Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Disusun untuk memenuhiTugas Kelompok Mata Kuliah Ekonomi


Asuransi Syariah

Dosen Pengampu: Hendro Lisa, S.E., M.M.

OLEH:

Andi Amin NIRM : 1209.20.09068


Heru Aldi Santoso NIRM : 1209.20.09072
M.Hasnadi NIRM : 1209.20.09074

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ESy)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana
berkat rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
ini.Makalah ini kami susun berkat kerja sama dan bantuan dari pihak-pihak yang
terkait dan mengambil rujukan dari berbagai sumber.Maka dari itu kami
mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang ikut berperan aktif dalam
terselesaikannya makalah ini.
Terima kasih kepada Bapak Hendro Lisa, S.E., M.M.selaku dosen mata
kuliah ini yang telah membimbing dan memberikan materi kepada kami.Dalam
penyusunan setiap makalah tidak ada yang namanya sempurna dan lepas dari
yang namanya kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
Tugas Makalah ini. Dan penulis berharap semoga Makalah ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan manfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Tembilahan, 25 September 2022

Penyusun

Asuransi Syariah| 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar belakang...................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3
A. Pengertian Asuransi Syariah................................................ 3
B. Unsur- unsur Asuransi Syariah ............................................ 4
C. Jenis - jenis Asuransi Syariah............................................... 5
D. Manfaat Asuransi Syariah.................................................... 7
E. Prinsip – prinsip Asuransi Syariah....................................... 11
BAB III PENUTUP................................................................................. 16
A. Kesimpulan........................................................................... 16
B. Saran .................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 17

Asuransi Syariah| 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang akan senantiasa berhadapan dengan kemungkinan terjadinya
malapetaka dan bencana yang membawa kerugian dalam hidupnya. Sebagai
seorang muslim, kita yakini bahwa rangkaian peristiwa tersebut bisa jadi
berupa cobaan, teguran maupun azab yang datangnya dari Allah. Dalam
tataran tersebut, semuanya berada dalam bingkai jargon agama qadha dan
qadar Allah yang berlaku bagi semua mahluk-Nya. Manusia dituntut untuk
menghadapi peristiwa-peristiwa itu dengan segala upaya, ikhtiyar dan do’a
agar apa yang men deranya dapat diminimalisir dampak yang di akibatkannya.
Risiko di masa mendatang dapat berupa sakit, kecelakaan, bahkan kematian.
Dalam dunia bisnis, risiko yang dihadapi dapat berupa kerugian akibat
kebakaran, kerusakan atau kehilangan maupun risiko-risiko lain nya. Oleh
karena itu, setiap resiko harus ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan
kerugian yang lebih besar. Untuk mengurangi risiko yang tidak kita inginkan
dimasa yang akan datang, orang kemudian membutuhkan suatu model untuk
dapat menanggung berbagai
kerugian yang akan ditanggung. Salah satu cara menghadapi kemungkinan
terjadinya bencana atau malapetaka tersebut ialah dengan menyimpan atau
menabung uang. Dalam hal ini, perusahaan yang mau dan sanggup
menanggung setiap resiko yang akan dihadapi oleh nasabahnya adalah
perusahaan asuransi.Sistem atau akad yang dijalankan pada perusahaan
asuransi ternyata tidak sejalan dengan prinsip dasar yang ada dalam ajaran
Islam, maka untuk memenuhi tujuan yang sama, dengan tetap berjalan pada
ajaran pokok Islam, ditemukan satu formulasi sistem tersendiri, yang
selanjutnya dikenal dengan nama asuransi Takaful. Sistem ini didasarkan pada
konsep tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (ta’âwanu alâ al-birri
wa al-taqwâ). Berbeda dengan konsep dasar asuransi non-Islam atau

