Dosen Pengampu :
Dr. Oyong Lisa, SE.,MM.,CMA.,Ak.,CA.,CIBA.CBV,ACPA
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip dasar asuransi syariah...................................................................... 2
2.2 Sistem operasional asuransi syariah............................................................. 5
2.3 Akuntansi transaksi Asuransi syariah.......................................................... 7
2.4 Laporan keungan asuransi syariah .............................................................. 13
2.5 Latihan soal akuntansi transaksi asuransi syariah....................................... 17
i
Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan YME yang telah memberikan kami kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan dari-Nya, kami sekelompok tidak akan bisa
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Akuntasni
Syariah. Makalah ini memuat tentang “Akuntansi Asuransi Syariah”
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sedangkan Sharing Risk yang merupakan pengelolaan asuransi syariah adalah
konsep di mana para peserta memiliki tujuan yang sama yakni tolong menolong,
yakni melalui investasi aset atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu menggunakan akad yang sesuai dengan syariah yang
diwakilkan pengelolaannya ke Perusahaan Asuransi Syariah dengan imbalan Ujrah.
Kontrak/Perjanjian/ Akad
Kontrak/Akad pada asuransi syariah adalah akad hibah (jenis akad tabbarru’) sebagai
bentuk ta’awwun (tolong menolong/saling menanggung risiko di antara peserta)
sesuai dengan syariat Islam. Sedangkan kontrak pada asuransi konvensional yaitu
kontrak pertanggungan oleh perusahaan asuransi kepada peserta asuransi sebagai
tertanggung.
Kepemilikan Dana
Proteksi Syariah menerapkan kepemilikan dana bersama (dana kolektif para peserta).
Jika ada peserta yang mengalami musibah maka peserta lain akan membantu
(memberikan santunan) melalui kumpulan dana tabarru’. Ini adalah bagian dari
prinsip sharing of risk. Sharing of risk ini tidak berlaku pada asuransi konvensional,
di mana perusahaan asuransi yang mengelola dan menentukan dana perlindungan
nasabah yang berasal dari pembayaran premi per bulan.
Surplus Underwriting
3
Memiliki Dewan Pengawas Syariah
Transaksi pada Asuransi Syariah harus terhindar dari unsur Maysir (Untung-
untungan), Gharar (ketidakjelasan), Riba & Risywah (suap).
Halal
4
5. Asuransi Kerugian Syariah
Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung atas kerugian harta benda
yang dipertanggungjawabkan.
6. Asuransi Syariah Berkelompok
Asuransi ini dirancang khusus untuk peserta kumpulan seperti perusahaan, organisasi,
maupun komunitas. Dengan jumlah peserta yang lebih banyak asuransi ini lebih
murah bila dibandingakan dengan asuransi syariah individu.
7. Asuransi Haji dan Umroh
Asuransi ini memberikan perlindungan finansial bagi jama’ah haji/umroh atas
musibah yang terjadi selama menjalankan ibadah haji/umroh. Khusus asuransi haji
telah diatur melalui fatwa MUI nomor 39/DSN-MUI/X/2002 tentang asuransi haji
agar para jamaah mendapatkan ketenangan selama menjalankan ibadah haji.
Penjelasan lebih gamblang berkaitan dengan hal ini diberikan oleh syafi’i.
Antonio. Menurut syafi’i antonio, masalah gharar dalam asuransi jiwa syariah dapat
dieliminir karena akad yang dipakai adalah akad takafuli atau akad tolong-menolong dan
saling menjamin. “dalam konsep asuransi syariah, semua peserta asuransi menjadi
penolong dan penjamin satu sama lainnya. Jika peserta (a) meninggal, peserta (b), (c),
hingga (z) turut membantunya. Demikian pula sebaliknya”.18 sebagai ilustrasi, seorang
peserta asuransi membayar kontribusi Rp. 1 juta /bulan untuk jangka waktu 10 tahun.
