Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TENTANG ASURANSI SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas ALKS 2.1

Mata kuliah : Lembaga Keuangan Syariah

Dosen Pembimbing : Nurmila Dewi,SE.,M.Si

Oleh:

Kelompok I

Miftahul Jannah (2020613060034)


Monika Agustina (2020613060035)
M.Haris Ashar(2020613060038)
Nabila Jannatun Fitri(20206130041)
Nurul Mauliza(2020613060050)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

JURUSAN TATA NIAGA


POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah
kami ini kami akan mencoba menguraikan tentang Asuransi Syariah.Kami akan
membahasnya secara rinci.
Semoga makalah ini dapat membantu kita semua untuk mengerti tentang Apa itu
Asuransi Syariah. Meskipun demikian, kami menyadari akan kelemahan dan
kekurangnnya. Oleh sebab itu, Kami menerima segala kritik dan saran yang akan
membangun makalah ini lebih baik kedepannya. Dengan ini kami ucapan terima
kasih demi perbaikan makalah ini.

Penyusun

Kelompok I

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
1.2 Rumuskan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................
2.1 Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah ................................................ 3
2.2 Sejarah Asuransi Syariah ............................................................................ 4
2.3 Dasar Hukum Asuransi Syariah .................................................................. 5
2.4 Tujuan Asuransi Syariah ............................................................................ 6
2.5 Jenis-jenis Asuransi Syariah ....................................................................... 6
2.6 Manfaat Asuransi Syariah ........................................................................... 7
2.7 Larangan untuk Asuransi Syariah ............................................................... 9
2.8 Perbedaan Asuransi Syariah & Konvesional………………………………9
2.9 Akad Yang Ada Dalam Asuransi Syariah………………………………. 11
2.10 Contoh-contoh Asuransi Syariah……………………………………….. 11

BAB III PENUTUP ...........................................................................................


3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 14
3.2 Saran ......................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam
antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam
menerima amanah dalam mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi yang di
selenggarakan sesuai dengan syariah.
Di Indonesia, perkembangan asuransi juga semangkin berkembang.Lahirnya
perusahaan asuransi syariah didukung dengan besarnya jumlah penduduk yang
beragama islam yang membutuhkan suatu lembaga keuangan islami sehingga setiap
interaksi muamalah yang dilakukannya sesuai dengan syariah. karena pada dasarnya
masyarakat muslim memandang operasional asuransi konvensional dengan ragu-ragu,
atau bahkan keyakinan bahwa praktek itu cacat dari sudut pandang syari‟at.Hal ini
dikarenakan sejumlah fatwa yang di keluarkan oleh lembaga lembaga otoritas fikih
menyatakan ketidakbolehan sistem asuransi konvensional, karena akadnya
mengandung unsur riba, spekulasi, kecurangan, dan ketidakjelasan. Sementara akad
perusahaan asuransi kolektif islam berlandaskan pada asas saling tolong-menolong
dan menyumbang, disamping konsisten memegang hukum dan prinsip syariat islam
dalam keseluruhan aktivitasnya dan tunduk pada mekanisme pengawasan syari‟at.
Asuransi kolektif islam juga tidak menjalankan jasaasuransi dengan orientasi
memperoleh keuntungan (profit oriented) dan setiap peserta dalam asuransi ini
menjadi penangggung sekaligus tertanggung. Sehingga dengan demikian, akad-
akadnya pun bersih dari segala syarat poin yang bertentangan dengan hukum dan
prinsip-prinsip syariat Islam.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Asuransi Secara Umum dan Ansuransi Syariah?
2. Apa Sejarah Ansuransi Syariah?
3. Apa Dasar Hukum?
4. Apa Tujuan Asuransi Syariah?
5. Apa Jenis-Jenis Asuransi Syariah?
6. Apa Manfaat Asuransi Syariah?
7. Apa saja larangan Untuk Asuransi syariah?
8. Apa Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvesional?
9. Apa Saja Akad yang ada Dalam Asuransi syariah?
10. Apa Contoh - Contoh Asuransi Syariah?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui Pengertian Asuransi
2. Mengetahui Sejarah Asuransi Syariah
3. Mengetahui Dasar Hukum
4. Mengetahui Tujuan Asuransi Syariah
5. Mengetahui Jenis-Jenis Asuransi Syariah
6. Mengetahui Manfaat Asuransi Syariah
7. Mengetahui larangan Untuk Asuransi syariah
8. Mengetahui Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvesional
9. Mengetahui Akad yang ada Dalam Asuransi Syariah?
10. Mengetahui Contoh - Contoh Asuransi Syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah
Asuransi adalah lembaga non bank, terorganisir secara rapi dalam bentuk
sebuah perusahaan yang berorientasi pada aspek bisnis secara nyata dalam era
modern. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi, semakin tinggi
pula tingkat risiko yang harus ditanggung oleh masyarakat. Maka dari itu, perlulah
sebuah lembaga yang dapat meminimalisir hal itu, yaitu lembaga asuransi.