Asuransi Syariah| 1
konvensional yang mendasarkan akad sistemnya pada sistem jual beli (sistem
tabâdulî).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan asuransi syariah ?
2. Apa sajakah unsur – unsur asuransi syariah ?
3. Apa sajakah jenis – jenis asuransi syariah ?
4. Apa sajakah manfaat asuransi syariah ?
5. Apa sajakah prinsip – prinsip asuransi syariah ?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut dapat kita ketahui bahwa tujuan makalah
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian asuransi syariah
2. Untuk mengetahui unsur – unsur asuransi syariah
3. Untuk mengetahui jenis – jenis asuransi syariah
4. Untuk mengetahui manfaat asuransi syariah
5. Untuk mengetahui prinsip – prinsip asuransi syariah

Asuransi Syariah| 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi Syariah


Dalam bahasa Arab asuransi disebut at-Ta’min. Penanggung disebut
Ma’ammin sedangkan tertanggung disebut Mu’amman lahu atau Musta’min
At ta’min di ambil dari kata (E‫ )التعمين‬memiliki arti memberi perlindungan,
ketenangan, tatanan dan bebas dari rasa takut. Sebagaimana firman Allah surat
Quraisy: 4 :

Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar


dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Menurut Mustofa Ahmad Zarga makna asuransi secara istilah adalah
kejadian. Adapun metodologi dan gambarnya dapat berbeda-beda namun pada
intinya asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara manusia dalam
menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam
hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas
ekonominya.
Dalam Ensiklopedia Hukum Islam menyebutkan asuransi adalah transaksi
perjanjian antara dua pihak. Pihak yang satu berkewajiban membayar iuran
dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai
perjanjian yang dibuat.
Sedangkan pengertian asuransi syariah (at-Ta’min) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan tabarru’ memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No:
21/DSN-MUI/X/2001dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi
syariah, memberikan definisi tentang asuransi. Menurutnya, asuransi syariah

Asuransi Syariah| 3
adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah
orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’yang
memberikan pola pengembalian dalam menghadapi risiko tertentu melalui
akad (perjanjian) yang sesuai dengan syariah.

B. Unsur-unsur Asuransi Syariah


Asuransi syariah mengandung tiga unsur yang harus dilaksanakan dan dua
unsur yang harus dihindari. Unsur-unsur yang harus dilaksanakan yaitu: at-
takaful (Tolong menolong), tabarru’ (hibah/dana kebijakan) serta aqad (akad).
Unsur-unsur yang harus dihindari adalah unsur gharar (ketidak pastian) maisir
(judi/untung-untungan) serta riba.
Kata takaful berasal dari tafakala-yatafakulu, yang secara etimologi berati
menjamin, atau saling menanggung. Takaful dalam pengertian muamalah
adalah saling memikul risiko diantara semua orang sehingga antara satu yang
lainya menjadi penanggung atas risiko yang lainya. Saling pikul risiko ini
dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-
masing mengeluarkan dana tabarru’ dana ibadah, sumbangan, derma yang
ditujukan untuk menanggung risiko. Takaful dalam pengertian muamalah
ditegaskan dengan tiga prinsip dasar. Tiga prinsip dasar itu adalah saling
bertanggung jawab, saling bekerja sama, dan saling membantu, serta saling
melindungi.
Tabarru’ berasal dari kata tabarra’a-yatabarra’u-tabarru’an, artinya
sumbangan, hibah, dana kebajikan atau derma. Tabarru’ merupakan
pemberian sukarela seseorang kepada orang lain, tanpa ganti rugi yang
mengakibatkan berpindahnya kepemilikan harta itu dari pemberi kepada orang
yang diberi.
Kata aqad berasal dari bahasa arab yaitu al-aqad yang berarti perikatan,
perjanjian, dan pemufakatan, al-ittifaq. Secara terminology fiqih, aqad
didefinisikan sebagai pertalian ijab (pernyataan melekukan ikatan) dan qabul
(pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariah yang
berpengaruh pada obyek perikatan.

