Anda di halaman 1dari 19

SISTEM OPERASIONAL DALAM MENGELIMINIR MAISIR, GHARAR,

DAN RIBA

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuransi Syariah

Dosen Pengampu :Endang Sriani, S.H.I., M.H.

Disusun Oleh :

1. Yuni Ari Astutik (33020170074)


2. Nofi Sekartaji (33020170011)
3. Anis Pratama (33020170134)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT.karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang; Sistem Operasional Asuransi Syariah dalam
Mengeliminir Maisir, Gharar, dan Riba. Dan dengan perkenaan dari-Nya lah kami sanggup
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuransi
Syariah.Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Dosen yang telah membantu dan
membimbingserta memberi arahan kepada penulis.

Alhamdulillah, tiada kata yang cukup untuk mengungkapkan rasa syukur selain Puja dan
Puji bagi Allah SWT.sang penguasa hati dan kehidupan hamba-hamba-Nya. Dengan perkenaan
dari-Nya lah kami sanggup menyelesaikan makalah yang masih banyak mengalami kekurangan
ini.sangat menyadari keterbatasan sebagai manusia yang tentunya berpengauh pada hasil karya
ini. Dengan kesadaran itulah penulis mengajak semua pihak untuk beramar Makruf Nahi Munkar
dengan memberikan konstribusi baik berupa saran, kritik maupun masukan demi penyempurnaan
makalah ini agar bermanfaat bagi kita semua.Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan
meridhai hasil karya ini.

Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Salatiga, 05 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................…i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................….1

B. Rumusan Masalah........................................................................................….1

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................….1

BAB II PEMBAHASAN

A. Sistem Operasional Asuransi Syariah..........................................................…...5


B. Produk Takaful (Asuransi Syariah) dan Mekanisme Pengelolaan Dananya….. 8
C. Mengeliminir Gharar, Maisir dan Riba Dalam Asuransi syariah (Jiwa) dan
Asuransi Syariah (Kerugian)........................................................................…..12
D. Landasan Akad Dalam Asuransi Syariah……………………………………...

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................….13
B. Saran...........................................................................................................….13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................….14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Konsep dan perjanjian asuransi (aqdu at-tamiin) merupakan jenis akad baru yang
belum pernah ada pasa masa-masa pertama perkembangan fiqih islam.Perbedaan
pendapat tentang hukum asuransi menurut Islam banyak bermunculan.Di antara mereka
ada yang membolehkan ada yang menghalalkan asuransi,dan sebagian yang lainnya
mengharamkan dan melarangnya.Ada pula kelompok yang mengharamkan asuransi
hanya pada sebagian macamnya saja,atau jenis-jenis asuransi tertentu saja.
Pengharaman yang terjadi pada beberapa asuransi dikarenakan dalam beberapa
jenis asuransi tersebut masih menggunakan akad-akad yang mengandung
Gharar,Maisir,dan Riba yang ketiga hal tersebut dilarang oleh Islam karena bertentangan
dengan syari’at.Maka dari itu,dengan adanya system operasional asuransi syari’ah
diharapkan dapat mengeliminir Gharar,Maisir dan Riba pada tiap-tiap transaksi asuransi
yang terjadi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana system operasional asuransi syari’ah?
2. Apa yang dimaksud Produk tafakul dan bagaimana mekanisme pengelolaan dana
nya?
3. Bagaimana Mengeliminir Gharar, Maisir dan Riba DalamAsuransi Syariah (Jiwa) dan
Asuransi Syari’ah (Kerugian)?
4. Bagaimanakah Landasan Akad Dalam Asuransi Syariah?

C. Tujuan
Untuk mengetahui cara mengeliminir Gharar,Maisir dan Riba dalam sistem operasional
asuransi syari’ah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Operasional Asuransi Syari’ah

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia adalah salah satu lembaga yang diakui
oleh pemerintah untuk memberikan pedoman dalam pelaksanaan produk-produk syariah di
lembaga-lembaga keuangan syari’ah, termasuk asuransi syariah.

Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam fatwanya No. 21/DSN-
MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah, mendefinisikan asuransi sebagai
berikut:

Asuransi Syari’ah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan/atau
tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syari’ah.1

Dari fatwa tentang Pedoman Umum Asuransi Syari’ah tersebut, dapat diketahui bahwa
sistem operasional asuransi syari’ah menggunakan konseptakaful yaitu saling menanggung yang
dilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing
mengeluarkan dana tabarru’ (dana ibadah, sumbangan, derma) yang ditujukan untuk
menanggung resiko dan saling memberi perlindungan (ta’min). Konseptakaful ini sesuai dengan
firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 2:

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.(Q.S Al-Maidah:2)

DanHadits Nabi Muhammad SAW:

1
Gemala dewi dkk, Hukum Perikatan di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 170

2
Artinya: “Seorang mu’min dengan mu’min yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian
menguatkan bagian yang lain”. (HR. Muslim dari Abu Musa al-Asy’ari)

Artinya: “Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai
bagaikan tubuh (yang satu); jika satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut
menderita”. (HR. Muslim dari Nu’man bin Basyir)

Satu hal yang sangat ditekankan dalam takaful adalah meniadakan tiga unsur yang selalu
dipertanyakan, yakni ketidakpastian (gharar), untung-untungan (maisir), dan bunga alias
riba.Tentu saja perusahaan asuransi yang menggunakan sistem takaful ini juga tidak akan
melupakan unsur keuntungan yang akan diperoleh oleh nasabah.2

Dalam konseptakaful ini, dana yang dibayarkan oleh peserta asuransi tetap menjadi milik
peserta asuransi tersebut. Perusahaan hanya mendapat amanah untuk mengelolanya.Dari segi
keuntungan, konsep takaful ini menggunakan sistem mudharabah atau sistem bagi
hasil.Keuntungan dibagi antara perusahaan asuransi dengan peserta.

Selain menggunakan konsep takaful, sistem operasional asuransi syari’ah juga dilandasi
oleh tiga prinsip.Prinsip-prinsip asuransi syari’ah harus dilandaskan pada ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam Islam. Para pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah
ditegakkan atas tiga prinsip,yaitu:

1. pertama, saling bertanggung jawab, yang disini para peserta asuransi takaful mempunyai
rasa tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong peserta lain yang
mengalami musibah ataupun kerugian dengan mempunyai niat yang ikhlas, karena
memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah. Hal ini dapat memperhatikan
seperti dalam suatu hadist yang artinya: ”Rasa tanggung jawab terhadap sesama
merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dan rasa tanggung jawab itu lahir dari sifat
saling menyayangi, mengasihi, saling memabantu dan mementingkan kebersamaan untuk
mendapatkan kemakmuran bersama dalam mewujudkan masyarakat yang beriman,
takwa dan harmonis”.

2
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Depok: Kencana, 2006), hlm. 299

3
Dengan demikian, maka asuransi takaful merealisir perintah Allah Swt dalam al-sunnah
mengenai kewajiban untuk tidak memperhatikan kepentingan diri sendiri tetapi juga
mementingkan orang lain ataupun masyarakat.
2. saling bekerja sama ataupun saling membantu, disini peserta asuransi takaful yang satu
dengan yang lainya saling bekerja sama dan juga saling tolong menolong untuk
mengatasi kesulitan disebabkan musibah yang diderita. Seperti yang tetera dalam firman
Allah Swt Qs. Al-maidah ayat 2.
3. saling melindungi penderitaan satu sama lain, dalam hal ini yang berarti bahwa para
peserta asuransi takaful berperan sebagai pelindung bagi peserta lain yang sedang
mengalami kesusahan. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah Qs. Quraisy ayat
4 yang Artinya:“Allah yang telah menyediakan makanan untuk menghilangkan bahaya
kelaparan dan menyelamatkan/mengamankan mereka dari bahaya ketakutan.” (Q.S
Quraisy:4)

