PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Jenis asuransi non tradisional, sampai saat ini hanya satu, yaitu unit link. Unit
link ini merupakan asuransi dengan dua kantung, kantung untuk proteksi dan
kantung investasi. Uang premi yang dibayarkan sebagian digunakan untuk
membayar proteksi dan sebagian lagi ditempatkan pada reksa dana dalam bentuk
unit link. Pemegang polis akan diminta memilih di mana akan ditempatkan
investasinya, apakah pada reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana
pendapatan tetap, atau pasar uang.
Unit link syariah adalah perlindungan asuransi syariah melalui usaha saling
melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset. Unit link yang merupakan gabungan asuransi
sekaligus investasi ini memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.2
Dalam unit link syariah, sisi asuransinya menggunakan prinsip risiko bersama.
Sementara akad yang digunakan adalah akad perwakilan (wakalah bil ujrah) atau
bagi hasil (mudharabah) untuk premi asuransinya. Dalam investasinya, unit link
syariah hanya boleh ditempatkan di produk keuangan yang sesuai dengan syariah,
seperti tabungan di bank syariah, deposito di bank syariah, obligasi syariah
(sukuk), dan saham syariah yang terdapat pada Daftar Efek Syariah (DES). Selain
1
Heri Sudarsono, “Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah”, (Yogyakarta : EKONISIA, 20015), hal.128
2
Mila Sartika, “Konsep Dan Implementasi Dana Premi Unit Link Syariah” Jurnal Asuransi Dan Manajemen
Resiko, Vol.1,2, (September 2013), h.26
itu, unit link syariah juga tetap memperhitungkan zakat harta dalam
pengelolaannya.
Kepemilikan dana pada unit link syariah pun merupakan hak peserta.
Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Pembagian
keuntungan pada unit link syariah dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai
prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan jika terdapat untung
dalam pengelolaannya. Bila terjadi musibah, maka akan mendapat uang
pertanggungan plus nilai investasi. Peserta pun dapat menambahkan jenis
perlindungan lainnya, seperti santunan kecelakaan, sakit kritis, atau biaya rumah
sakit. Dalam unit link premi yang dibayarkan akan dialokasikan untuk membeli
unit-unit investasi.
Peserta pun bebas menentukan jenis dana investasi yang diinginkannya.
Setidaknya terdapat empat pilihan, yaitu Cash fund (investasi sebagian besar pada
instrumen pasar uang syariah); Fixed Income (investasi sebagian besar dalam
instrumen obligasi syariah); Balance Fund (investasi sebagian besar pada saham
dan obligasi syariah); dan equity fund (investasi sebagian besar dalam saham-
saham yang sesuai dengan prinsip syariah).
3
Keputusan Bapepam dan LK, Nomor : Kep-104/BL/2006
4
POJK Nomor 23/POJK.05/2015 Pasal 4 tentang produk asuransi dan pemasaran produk asuransi
Pada pasal 47 Ayat (3) POJK Nomor 23/POJK.05/2015, tercantum bahwa
pemasaran PAYDI wajib dilakukan dengan pertemuan langsung secara tatap
muka. Selain itu dalam upaya perlindungan konsumen, Pasal 53 Ayat (2) POJK
Nomor 23/POJK.05/2015 mengatur bahwa perusahaan yang memasarkan PAYDI
wajib memiliki, menerapkan, dan mengembangkan kebijakan dan prosedur
penilaian kesesuaian (product suitability) produk asuransi dengan kebutuhan dan
profil calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta yang menjadi target
pemasaran ( custumer risk profile assessment). PAYDI diharapkan tidak
dipasarkan kepada orang yang dinilai tidak membutuhkan atau profilnya dianggap
tidak sesuai untuk menggunakan produk tersebut.
5
Otoritas jasa keuangan, Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan: Unit Link, (Jakarta: 2017), h. 20
lebih kecil daripada asuransi unit link saham. Asuransi unit link ini sesuai
untuk para konsumen yang ingin memperoleh pendapatan yang memadai
sekaligus peluang pertumbuhan investasi jangka panjang.
