Disusun oleh :
MUHAMMAD ALFIN ANSHARY
NIM.2003010640
MUHAMMAD AULIA RIZKY ANSYARI
NIM.2003011179
NADILA SAPUTRI
NIM.2003010630
Dibimbing oleh :
Dr. Dwi Wahyu Artiningsih, MM
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ ASURANSI SYARIAH ”
Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Lembaga Keuangan Syariah. Selain itu juga menambahkan wawasan para pembaca sekalian
tentang Asuransi Syariah. Mengingat hal tersebut penting kedudukannya dalam kehidupan kita.
Semoga makalah ini mampu untuk menambah sedikit ilmu.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini memang jauh dari
kesempurnaan, baik dalam isi, susunan maupun penyajiannya. Banyak sekali hambatan dalam
menyelesaikan makalah ini. Mulai dari kurangnya sumber referensi buku yang tersedia hingga
kekompakan antar anggota kelompok yang belum maksimal.
Untuk itu, segala kritik dan saran dari teman-teman semuanya dibutuhkan. Agar selanjutnya
dapat kami jadikan sebagai pijakan, supaya pada makalah berikutnya bisa lebih baik lagi.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian dari asuransi syariah.
2. Untuk mengetahui sejarah dan dasar hukum asuransi syariah.
3. Untuk mengetahui pendapat ulama mengenai asuransi syariah.
4. Untuk mengetahui manfaat dan risiko dalam asuransi syariah.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan asuransi syariah.
2
BAB II PEMBAHASAN
3
Langkah awal yang dilakukan TEPATI dalam membentuk asuransi yang berdasarkan syariah
adalah melakukan studi banding ke syariakat takaful malaysia sendirian berhad Kuala Lumur pada
tanggal 7 sampai dengan 10 September 1993. Hasil studi banding ini diseminarkan di Jakarta pada
tanggal 19 Oktober 1993 yang merekomendasikan untuk segera dibentuk Asuransi Takaful
Indonesia. Kemudian TEPATI merumuskan dan menyusun konsep asuransi takaful serta
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk mendirikan sebuah perusahaan asuransi.
Akhirnya tanggal 23 Agustus 1994, Asurandi Takaful Indinesia berdiri secara resmi. Pendirian ini
dilakukan secara resmi di Puri Agung Room Hotel Syahid, Jakarta. Izin operasionalnya diperoleh
dari Departemen Keuangan melalui surat Keputusan nomor Kep-385/KMK.017/1994 tanggal 4
Agustus 1994.
• Dasar Hukum Asuransi Syariah
- Dasar hukum di dalam Al Quran
Asuransi syariah memiliki dasar-dasar yang juga ada dalam hadis dan ayat dalam Al Quran, yaitu:
1. Al Maidah 2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
2. An Nisaa 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap mereka.”
3. HR Muslim dari Abu Hurairah: “Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan
di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat.”
Adapun beberapa ketegasan dasar hukum dari Pemerintah ini bisa dilihat di BAB I, Pasal I nomor
1 hingga 3, yaitu:
1. Pasal 1 Nomor 1
4
Asuransi berdasarkan prinsip Syariah adalah usaha saling tolong-menolong (ta’awuni) dan
melindungi (takafuli) di antara para nasabah melalui pembentukan kumpulan dana (tabbaru’) yang
dikelola dengan prinsip syariah untuk menghadapi risiko tertentu.
2. Pasal 1 Nomor 2
Perusahaan adalah perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang menyelenggarakan
seluruh atau sebagian usahanya berdasarkan prinsip syariah.
3. Pasal 1 Nomor 3
Nasabah adalah orang atau badan yang menjadi nasabah program asuransi dengan prinsip Syariah,
atau perusahaan asuransi yang menjadi nasabah reasuransi dengan prinsip syariah.
Perlindungan yang ditawarkan melalui asuransi syariah kini sudah jelas bahwa hukumnya halal
sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh MUI. Di samping itu, tiap perusahaan asuransi yang
memiliki produk berbasis syariah turut memiliki anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
bertugas memastikan semua produk syariah dijalankan dengan mengikuti syariat.
1. Ulama fiqih termasuk kelompok pertama diantaranya Syaikh Ibnu Abidin dari MAzhab Hanafi,
orang yang pertama kali berbicara tentang asuransi dalam fiqih, Syaikh Muhammad Bakhti Al-
Muthi seorang mufti Mesir (1854-1935), Syaikh Muhammad Yusuf al-Halal Wa Haram fil Islam ,
Dr. Muhammad Muslihuddin Guru besar Hukum Islam Universitas London dan prof. Dr. Wahbah
al-Zuhaili ulama fiqih Guru Besar Universitas Damasqus pengarang kitab al-Fiqih al-islami wa
Adillatuhu. Mereka mengharamkan asuransi dengan alasan ;
- Asuransi sama dengan judi, karena tertanggung mengharapkan sejumlah harta tertentu seperti
halnya judi.