Maka demikian asuransi takaful merealisir perintah Allah Swt dalam Al-Qur’an dan
Rasulullah SAW dalam al-sunnah tentang kewajiban saling melindungi antara sesama dan juga
masyarakat.3

Selain empat prinsip tadi, asuransi syari’ah juga memiliki prinsip-prinsip dasar, yaitu
tauhid, keadilan, tolong-menolong, kerja sama, amanah, kerelaan, larangan riba, larangan maysir,
larangan gharar.

B. Produk Takaful (Asuransi Syariah) dan Mekanisme Pengelolaan Dana-Nya

Asuransi atau sering disebut dengan istilah takaful terbagi atas dua jenis produk, yaitu:

1. Takaful jiwa (life insurance)


a. Takaful dana siswa
Perlindungan untuk perorangan yang bertujuan menyediakan dana pendidikan.
b. Takaful dana investasi

3
Gemala dewi , Aspek-aspek hukum dalam perbankan dan peransuransian syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana ,
2005), hlm. 146

4
Merupakan perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan
merencanakan pengumpulan dana investasi yang diperuntukkan bagi ahlli
warisnya atau sebagai bekal untuk hari tuanya.
c. Takaful dana haji
Bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan
pengumpulan dana untuk biaya menjalankan ibadah haji
d. Takafil khairat
Merupakan suatu perlindungan kumpulan bagi perusahaan pemerintah ataupun
swasta, organisasi yang berbadan hukum atau usaha yang bermaksud
menyediakan santunan meninggal untuk ahli waris jika peserta atau karyawan
meninggal.
2. Takaful kerugian (general insurance)
a. Takaful kebakaran
Memberikan perlindungan terhadap kerugian dan kerusakan sebagai akibat
terjadinya kebakaran.
b. Takaful kendaraan
Memberikan perlindungan terhadap kerugian dan kerusakan atas kendaraan yang
dipertanggungkan akibat terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan (sebagaian
maupun keseluruhan, tindak pencurian, tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga.
c. Takaful Kecelakaan
Memberikan perlindungan terhadap risiko sebagai akibat kecelakaan yang dapat
mengakibatkan kematian, cacat keseluruhan, maupun cacat sebagian.4

Adapun mekanisme pengelolaan dana dari takaful keluarga dan takaful umum
adalah sebagai berikut:
a. Takaful Keluarga
Pengolaan dana Asuransi Syariah pada takaful keluarga, terdapat dua macam
sistem yang dipakai, yaitu sistem pengelolaan dana dengan unsur tabungan dan sistem dana
tanpa unsur tabungan. Untuk aktivitas asuransi syariah takaful keluarga tanpa mengandung

4
Ibid., hlm. 173-174

5
unsur tabungan, mekanisme operasional takaful umum, sebagaimana akan diterangkan
kemudian. Sedangkan mekanisme operasional pengelolaan dana pada asuransi takaful
keluarga dengan unsur tabungan adalah seperti suatu gambaran dibawah ini.
Setiap premi takaful yang telah diterima akan dimasukkan ke dalam:
1. Rekening tabungan, yaitu rekening tabungan peserta.
2. Rekening khusus/ tabarru’, yaitu rekening yang diniatkan derma dan digunakanuntuk
membayar klaim (manfaat takaful) kepada ahli waris, apabila ada diantara peserta yang
ditakdirkan meninggal dunia atau mengalami musibah lainnya.
Premi takaful akan disatukan kedalam “kumpulan dana peserta” yang kemudian
diinvestasikan dalam pembiayaan-pembiayaan proyek yang dibenarkan secara syariah.
Keuntungan yang diperoleh dari investasi itu kemudian akan dibagikan sesuai dengan
perjanjian mudharabah yang disepakati bersama misalnya 70% dari keuntungan untuk
peserta dan 30% untuk perusahaan takaful.
Atas bagian keuntungan milik peserta (70%) akan ditambahkan ke dalam rekening
tabungan dan rekening khusus secara proporsional. Rekening tabungan akan dibayarkan
apabila pertanggungan berakhir atau mengundurkan diri dalam masa pertanggungan.
Sedangkan rekening khusus akan dibayarkan apabila peserta meninggal dunia dalam masa
pertanggungan atau pertanggungan berakhir (jik ada). Sedangkan bagian keuntungan milik
pereusahaan (30%) akan digunakan untuk mebiayai operasional perusahaan.