Istilah asuransi dalam perkembangannya di Indonesia berasal dari kata


Belanda assurantie yang kemudian menjadi “asuransi” dalam bahasa Indonesia.
Namun istilah assurantie bukanlah berasal dari bahasa Belanda,tetapi berasal dari
bahasa Latin, yaitu assecure yang berarti “meyakinkan orang”.

Sedangkan assurance berarti menanggung sesuatu yang akan terjadi Asuransi


dalam UU No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua
pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi,untuk memberikan penggantian kepada
tetanggung karena kerugian,kerusakan,atau kehilangan keuntungan yang diharapkan
atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita penanggung

Menurut Dewan Syariah Nasional pada tahun 2001 telah mengeluarkan fatwa
tentang asuransi syariah. Dalam fatwa DSN/No. 21/DSN/MUI/X/21,disebutkan
bahwa asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong- menolong
diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau
tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad perikatan yang sesuai dengan syariah

Penjelasan mengenai asuransi dijelaskan pada Pasal 1 Undang-undang Nomor


40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian yaitu “asuransi adalah perjanjian antara dua
pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis yang menjadi dasar bagi
penerimaan premi perusahaan sebagai imbalan untuk;

3
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan atau tanggungjawab
huku kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis
karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti atau;

b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau


pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

2.2 Sejarah Asuransi Syariah

Sejarah terbentuknya asuransi syariah dimulai sejak tahun 1979 yang


ditandatangani dengan berdirinya perusahaan asuransi di Sudan bernama “Sudanese
Islamic Insurance”. perusahaan tersebut yang pertama kali memperkenalkan asuransi
syariah. Pada tahun yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni Emirat Arab
juga memperkenalkan Asuransi Syariah di wilayah Arab. Kemudian asuransi syariah
dikenal di Swiss yang ditandatangani Dengan berdirinya asuransi syariah bernama
Dar Al Maal Al Islami pada tahun 1981 yang selanjutnya memperkirakan asuransi
syariah ke Janewa di Eropa asuransi syariah kedua bernama Islamic Takafol
Company (ITC) yang berdiri di Luksembung Pada tahun 1983, dan diikuti oleh
beberapa negara yang lainnya. Hingga saat ini asuransi syariah semakin dikenal luas
dan dinikmati oleh masyarakat dunia baik dari oleh negara-negara dengan
berpendudukan muslim mayoritas ataupun muslim minoritas.
Asuransi syariah resmi dikenalkan di Indonesia pada paruh keempat tahun
1994. PT. Asuransi Takaful Keluarga berdiri pada tanggal 25 Agustus 1994 melalui
SK Menkeu dan menjadi Asuransi Takaful Indonesia. Asuransi Takaful Indonesia
berdiri setelah proses panjang. Setelah studi banfing dengan Takaful Malaysia dan
mengadakan seminar nasional, Tim Pembentuk Asuransi Takaful Indonesia
(TEPATI) yang berasal dari Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia
Indonesia, Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Pejabat dari Departemen Keuangan dan
Pengusaha Muslim Indonesia mendirikan dua anak perusahaan asuransi pada 24

