Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk mayoritas
beragama Islam. Tidak heran jika di Indonesia banyak berdiri lembaga keuangan
syariah baik itu bank maupun non bank. Asuransi Syariah yang berkembang di
Indonesia saat ini merupakan salah satu bagian dari lembaga keuangan syariah non
bank. Berdiri dan berkembangnya asuransi syariah di Indonesia tidak hanya diminati
oleh masyarakat yang beragama Islam tetapi juga non Islam. Hal ini memberikan
dampak yang positif untuk keberlangsungan dari praktik asuransi syariah sendiri
sebagai salah satu alat pendorong dan penggerak perekonomian di Indonesia.
Implementasi asuransi syariah di Indonesia memiliki keanekaragaman, sehingga
masyarakat diberikan banyak pilihan dalam menentukan asuransi mana yang sesuai
dan tepat untuk kebutuhannya.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Unit Link, Unit Link Syariah dan juga investasi
dalam asuransi Syariah?
2. Apa dasar hukum yang membolehkan unit link?
3. Apa saja jenis-jenis asuransi Unit Link?
4. Apa manfaat-manfaat yang terdapat dalam asuransi Unit Link?
5. Bagaimana cara kerja asuransi Unit Link dan Unit Link Syariah?
6. Bagaimana pengelolaan investasi dalam asuransi syariah?

1.3. Tujuan Makalah


1. Mengetahui Unit Link, Unit Link Syariah dan juga investasi dalam asuransi
Syariah
2. Mengetahui dasar hukum yang membolehkan unit link
3. Mengetahui jenis-jenis asuransi Unit Link
4. Mengetahui manfaat-manfaat yang terdapat dalam asuransi Unit Link
5. Mengetahui cara kerja asuransi Unit Link dan Unit Link Syariah
6. Mengetahui cara pengelolaan investasi dalam asuransi syariah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1. UNIT LINK

2.1.1 Pengertian Dan Gambaran Umum Unit Link

Jenis asuransi non tradisional, sampai saat ini hanya satu, yaitu unit link. Unit
link ini merupakan asuransi dengan dua kantung, kantung untuk proteksi dan
kantung investasi. Uang premi yang dibayarkan sebagian digunakan untuk
membayar proteksi dan sebagian lagi ditempatkan pada reksa dana dalam bentuk
unit link. Pemegang polis akan diminta memilih di mana akan ditempatkan
investasinya, apakah pada reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana
pendapatan tetap, atau pasar uang.

Unit link dapat dikatakan sebagai bentuk asuransi jiwayang mengandung


unsur tabungan. Produk tersebut dapat memberikan bentuk perlindungan untuk
perorangan yang mengikatkan dan merencanakan pengumpulan dana sebagai
investasi yang diperuntukkan bagi ahli waris jika peserta meninggal duniaatau
sebagai bekal untuk hari tua peserta.1

Dengan menjadi nasabah produk unit link, seseorang bisa mendapatkan


manfaat ganda yaitu perlindungan asuransi dan investasi. Produk asuransi yang
ditawarkan bisa berbentuk asuransi kesehatan atau asuransi jiwa. Tetapi, biasanya
dipasarkan dalam kemasan yang lebih menarik bagi masyarakat, seperti misalnya
tabungan masa depan atau asuransi pendidikan.

2.1.2 Unit Link Syariah

Unit link syariah adalah perlindungan asuransi syariah melalui usaha saling
melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset. Unit link yang merupakan gabungan asuransi
sekaligus investasi ini memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.2
Dalam unit link syariah, sisi asuransinya menggunakan prinsip risiko bersama.
Sementara akad yang digunakan adalah akad perwakilan (wakalah bil ujrah) atau
bagi hasil (mudharabah) untuk premi asuransinya. Dalam investasinya, unit link
syariah hanya boleh ditempatkan di produk keuangan yang sesuai dengan syariah,
seperti tabungan di bank syariah, deposito di bank syariah, obligasi syariah
(sukuk), dan saham syariah yang terdapat pada Daftar Efek Syariah (DES). Selain