b. Takaful Umum

Setiap premi takaful yang diterima akan dimasukkan ke dalam rekening khusus yaitu
rekening yang diniatkan derma/tabarru’ dan digunakan untuk membayar klaim kepada
peserta apabila terjadi musibah atas harta benda atau peserta itu sendiri.
Premi takaful akan dikelompokkan ke dalam “kumpulan dana peserta” untuk
kemudian diinvestasikan ke dalam pembiayaan-pembiayaan proyek yang dibenarkan
secara syariah. Keuntungan investasi yang diperoleh akan dimasukkan ke dalam kumpulan
dana peserta untuk kemudian dikurangi “beban asuransi” (klaim, premi asuransi). Bila

6
terdapat kelebihan sisa akan dibagikan menurut prinsip mudharabah. Bagian keuntungan
milik peserta akan dikembalikan kepada peserta yang tidak mengalami musibah sesuai
dengan penyertaanya. Sedangkan bagian keuntungan yang diterima perusahaan akan
digunakan untuk mambiayai operasional perusahaan. 5

C. Mengeliminir Gharar, Maisir dan Riba DalamAsuransi Syariah (Jiwa) dan


Asuransi Syari’ah (Kerugian)

Sebagaimana diketahui bahwa akad merupakan salah satu persoalan pokok dalam asuransi
konvensional yang menjadikannya diharamkan oleh para ulama.Karena dengan akad yang ada di
asuransi konvensional, dapat berdampak pada munculnya gharar dan maisir.Oleh karena itu, para
ulama mencarai solusi bagaimana agar masalah gharar, maisir dan riba dapat dihindarkan. 6Selain
akad, konsep yang digunakan dalam asuransi syariah juga dapat mengeliminir terjadinya masalah
gharar, maisir dan riba dalam asuransi syariah.Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dalam
makalah ini tentang sistem operasional asuransi syariah, yaitu mengenai konsep takaful.

1 . Masalah Gharar

Masalah gharar (penipuan) muncul karena akad yang dipakai dalam asuransi jiwa
konvensional adalah akad tabaduli (akad pertukaran; jual-beli). Sesuai dengan syarat-syarat akad
pertukaran, maka harus jelas berapa pembayaran premi dan berapa uang pertanggungan yang
akan diterima. Masalah hukum (syariah) di sini muncul karena kita tidak bisa menentukan secara
tepat jumlah premi yang akan dibayarkan. Jumlah premi yang akan dibayarkan sangat
bergantung pada takdir, tahun berapa kita meninggal atau mungkin sampai akhir kontrak kita
tetap hidup. Di sinilah gharar terjadi.

Sedangkan dalam asuransi kerugian konvensional, akad yang digunakan adalah akad
mu’awadhah.Yaitu, suatu perjanjian dimana pihak yang memberikan sesuatu kepada pihak lain,
berhak menerima pengganti dari pihak yang diberi nya.

5
Ibid., hlm. 42-44
6
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, ( Jakarta: Gema
Insani Press, 2004), hlm. 174

7
Dalam asuransi syariah, masalah gharar ini dapat diatasi dengan mengganti akad tabaduli
dengan akad takafuli (saling menanggung; tolongmenolong) atau akad tabarru’ dan akad
mudharabah (bagi hasil).Dengan akad tabarru’, persyaratan dalam akad pertukaran tidak perlu
lagi atau gugur. Sebagai gantinya, maka asuransi syariah menyiapkan rekening sebagai rekening
dana tolong-menolong atau rekening tabarru’ yang telah diniatkan (diakadkan) secara ikhlas
setiap peserta untuk masuk asuransi.