4
Februari 1994.Keduanya yakni PT Asuransi Takaful Keluarga untuk asuransi jiwa
dan PT Asuransi Takaful Umum untuk asuransi umum. Sejak itu, banyak perusahaan
asuransi lain yang berdiri, baik perusahaan asuransi syariah maupun unit syariah dari
perusahaan asuransi konvensional, seperti:
 Asuransi Syariah Mubarakah yang berdiri pada 1997
 MAA Assurance pada 2000
 Asuransi Great Eastern tahun 2001
 Asuransi Tripakarta di tahun 2002
 Asuransi Bumi Putra, Beringin Jiwa Sejahtera, Asuransi Binagria dan
Asuransi Jasindo Takaful dan Asuransi Burnida ditahun2003

Asuransi Staci Jasa Pratama, Asuransi Central Asia, Asuransi Adira Syariah 2004,
Asuransi BNI Jiwasraya Syariah, Asuransi Sinar Mas, Asuransi Tokio Marine
Syariah, dan Reindo Divisi Syariah. Hingga saat ini, industri asuransi syariah
semakin berkembang di Indonesia. Berdasarkan data Dewan Syariah Nasional (DSN)
MUI per tahun 2019, jumlah asuransi syariah telah mencapai 43 asuransi syariah, tiga
reasuransi syariah dan enam broker asuransi dan reasuransi syariah.

2.3 Dasar Hukum Asuransi Syariah

Hukum Asuransi Syariah Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) Awalnya, hukum
asuransi konvensional bertentangan dengan syariat Islam. Hal ini membuat Majelis
Ulama Indonesia pada 2001 mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa asuransi
berbasis syariah diperbolehkan dalam ajaran Islam. Adapun fatwa MUI yang
menegaskan kehalalan asuransi syariah antara lain:

 Fatwa No 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah

 Fatwa No 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah


pada Asuransi Syariah

 Fatwa No 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada


Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah

5
 Fatwa No 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru pada Asuransi
Syariah

2.4 Tujuan Asuransi Syariah

Asuransi syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perjuangan


umat dengan mengemban misi aqidah, misi ibadah, misi iqtishodi, dan misi keumatan
Jadi tujuan utamanya bukan mendapatkan laba besar seperti asuransi konvensional.

2.5 Jenis Jenis Asuransi Syariah


1. Takaful Individu
Takaful Individu adalah produk yang memberikan perlindungan dan perencanaan
yang bersifat pribadi. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa pilihan yaitu:

 Takaful Dana Investasi Syariah: produk ini menjamin dan memberikan


perlindungan hari tua atau menjadi jaminan dana bagi ahli waris jika nasabah
meninggal dunia lebih awal; produk ini juga mencakup perlindungan untuk
keluarga
 Takaful Dana Haji: produk ini memberikan perlindungan dana perorangan
yang berencana untuk menunaikan ibadah haji
 Takaful Dana Siswa: produk ini menjamin dana pendidikan mulai dari
sekolah dasar hingga sarjana
 Takaful Dana Jabatan: produk ini menjamin santunan bagi ahli waris dari
nasabah yang menduduki jabatan penting jika nasabah meninggal dunia lebih
awal

2. Takaful Kelompok
Takaful Kelompok adalah produk yang memberikan perlindungan dan perencanaan
yang bersifat kelompok dalam perusahaan. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa
pilihan yaitu:

6
 Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji: memberi perlindungan bagi karyawan
yang ingin menunaikan ibadah haji dengan pendanaan melalui iuran bersama
dengan keberangkatan bergilir
 Takaful Kecelakaan Siswa: proteksi pelajar dari risiko kecelakaan berakibat
cacat bahkan meninggal dunia
 Takaful Wisata dan Perjalanan: proteksi peserta wisata dari risiko kecelakaan
yang mengakibatkan cacat atau meninggal dunia
 Takaful Kecelakaan Group: proteksi santunan karyawan dalam perusahaan
atau organisasi
 Takaful Pembiayaan: proteksi pelunasan hutang bagi nasabah yang meninggal
dunia dalam masa perjanjian