1
Heri Sudarsono, “Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah”, (Yogyakarta : EKONISIA, 20015), hal.128
2
Mila Sartika, “Konsep Dan Implementasi Dana Premi Unit Link Syariah” Jurnal Asuransi Dan Manajemen
Resiko, Vol.1,2, (September 2013), h.26
itu, unit link syariah juga tetap memperhitungkan zakat harta dalam
pengelolaannya.
Kepemilikan dana pada unit link syariah pun merupakan hak peserta.
Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Pembagian
keuntungan pada unit link syariah dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai
prinsip bagi hasil dengan proporsi yang telah ditentukan jika terdapat untung
dalam pengelolaannya. Bila terjadi musibah, maka akan mendapat uang
pertanggungan plus nilai investasi. Peserta pun dapat menambahkan jenis
perlindungan lainnya, seperti santunan kecelakaan, sakit kritis, atau biaya rumah
sakit. Dalam unit link premi yang dibayarkan akan dialokasikan untuk membeli
unit-unit investasi.
Peserta pun bebas menentukan jenis dana investasi yang diinginkannya.
Setidaknya terdapat empat pilihan, yaitu Cash fund (investasi sebagian besar pada
instrumen pasar uang syariah); Fixed Income (investasi sebagian besar dalam
instrumen obligasi syariah); Balance Fund (investasi sebagian besar pada saham
dan obligasi syariah); dan equity fund (investasi sebagian besar dalam saham-
saham yang sesuai dengan prinsip syariah).

2.1.3 Dasar Hukum Asuransi Unit Link

Menurut Keputusan Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga


Keuangan Nomor KEP-104/BL/2006 tentang produk unit link, produk unit link
adalah produk asuransi jiwa yang memenuhi kriteria sebagai berikut:3
a. nilai manfaat yang dijanjikan ditentukan oleh kinerja subdana investasi yang
dibentuk untuk unit link tersebut;
b. nilai manfaat yang diperoleh dari subdana investasi dinyatakan dalam unit; dan
c. mengandung pertanggungan risiko kematian alami.
Kemudian pada POJK Nomor 23/POJK.05/2015 tentang Produk asuransi
dan pemasaran produk asuransi, dikenal Produk Asuransi Yang Dikaitkan dengan
Investasi (PAYDI) yaitu produk asuransi yang paling sedikit memberikan
perlindungan terhadap risiko kematian dan memberikan manfaat yang mengacu
pada hasil investasi dari kumpulan dana yang khusus dibentuk untuk Produk
Asuransi baik yang dinyatakan dalam bentuk unit maupun bukan unit. Asuransi
Unit Link merupakan salah satu contoh PAYDI yang dinyatakan dalam bentuk
unit. PAYDI sendiri harus memenuhi kriteria sebagai berikut :4
1. Memiliki proporsi perlindungan terhadap risiko kematian dan manfaat
yang dikaitkan dengan investasi;
2. Memiliki masa pertanggungan tertentu; dan
3. Memiliki strategi investasi yang spesifik.

3
Keputusan Bapepam dan LK, Nomor : Kep-104/BL/2006
4
POJK Nomor 23/POJK.05/2015 Pasal 4 tentang produk asuransi dan pemasaran produk asuransi
Pada pasal 47 Ayat (3) POJK Nomor 23/POJK.05/2015, tercantum bahwa
pemasaran PAYDI wajib dilakukan dengan pertemuan langsung secara tatap

muka. Selain itu dalam upaya perlindungan konsumen, Pasal 53 Ayat (2) POJK
Nomor 23/POJK.05/2015 mengatur bahwa perusahaan yang memasarkan PAYDI
wajib memiliki, menerapkan, dan mengembangkan kebijakan dan prosedur
penilaian kesesuaian (product suitability) produk asuransi dengan kebutuhan dan
profil calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta yang menjadi target
pemasaran ( custumer risk profile assessment). PAYDI diharapkan tidak
dipasarkan kepada orang yang dinilai tidak membutuhkan atau profilnya dianggap
tidak sesuai untuk menggunakan produk tersebut.

2.1.4 Jenis-Jenis Asuransi Unit Link5


Produk asuransi unit link merupakan kombinasi antara dua produk
keuangan, yakni produk asuransi dan produk investasi. Selain untuk
keperluan proteksi, premi yang dibayarkan konsumen sebagian
dialokasikan untuk pengembangan dana atau investasi. Berdasarkan
penempatan dana investasinya, maka terdapat jenis penempatan dana
investasi sebagai berikut:
1. Dana Unit link Pasar Uang (Cash Fund Unit link)
Dalam asuransi unit link pasar uang, seluruh porsi investasi
ditempatkan di instrumen pasar uang, seperti deposito berjangka, SBI,
dan surat utang jangka pendek. Penempatan dana ini memiliki risiko
yang rendah namun juga imbal hasil yang terbatas. Asuransi unit link
jenis ini sangat cocok untuk konsumen pemula yang cenderung tidak
berani mengambil risiko yang besar.
2. Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Unit link)
Produk asuransi unit link ini menempatkan sekurang-kurangnya 80%
porsi investasi pada instrumen surat utang atau obligasi dan sisanya
ditempatkan di instrumen pasar uang. Risiko investasi pada asuransi unit
link jenis ini lebih tinggi dari asuransi unit link pasar uang dengan imbal
hasil yang lebih tinggi pula. Asuransi unit link jenis ini cocok bagi
konsumen yang ingin mendapatkan imbal hasil yang relatif stabil.
Jangka waktu investasi pada asuransi unit link jenis ini biasanya 1
sampai 3 tahun.
3. Dana Investasi Campuran (Managed Unit link)
Pada asuransi unit link pendapatan campuran, porsi investasi
ditempatkan pada instrumen saham, obligasi, dan pasar uang dengan
komposisi tertentu. Risio dan potensi imbal hasil dari produk asuransi
unit link ini lebih besar dari asuransi unit link pendapatan tetap, namun