Oleh karena itu, dalam mekanisme dana di asuransi syariah, premi yang dibayarkan peserta
dibagi dalam dua rekening, yakni rekening peserta dan rekening tabarru’. Pada rekening tabarru’
inilah ditampung semua dana tabarru’ peserta sebagai dana tolong-menolong atau dana
kebajikan, yang jumlahnya sekitar 5-10% dari premi pertama (tergantung usia). Selanjutnya
daridana ini pula klaim-klaim peserta dibayarkan apabila ada di antara peserta yang meninggal
atau mengambil nilai tunai.

Seperti contoh ilustrasi yang diberikan oleh Syafi’i Antonio dalam asuransi jiwa.Dalam
konsep asuransi syariah, semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin satu sama
lainnya. Sehingga, jika peserta (A) meninggal, peserta (B), (C), dan (Z) harus membantunya,
demikian sebaliknya.Dalam hal ini yang menjadi masalah adalah bagaimana jika tuan (A)
mengambil paket asuransi 10 tahun dengan besar paket pertanggungan misalnya 10 juta. Apabila
pada tahun keempat, tuan (A) meninggal dan baru membayar premi 4 juta, maka ahli warisnya
mendapat jumlah penuh 10 juta. Pertanyaan yang muncul, dari mana sisa 6 juta diperoleh.Uang
yang 6 juta inilah oleh para ulama disebut gharar.

Dalam konsep takaful, setiap pembayaran premi pajak sejak awal akan dibagi dua, masuk ke
rekening khusus peserta yang telah diniatkan tabarru’ atau derma untuk membantu saudaranya
yang lain jika ada yang mendapat musibah. Dengan demikian, dari rekening khusus inilah sisa 6
juta diatas tadi diambil, dan semua peserta sejak awal masuk sudah ikhlas untuk memberikan
derma.7

Sedangkan dalam asuransi syariah (kerugian), akad yang mendasarinya adalah tabarru’,
dimana pihak pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu (kontribusi/premi) tanpa ada keinginan
untuk menerima apapun dari orang yang menerima, kecuali hanya mengharapkan ridha Allah.

7
Ibid., hlm. 174-175

8
2 . Masalah Maisir

Sebagaimana diketahui bahwa maisir adalah adanya salah satu pihak yang untung namun di
lain pihak justru mengalami kerugian. Misalnya, seorang peserta dengan alasan tertentu ingin
membatalkan kontraknya sebelum reserving period, biasanya tahun ketiga, maka yang
bersangkutan tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil
saja. Di sini terjadi maisir, di mana ada pihak yang untung dan ada pihak yang dirugikan.

Dalam asuransi syariah yang menggunakan konseptakaful, reversing period bermula dari
awal akad di mana setiap peserta mempunyai hak untuk mendapatkan cash value, kapan saja, dan
mendapatkan semua uang yang telah dibayarkannya kecuali sebagian kecil saja. Yaitu, yang
telah diniatkan untuk dana tabarru’ yang sudah dimasukkan ke dalam rekening khusus peserta
dalam bentuk tabarru’ atau dana kebajikan.

3 . Masalah Riba

Pada asuransi syariah, masalah riba (bunga) dieliminir dengan konsep mudharabah (bagi
hasil). Seluruh bagian dari proses operasional asuransi yang di dalamnya menganut sistem riba,
digantikannya dengan akad mudharabah atau akad lainnya seperti wakalah, musyarakah dan
kafalahyang dibenarkan secara syar’i. Baik dalam penentuan bunga teknik, investasi, maupun
penempatan dana pihak ketiga, semua menggunakan instrumen akad syar’i yang bebas dari riba
(bunga).8

Misal dalam hal investasi,cara perusahaan asuransi konvensional melakukan usaha maupun
investasi yang meminjamkan dana premi yang terkumpul atas dasar bunga. Namun dalam
konsep takaful dana premi yang terkumpul diinvestasikan dengan prinsip bagi hasil, terutama
mudhrabah dan musyarakah.

