional dengan tekun.
c) Menahan diri dari terlibat dalam kegiatan atau tindakan apa
pun yang akan membahayakan integritas, objektivitas atau
kemandirian dalam melakukan tugas atau layanan profesional,
atau perilaku dan tindakan pribadi apapun yang akan
mendiskreditkan profesi dan mengancam kredibilitas. Prinsip
ni mengharuskan akuntan untuk:
1) Menahan diri dari memasarkan dan mempromosikan diri
dan pekerjaannya dengan cara yang tidak sepadan dengan
status profesinya;
2) Menahan diri dari membuat klaim berlebihan untuk
layanan professional yang ia mampu tawarkan atau
kualifikasi keahliannya;
3) Menahan diri dari merendahkan pekerjaan akuntan lain;
dan
4) Menahan diri dari membayar komisi untuk mendapatkan
perjanjian baru atau untuk rujukan akuntan lain ke klien.
d) Ketika diminta untuk menggantikan akuntan profesional lain,
akuntan yang baru harus memastikan alasan penggantian posisi
dan menahan diri untuk tidak menerima pengangkatan kecuali
alasan perubahan dapat diterima, yaitu bukan karena penolakan
dari akuntan yang masih ada untuk tunduk kepada tekanan
yang meminta yang bersangkutan untuk melanggar aturan dan
prinsip syariah atau untuk meninggalkan kepatuhan terhadap
standar akuntansi dan audit untuk lembaga keuangan syariah.8

8
http://publikasiilmiah.ums.ac.id di akses pada tanggal 27 November 2021)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
AAOIFI merupakan organisasi internasional Islam non-badan hukum
nirlaba yang merumuskan standar dan isu-isu terkait akuntansi, audit,
pemerintahan, etika, dan standar syariah Islam untuk lembaga keuangan
Islam (IFI). Standar AAOIFI telah diadopsi oleh bank sentral atau otoritas
keuangan disejumlah negara yang menjalankan keuangan islam baik
adopsi secara penuh (mandatory) atau sebagai dasar pedoman (basis of
guidelines). AAOIFI didukung oleh sejumlah bank sentral, otoritas
keuangan, lembaga keuangan, perusahaan akuntansi dan audit, dan
lembaga hukum lebih dari 45 negara termasuk Indonesia. 
AAOIFI dikenal sebagai organisasi akuntansi keuangan untuk bank
syariah dan lembaga keuangan, didirikan sesuai dengan perjanjian asosiasi
yang ditandatangani oleh lembaga keuangan syariah pada 1 safar, 1410 H
atau bertepatan dengan 26 Februari 1990 di Aljazair. AAOIFI didaftarkan
pada 11 ramadhan 1411 H atau bertepatan dengan 27 maret 1991 dan
berdomisili di negara bahrain, dan menjadi sebuah lembaga non-profit
internasional (AAOIFI 2002), AAOIFI telah mengeluarkan dua pernyataan
standar akuntansi keuangan yang berkaitan dengan tujuan-tujuan dan konsep-
konsep akuntansi keuangan bagi lembagalembaga keuangan Syariah, 23
standar akuntasi, 5 standar auditing, 6 standar tata kelola perusahaan, dan 2
kode etik bagi akuntan dan auditor lembagalembaga keuangan Syariah.
Sebagai lembaga internasional yang independen, AAOIFI didukung oleh
anggota-anggota dari institusi keuangan (saat ini tercatat 155 anggota dari 40
negara) meliputi bank-bank sentral, lembaga-lembaga keuangan Syariah, dan
anggota lain dari perbankan dan industri keuangan syariah internasional di
seluruh dunia.
AAOIFI telah menerbitkan 88 standar termasuk diantaranya 26
standar akuntansi, 5 standar auditing, 7 standar governance, 2 standar
etika, dan 48 standar Syariah. AAOIFI (Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions) sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya mengeluarkan dan mensahkan standar audit yang
berlaku pada lembaga keuangan syariah termasuk bank yang kemudian
banyak diacu di berbagai negara. Standar Auditing AAOIFI untuk audit
pada lembaga keuangan syariah sendiri mencakup lima standar, yaitu
tujuan dan prinsip (objective and principles of auditing), laporan auditor
(auditor’s report), ketentuan keterlibatan audit (terms of audit
engagement), lembaga pengawas syariah (shari’a supervisory board),
tinjauan syariah.
Auditing AAOIFI juga mempunyai fungsi dan tujuan dan
menyusun tujuan-tujuan tersebut disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan
Syariah Islam yang mencerminkan sebuah sistem yang komprehensif bagi
semua aspek kehidupan manusia, dan juga diselaraskan dengan
lingkungan tempat Lembaga Keuangan Syariah dibangun. Kegiatan ini
difokuskan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna-pengguna laporan
keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Mujahidin,,( 2017 )Pengawas LKS, Cet Ke-4, Depok: Raja


Grafindo Persada
Nur Afifah Kumalasari Mulyadi, study empiris penilaian laporan
keuangan bank syariah di indonesia berdasarkan standar ifrs dan aaoifi Vol. 05
No. 02

http://jagoakuntansi.com/2017/05/06/aaoifi-accounting-and-auditing-
organizations-for-islamic-financial-institusions di akses pada tanggal 26
November 2021

Muhammad (2012). Hand Out Mata Kuliah Lembaga Perekonomian


Islam. Yogyakarta: Magister Studi Islam, Program Pascasarjana, Fakultas Ilmu
Agama Islam, Universitas Islam Indonesia.

Rifaat Ahmed Abdel-Karim (1999), ‘Accounting and Auditing Standards


for Islamic Financial Institutions’, Proceedings of the Second Harvard University
Forum on Islamic Finance: Islamic Finance into the 21 Century, (Cambridge,
Massachusetts: Center for Middle Eastern Studies, Harvard University, 1999),

Sherly Jihan, Penulisan Makalah.


http://repository.ut.ac.id/4576/1/EKMA4482-M1.pdf di akses pada tanggal 26
November 2021) 2018. 
http://publikasiilmiah.ums.ac.id di akses pada tanggal 27 November 2021

Anda mungkin juga menyukai