5
Otoritas jasa keuangan, Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan: Unit Link, (Jakarta: 2017), h. 20
lebih kecil daripada asuransi unit link saham. Asuransi unit link ini sesuai
untuk para konsumen yang ingin memperoleh pendapatan yang memadai
sekaligus peluang pertumbuhan investasi jangka panjang.
4. Dana Investasi Saham (Equity Unit link)

Produk asuransi unit link ini menempatkan sekurang-kurangnya 80%


porsi investasi pada instrumen saham. Asuransi unit link jenis ini paling
cocok untuk konsumen yang ingin mendapatkan keuntungan secara
maksimal. Asuransi unit link saham menawarkan imbal hasil yang paling
besar namun dengan risiko yang paling besar pula. Asuransi unit link jenis
ini sesuai dengan investasi jangka panjang.
Sedangkan berdasarkan cara pembayaran premi asuransi, unit link di
kelompokkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Premi tunggal
Pada asuransi unit link premi tunggal, premi hanya dibayarkan
sekaligus di awal dan konsumen tidak perlu membayar premi di
kemudian hari selama nilai tunai mencukupi. Skema pembayaran premi
tunggal ini lebih cocok bagi seseorang yang telah memiliki kemampuan
finansial yang mapan karena nilai premi yang dibayarkan tergolong besar
di antara jenis asuransi lainnya.
Pada umumnya jenis pembayaran premi secara tunggal ini
merupakan produk asuransi yang lebih mengutamakan pada
perkembangan nilai investasi, dimana alokasi untuk investasinya akan
lebih tinggi dibandingkan produk asuransi lainnya. Selain itu, kelebihan
lain yang dimiliki yaitu jangka waktu pembayaran premi lebih pendek
dibandingkan dengan premi berkala.
2. Premi Berkala
Pada sistem premi berkala, konsumen membayar premi secara
bertahap. Pembayaran premi dapat dilakukan secara bulanan,
triwulanan, atau tahunan hingga kurun waktu tertentu. Jenis asuransi
unit link ini cocok untuk konsumen yang memiliki dana yang terbatas.
Dana investasi biasanya tidak dapat ditarik selama kurun waktu
tertentu, karena pada awal tahun premi dialokasikan untuk biaya akuisisi.
Biaya akuisisi ini sebagian besar dipergunakan untuk komisi agen dan
perusahaan asuransi. Selanjutnya pada tahun- tahun berikutnya, premi
yang dibayarkan akan dialokasikan untuk biaya akuisisi dan juga untuk
investasi.
Pada umumnya, jenis pembayaran premi secara berkala memiliki
proposisi untuk kebutuhan proteksi sehingga pihak asuransi akan
memberikan beberapa produk asuransi tambahan (rider) yang dapat
memenuhi kebutuhan nasabah sesuai kebutuhannya, apakah tujuan
berasuransi lebih untuk memberikan perlindungan (proteksi) yang
naksimal ataukah untuk menghasilkan pertumbuhan hasil investasi yang
optimal. Pilihan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan serta
kemampuan dari konsumen.

2.1.5 Manfaat Asuransi Unit link6

a. Manfaat Pertanggungan Asuransi


Manfaat utama produk asuransi unit link adalah manfaat
pertanggungan untuk memproteksi konsumen dari suatu risiko kerugian
finansial tidak terduga yang disebabkan oleh risiko kematian.
Perusahaan asuransi tidak hanya memberikan perlindungan
dasar yaitu kematian, tetapi juga beberapa penambahan manfaat
yang melekat seperti manfaat kesehatan, pembebasan pembayaran premi
jika terkena cacat tetap, santunan karena kecelakaan, dan santunan
untuk penyakit kritis. Pertanggungan ini disebut asuransi tambahan atau
rider yang mengharuskan konsumen untuk menambah pembayaran premi
untuk mendapatkan manfaat-manfaat tersebut.