D. Landasan Akad Dalam Asuransi Syariah

1 . At-Ta’awun

8
Ibid., hlm. 175-176

9
At-ta’awun merupakan salah satu prinsip yang menjadi landasan etika dalam mu’amalah
yang Islami.Tak dapat diragukan dengan dalil-dalil yang kuat baik dalam al-Qur’an dan hadits,
maka ta’awun merupakan salah satu prinsip utama dalam interaksi mu’amalah.Bahkan, ta’awun
dapat menjadi fondasi dalam membangun sistem ekonomi yang kokoh, agar pihak yang kuat
membantu yang lemah, masyarakat yang kaya memperhatikan yang miskin dan seterusnya.
Ta’awun merupakan inti dari konsep takaful, di mana antara satu peserta dengan peserta lainnya
saling menanggung resiko melalui mekanisme dana tabarru’ dengan akad yang benar yaitu akad
takafuli atau akad tabarru’.

Sayyid Qutb mengatakan bahwa Islam telah mencampakkan riba dan memerangi segala
bentuknya.Islam menyatakan perang terhadap riba demi menghidupkan semangat ta’awun
(tolong-menolong) dan kasih sayang serta adanya kenyaataan dalam riba di mana pemilik modal
bisa mengambil keuntungan tanpa kerja dan tidak harus menderita kerugian.Oleh sebab itu,
ekonomi suatu negara harus ditegakkan atas asas ta’awun dan bukan di atas riba.Berbagai tujuan
dapat dicapai bedasarkan prinsip ta’awun ini.

2 . Akad at-Tabarru’

Tabarru’ barasal dari kata tabarra’a-yatabarra’u-tabarru’an, artinya sumbangan, hibah, dana


kebajikan atau derma. Dalam al-Qur’an, kata tabarru’ tidak ditemukan. Akan tetapi, tabarru’
dalam arti dana kebajikan dari kata al-birr (kebajikan) dan dalam makna hibah atau pemberian
dapat ditemukan dalam al-Qur’an. Tabarru’ merupakan pemberian sukarela seseorang kepada
orang lain, tanpa ganti rugi, yang mengakibatkan berpindahnya kepemilikan harta itu dari
pemberi kepada orang yang diberi.

Menurut Asy-Syarbani al-Khatib, jumhur ulama mendefinisikan tabarru’ dengan akad yang
mengakibatkan kepemilikan harta, tanpa ganti rugi, yang dilakukan seseorang dalam keadaan
hidup kepada orang lain secara sukarela.

Niat tabarru’ dalam akad asuransi syariah adalah alternatif yang sah yang dibenarkan oleh
syara’ dalam melepaskan diri dari parktek gharar yang diharamkan oleh Allah SWT. Dalam
konteks akad dalam asuransi syariah, tabarru’ bermaksud memberikan dana kebajikan dengan

10
niat ikhlas untuk tujuan saling membantu di antara sesama peserta asuransi apabila ada di
antaranya yang mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan diambil dari rekening dana
tabarru’ yang sudah diniatkan oleh semua peserta ketika akan menjadi peserta asuransi syariah,
untuk kepentingan dana kebajikan atau dana tolong menolong. Karena itu, dalam akad tabarru’,
pihak yang memberi dengan ikhlas memberikan sesuatu tanpa ada keinginan untuk menerima
apapun dari orang yang menerima, kecuali kebaikan dari Allah SWT. Hal ini berbeda dengan
akad mu’awadhah dalam asuransi konvensional, di mana pihak yang memberikan sesuatu kepada
orang lain berhak menerima penggantian dari pihak yang diberinya.