3. Takaful Umum
Takaful Umum adalah asuransi berbasis syariah yang memberikan perlindungan dan
perencanaan yang bersifat umum. Jenis ini pun dibagi lagi menjadi beberapa yaitu:

 Takaful Kebakaran: perlindungan dari kerugian yang disebabkan api


 Takaful Kendaraan Bermotor: perlindungan terhadap kerugian pada
kendaraan bermotor
 Takaful Rekayasa: pelindungan terhadap kerugian pada pekerjaan
pembangunan
 Takaful Pengangkutan: pelindungan kerugian pada semua barang setelah
diangkut melalui darat, laut, maupun udara
 Takaful Rangka Kapal: perlindungan pada kerusakan mesin kapal dan rangka
kapal yang disebabkan oleh kecelakaan atau musibah

2.6 Manfaat Asuransi Syariah

1. Prinsip tolong menolong

=> Dalam asuransi berbasis pengamalan hukum syar’i dalam agama Islam ini dikenal
istilah risk sharing, yaitu berbagi risiko yang mana peserta membayarkan uang

7
kontribusi dan dana tersebut akan dikelola oleh perusahaan untuk disalurkan kepada
peserta yang mengalami musibah atau membutuhkan uang.

2. Bebas riba

=> Apakah asuransi syariah ada premi? Tidak. Akad yang dilakukan pada asuransi
berbasis syar’i bukanlah menukarkan premi dengan uang klaim, tapi bergotong
royong antar sesama peserta. Jika satu peserta mengalami musibah, maka iuran dari
peserta lain akan dikumpulkan untuk menolong.

3. Premi tidak hangus

=> Pada asuransi berbasis hukum agama Islam, premi yang disetorkan tidak akan
hangus dan akan dikembalikan jika tidak ada klaim selama masa pertanggungan. Hal
ini semakin mengukuhkan prinsip risk sharing, yaitu risiko pada peserta asuransi akan
ditanggung bersama-sama.

4. Bebas iuran dasar

=> Dalam asuransi berbasis syariah, peserta akan mendapatkan kebebasan iuran dasar
jika peserta mengalami cacat total akibat sakit atau kecelakaan. Hal ini bisa
didapatkan dengan cara cuma-cuma sesuai dengan kesepakatan.
5. Transparan

=> Pengelolaan dana di asuransi jenis ini tentunya bersifat transparan dan sudah
ditentukan sejak awal. Jadi nasabah bisa mengetahui kemana saja dana iuran
dialokasikan seperti untuk cadangan klaim, atau investasi.

6. Proteksi tak berubah meski telat bayar

=> Nasabah akan tetap mendapatkan manfaat asuransi berjalan seperti seharusnya
meskipun telat membayar iuran asuransi. Hal ini berbeda dengan asuransi
konvensional yang tidak memperbolehkan nasabah terlambat membayar premi.
7. Pengelolaan berdasarkan syariat Islam

=> Pengumpulan dan pengelolaan dana yang ada di asuransi berbasis syariah
dilakukan berdasarkan syariat Islam. Tidak ada dana yang diinvestasikan ke

8
perusahaan yang tidak sesuai dengan prinsip Islam.
8. Keuntungan dibagi secara adil

=> Keuntungan dari dana investasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah
akan dibagi secara adil kepada nasabah.
9. Wakaf

=> Maksud dari wakaf dalam asuransi berbasis syariat Islam yaitu penyerahan harta
yang bertahan lama kepada penerima manfaat sebagai bentuk kebajikan, sehingga
produk asuransi memungkinkan pesertanya ikut berpartisipasi dalam kebaikan.