Berikut beberapa jenis rider yang dipasarkan di Indonesia20 :

1. Pembebasan premi (waiver of premium)


Pertanggungan yang menjamin pemegang polis dari kewajiban
membayar premi ketika mengalami cacat tetap total atau penyakit kritis.
Pemegang polis akan dibebaskan dari kewajiban membayar premi namun
manfaat asuransi tetap berjalan.
2. Kematian akibat kecelakaan (accidental death)
Pemegang polis akan mendapatkan uang pertanggungan yang berlipat
ganda jika meninggal karena kecelakaan.
3. Cacat permanen karena kecelakaan (permanent disability)
Asuransi tambahan ini memberikan pertanggungan tambahan
jika tertanggung mengalami cacat permanen karena kecelakaan.
4. Manfaat kesehatan (health benefit)
Asuransi ini memberikan manfaat perlindungan kesehatan kepada
pemegang polis atas jaminan biaya kesehatan atau perawatan ketika
terjadi kecelakaan atau jatuh sakit. Pertanggungan ini dapat menjamin
ketersediaan dana yang dibutuhkan untuk membiayai kebutuhan
kesehatan pemegang polis.
5. Santunan harian rumah sakit (hospital cash plan)
Pemberian santunan bagi pemegang polis yang dirawat di rumah
sakit. Biasanya besarnya santunan sudah ditentukan di awal.
6. Penyakit kritis (critical illness)
Pertanggungan yang diberikan jika pemegang polis didiagnosa penyakit
kritis seperti jantung, kanker, lumpuh, dan gagal ginjal. Biasanya uang

6
Ibid., h.29
pertangungan akan diberikan jika penyakit sudah mencapai stadium
tertentu.
Namun demikian, rider yang ada saat ini lebih bervariatif jenisnya
dan tidak terbatas pada jenis yang tersebut di atas. Hal tersebut
merupakan pengembangan fitur produk yang dilakukan oleh perusahaan
asuransi jiwa guna menyesuaikan kebutuhan konsumen yang terus
berkembang.
b. Manfaat Investasi
Sebagian masyarakat Indonesia belum memiliki pemahaman yang
memadai tentang bagaimana mengelola keuangan dan berinvestasi.
Sebagian yang lain telah memiliki pemahaman yang memadai namun tidak
memiliki kesempatan untuk mengelola investasi secara mandiri. Melihat
kebutuhan tersebut, maka perusahaan asuransi jiwa menawarkan produk
asuransi unit link yang menggabungkan manfaat proteksi asuransi dan
investasi.
Produk asuransi unit link adalah salah satu dari Produk Asuransi
Yang Dikaitkan Dengan Investasi (PAYDI) dimana dalam produk asuransi
unit link premi yang dialokasikan ke produk investasi dihitung dalam
satuan unit. Produk investasi yang menjadi portofolio premi asuransi
ini bermacam-macam, bisa ekuitas (saham), obligasi, atau pasar uang.
Setiap unit memiliki nilai yang disebut Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang
nilainya fluktuatif setiap hari, tergantung pada kondisi pasar modal.
Dengan mengaitkan produk asuransi dan investasi, premi yang
dibayarkan dapat membentuk nilai dana yang memungkinkan nilai dana
tersebut terus berkembang sesuai dengan jenis dana investasi yang
dipilih oleh konsumen. Nilai dana tersebut akan dipotong setiap bulannya
untuk membayar biaya-biaya seperti biaya asuransi, biaya administrasi,
dan lain sebagainya (jika ada). Hal ini berbeda dengan asuransi
tradisional yang seluruh preminya akan dialokasikan untuk proteksi.
Sehingga untuk PAYDI, transparansi mutlak diperlukan. Tujuan
transparansi biaya adalah agar konsumen dapat menghitung berapa
dana premi yang menjadi bagian untuk diinvestasikan serta berapa hasil
pengembangannya. Dengan cara tersebut diharapkan pemegang polis
dapat memperkirakan dananya yang ada di perusahaan asuransi.
Hasil investasi dari unit link sebenarnya lebih ditujukan untuk
mendukung keberlanjutan dari manfaat proteksi itu sendiri. Hasil
investasi tersebut dapat dimanfaatkan konsumen untuk dilakukannya cuti
premi atau untuk diambil secara tunai jika konsumen membutuhkannya.
Keputusan untuk melakukan cuti premi atau mengambil dana secara tunai
memiliki konsekuensi bagi konsumen, dimana hal tersebut tentunya akan
mengurangi nilai tunai yang ada di asuransinya.
2.1.6 Investasi Pada Asuransi Unit Link
Keuntungan atau kerugian pada asuransi unit link sangat
tergantung hasil investasi pada asuransi unit link. Kondisi pasar dan
pilihan investasi sangat berpengaruh terhadap hasil investasi yang
terbentuk. Pada saat pemasaran asuransi unit link, agen akan
menyampaikan ilustrasi pertumbuhan manfaat dalam hal ini yaitu hasil
investasi pada asuransi unit link. Pada ilustrasi tersebut, perusahaan
asuransi jiwa memberikan asumsi hasil investasi yang dapat dicapai
dimana asumsi terbagi menjadi tiga jenis yaitu: asumsi hasil investasi
rendah, sedang, dan tinggi. Masing-masing perusahaan asuransi jiwa
menentukan asumsi tersebut dengan berdasarkan pada data historis
kinerja investasi pada tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu, dalam rangka memberikan pilihan produk yang
menarik bagi konsumen, beberapa perusahaan asuransi jiwa memberikan
fitur tambahan berupa bonus investasi jika konsumen tetap melakukan
pembayaran premi sampai dengan jangka waktu tertentu. Bonus
investasi diberikan dalam bentuk unit dengan memperhitungkan nilai unit
pada saat itu, dimana besarnya bonus yang diberikan sekitar 10-15% dari
nilai unit. Sehubungan dengan transparansi produk, beberapa perusahaan
asuransi jiwa juga telah mencantumkan kinerja investasi asuransi unit
link selama lima tahun terakhir pada ilustrasi dengan tujuan
memberikan gambaran hasil investasi yang dapat dicapai oleh perusahaan
asuransi jiwa.