Dalam fatwa DSN MUI, No. 21/DSN-MUI/X/2001, disebutkan bahwa yang dimaksud akad
tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong-
menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. Dalam akad tabarru’, peserta memberikan
hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah, sedangkan
perusahaan hanya bertindak sebagai pengelola.

Dalam bisnis asuransi syariah, karena melalui akad khusus, kemanfaatan dana tabarru’ hanya
terbatas pada peserta asuransi saja. Ini berarti setiap peserta setuju bahwa sebagian tertentu dari
dana penyertaannya yang dibayar dibuat dalam konsep tabarru’. Uang yang terkumpul dari
tabarru’ oleh semua peserta asuransi syariah akan digunakan oleh perusahaan untuk bantuan
keuangan bagi peserta lain yang menderita kerugian atau kehilangan akibat ditimpa oleh sesuatu
bencana. Dengan kata lain, kumpulan dana tabarru’ hanya dapat digunakan untuk kepentingan
para peserta asuransi saja yang mendapat musibah. Jika dana tabarru’ tersebut digunakan untuk
kepentingan lain, ini berarti melanggar syarat akad.

Wahbah az-Zuhaily (1409 H) kemudian mengatakan bahwa tidak diragukan lagi bahwa
asuransi ta’awuni dibolehkan dalam syariah Islam, karena hal itu termasuk akad tabarru’ dan
sebagai bentuk tolong-menolong dalam kebaikan.Karena setiap peserta membayar premi secara
sukarela untuk meringankan dampak resiko dan memulihkan kerugian yang dialami salah
seorang peserta asuransi.

3 . Akad Takaful

11
Kata takaful berasal dari bahasa Arab takafala-yatakafalu yang secara etimologis berarti
menjamin atau saling menanggung.Kata takaful sendiri sebenarnya tidak dijumpai dalam al-
Qur’an, namun terdapat sejumlah kata yang seakar dengannya.

Dalam pengertian mu’amalah, takaful mengandung arti saling memikul resiko di antara
sesama peserta sehingga antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas resiko yang
lainnya, dilakukan atas dasar saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (wa
ta’awanu ‘ala al-birr wa at-taqwa) dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’ yang
ditujukan untuk menanggung resiko.

Takaful dalam pengertian mu’amalah di atas, ditegakkan di atas tiga prinsip dasar, yaitu
saling bertanggung jawab, saling bekerja sama dan saling membantu serta saling melindungi.
Menurut Juhaya S. Praja, dasar pijak takaful dalam asuransi adalah mewujudkan hubungan
manusia yang Islami di antara para pesertanya yang sepakat untuk menanggung bersama di
antara mereka, atas resiko yang diakibatkan musibah yang diderita oleh peserta sebagai akibat
dari kebakaran, kecelakaan, kehilangan, saki dan sebagainya. Semangat asuransi takaful adalah
menekankan kepada kepentingan bersama atas dasar rasa persaudaraan, baik berdasarkan
kesamaan keyakinan (ukhuwwah islamiyyah) maupun atas dasar kesamaan derajat manusia
(ukhuwwah insaniyyah), di antara para peserta.

Implementasi akad takaful dan tabarru’ dalam sistem asuransi syariah direalisasikan dalam
bentuk pembagian setoran premi menjadi dua. Untuk produk yang mengandung unsur tabungan
(saving), maka premi yang dibayarkan akan dibagi ke dalam rekening dana peserta dan rekening
tabarru’. Sedangkan untuk produk yang tidak mengandung unsur tabungan (non-saving), setiap
premi yang dibayar akan dimasukkan seluruhnya ke dalam rekening tabarru’.Keberadaan
rekening tabarru’ menjadi sangat penting untuk menjawab pertanyaan seputar ketidakjelasan
(gharar) dalam asuransi dari sisi pembayaran klaim.