Asuransi Syariah| 4
Rukun aqad terdiri dari tiga yaitu :
1. Pernyataan untuk mengikatkan diri (sighat al-aqd).
2. Pihak-pihak yang berakad (al-muta-aqidain).
3. Objek akad (al-mu’qud’alaih).
Gharar merupakan suatu tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada
unsur kerelaan. Gharar terjadi apabila kedua belah pihak yaitu peserta dan
pihak perusahaan asuransi saling tidak mengetahui apa yang akan terjadi
dimasa akan datang, jumlah yang akan diterima pada waktu klaim, dan jumlah
premi yang akan dibayarkan.
Maisir menurut terminologi agama merupakan suatu transaksi yang dilakukan
oleh dua pihak untuk kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan
satu pihak dan merugikan pihak lain, dengan cara mengaitkan transaksi
tersebut dengan satu tindakan atau kejadian tertentu. Prinsip maisir dilarang
dalam ajaran islam, baik itu terlibat secara mendalam ataupun hanya berperan
sedikit saja, atau tidak berperan sama sekali.
Secara istilah teknis riba berarti, pengambilan tambahan dari harta pokok atau
modal secara batil. Riba dilarang dalam prinsip muamalah dalam islam,
karena akan menguntungkan salah satu pihak, sedangkan pihak yang lain
merasa dirugikan.

C. Jenis – jenis Asuransi Syariah


Setiap perusahaan asuransi berbasis syar’i dalam agama Islam
memberikan banyak sekali pilihan tentang produk asuransi syariah apa saja
yang ditawarkan. Kamu perlu memahami jenis-jenis asuransi syariah sebagai
berikut:
1. Takaful Individu
Takaful Individu adalah produk yang memberikan perlindungan dan
perencanaan yang bersifat pribadi. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa
pilihan yaitu:
● Takaful Dana Investasi Syariah: produk ini menjamin dan
memberikan perlindungan hari tua atau menjadi jaminan dana bagi

Asuransi Syariah| 5
ahli waris jika nasabah meninggal dunia lebih awal; produk ini
juga mencakup perlindungan untuk keluarga
● Takaful Dana Haji: produk ini memberikan perlindungan dana
perorangan yang berencana untuk menunaikan ibadah haji
● Takaful Dana Siswa: produk ini menjamin dana pendidikan mulai
dari sekolah dasar hingga sarjana
● Takaful Dana Jabatan: produk ini menjamin santunan bagi ahli
waris dari nasabah yang menduduki jabatan penting jika nasabah
meninggal dunia lebih awal
2. Takaful Kelompok
Takaful Kelompok adalah produk yang memberikan perlindungan dan
perencanaan yang bersifat kelompok dalam perusahaan. Jenis ini pun dibagi
lagi menjadi beberapa pilihan yaitu:
● Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji: memberi perlindungan bagi
karyawan yang ingin menunaikan ibadah haji dengan pendanaan
melalui iuran bersama dengan keberangkatan bergilir
● Takaful Kecelakaan Siswa: proteksi pelajar dari risiko kecelakaan
berakibat cacat bahkan meninggal dunia
● Takaful Wisata dan Perjalanan: proteksi peserta wisata dari risiko
kecelakaan yang mengakibatkan cacat atau meninggal dunia
● Takaful Kecelakaan Group: proteksi santunan karyawan dalam
perusahaan atau organisasi
● Takaful Pembiayaan: proteksi pelunasan hutang bagi nasabah yang
meninggal dunia dalam masa perjanjian

3. Takaful Umum
Takaful Umum adalah asuransi berbasis syariah yang memberikan
perlindungan dan perencanaan yang bersifat umum. Jenis ini pun dibagi lagi
menjadi beberapa yaitu:
● Takaful Kebakaran: perlindungan dari kerugian yang disebabkan api

Asuransi Syariah| 6
● Takaful Kendaraan Bermotor: perlindungan terhadap kerugian pada
kendaraan bermotor
● Takaful Rekayasa: pelindungan terhadap kerugian pada pekerjaan
pembangunan
● Takaful Pengangkutan: pelindungan kerugian pada semua barang setelah
diangkut melalui darat, laut, maupun udara
● Takaful Rangka Kapal: perlindungan pada kerusakan mesin kapal dan
rangka kapal yang disebabkan oleh kecelakaan atau musibah