2.1.7 Skema Asuransi Unit Link


2.2 INVESTASI DALAM ASURANSI SYARIAH
2.2.1 Definisi Investasi
Definisi investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa
harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil
pendapatan atau akan meningkatkan nilainya dimasa mendatang. Sedangkan
investasi keuangan adalah menanamkan dana pada suatu surat berharga yang
diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang.7
Investasi keuangan menurut syariah dapat berkaitan dengan kegiatan
perdagangan atau kegiatan usaha, di mana kegiatan usaha dapat berbentuk usaha
yang berkaitan dengan suatu produk atau aset maupun usaha jasa. Namun,
investasi keuangan menurut syariah harus terkait secara langsung dengan suatu
aset atau kegiatan usaha yang spesifik dan menghasilkan manfaat, karena hanya
atas manfaat tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Karena itu, salah satu bentuk
investasi yang sesuai dengan syariah adalah membeli saham perusahaan, baik
perusahaan nonpublik (private equity) maupun perusahaan publik/terbuka.
Kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan menurut syariah pada prinsipnya
adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemilik Harta (Investor) terhadap Pemilik
Usaha (Emiten) untuk memberdayakan Pemilik Usaha dalam melakukan kegiatan
usahanya dimana pemilik harta (investor) berharap untuk memperoleh manfaat
tertentu. Karena itu, kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan pada dasarnya
sama dengan kegiatan usaha lainnya, yaitu memelihara prinsip kehalalan dan
keadilan.8
Oleh karena itu, tujuan utama dari kebijakan investasi dalam suatu perusahaan
adalah untuk implementasi rencana program yang dibuat agar dapat mencapai
return positif, dengan probabilitas paling tinggi, dari aset yang tersedia untuk
diinvestasikan. Kebijakan investasi yang diambil, mempertimbangkan hubungan
langsung antara return dan resiko untuk setiap alternatif risiko. Review dan
evaluasi bulanan termasuk dalam kebijakan yang diambil. Juga

7
Iwan P. Pontjowinoto, Prinsip Syariah di Pasar Modal (Pandangan Praktisi), 2003, Jakarta: Modal Publications,
hlm. 45
8
Ibid hlm. 37
mempertimbangkan nilai tambah (value added) bagi setiap fund dalam setiap
proses pengambilan keputusan investasi.9