4. Dana Investasi Saham (Equity Unit link)
6
Ibid., h.29
pertangungan akan diberikan jika penyakit sudah mencapai stadium
tertentu.
Namun demikian, rider yang ada saat ini lebih bervariatif jenisnya
dan tidak terbatas pada jenis yang tersebut di atas. Hal tersebut
merupakan pengembangan fitur produk yang dilakukan oleh perusahaan
asuransi jiwa guna menyesuaikan kebutuhan konsumen yang terus
berkembang.
b. Manfaat Investasi
Sebagian masyarakat Indonesia belum memiliki pemahaman yang
memadai tentang bagaimana mengelola keuangan dan berinvestasi.
Sebagian yang lain telah memiliki pemahaman yang memadai namun tidak
memiliki kesempatan untuk mengelola investasi secara mandiri. Melihat
kebutuhan tersebut, maka perusahaan asuransi jiwa menawarkan produk
asuransi unit link yang menggabungkan manfaat proteksi asuransi dan
investasi.
Produk asuransi unit link adalah salah satu dari Produk Asuransi
Yang Dikaitkan Dengan Investasi (PAYDI) dimana dalam produk asuransi
unit link premi yang dialokasikan ke produk investasi dihitung dalam
satuan unit. Produk investasi yang menjadi portofolio premi asuransi
ini bermacam-macam, bisa ekuitas (saham), obligasi, atau pasar uang.
Setiap unit memiliki nilai yang disebut Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang
nilainya fluktuatif setiap hari, tergantung pada kondisi pasar modal.
Dengan mengaitkan produk asuransi dan investasi, premi yang
dibayarkan dapat membentuk nilai dana yang memungkinkan nilai dana
tersebut terus berkembang sesuai dengan jenis dana investasi yang
dipilih oleh konsumen. Nilai dana tersebut akan dipotong setiap bulannya
untuk membayar biaya-biaya seperti biaya asuransi, biaya administrasi,
dan lain sebagainya (jika ada). Hal ini berbeda dengan asuransi
tradisional yang seluruh preminya akan dialokasikan untuk proteksi.
Sehingga untuk PAYDI, transparansi mutlak diperlukan. Tujuan
transparansi biaya adalah agar konsumen dapat menghitung berapa
dana premi yang menjadi bagian untuk diinvestasikan serta berapa hasil
pengembangannya. Dengan cara tersebut diharapkan pemegang polis
dapat memperkirakan dananya yang ada di perusahaan asuransi.
Hasil investasi dari unit link sebenarnya lebih ditujukan untuk
mendukung keberlanjutan dari manfaat proteksi itu sendiri. Hasil
investasi tersebut dapat dimanfaatkan konsumen untuk dilakukannya cuti
premi atau untuk diambil secara tunai jika konsumen membutuhkannya.
Keputusan untuk melakukan cuti premi atau mengambil dana secara tunai
memiliki konsekuensi bagi konsumen, dimana hal tersebut tentunya akan
mengurangi nilai tunai yang ada di asuransinya.
2.1.6 Investasi Pada Asuransi Unit Link
Keuntungan atau kerugian pada asuransi unit link sangat
tergantung hasil investasi pada asuransi unit link. Kondisi pasar dan
pilihan investasi sangat berpengaruh terhadap hasil investasi yang
terbentuk. Pada saat pemasaran asuransi unit link, agen akan
menyampaikan ilustrasi pertumbuhan manfaat dalam hal ini yaitu hasil
investasi pada asuransi unit link. Pada ilustrasi tersebut, perusahaan
asuransi jiwa memberikan asumsi hasil investasi yang dapat dicapai
dimana asumsi terbagi menjadi tiga jenis yaitu: asumsi hasil investasi
rendah, sedang, dan tinggi. Masing-masing perusahaan asuransi jiwa
menentukan asumsi tersebut dengan berdasarkan pada data historis
kinerja investasi pada tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu, dalam rangka memberikan pilihan produk yang
menarik bagi konsumen, beberapa perusahaan asuransi jiwa memberikan
fitur tambahan berupa bonus investasi jika konsumen tetap melakukan
pembayaran premi sampai dengan jangka waktu tertentu. Bonus
investasi diberikan dalam bentuk unit dengan memperhitungkan nilai unit
pada saat itu, dimana besarnya bonus yang diberikan sekitar 10-15% dari
nilai unit. Sehubungan dengan transparansi produk, beberapa perusahaan
asuransi jiwa juga telah mencantumkan kinerja investasi asuransi unit
link selama lima tahun terakhir pada ilustrasi dengan tujuan
memberikan gambaran hasil investasi yang dapat dicapai oleh perusahaan
asuransi jiwa.