D. Mannfaat Asuransi Syariah


Menurut Soemitra (255: 2010), Asuransi pada dasarnya dapat memberi
manfaat bagi para peserta asuransi antara lain sebagai berikut:
1) Rasa aman dan perlindungan
2) Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.
3) Berfungsi sebagai tabungan.
4) Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para
peserta sebagai bentuk saling tolong menolong dan membantu diantara
mereka.
5) Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan asuransi akan
melakukan investasi sesuai dengan syariah atas suatu bidang usaha
tertentu.

Terdapat banyak sekali manfaat asuransi syariah yang bisa kamu dapatkan.
Mengingat bahwa jenis asuransi ini berada di bawah dewan pengawasan
syariah, maka praktik dan operasionalnya dapat dipastikan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.Berikut ini 10 manfaat asuransi syariah yang wajib
kamu ketahui :
1. Tidak Ada Riba
Salah satu hal yang menjadi perbedaan utama antara asuransi syariah dan
konvensional adalah mengenai ada tidaknya riba. Riba merupakan
pembebanan bunga dari pinjaman yang didasarkan pada persentase tertentu

Asuransi Syariah| 7
dari jumlah asli pinjaman pokok. Walaupun penghitungan bunga dan riba
secara transparan diketahui kedua pihak dan disepakati bersama, namun pada
dasarnya konsep riba ini memberatkan para peserta asuransi.

Itulah sebabnya, dalam asuransi syariah yang berlandaskan pada prinsip-


prinsip dan nilai keislaman, riba tidak ada. Dengan tidak adanya riba, kamu
akan lebih tenang dan mendapatkan keberkahan.
2. Dibangun dengan Prinsip Tolong Menolong
Manfaat asuransi syariah yang kedua adalah adanya prinsip tolong
menolong. Asuransi syariah selalu dibangun dengan prinsip ini. Artinya,
perusahaan atau lembaga asuransi dengan peserta asuransi saling memahami
bahwa kedua belah pihak harus memberikan pola pendanaan yang saling
menguntungkan kedua belah pihak dengan melalui akad yang disepakati
bersama.
Prinsip tolong menolong dalam asuransi syariah didasarkan kepada
Fatwa dari Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001 yang
menyatakan bahwa asuransi syariah yakni sebuah usaha yang saling
melindungi dan tolong menolong antara sejumlah orang melalui investasi
dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang kemudian bertujuan untuk
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui
akad yang disesuaikan dengan syariat islam.
3. Tidak Ada Skema Dana Hangus
Manfaat asuransi syariah berikutnya yang sangat menarik adalah tidak
adanya skema dana hangus. Premi, iuran, atau dana yang peserta setorkan
kepada pihak lembaga asuransi dijamin tidak akan hilang atau hangus. Hal ini
sangat berbeda dengan asuransi model konvensional. Tentunya, dalam
asuransi berbasis syariah, dana atau premi akan dikembalikan kepada peserta
jikalau tidak ada klaim selama masa pertanggungan asuransi.
Hal ini dikarenakan adanya skema risiko dalam asuransi syariah yang
dikenal dengan sebutan ‘risk sharing’. Segala risiko yang terdapat pada masa
pertanggungan asuransi akan ditanggung bersama, baik oleh pihak peserta

Asuransi Syariah| 8
maupun pihak lembaga penyedia asuransi. Meskipun demikian bukan berarti
pihak asuransi tidak untung sama sekali. Pihak asuransi tetap berhak
mendapatkan keuntungan dari biaya pengelolaan dana yang besarannya
rasional dan diambil dari iuran peserta secara ikhlas dan terukur.
4. Dikelola oleh Dewan Pengawas Syariah