- Asuransi mengandung ketidakjelasan dan ketidakpastian (jahalat wa al- Gharar), karena
tertanggung diwajibkan membayar sejumlah premi yang telah ditentukan, sedangkan berapa
jumlah yang kan dibayar tidak jelas. Lebih dari itu belum ada kepastian apakah jumlah tertentu itu
akan diberikan kepada tertanggung atau tidak. Hal ini sangat tergantung pada peristiwa yang telah
disepakati dan ditentukan.mungkin ia akan memperoleh seluruhnya, tetapi mungkin juga tidak
akan memperoleh sama sekali.
- Asuransi mengadungd unsur Riba, karena tertanggung akan memperoleh sejumlah uang yang
lebih besar daripada premi yang dibayarkan.
- mengandung unsur eksploetasi karena tertanggung kalau tidak dapat membayar preminya
uangnya bisa hilang atau dikurangi dari jumlah uang premi yang telah dibayarkan.
2. Ulama fiqih yang termasuk kekelompok kedua diantaranya Mustofa Ahmad Zarqa' Guru Besar
fakultas syariah universitas siri, Muhammad Yusuf Musa Guru besar Hukum Islam Univrsitas
5
Kairo, Abdul Rahman Isya pengarang kitab al-Mu'amalat al-Hadistah wa Ahkumuha, mereka
memperbolekan asuransi secara mutlak tanpa terkecuali dengan alasan sebagai berikut :
- Tidak ada Nash Al-Quran dan Hadis yang mengandung asuransi.
- Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah pihak.
- Asuransi saling menguntungkan kedua belah pihak.
- Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab uang premi yang terkumpul dapat di
investasikan dalam kegiatan pembangunan.
- Asuransi termasuk akad mudharabah antara pemegang polis dan pemegang asuransi.
- Asuransi termasuk syirkah ta'wuniah, yaitu usaha bersama yang didsarkan prinsip tolong
menolong.
Masfud Zuhadi cenderung kepada pendapat yang kedua ini dengan menambahkan alasan - alasan
sebagai berikut :
-Sesuai kaidah hukum Islam
Yang artinya "pada prinsipnya pada semua akad itu boleh, sehingga ada dalil yang melarangnya"
- Sesuai dengan tujuan pokok islam yaitu untuk menarik atau mencari kemaslahatan dan menolak
atau menghindari kerusakan.
- Sesuai dengan akidah hukum Islam.
Asuransi tidak sama dengan judi karena asuransi bertujuan mengurangi resiko dan bersifat sosial
serta membawa maslahat bagi keluarga, sedangkan judi justru menciptakan resiko, tidak bersifat
sosial dan membawa malapetaka bagi pelakunya.
- Sesuai dengan asa dan prinsip hukum Islam
yaitu meniadakan kesempatan dan kesukaran serta berusaha mewujudkan hidup berdampingan
dan bergotong royong.
3. Ulama fiqih yang termasuk kedalam kelompok ketiga diantaranya Muhammad Abu Zahra,
Guru besar Hukum islam universitas kairo, Abu Zahra menyimpulkan bahwa asuransi yang
bersifat sosial ( tolong-menolong) adalah halal dan sebagai aktifitas alami yang perlu diwujudkan
keberadaannya.
4. Ulama fiqih yang menganggap asuransi sebagai subhat, dengan alasan tidak ada dalil yang
secara tegas mengharamkannya dan menghaalkannya, sementara dapat dirasakan pada asuransi
terkandung keuntungan sekaligus kerugian pada pihak- pihak yang terlibat.
Didalam Al-Quran dan Al- Hadis tidak satupun ketentuan ketentuan yang mengatur secara
eksplisit tentang asuransi. Oleh karena itu masalah asuransi dalam islam termasuk "ijtihadiah"
artinya untuk mentukan hukum asuransi ini halal atau haram masih diperlukan peranan akal
pikiran para ulama ahli fiqih melalui ijtihad.
5. Golongan pendapat yang membolehkan asuransi dengan syarat dan catatan tertentu
Asuransi menurut golongan ini boleh tetapi dengan syarat dan catatan tertentu. Alasan mengapa
golongan ini membolehkan asuransi dengan syarta tertentu adalah sebagai berikut :
- Dalam muamalah hukum asalanya adalah boleh (ibadah), selama tidak ada nash yang
melarangnya.
- Asuransi sudah menjadi dharurah ijtima'iyah, khususnya di negara-negara maju.
6
Diantara syarat-syarat diperbolehkannya asuransi yaitu ;
- menghilangkan unsur-unsur yang diharamkan yang terdapat dalam asuransi, yaitu gharar, riba
dan maisir.
- merubah sistem asuransi yang bersifat jual - beli (tabaduli) menjadi sistem yang bersifat tolong
menolong (ta'awuni), dimana peserta asuransi saling tolong menolong terhadap peserta lain yang
tertimpa musibah.
- Konsekusensinya adalah menjadikan premi yang dibayarkan peserta sebagainya dijadikan
tabarru (hibah/derma) yang dikeloa dalam satu fund khusus, yang peruntukannya khusus untuk
memberikan manfaat asuransi.