7
Iwan P. Pontjowinoto, Prinsip Syariah di Pasar Modal (Pandangan Praktisi), 2003, Jakarta: Modal Publications,
hlm. 45
8
Ibid hlm. 37
mempertimbangkan nilai tambah (value added) bagi setiap fund dalam setiap
proses pengambilan keputusan investasi.9
b. Halal
Investasi yang halal yaitu investasi yang berbagai aspeknya termasuk
dalam lingkup yang diperoleh ajaran islam. Aspek kehalalan tersebut harus
mencakup hal-hal berikut.
a) Niat atau Motivasi
b) Transaksi
9
Iggi H. Achsien, Investasi Syariah di Pasar Modal, 2000, Jakarta: Gramedia, hlm. 126
c) Prosedur pelaksanaan transaksi
d) Jenis Barang atau Jasa yang Ditransaksikan
e) Penggunaan Barang atau Jasa yang Ditransaksikan
c. Maslahan (Bermanfaat bagi Masyarakat)
Asas manfaat merupakan hal yang esensial dalam muamalah secara
Islam. Proses dan hasil akhir win-win adalah posisi yang diinginkan Islam.
Para pihak yang terlibat dalam investasi, masing-masing harus dapat
memperoleh manfaat sesuai dengan porsinya
2) Investasi yang Terlarang
Kebalikan dari hal yang telah diterangkan di atas, pada bagian ini adalah
investasi-investasi yang terlarang. Investasi yang dilarang secara syar’i di
kelompokkan ke dalam dua macam kategori.
a. Investasi yang syubhat
Syubhat adalah perilaku (jasa) maupun barang (efek, uang, komoditas,
dan barang) yang masih diragukan kehalalan atau keharamannya.
Penghindaran diri terhadap yang demikian itu merupakan tindakan yang
terpuji.
b. Investasi yang haram
Haram ialah perilaku (jasa) ataupun barang (efek, uang, komoditas,
dan barang) yang dilarang oleh Islam. Sikap memperhatikan masalah halal-
haram pada rukun yang akhir ini semakin jauh berkurang, digantikan oleh pola
Machiavellis dalam berbisnis. Meskipun tidak terjadi pada masa Nabi
Muhammad saw., pola bisnis semacam itu telah diprediksinya. Beliau telah
memperingatkan kaum muslimin untuk menjaga diri dari fitnah harta, yaitu
fitnah cara perolehan dan fitnah cara penggunaanya.
10
Ali Mustafa Ya’qub, Pengelolaan Dana Asuransi Syariah,
bentuk investasi apa saja selama investasi itu tidak mengandung salah satu dari unsur
yang disebutkan di atas tadi. Upaya untuk mengabaikan prinsip ini, akan
mengakibatkan investasi tersebut diharamkan menurut syariat Islam.
Sekiranya investasi tersebut dilakukan dalam bentuk penyertaan modal dalam
sebuah perusahaan, maka pihak asuransi harus mengetahui bahwa perusahaan tersebut
tidak memperjualbelikan barang-barang yang diharamkan. Seandainya investasi
dalam bentuk deposito, maka pihak asuransi harus mengetahui bahwa bank tempat
dana asuransi tersebut didepositokan adalah bank-bank yang beroperasi tidak dengan
sistem bunga, tetapi dengan sistem bagi hasil (mudharabah). Begitu pula usaha-usaha
dimana di dalamnya terdapat unsur maksiat, meskipun akan mendapat keuntungan
yang sangat besar, investasi seperti ini tetap baik dibenarkan.