Selain beberapa manfaat di atas, manfaat asuransi syariah berikutnya


adalah terdapatnya peran dari Dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas
Syariah atau DPS ini bertugas untuk mengawasi aktivitas asuransi dan
investasi syariah agar tetap berada di jalur-jalur syar’I yang tidak melanggar
prinsip-prinsip keislaman.
Di samping mengawasi operasional dari perusahaan atau lembaga
penyedia asuransi syariah, Dewan Pengawas Syariah juga ikut berperan dalam
hal memberikan persetujuan atas transaksi yang akan dilakukan oleh lembaga
asuransi syariah tersebut. Contohnya dalam transaksi berinvestasi, Dewan
Pengawas Syariah memastikan bahwa pihak lembaga asuransi syariah hanya
menginvestasikan dana nasabahnya pada perusahaan-perusahaan yang halal,
tidak mengandung riba dan gharar.
Pengawasan dan sistem persetujuan yang dilakukan oleh Dewan Pengawas
Syariah ini selain bertujuan untuk tetap menuntun lembaga syariah di koridor
keislaman, juga berperan dalam menghindari hal-hal haram. Asuransi syariah
adalah jenis asuransi yang mengedepankan sifat halal dan kebermanfaatan
bagi sesama.
5. Pengelolaan Dana Sesuai Syariat Islam
Pengelolaan dana sesuai syariat islam juga menjadi nilai lebih dari
asuransi syariah. Seluruh kegiatan dan operasional dari asuransi syariah harus
mengikuti syariat-syariat islam dan tidak boleh keluar dari jalur tersebut.
Contoh implementasi dari pengelolaan dana sesuai syariat islam adalah dalam
hal pengelolaan dana investasi untuk asuransi. Dalam investasi, pihak asuransi
syariah hanya akan menyalurkan dana ke perusahaan yang sesuai dengan

Asuransi Syariah| 9
prinsip islam, sehingga tidak mungkin menginvestasikan dananya ke
perusahaan alcohol maupun barang yang tidak syar’I lainnya
6. Memungkinkan untuk Double Claim
Manfaat asuransi syariah berikutnya adalah kemampuannya untuk double
claim. Maksud double claim ini adalah pengambilan klaim asuransi secara
ganda lebih dari satu asuransi. Sebagai contoh, apabila kamu memiliki BPJS
Kesehatan, dan kamu sedang sakit, maka kamu masih dapat mengajukan biaya
pengobatan kamu ke perusahaan asuransi kesehatan syariah, meskipun pada
saat itu kamu sudah terdaftar di BPJS Kesehatan. Hal ini dapat terjadi apabila
memang dana BPJS tidak dapat memenuhi kebutuhan pengobatan kamu.
Meskipun demikian, kamu perlu memastikannya lebih lanjut kepada pihak
asuransi yang kamu pilih. Sebab, tidak semua lembaga penyedia asuransi
syariah memfasilitasi hal ini. Teknis pelaksanaan dikembalikan kepada
peraturan dan kebijakan masing-masing perusahaan atau lembaga penyedia
asuransi syariah tersebut.
7. Memiliki Akad Takaful
Takaful merupakan pertanggungan yang berbalas atau dapat pula berarti
hal yang saling menanggung. Asuransi syariah memiliki akad takaful, artinya
berlandaskan pada prinsip saling menanggung dan menolong apabila ada
nasabahnya yang terkena musibah.
8. Ada Pembagian Keuntungan
Manfaat asuransi syariah berikutnya adalah adanya pembagian keuntungan
antara lembaga penyedia asuransi dengan pihak peserta asuransi atau nasabah.
Pembagian keuntungan ini dilakukan secara adil dan terbuka. Hal ini sangat
berbeda dengan perusahaan asuransi konvensional yang keuntungannya hanya
jatuh ke tangan perusahaan asuransi saja.
Implementasi dari pembagian keuntungan secara adil ini tercermin dari
terkumpulnya hasil dana investasi yang kemudian diolah dan dibagi secara
merata. Pembagian nilai keuntungan atau surplus underwriting ini dibagikan
kepada para nasabah dengan disesuaikan berdasar pada porsi masing-masing