5
Setelah dihitung oleh pihak under writing,19 maka peserta tersebut ditetapkan akan
mendapatkan uang pertanggungan sebesar Rp. 150 juta jika meninggal dunia. Namun
peserta tersebut meninggal saat kepesertaannya baru berjalan 4 tahun. Dengan demikian,
peserta tersebut baru menyetorkan dana sebesar Rp. 48 jt. Saat dia meninggal, ahli
warisnya akan memperoleh santunan sebesar Rp. 150 juta. Pertanyaannya, dari mana
dana Rp. 150 juta yang diberikan kepada ahli warisnya sedangkan dananya yang masuk
baru Rp. 48 juta? Jawabannya adalah, dana Rp. 150 juta tersebut diambil dari kas dana
tabarru’ atau dana yang terkumpul dari peserta seluruhnya. Bukankah peserta dalam hal
ini ahli warisnya beruntung dan perusahaan merugi? Tentu tidak demikian, karena dana
tabarru’ merupakan hibah atau derma dari seluruh peserta yang memang diniatkan untuk
membantu jika ada diantara peserta yang mengalami resiko sakit, kecelakaan atau
meninggal. Dana tersebut bukan milik perusahaan melainkan milik bersama peserta.
Perusahaan asuransi hanya menerima amanah untuk mengelolah dana tersebut. Dengan
demikian dalam asuransi syariah tidak ada yang untung dan tidak ada yang rugi. Yang
ada adalah saling tolong menolong satu sama lainnya melalui mekanisme pengumpulan
dana tabarru’ sebagai dana kebajikan. Asuransi syariah menjadi salah satu jalan bagi
seseorang untuk membantu sesamanya jika terkena resiko kehidupan.
Rekening tabungan peserta merupakan dana milik peserta yang dibayarkan bila:
Perjanjian berakhir
Peserta mengundurkan diri dan – Peserta meninggal dunia.
6
Sistem inilah sebagai implementasi dari akad takafuli dan akad
mudhârabah, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari unsur gharar dan
maisir.
Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukkan dalam rekening
tabarru’ perusahaan. Yaitu kumpulan dana peserta yang diniatkan oleh peserta
sebagai iuran dan kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong. Kumpulan
dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam.
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam.
Keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim
dan premi reasuransi) setelah dikeluarkan zakatnya, akan dibagi antara peserta
dan perusahaan menurut kesepakatan dalam suatu perbandingan (porsi bagi hasil)
tetap berdasarkan perjanjian kerja sama antara perusahaan dengan peserta.
7
2. Kontribusi peserta yang diterima bukan merupakan pendapatan entitas pengelola
karena entitas pengelola merupakan wakil para perserta untuk mengelola dana
tabarru’ dan kontribusi peserta tersebut merupakan milik peserta secara kolektif
dalam dana tabarru'.
3. Selain dari kontribusi peserta, perubahan saldo dana tabarru’ juga berasal dari
hasil investasi dana tabarru’ dan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’.
Entitas pengelola melakukan investasi dari dana tabarru’ dalam kedudukannya
sebagai wakil para peserta (jika menggunakan akad wakalah) atau pengelola dana
(jika menggunakan akad mudharabah atau mudharabah musytarakah).
4. Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai dana investasi
mudharabah, dana investasi mudharabah musytarakah, dan dana investasi wakalah.
Bagian pembayaran tersebut bukan merupakan pendapatan entitas pengelola karena
milik peserta secara individual.
Perlakuan akuntansi untuk investasi dengan menggunakan akad mudharabah,
mudharabah musytarakah, dan wakalah mengacu pada PSAK yang relevan.
5. Bagian kontribusi untuk ujrah diakui sebagai pendapatan entitas pengelola secara
garis lurus selama masa akad dan menjadi beban dana tabarru’. Biaya akuisisi diakui
sebagai beban entitas pengelola selaras dengan pengakuan pendapatan ujrah tersebut.
8
c. sebagian surplus underwriting tersebut sebagai penambah saldo dana
tabarru’, sebagian didistribusikan ke peserta secara individual, dan
sebagian lainnya didistribusikan ke entitas pengelola.
2. Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang dialokasikan ke peserta
secara individual dan entitas pengelola diakui sebagai pengurang surplus
underwriting.
3. Surplus underwriting dana tabarru’ yang dialokasikan ke entitas pengelola
diakui sebagai pendapatan entitas pengelola. Surplus underwriting dana
tabarru’ yang dialokasikan ke peserta disajikan dalam liabilitas.