2.2.2 Macam-Macam Investasi


Secara garis besar investasi dibagi kedalam dua bagian besar, yaitu Investasi
yang Islami dan Investasi yang Terlarang.
1) Investasi yang Islami
Sebagai sebuah din yang komprehensif (syumul) dan proporsional (tawazun),
Islam menetapkan beberapa prinsip pokok dalam investasi. Seseorang muslim
hendaknya memperhatikan dan menerapkan agar yang bersangkutan mendapatkan
keuntungan yang sejati. Yaitu, keuntungan duniawi yang penuh keberkahan
(material maupun spriritual) dan keuntungan akhirat kelak. Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rabbani
Rabbani merupakan istilah dalam bahasa Arab, yang berasal dari kata
Rabb. Rabb berarti Tuhan dari sudut pandang Dia dan perbuatan-perbuatan-
Nya sendiri (Tauhid Allah bi af’alih). Yaitu, antara lain bermakna Pencipta,
Pemelihara, Pendidik, Pemilik, Raja, dan Pemberi rezeki. Bantuan kata
Rabbani berarti hak ketuhanan atau kepunyaan Allah saja.
Artinya, seorang investor meyakini bahwa dirinya, dan yang
diinvestasikannya, keuntungan dan kerugiannya, serta semua pihak yang
terlibat didalamnya ialah kepunyaan Allah. Manusia hanya mengambil dan
melaksanakannya dalam kehidupan dunia ini saja, juga sebagai bekal untuk
fase kehidupan berikutnya yang abadi.

b. Halal
Investasi yang halal yaitu investasi yang berbagai aspeknya termasuk
dalam lingkup yang diperoleh ajaran islam. Aspek kehalalan tersebut harus
mencakup hal-hal berikut.
a) Niat atau Motivasi

b) Transaksi
9
Iggi H. Achsien, Investasi Syariah di Pasar Modal, 2000, Jakarta: Gramedia, hlm. 126
c) Prosedur pelaksanaan transaksi
d) Jenis Barang atau Jasa yang Ditransaksikan
e) Penggunaan Barang atau Jasa yang Ditransaksikan
c. Maslahan (Bermanfaat bagi Masyarakat)
Asas manfaat merupakan hal yang esensial dalam muamalah secara
Islam. Proses dan hasil akhir win-win adalah posisi yang diinginkan Islam.
Para pihak yang terlibat dalam investasi, masing-masing harus dapat
memperoleh manfaat sesuai dengan porsinya
2) Investasi yang Terlarang
Kebalikan dari hal yang telah diterangkan di atas, pada bagian ini adalah
investasi-investasi yang terlarang. Investasi yang dilarang secara syar’i di
kelompokkan ke dalam dua macam kategori.
a. Investasi yang syubhat
Syubhat adalah perilaku (jasa) maupun barang (efek, uang, komoditas,
dan barang) yang masih diragukan kehalalan atau keharamannya.
Penghindaran diri terhadap yang demikian itu merupakan tindakan yang
terpuji.
b. Investasi yang haram
Haram ialah perilaku (jasa) ataupun barang (efek, uang, komoditas,
dan barang) yang dilarang oleh Islam. Sikap memperhatikan masalah halal-
haram pada rukun yang akhir ini semakin jauh berkurang, digantikan oleh pola
Machiavellis dalam berbisnis. Meskipun tidak terjadi pada masa Nabi
Muhammad saw., pola bisnis semacam itu telah diprediksinya. Beliau telah
memperingatkan kaum muslimin untuk menjaga diri dari fitnah harta, yaitu
fitnah cara perolehan dan fitnah cara penggunaanya.

2.2.3 Pengelolaan Investasi Pada Asuransi Syariah


Profesor Ali Mustafa Ya’qub10 mengatakan bahwa salah satu bentuk
pengelolaan dana asuransi yang paling dominan adalah menginvestasikan dana yang
terkumpul dari premi. Pihak asuransi dapat menginvestasikan dana tersebut dalam