2.7 Larangan yang ada untuk Asuransi Syariah


Beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan oleh asuransi berbasis syariah
antara lain:
a. Memiliki risiko
Prinsip risk sharing yang diberlakukan tidak membebankan risiko terhadap
perusahaan.
b. Ketidakjelasan
Segala transaksi harus ada akad jelasnya sehingga hak dan kewajiban semua pihak
transparan.
c. Adanya Bunga
Dana tabarru’ diinvestasikan pada tempat yang memenuhi kriteria Syariah dan
keuntungan investasi terbebas dari riba.
d. Suap
Suap dilarang karena menimbulkan kerugian bagi pihak yang bertransaksi karena niat
transaksi tidak sesuai antara kebutuhan dengan kualitas barang yang diperjualbelikan

2.8 Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional


Perbedaan paling utama antara asuransi syariah dan asuransi konvensional
(Non Sayriah) adalah dari konsep pengelolaannya. Proteksi Syariah memiliki konsep
pengelolaan Sharing Risk sedangkan Asuransi Konvensional (Non Syariah) Transfer

9
Risk.
Konsep pengelolaan asuransi konvensional berupa Transfer Risk adalah
perlindungan dalam bentuk pengalihan risiko ekonomis atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan ke perusahaan asuransi sebagai penanggung risiko.
Atau dengan kata lain Peserta dengan membeli atau bergabung sebagai peserta
asuransi konvensional akan ditanggung risiko ekonomisnya oleh perusahaan asuransi.
Sedangkan Sharing Risk yang merupakan pengelolaan asuransi syariah adalah konsep
di mana para peserta memiliki tujuan yang sama yakni tolong menolong, yakni
melalui investasi aset atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu menggunakan akad yang sesuai dengan syariah yang
diwakilkan pengelolaannya ke Perusahaan Asuransi Syariah dengan imbalan Ujrah.

10
2.9 Akad yang Ada Dalam Asuransi Syariah

Semua perusahaan asuransi syariah di Indonesia melakukan prosedur asuransi


dengan landasan akad sesuai dengan syariat Islam. Adapun beberapa akad yang
sering digunakan dalam asuransi berbasis syariah antara lain:

1. Akad Tabarru’
Akad yang dimaksud adalah setiap peserta akan memberikan hibah berupa premi
melalui dana tabarru’ yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena
musibah. Dalam hal ini perusahaan asuransi berbasis syariah berfungsi sebagai
pengelola dana hibah tersebut.
2. Akad Tijarah
Akad yang dimaksud adalah akad antara peserta dengan perusahaan dengan tujuan
komersial.
3. Akad Wakalah bil Ujrah
Akad yang dimaksud adalah peserta menyerahkan pengelolaan uang kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana investasi yang nantinya perusahaan akan
mendapatkan imbalan berupa upah.
4. Akad Mudharabah
Akad yang dimaksud adalah memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai mudharib
untuk mengelola investasi dengan imbalan berupa hasil (nisbah) sesuai dengan
kesepakatan.

2.10 Contoh - Contoh Asuransi Syariah

1. Manulife Syariah

Perusahaan asuransi internasional ini telah memiliki reputasi yang baik selama
belasan tahun. Dan produk asuransi Manulife Syariah merupakan satu yang terbaik
dengan menggunakan sistem cashless dan pilihan reimbursement bagi nasabahnya.
Beberapa produk asuransi syariah yang bisa dipilih dari Manulife antara lain:

11
 Manulife Berkah Crisis Cover Protection
 Berkah Payor Income Replacement
 Berkah Yearly Renewable Term
 Berkah Waiver of Basic Contribution
 Berkah Accidental Death and Disability Benefit

2. BNI Life Syariah

Tak ingin kalah dari perusahaan asuransi berbasis syariah lainnya, BNI juga
turut meluncurkan BNI Life Syariah dengan prinsip syariat Islam untuk investasi
pendidikan, investasi plus, dan multi investa. Untuk bisnis asuransi jiwa, BNI Life
Syariah mengeluarkan produk jiwa syariah dan health plan syariah.