4. Ketika dana tabarru’ mengalami kekurangan kas dan setara kas untuk
membayar klaim, maka entitas pengelola wajib menanggulangi kekurangan
tersebut dalam bentuk pinjaman (qardh). Pengembalian pinjaman tersebut
berasal dari kontribusi peserta di masa depan
b. Penyisihan Teknis
1. Penyisihan teknis untuk asuransi syariah terdiri atas:
a. Kontribusi yang belum menjadi hak (unearned contribution) yaitu jumlah
penyisihan untuk memenuhi estimasi klaim yang timbul pada periode
mendatang. Penyisihan ini untuk akad asuransi syariah jangka pendek.
b. Manfaat polis masa depan yaitu jumlah penyisihan untuk memenuhi
estimasi klaim yang timbul pada periode mendatang. Penyisihan ini
untuk akad asuransi syariah jangka panjang.
c. Klaim yang masih dalam proses (outstanding claims) yaitu jumlah
penyisihan atas estimasi klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai
dengan akhir periode berjalan yang akan dibayar pada periode
mendatang. Penyisihan ini untuk akad asuransi syariah jangka pendek
dan panjang.
d. Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan ( incurred but not reported
claims) yaitu jumlah penyisihan atas klaim yang telah terjadi tetapi tidak
dilaporkan sampai dengan akhir periode berjalan. Penyisihan ini untuk
akad asuransi syariah jangka pendek dan panjang.
9
2. Penyisihan teknis diakui pada saat akhir periode pelaporan
sebagai beban dana tabarru'.
3. Penyisihan teknis diukur sebagai berikut:
a. Kontribusi yang belum menjadi hak dihitung secara individual dari setiap
pertanggungan dan besarnya penyisihan ditetapkan secara proporsional
dengan jumlah proteksi yang diberikan.
b. Manfaat polis masa depan dihitung dengan mencerminkan estimasi
pembayaran seluruh manfaat yang diperjanjikan dan penerimaan
kontribusi peserta di masa depan, dengan mempertimbangkan estimasi
tingkat imbal hasil investasi dana tabarru’.
c. Klaim yang masih dalam proses diukur sebesar estimasi jumlah klaim
yang masih dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah perkiraan
tersebut harus mencukupi untuk mampu memenuhi klaim yang terjadi
dan dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan.
d. Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar
estimasi jumlah klaim akan dibayarkan pada tanggal pelaporan
berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang terkait dengan
klaim paling kini yang dilaporkan. Perhitungan penyisihan teknis tersebut
memasukan bagian reasuransi atas klaim.
e. Tes kecukupan dilakukan terhadap penyisihan teknis yang
dibentuk dengan menggunakan estimasi paling kini atas arus kas masa
depan berdasarkan akad asuransi syariah. Ketika terjadi kekurangan
maka diakui sebagai beban dana tabarru.
10
PENYAJIAN
a. Penyisihan teknis disajikan secara terpisah di liabilitas dalam laporan posisi
keuangan.
b. Saldo dana tabarru’ dan saldo dana investasi peserta disajikan di dana peserta
yang terpisah dari liabilitas dan ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
PENGUNGKAPAN
a. Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait kontribusi peserta meliputi,
tetapi tidak terbatas pada:
1. Kebijakan akuntansi untuk:
kontribusi yang diterima dan perubahannya;
pembatalan polis asuransi dan konsekuensinya
2. Piutang kontribusi peserta;
3. Rincian kontribusi peserta berdasarkan jenis asuransi;
4. Jumlah dan persentase komponen kontribusi peserta untuk
bagian risiko dan ujrah dari total kontribusi peserta per jenis
asuransi;
5. Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana
tabarru’;
6. Jumlah pinjaman kepada dana tabarru’ (jika ada).
11
variabel risiko yang paling mungkin terjadi pada akhir periode pelaporan,
serta metode dan asumsi yang digunakan dalam menyiapkan analisis
sensitivitas;
informasi kualitatif tentang sensitivitas, serta informasi tentang persyaratan
dan ketentuan akad asuransi syariah yang memiliki dampak material
terhadap jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan dana
tabarru’;
konsentrasi risiko asuransi, termasuk penjelasan bagaimana manajemen
menentukan konsentrasi dan penjelasan dari kesamaan karakteristik yang
menandakan masing-masing konsentrasi (contohnya jenis kejadian yang
diasuransikan, area geografis, atau mata uang);
klaim aktual dibandingkan dengan estimasi sebelumnya (claim
development).
c. Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait
dengan dana investasi meliputi, tetapi tidak terbatas pada:
1. Kebijakan akuntansi untuk pengelolaan dana investasi yang berasal dari
peserta;
2. Rincian jumlah dana investasi berdasarkan akad yang digunakan dalam
pengumpulan dan pengelolaan dana investasi.
3. Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait penyisihan teknis meliputi,
tetapi tidak terbatas pada:
Jenis penyisihan teknis (saldo awal, jumlah yang ditambahkan dan
digunakan selama periode berjalan, dan saldo akhir);
Dasar yang digunakan dalam penentuan jumlah untuk setiap penyisihan
teknis dan perubahan basis yang digunakan.
d. Entitas pengelola mengungkapkan informasi terkait saldo dana tabarru’ meliputi,
tetapi tidak terbatas pada:
1. Pihak yang menerima pengalihan saldo dana tabarru’ jika terjadi likuidasi atas
produk atau entitas pengelola;
2. Jumlah yang dijadikan sebagai dasar penentuan alokasi surplus underwriting.
12
3. Entitas pengelola mengungkapkan rincian aset dari dana tabarru’, dana
investasi peserta, dan entitas pengelola.
Berdasarkan PSAK no. 108 tahun 2016 laporan keuangan syariah terdiri dari:
b. Kewajiban
Berikut yang termasuk dalam kategori kewajiban antara lain:
1. Penyisihan iuran belum menjadi pendapatan
13
2. Claim debt, yaitu penerimaan klaim yang diperoleh dari peserta serta belum
dibayarkan
3. Sejumlah klaim belum terlaporkan
4. Pihak reasuransie, pembayaran klaim yang harus dibayarg
5. Pihak peserta, tagihan surplus underwritting dana tabarru yang harus dibayar
6. Hutang reasuransi, mengenai premi asuransi untuk disetorkan pada perusahaan
reasuransi
7. Hutang deviden
8. Hutang pajak
9. Upah dibayar dimuka
10. Peny. Klaim dalam proses
11. Penyisihan MPMD
c. Dana peserta yang terdiri atas perkumpulan uang nasabah untuk investasi dan dana
kebajikan
d. Modal usaha yang terdiri dari : uang yang disetor dan tambahan uang yang disetor
14
k. Pengalokasian surplus underwriiting bagi nasabah dan pihak pengelola
l. Pendapatan serta beban investasi
m. Jumlah sisa dana tabarru’
n. Jumlah awal dana tabarru’
o. Total dana tabarru
15
k. Pendapatan lainya
l.Total akhir keuntungan/kerugian
16
a. Dana kebaikan bersifat produktif
b. Hibah
c. Kegunaan dana lain untuk kemaslahatan umum.
Pada tanggal 12 september 2021 Transaksi penerimaan polis asuransi 5 unit kendaraan
mobil dari PT ASTRA untuk masa pertanggungan 1 tahun. Kontribusi yang dibayarkan
senilai Rp1.500.000 per unit.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan informasi di atas, dapat kami simpulkan bahwa pemahaman mengenai
Akuntansi Asuransi Syariah sangat diperlukan terutama bagi mahasiswa fakultas
ekonomi dan bisnis yang diharapkan mampu menjadi lulusan yang kompeten dan
memiliki analisa ekonomi yang baik.
18
Daftar Pustaka
https://www.manulife.co.id/id/artikel/kenali-dan-pahami-perbedaan-asuransi-syariah-dan-
konvensional.html#:~:text=Perbedaan%20paling%20utama%20antara%20asuransi,(Non
%20Syariah)%20Transfer%20Risk.
https://web.iaiglobal.or.id/assets/files/file_sak/exposure-draft/05_ED%20PSAK
%20108%20Akuntansi%20Transaksi%20Asuransi%20Syariah.pdf
19