1. Portofolio Investasi
Secara umum, tujuan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu: (1) profitabilitas (Profitability), (2) pertumbuhan (growth), (3)
kelangsungan hidup (survival).
Kelangsungan hidup tanpa pertumbuhan hanya menempatkan perusahaan itu
sebagai hidup segan mati tak mau. Sedangkan, profitabilitas tanpa memperhatikan
kelangsungan hidup adalah sangat riskan. Sementara itu, pertumbuhan tanpa
profitabilitas adalah tidak mungkin. Karena dalam pencapaian tujuan
kelangsungan hidup sulit dianalisis secara numerik, maka isu sentral yang
memerlukan pembahasan secara mendalam adalah pertumbuhan. Sebab, dalam
pengertian pertumbuhan (growth), terkandung arti bahwa perusahaan itu sudah
pasti profitable dan mengarah kepada survived.11
Industri asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan pengelolaan dana
masyarakat dalam jumlah besar, terutama asuransi jiwa, sangat tergantung pada
keberhasilan mengelola investasi dalam upaya mewujudkan tujuan perusahaan.
Menyadari hal tersebut, para ahli manajemen keuangan dan investasi berusaha
mengembangkan ukuran-ukuran yang dapat digunakan untuk menentukan.
Misalnya, layak atau tidaknya sebuah usulan investasi atau seberapa besar
keberhasilan suatu investasi dalam memenuhi tingkat pengambilan yang
diharapkan
11
Napa J. Awat, Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis, edisi pertama, 1999, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, hlm. 2
Menurut Lawrence & Michael, “a protofolio is a collection of investment
vehicles assembled to meet a common investment goal”. 12Dari pengertian
tersebut, dapat diartikan bahwa suatu portofolio adalah kumpulan bentuk investasi
yang terpadu untuk tujuan mendapatkan keuntungan investasi. Tujuan utama dari
pembentukan suatu portofolio investasi adalah tidak lain untuk mendapatkan hasil
yang optimal dengan risiko yang minimal.
Apabila investor tersebut adalah suatu institusi seperti halnya perusahaan
asuransi jiwa, maka tujuan utama portofolio investasi adalah untuk mendapatkan
tingkat pengembalian yang tinggi dengan tingkat risiko yang kecil untuk
memenuhi kewajiban kepada pemegang polis (pembayaran klaim) maupun untuk
pertumbuhan perusahaan.
Dalam suatu investasi di industri asuransi, seorang investor memikul tanggung
jawab diversible risk dan non-diversible risk. Diversible risk (atau unsystematic
risk) adalah risiko yang unik dari suatu bentuk investasi, yakni risiko bisnis dan
risiko keuangan. Harga saham suatu perusahaan akan turun apabila kinerja dari
suatu perusahaan tersebut kurang baik sehingga diduga perolehan laba akan turun
adalah merupakan diversible risk.
Non-diversible risk (systematic risk) adalah risiko yang dimiliki oleh setiap
bentuk investasi. Yaitu, risiko yang terjadi karena adanya peperangan, inflasi,
peristiwa-peristiwa internasional, atau karena politik. Bahwa risiko pergeseran
pasar secara umum akan mengubah return dari setiap sekuritas adalah non-
diversible risk.
Oleh karena itu, agar sebuah bisnis sukses dan dapat menghasilkan untung,
hendaknya bisnis itu didasarkanatas keputusan yang sehat, bijaksana, dan hati-
hati. Hasil yang akan dicapai dengan pengambilan keputusan yang sehat dan bijak
ini akan nyata dan tahan lama.