- Pengelolaan dana atau invsetasinya haruslah pada proyek-proyek yang sesuai dengan syariah.
7
peserta yang mengalami musibah, maka iuran para peserta yang terkumpul bisa digunakan untuk
menolongnya.
6. Transparan
Pengelolaan dana dalam asuransi syariah sangat transparan, karena sudah ditentukan sejak awal.
Jadi, nasabah paham ke mana saja dana iuran mereka dialokasikan. Misalnya, ada yang ditaruh
untuk investasi, ada yang untuk cadangan klaim.
8
Sebagian dari dana terkumpul akan diinvestasikan oleh perusahaan asuransi. Nah, keuntungan
yang didapat dari investasi tersebut akan dibagi secara adil kepada setiap peserta. Berbeda dengan
asuransi konvensional, hasil investasi hanya akan diterima oleh perusahaan saja.
Selain itu, surplus underwriting (selisih dana terkumpul) juga akan dibagikan kepada para peserta
sesuai dengan porsinya masing-masing.
10. Wakaf
Wakaf adalah salah satu manfaat asuransi syariah bagi masyarakat yang tidak ada di asuransi
konvensional. Maksud dari wakaf adalah penyerahan harta yang bertahan lama kepada penerima
manfaat sebagai bentuk kebajikan. Jadi, produk asuransi syariah memungkinkan pesertanya ikut
berpartisipasi dalam kebaikan.
9
Risiko harta berkaitan dengan kepemilikan suatu benda akibat pencurian, kehilangan, ataupun
kerusakan. Risiko harta memiliki dua jenis yakni kerugian secara langsung (direct losses) dan
kerugian tak langsung (consequential).
7. Risiko tanggung gugat (liability risk)
Terakhir, ada risiko tanggung-jawab yang harus kamu berikan kepada pihak lain. Simpelnya,
risiko ini membuatmu menanggung kerugian orang lain akibat ulah atau hal yang kamu lakukan.
Contohnya dalam dalam peristiwa kecelakaan, saat kamu menabrak orang lain, inilah yang
disebut dengan risiko tanggung-gugat (liability risk).
4. Kerja sama
Kesepakatan antara peserta dan perusahaan asuransi adalah bentuk kerja sama yang disepakati
melalui akad yang adil dan bertanggung jawab.
5. Amanah
Prinsip amanah diterapkan oleh perusahaan maupun peserta. Dalam artian, perusahaan harus
mengelola dana nasabah secara baik, sementara nasabah juga harus mengajukan klaim secara
jujur.
10
Unsur judi adalah di mana salah satu pihak untuk dan yang lain rugi. Hal ini bisa kita lihat pada
kerja sama polis konvensional di mana pembatalan polis akan membuat premi yang sudah
dibayarkan hangus. Berbeda dengan asuransi syariah yang jika nasabah membatalkan polis, uang
iuran tetap bisa kembali.
9. Larangan gharar atau ketidakpastian
Ghahar maksudnya mengandung ketidakpastian dalam perjanjian. Sementara itu, asuransi syariah
menerapkan kontrak yang sejelas-jelasnya dalam polis mengenai cara kerjanya.
10. Larangan risywah atau suap
Baik nasabah maupun perusahaan harus menjauhi kegiatan suap menyuap karena melanggar
aturan syariah.
11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berikut ini kami uraikan hasil kesimpulan makalah ini, yaitu:
Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia umumnya sangat signifikan dari tahun ke tahun.
Namun tetap saja bisa melawan besarnya perkembangan asuransi konvensional untuk beberapa
tahun ke depan. Walaupun demikian, besarnya persentase perkembangan asuransi syariah
ketimbang asuransi konvensional memberikan angin segar bagi para pengguna investasi asuransi
agar berpindah menggunakan asuransi syariah.
Di samping tidak adanya unsur-unsur yang tidak diperbolehkan oleh syariat islam, asuransi
syariah lebih jelas dalam setiap transaksi yang dilaksanakan. Baik masalah premi dan besarnya
jumlah biaya yang di klaim oleh nasabah. Hal tersebut membuat para pemilik modal tertarik untuk
mengembangkan asuransi syariah.
Bahwa Asuransi syariah merupakan usaha tolong menolong dan saling melindungi antar sesama
umat manusia dengan cara menghibahkan sejumlah dana ke dalam bentuk rekening dana tabarru
atau dana kebajikan untuk tolong menolong, yang dapat dimanfaatkan atau diberikan jika salah
satu dari kumpulan umat manusia tadi mengalami suatu risiko tertentu dalam kehidupan ini
seperti kecelakaan, sakit, cacat atau meninggal dunia. Perjanjian antar kumpulan umat manusia
tadi di ikat dalam suatu akad yang sesuai dengan prinsip syariah.
3.2 Saran
Apabila ada kekurangan dan kesalahan, kami selaku penulis meminta maaf yang sebesar-
besarnya. Dimohon kepada pembaca untuk bisa mengoreksi makalah ini dan memberikan kritik
yang membangun agar kami bisa lebih teliti lagi dalam pembuatan makalah.
12
DAFTAR PUSTAKA