Selanjutnya, dana yang terkumpul dari peserta (shahib al-mal) akan diinvestasikan oleh
pengelola (mudharib) ke dalam instrumen-instrumen investasi yang tidak bertentangan dengan
syariah. Apabila dari hasil investasi diperolah keuntungan (profit), maka setelah dikurangi
beban-beban asuransi, keuntungan tadi akan dibagi antara shahib al-mal (peserta) dan mudharib

12
(pengelola) berdasarkan akad mudharabah (bagi hasil) dengan rasio (nisbah) yang telah
disepakati di awal.9

M. Arif Hakim, “At-Ta’min At-Ta’awuni: Alternatif Asuransi Dalam Islam”. Jurnal Muqtasid Volume 2.Nomor 2,
9

Desember 2011, hlm. 265-267

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam sistem operasional asuransi
syari’ah didasari oleh prinsip-prinsip asuransi syariah dan konsep asuransi syariah. Konsep
takaful dalam asuransi syariahyaitu saling menanggung yang dilakukan atas dasar saling tolong
menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru’(dana ibadah,
sumbangan, derma) yang ditujukan untuk menanggung resiko dan saling memberi perlindungan
(ta’min). Konsep takaful ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 2:

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.(Q.S Al-Maidah:2)

Asuransi atau sering disebut dengan istilah takaful terbagi atas dua jenis produk, yaitu:

3. Takaful jiwa (life insurance):


e. Takaful dana siswa
f. Takaful dana investasi
g. Takaful dana haji
h. Takafil khairat
4. Takaful kerugian (general insurance):
d. Takaful kebakaran
e. Takaful kendaraan
f. Takaful Kecelakaan

Untuk mengeliminir masalah gharar, maisir dan riba.Asuransi syari’ah menggunakan


akad takaful dan tabaru’.Dalam mekanisme dana di asuransi syariah, premi yang dibayarkan
peserta dibagi dalam dua rekening, yakni rekening peserta dan rekening tabarru’. Dalam konsep
takaful, bahwa setiap pembayaran premi sejak awal akan dibagai dua, akan masuk ke rekening
pemilik polis (peserta) dan yang satu dimasukkan ke dalam rekening khusus peserta yang
diniatkan untuk tabarru’ untuk menolong saudaranya yang lain. Dengan demikian, dana klaim

14
tersebut dalam konsep takaful diambil dari dana tabarru’ yang merupakan kumpulan dana
shadaqah yang diberikan oleh para peserta. Pada asuransi syariah, masalah riba (bunga)
dieliminir dengan konsep mudharabah (bagi hasil). Seluruh bagian dari proses operasional
asuransi yang di dalamnya menganut sistem riba, digantikannya dengan akad mudharabah atau
akad lainnya seperti wakalah, musyarakah dan kafalah yang dibenarkan secara syar’i.

B. Saran

Tentunya makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu di perbaiki entah dari segi
penulisanya maupun tanda penulisan lainya dan makalah ini di perlukan kritikan maupun saran
yang membangun dari pembaca agar dapat di pahami oleh si pembaca maupun si penulis
,kemudian untuk lebih maksimal dalam memahami tentang pembahasan di harapkan kepada
pembaca untuk mencari bahan-bahan bacaan lainya yang berkenaan dengan materi dalam
makalah ini ,sehingga di harapkan dapat menambah pengetahuan sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Gemala, dkk. 2005. Hukum Perikatan di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Dewi, Gemala. 2005. Aspek-aspek hukum dalam perbankan dan peransuransian syariah
di Indonesia .Jakarta: Gema Insani Press.

M. Arif Hakim.“At-Ta’min At-Ta’awuni: Alternatif Asuransi Dalam Islam”. Jurnal


Muqtasid Volume 2.

Muhammad, Sula, Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan
Sistem Operasional,

Nasution, Mustafa, Edwin. 2006. Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam. Depok:


Kencana.

Nomor 2, Desember 2011.

16

Anda mungkin juga menyukai