Menurut Al-Qur’an, bisnis yang menguntungkan adalah sebuah bisnis yang
keuntungannya bukan hanya terbatas untuk kehidupan didunia ini. namun,
keuntungan itu juga bisa dinikmati di akhirat kelak dengan keuntungan yang
berlipat ganda. Al-Qur’an berkali-kali mengatakan bahwa kenikmatan di dunia ini
jika dibandingkan dengan kenikmatan yang ada di alam akhirat tidaklah ada
12
Handayani, AAIJ, Profit Testing dan Penggunaan Estimasi Break Event Point di PT Asuransi Jiwa Bringin
Sejahtera, AAMAI, 1999, hlm. 21
artinya sama sekali. Itulah sebabnyya mengapa Al-Qur’an selalu menasihatkan
manusia agar selalu mencari dan mengarahkan apa yang dia lakukan untuk
mencapai pahala akhirat, bahkan pada saat dia melakukan bisnis, investasi, dan
hal lain yang bersifat duniawi.
2. Instrumen Investasi pada Asuransi Syariah
Instrumen investasi syariah di Indonesia saat ini masih dalam tahap tumbuh
dan berkembang. Beberapa instrumen investasi syariah atau islami yang sudah ada
saat ini dan menjadi outlet investasi bagi asuransi syariah adalah sebagai berikut.
Beberapa jenis Investasi Syariah yang saat ini diimplementasikan di
perusahaan asuransi syariah di Indonesia sebagai berikut 13
1) Deposito Mudharabah
Investasi yang dilakukan pada bank syariah dengan menanamkan
dalam bentuk dana tunai untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan dengan nisbah tertentu
2) Obligasi Syariah
Investasi yang dilakukan dengan membei obligasi syariah yang
diterbitkan oleh bank syariah dengan nisbah tertentu, misalnya membeli
obligasi syariah subordinasi. Obligasi Syariah Subordinasi merupakan kontrak
obligasi dituangkan dalam perjanjian perwakilan dengan rasio bagi hasil
dengan nisbah tetap
3) Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara modal
sebagai Shohibul mal dengan manajer investasi sebagai wakil Shohibul mal,
maupun anatara manajer investasi sebagai wakil Shohibul mal dengan
penggunaan investasi.
4) Saham
Investasi yang dilakukan dengan membeli saham-saham blue chip
bursa efek Jakarta.
5) Penyertaan Langsung
13
Nurmansyah Lubis, Akuntansi dan Investasi dalam asuransi syariah suatu pengantar, Materi Training
Certified Ilamic Insurance Specialist (CIIS),BPPK-AASI,2004
Investasi yang dilakukan dengan melakukan penyertaan langsung pada
perusahaan yang secara analisis studi kelayakan menguntungkan.
6) Bangunan
Investasi yang dilakukan dengan cara membeli aktiva tetap berupa
gedung kemudian menyewakan dengan maksud akan mendapat yield yang
menguntungkan
7) Pembiayaan Mudharabah
Investasi yang dilakukan dengan akad kerja sama usaha antara
shohibul mal dan mudharib dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di
muka.
8) Pembiayaan Bai Bithaman Ajil
Investasi yang dilakukan akad jual-beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.
9) Hipotik
Investasi yang dilakukan dengan memberikan pinjaman dalam bentuk
hipotik untuk pembiayaan kendaraan bermotor dan rumah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini, harapan penulis adalah agar makalah ini dapat
dijadikan referensi didalam mengkaji dalam hokum asuransi syariah khususnya tentang
produk asuransi unit link syariah. Adapun kritik dan saran dalam materi yang telah penulis
paparkan didalam makalah ini, penulis terima demi kebaikan makalah ini dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Sartika, Mila dan Hendri Hermawan Adinugraha, “Konsep Dan Implementasi Dana Premi Unit Link
Syariah” Jurnal Asuransi Dan Manajemen Resiko, Vol.1 no.2, 2013.
Sudarsono, Heri. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah”. Yogyakarta: EKONISIA, 2005.
Otoritas jasa keuangan, Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan: Unit Link, (Jakarta:
2017)
Iwan P. Pontjowinoto, Prinsip Syariah di Pasar Modal (Pandangan Praktisi), 2003, Jakarta: Modal
Publications
Napa J. Awat, Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis, edisi pertama, 1999, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Handayani, AAIJ, Profit Testing dan Penggunaan Estimasi Break Event Point di PT Asuransi Jiwa
Bringin Sejahtera, AAMAI, 1999