Asuransi Syariah| 10
nasabah yang ikut berkontribusi dalam investasi lembaga asuransi syariah
tersebut.
9. Pengelolaan Dana Transparan dan Jujur
Segala aktivitas dan pengelolaan dana pada asuransi syariah dilakukan
dengan jujur dan transparan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh standar
operasional yang amanah sehingga dapat dipercaya oleh semua peserta dan
kalangan masyarakat. Di saat maraknya penipuan berbasis asuransi saat ini,
terutama di masa krisis ekonomi pandemic covid19, asuransi syariah terus
mengedepankan transparansi sehingga menjadi solusi asuransi bagi
masyarakat tanpa adanya kekhawatiran terhadap penipuan dana.

Transparansi dan kejujuran dalam asuransi syariah ini diimplementasikan


dalam adanya saling keterbukaan aliran dan alokasi dana yang ada. Sebagai
contoh, apakah dana yang diterima pengelola atau pihak lembaga dari peserta
ditaruh ke bagian cadangan, atau ditaruh ke bagian investasi, atau ke bagian
lainnya. Alokasi dana ini penting diketahui kedua belah pihak.
10. Peserta Wajib Melakukan Zakat
Dalam asuransi syariah, peserta atau nasabah wajib membayar zakat. Hal
ini bertujuan untuk membersihkan harta dan dana yang diperoleh. Dengan
melakukan atau membayar zakat, maka keberkahan dari rezeki yang kita
terima akan lebih terasa.

E. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah


Secara umum asuransi Syariah sangat berbeda dengan asuransi
konvensional. Asuransi Syariah dijalankan berdasarkan niat untuk saling
menolong, membantu terhadap sesama peserta. Sesuai dengan perintah agama.
Oleh karena itu prinsip-prinsip dalam asuransi Syariah sesuai dengan Agama
islam. Prinsip-prinsip tersebut antara lain, (Syakir Sula, 2004: 722 – 750)
1) Tauhid (Ketaqwaan)
Pada prinsip ini asuransi syariah dijalankan dengan dasar muamalah yang
telah ditentukan oleh Allah SWT, yaitu muamalah yang dapat membawa umat

Asuransi Syariah| 11
manusia kepada ketaqwaan kepada Allah SWT. Oleh karena itu firman Allah
di dalam surat Az Zukhruf: 32, yang artinya “Apakah mereka yang membagi-
bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa
yang mereka kumpulkan” menjadi dasar dijalankannya asuransi syariah.
Muamalah yang dibangun dalam asuransi syariah hendaknya berlandaskan
pada surat tersebut. Dengan demikian niat dalam asuransi syariah hendaklah
tidak hanya untuk berinvestasi memperoleh keuntungan, akan tetapi lebih luas
lagi yaitu memperoleh pahala dari Allah SWT, dengan muamalah yang sesuai
ketentuan Allah.
2) Al-Adl (sikap adil)
Cukuplah bagi kita bahwa Al-quran telah menjadikan tujuan semua risalah
langit adalah melaksanakan keadilan. (Syakir Sula, 2005: 727) Syaikh al-
Qaradhawi mengatakan bahwa sesungguhnya pilar penyanggah kebebasan
ekonomi yang berdiri diatas kemuliaan fitrah dan harkat manusia
disempurnakan dan ditentukan oleh pilar penyangga yang lain, yaitu
“keadilan”. Keadilan dalam islam bukanlah prinsip sekunder. Ia adalah cikal
bakal dan fondasi kokoh yang melandasi semua ajaran dan hukum islam
berupa akidah, syariah, dan akhlak (moral). Ketika Allah memerintahkan tiga
hal, maka keadilan merupakan hal pertama yang disebutkan. Dalam firman
Allah:”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.” (An-Nahl: 90). Dalam prinsip keadilan ini,
Asuransi Syariah telah memberikan keadilan yang sebenarnya, yaitu dengan
memberikan kemudahan bagi peserta asuransi untuk mengumpulkan dana dan
mengembalikan dana itu kembali jika peserta mengakhiri perjanjian dalam
asuransi.
3) Asz-Dzulm (Kedzaliman)