3. PRU Syariah

Anak perusahaan asuransi terkemuka Prudential dengan skala internasional


ikut meramaikan produk asuransi berbasis syariah dengan mengeluarkan PRU
Syariah. Ada banyak pilihan produk asuransi berbasis syariah yang ditawarkan oleh
Prudential sehingga memudahkan para nasabah untuk berinvestasi.

4. FWD Life

FWD Life hadir dengan produk asuransi kesehatan keluarga syariah yang
bernama asuransi Bebas Handal yang telah menggunakan sistem cashless dan bisa
dibeli secara online.

5. Sunlife

Produk asuransi berbasis syariah yang dikeluarkan oleh Sunlife adalah Sun
Medical Platinum yang memberikan manfaat hingga Rp 7,5 miliar untuk perawatan
kemoterapi dan pemulihan sakit.

6. Simas Syariah

12
Simas Syariah mengeluarkan produk asuransi yang sesuai dengan syariat
Islam. Tentu saja kamu bisa menjadikan Simas Syariah sebagai salah satu pilihan
asuransi yang terpercaya.

7. Panin Syariah

Bank Panin yang sudah terkenal kredibilitasnya tampaknya tak ingin


ketinggalan dalam menawarkan asuransi berbasis syariah. Bahkan Panin Syariah
telah mendapatkan penghargaan sebagai asuransi syariah terbaik di Indonesia versi
majalah Investor.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum islam


antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak lain, dalam
menerima amanah dalam mengelola dana peserta melalui kegiatan investasi yang di
selenggarakan sesuai dengan syariah.
Sejarah terbentuknya asuransi syariah dimulai sejak tahun 1979 yang
ditandatangani dengan berdirinya perusahaan asuransi di Sudan bernama “Sudanese
Islamic Insurance”. perusahaan tersebut yang pertama kali memperkenalkan asuransi
syariah. Pada tahun yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di Uni Emirat Arab
juga memperkenalkan Asuransi Syariah di wilayah Arab
Asuransi syariah resmi dikenalkan di Indonesia pada paruh keempat tahun
1994. PT. Asuransi Takaful Keluarga berdiri pada tanggal 25 Agustus 1994 melalui
SK Menkeu dan menjadi Asuransi Takaful Indonesia.
Adapun fatwa MUI yang menegaskan kehalalan asuransi syariah antara lain:
 Fatwa No 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah
 Fatwa No 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah pada
Asuransi Syariah
 Fatwa No 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi
Syariah dan Reasuransi Syariah

Asuransi syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perjuangan


umat dengan mengemban misi aqidah, misi ibadah, misi iqtishodi, dan misi keumatan
Jadi tujuan utamanya bukan mendapatkan laba besar seperti asuransi konvensional.
Jenis Jenis Asuransi Syariah antara lain : Takaful Individu, Takaful Kelompok
,Takaful Umum.

14
Manfaat Asuransi Syariah antara lain: Prinsip tolong menolong,bebas riba,
premi tidak hangus,bebas iuran dasar,transparan,proteksi tak berubah meski telat
bayar,pengelolaan berdasarkan syariat islam,keuntungan dibagi secara adil,wakaf.

Beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan oleh asuransi berbasis syariah
antara lain:Memiliki risiko, ketidakjelasan, adanya bunga, suap
Perbedaan paling utama antara asuransi syariah dan asuransi konvensional
(Non Syariah) adalah dari konsep pengelolaannya.
Adapun akad yang sering digunakan dalam asuransi berbasis syariah antara lain:
Akad Tabarru’ , Akad Tijarah, Akad Wakalah bil Ujrah, Akad Mudharabah
Contoh - Contoh Asuransi Syariah antara lain: Manulife Syariah, BNI Life
Syariah, PRU Syariah, FWD Life, Sunlife, Simas Syariah, Panin Syariah

3.2 Saran

Penyusun makalah ini adalah manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan
. Maka dari itu penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah
Asuransi Syariah , setelah membaca makalah ini semoga pembaca bisa membaca
sumber lain yang lebih lengkap.

15

Anda mungkin juga menyukai