10
Ali Mustafa Ya’qub, Pengelolaan Dana Asuransi Syariah,
bentuk investasi apa saja selama investasi itu tidak mengandung salah satu dari unsur
yang disebutkan di atas tadi. Upaya untuk mengabaikan prinsip ini, akan
mengakibatkan investasi tersebut diharamkan menurut syariat Islam.
Sekiranya investasi tersebut dilakukan dalam bentuk penyertaan modal dalam
sebuah perusahaan, maka pihak asuransi harus mengetahui bahwa perusahaan tersebut
tidak memperjualbelikan barang-barang yang diharamkan. Seandainya investasi
dalam bentuk deposito, maka pihak asuransi harus mengetahui bahwa bank tempat
dana asuransi tersebut didepositokan adalah bank-bank yang beroperasi tidak dengan
sistem bunga, tetapi dengan sistem bagi hasil (mudharabah). Begitu pula usaha-usaha
dimana di dalamnya terdapat unsur maksiat, meskipun akan mendapat keuntungan
yang sangat besar, investasi seperti ini tetap baik dibenarkan.
1. Portofolio Investasi
Secara umum, tujuan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu: (1) profitabilitas (Profitability), (2) pertumbuhan (growth), (3)
kelangsungan hidup (survival).
Kelangsungan hidup tanpa pertumbuhan hanya menempatkan perusahaan itu
sebagai hidup segan mati tak mau. Sedangkan, profitabilitas tanpa memperhatikan
kelangsungan hidup adalah sangat riskan. Sementara itu, pertumbuhan tanpa
profitabilitas adalah tidak mungkin. Karena dalam pencapaian tujuan
kelangsungan hidup sulit dianalisis secara numerik, maka isu sentral yang
memerlukan pembahasan secara mendalam adalah pertumbuhan. Sebab, dalam
pengertian pertumbuhan (growth), terkandung arti bahwa perusahaan itu sudah
pasti profitable dan mengarah kepada survived.11
Industri asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan pengelolaan dana
masyarakat dalam jumlah besar, terutama asuransi jiwa, sangat tergantung pada
keberhasilan mengelola investasi dalam upaya mewujudkan tujuan perusahaan.
Menyadari hal tersebut, para ahli manajemen keuangan dan investasi berusaha
mengembangkan ukuran-ukuran yang dapat digunakan untuk menentukan.
Misalnya, layak atau tidaknya sebuah usulan investasi atau seberapa besar
keberhasilan suatu investasi dalam memenuhi tingkat pengambilan yang
diharapkan

11
Napa J. Awat, Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis, edisi pertama, 1999, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, hlm. 2
Menurut Lawrence & Michael, “a protofolio is a collection of investment
vehicles assembled to meet a common investment goal”. 12Dari pengertian
tersebut, dapat diartikan bahwa suatu portofolio adalah kumpulan bentuk investasi
yang terpadu untuk tujuan mendapatkan keuntungan investasi. Tujuan utama dari
pembentukan suatu portofolio investasi adalah tidak lain untuk mendapatkan hasil
yang optimal dengan risiko yang minimal.
Apabila investor tersebut adalah suatu institusi seperti halnya perusahaan
asuransi jiwa, maka tujuan utama portofolio investasi adalah untuk mendapatkan
tingkat pengembalian yang tinggi dengan tingkat risiko yang kecil untuk
memenuhi kewajiban kepada pemegang polis (pembayaran klaim) maupun untuk
pertumbuhan perusahaan.
Dalam suatu investasi di industri asuransi, seorang investor memikul tanggung
jawab diversible risk dan non-diversible risk. Diversible risk (atau unsystematic
risk) adalah risiko yang unik dari suatu bentuk investasi, yakni risiko bisnis dan
risiko keuangan. Harga saham suatu perusahaan akan turun apabila kinerja dari
suatu perusahaan tersebut kurang baik sehingga diduga perolehan laba akan turun
adalah merupakan diversible risk.
Non-diversible risk (systematic risk) adalah risiko yang dimiliki oleh setiap
bentuk investasi. Yaitu, risiko yang terjadi karena adanya peperangan, inflasi,
peristiwa-peristiwa internasional, atau karena politik. Bahwa risiko pergeseran
pasar secara umum akan mengubah return dari setiap sekuritas adalah non-
diversible risk.
Oleh karena itu, agar sebuah bisnis sukses dan dapat menghasilkan untung,
hendaknya bisnis itu didasarkanatas keputusan yang sehat, bijaksana, dan hati-
hati. Hasil yang akan dicapai dengan pengambilan keputusan yang sehat dan bijak
ini akan nyata dan tahan lama.
Menurut Al-Qur’an, bisnis yang menguntungkan adalah sebuah bisnis yang
keuntungannya bukan hanya terbatas untuk kehidupan didunia ini. namun,
keuntungan itu juga bisa dinikmati di akhirat kelak dengan keuntungan yang
berlipat ganda. Al-Qur’an berkali-kali mengatakan bahwa kenikmatan di dunia ini
jika dibandingkan dengan kenikmatan yang ada di alam akhirat tidaklah ada