Asuransi Syariah| 12
Pelanggaran terhadap kedzaliman merupakan salah satu prinsip dasar
dalam muamalah. Kedzaliman adalah kebalikan dari sikap keadilan. Karena
itu, islam sangat ketat dalam memberikan perhatian terhadap pelanggaran
kedzaliman, penegakan larangan terhadapnya, kecaman keras terhadap
orangorang yang dzalim, ancaman terhadap mereka dengan siksa yang paling
keras di dunia dan akhirat. Dalam prinsip ini, asuransi syariah dijalankan
dengan memperhatikan keuntungan yang diperoleh oleh para peserta, dengan
demikian setiap produk asuransi syariah harus memberikan keuntungan
sebesar – besarnya bagi kesejahteraan peserta.
4) At Taawun (tolong menolong)

Al Maidah ayat 2, yang artinya : “....tolong-menolonglah kamu dalam


(mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksanya”. (Q.S, Al-Maidah 5:2). Menjadi
dasar dalam Asuransi Syariah. Beberapa perusahaan asuransi syariah yang
memiliki produk asuransi syariah telah menerapkan prinsip tolong menolong
ini dengan baik. Setiap peserta yang mengambil produk asuransi syariah akan
membantu peserta lain ketika mereka membutuhkan dana untuk kesehatan,
kecelakaan ataupun kerugian lainnya. Dengan prinsip ini maka di Asuransi
Syariah setiap dana peserta akan ditampung dan digunakan untuk membantu
peserta lain, apabila peserta tersebut berhenti dari program asuransi, maka
dana tersebut dapat diambil kembali.
5) Amanah (terpercaya)
Al-Qaradhawi mengatakan bahwa diantara nilai transaksi yang terpenting
dalam bisnis adalah al-amanah ‘kejujuran’. Ia merupakan puncak moralitas
iman dan karakteristik yang paling menonjol dari orang-orang yang beriman.
Bahkan, kejujuran merupakan karakteristik para nabi. Tanpa kejujuran,
kehidupan agama tidak akan berdiri tegak dan kehidupan didunia tidak akan
berjalan baik. Dalam praktik asuransi syariah, kejujuran tersebut di wujudkan
dalam bentuk pengelolaan dana yang transparan, yang dapat di ikuti oleh

Asuransi Syariah| 13
setiap peserta. Perusahaan asuransi syariah akan memberikan laporan
pengelolaan dana kepada para peserta.
6) Ridha
Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu kecuali dengan jalan perniagaanyang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu.” Abul A’la al-Maududi dalam
kitabnya menjelaskan ayat diatas menurutnya, ayat ini telah menetapkan dua
perkara sebagai syarat bagi sah nya perdagangan. Pertama, hendaknya
perdagangan itu dilakukan dengan suka sama suka diantara dua belahh pihak,
tidak berdiri diatas kerugian pihak lain.Keridhaan dalam muamalah
merupakan syarat sahnya akad antara kedua belah pihak, sedangkan
mengetahui adalah syarat sah ridha. Faktor mengetahui menjadi syarat sah nya
ridha, agar dalam transaksi tersebut tidak terjadi gharar. (Syakir Sula, 2004 :
742)
7) Khitmah (Pelayanan)
Rasulullah bersabda,” seorang iman (pemimpin) adalah pemelihara dan
mengatur urusan (rakyat). Ia akan diminta pertanggungjawaban atas urusan
rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). “dan berendah dirilah kamu terhadap
orangorang yang beriman.” (QS. Al-Hijr: 88). Yang dimaksud dengan
pelayanan tersebut adalah asuransi syariah memperhatikan kepentingan
peserta nya dengan baik. Setiap kepentingan peserta asuransi yang berkaitan
dengan klaim, investasi dana peserta, dan pengumpulan dana peserta (tabarru)
akan mendapatkan pelayanan dari perusahaan asuransi syariah dengan baik
dan transparan. Dengan kemudahan ini diharapkan peserta asuransi syariah
akan lebih nyaman dan aman terhadap dana kepesertaannya.
8) Gharar, Maisir, Dan Riba
Prinsip yang paling utama dalam muamalah Islami khususnya untuk
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) adalah prinsip Gharar, Maisir dan Riba.
Ketiga hal inilah yang secara haqiqi menjadi dasar para ulama mengharamkan
semua transaksi perbankan, asuransi, penggadaian, bursa efek, leasing, modal
ventura dan sebagainya, yang tidak menggunakan prinsip-prinsip syariah.