12
Handayani, AAIJ, Profit Testing dan Penggunaan Estimasi Break Event Point di PT Asuransi Jiwa Bringin
Sejahtera, AAMAI, 1999, hlm. 21
artinya sama sekali. Itulah sebabnyya mengapa Al-Qur’an selalu menasihatkan
manusia agar selalu mencari dan mengarahkan apa yang dia lakukan untuk
mencapai pahala akhirat, bahkan pada saat dia melakukan bisnis, investasi, dan
hal lain yang bersifat duniawi.
2. Instrumen Investasi pada Asuransi Syariah
Instrumen investasi syariah di Indonesia saat ini masih dalam tahap tumbuh
dan berkembang. Beberapa instrumen investasi syariah atau islami yang sudah ada
saat ini dan menjadi outlet investasi bagi asuransi syariah adalah sebagai berikut.
Beberapa jenis Investasi Syariah yang saat ini diimplementasikan di
perusahaan asuransi syariah di Indonesia sebagai berikut 13
1) Deposito Mudharabah
Investasi yang dilakukan pada bank syariah dengan menanamkan
dalam bentuk dana tunai untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan dengan nisbah tertentu
2) Obligasi Syariah
Investasi yang dilakukan dengan membei obligasi syariah yang
diterbitkan oleh bank syariah dengan nisbah tertentu, misalnya membeli
obligasi syariah subordinasi. Obligasi Syariah Subordinasi merupakan kontrak
obligasi dituangkan dalam perjanjian perwakilan dengan rasio bagi hasil
dengan nisbah tetap
3) Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara modal
sebagai Shohibul mal dengan manajer investasi sebagai wakil Shohibul mal,
maupun anatara manajer investasi sebagai wakil Shohibul mal dengan
penggunaan investasi.
4) Saham
Investasi yang dilakukan dengan membeli saham-saham blue chip
bursa efek Jakarta.
5) Penyertaan Langsung

13
Nurmansyah Lubis, Akuntansi dan Investasi dalam asuransi syariah suatu pengantar, Materi Training
Certified Ilamic Insurance Specialist (CIIS),BPPK-AASI,2004
Investasi yang dilakukan dengan melakukan penyertaan langsung pada
perusahaan yang secara analisis studi kelayakan menguntungkan.
6) Bangunan
Investasi yang dilakukan dengan cara membeli aktiva tetap berupa
gedung kemudian menyewakan dengan maksud akan mendapat yield yang
menguntungkan
7) Pembiayaan Mudharabah
Investasi yang dilakukan dengan akad kerja sama usaha antara
shohibul mal dan mudharib dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di
muka.
8) Pembiayaan Bai Bithaman Ajil
Investasi yang dilakukan akad jual-beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.
9) Hipotik
Investasi yang dilakukan dengan memberikan pinjaman dalam bentuk
hipotik untuk pembiayaan kendaraan bermotor dan rumah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Produk asuransi unit link dapat dikategorikan sebagai produk keuangan


yang advance karena sifatnya yang menggabungkan fitur proteksi (asuransi) dengan
fitur investasi. Sehingga dalam menawarkan dan menjualnya kepada calon nasabah atau
konsumen memerlukan pengetahuan serta cara komunikasi yang tepat. Hal tersebut
perlu diperhatikan oleh perusahaan asuransi dan agen penjualnya agar terhindar dari
risiko mis-selling dan pemberian informasi yang salah (misleading infromation). Jika
hal ini tidak diperhatikan, maka dikhawatirkan produk asuransi unit link justru akan
mengakibatkan dampak kerugian bagi konsumen dan pada akhirnya akan
melemahkan minat masyarakat dalam berasuransi. Jika produk unit link dijual
dengan cara dan pemberian penjelasan yang salah, maka akibatnya konsumen akan
membeli produk yang salah, produk yang tidak sesuai dengan kebutuhannya

B. Saran

Dengan tersusunnya makalah ini, harapan penulis adalah agar makalah ini dapat
dijadikan referensi didalam mengkaji dalam hokum asuransi syariah khususnya tentang
produk asuransi unit link syariah. Adapun kritik dan saran dalam materi yang telah penulis
paparkan didalam makalah ini, penulis terima demi kebaikan makalah ini dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Sartika, Mila dan Hendri Hermawan Adinugraha, “Konsep Dan Implementasi Dana Premi Unit Link
Syariah” Jurnal Asuransi Dan Manajemen Resiko, Vol.1 no.2, 2013.

Sudarsono, Heri. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah”. Yogyakarta: EKONISIA, 2005.

Otoritas jasa keuangan, Kajian Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan: Unit Link, (Jakarta:
2017)

Iwan P. Pontjowinoto, Prinsip Syariah di Pasar Modal (Pandangan Praktisi), 2003, Jakarta: Modal
Publications

Iggi H. Achsien, Investasi Syariah di Pasar Modal, 2000, Jakarta: Gramedia

Ali Mustafa Ya’qub, Pengelolaan Dana Asuransi Syariah

Napa J. Awat, Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis, edisi pertama, 1999, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

Handayani, AAIJ, Profit Testing dan Penggunaan Estimasi Break Event Point di PT Asuransi Jiwa
Bringin Sejahtera, AAMAI, 1999

Anda mungkin juga menyukai