Asuransi Syariah| 14
Karena, dalam operasionalnya pasti terdapat salah satu atau kalau tidak tiga-
tiganya yang Gharah, Meisir atau Riba. (Syakir Sula, 2004 : 750 ). Produk
asuransi syariah telah dijamin bebas dari unsur Gharar, maisir, dan riba.
Dikarenakan (Syakir Sula, 2004: 293 – 319)
Asuransi syariah kegiatannya diawasi oleh DSN (Dewan Syariah
Nasional), berfungsi untuk mengawasi semua operasional atau kegiatan
perusahaan agar terbebas dari praktik – praktik muamalah yang bertentangan
dengan prinsip syariah.
Semua akad asuransi telah menggunakan akad syariah, misalnya
Mudharabah, Ijarah, wakalah, wadiah, dan sebagainya.Terdapat pemisahan
antara dana tabarru’ dengan dana perusahaan, sehingga tidak mengenal istilah
dana hangus. Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau
kontribusi tetap menjadi milik peserta, perusahaan atau entitas asuransi
syariah hanya sebagai pemegang amanah dalam mengelola dana tersebut.
Dapat melakukan investasi sesuai ketentuan perundang undangan, sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip prinsip syariah Islam. Bebas dari riba dan
tempat investasi yang terlarang.

Asuransi Syariah| 15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Ensiklopedia Hukum Islam menyebutkan asuransi adalah transaksi
perjanjian antara dua pihak. Pihak yang satu berkewajiban membayar iuran
dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai
perjanjian yang dibuat.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No:
21/DSN-MUI/X/2001dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi
syariah, memberikan definisi tentang asuransi. Menurutnya, asuransi syariah
adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah
orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’yang
memberikan pola pengembalian dalam menghadapi risiko tertentu melalui
akad (perjanjian) yang sesuai dengan syariah.
Asuransi syariah mengandung tiga unsur yang harus dilaksanakan dan dua
unsur yang harus dihindari. Unsur-unsur yang harus dilaksanakan yaitu: at-
takaful (Tolong menolong), tabarru’ (hibah/dana kebijakan) serta aqad (akad).
Unsur-unsur yang harus dihindari adalah unsur gharar (ketidak pastian) maisir
(judi/untung-untungan) serta riba.

B. Saran
Dalam penyusunan setiap makalah pastinya ada kekurangan tidak ada
yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. Oleh karena itu, 
kami berpesan kepada pembaca, ambilah sesuatu yang positif dari makalah
ini.Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami maupun  pembaca, dan
menjadi  wawasan kita dalam memahami tentang Asuransi Syariah.

Asuransi Syariah| 16
DAFTAR PUSTAKA

Latifah, Nur Aini, Konsep dan Aplikasi Asuransi Syariah di Indonesia.

Sumber : https://www.qoala.app.› ... › Umum Ini 10 Manfaat Asuransi Syariah


yang Perlu Diketahui – Qoala

Sumber : https://www.qoala.app. › ... › UmumAsuransi Syariah: Pengertian, Jenis,


Tujuan, Produk – Qoala Indonesia

Asuransi Syariah| 17

Anda mungkin juga menyukai