Anda di halaman 1dari 8

Kelembagaan Asuransi Dalam Sistem Keuangan Di Indonesia

Disusun untuk memenuhi tugas makul Manajemen Asuransi Syariah

Dosen Pengampu : Abdul Haris Romdhoni ,SE,MEI.

Disusun Oleh :
Yhola Aulia (2016SI022)
(2016SI023)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI – AAS


2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat yang diberikanNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Kelembagaan Asuransi Dalam Sistem
Keuangan Di Indonesia” guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Asuransi Syariah.
Terimakasih untuk semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Terutama
teman-teman dan dosen pengampu STIE AAS. Kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan
usulah demi perbaikan makalah ini.

Kami berharap agar makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Surakarta, 26 September 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada saat ini bahaya, kerusakan, dan kerugian adalah kenyataanyang harus dihadapi manusia
di dunia. Sehingga kemungkinan terjadiresiko dalam kehidupan khususnya kehidupan
ekonomi. Tentu saja inimembutuhkan persiapan sejumlah dana tertentu sejak dini.Oleh
karena itu, banyak orang mengambil cara dan sistem untukdapat menghindari resiko kerugian
dan bahaya tersebut di antaranyaadalah asuransi.Asuransi merupakan sebuah sistem untuk
mengurangi kehilanganfinansial dengan menyalurkan resiko kehilangan dari seseorang
atau perusahaan ke lainnya. Apabila resiko yang tak terduga itu menimpa salahseorang dari
mereka yang menjadi anggota, maka kerugian akanditanggung bersama.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian Asuransi ?
B. Apa Dasar Huukum Asuransi ?
C. Apa Saja Macam-macam Asuransi ?
D. Bagaimana Pendapat Ulama Tentang Asuransi ?

C. TUJUAN
A.Mengetahui Pengertian Asuransi.

B.Mengetahui Dasar Huukum Asuransi.

C.Mengetahui Apa Saja Macam-macam Asuransi.

D.Mengetahui Pendapat Ulama Tentang Asuransi.

E.Mengetahui Apa Saja Manfaat dan Risiko Asuransi.


BAB II
PEMBAHASAN ASURANSI

A. PENGERTIAN ASURANSI
Menurut pasal 264
Wetboek van Koophandel
(kitab Undang-undangPerniagaan) bahwa yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu
persetujuandimana pihak yang meminjam berjanji kepada pihak yang dijamin
untukmenerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akandiderita
oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelasakan terjadi.
1
Asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional. Pada asuransisyariah setiap peserta
sejak awal bermaksud saling menolong dan melindungi satudengan yang lain dengan
menyisihkan dananya sebagai iuran kebajikan yangdisebut
Tabarru’
. Jadi sistem ini tidak menggunakan pengalihan resiko (
risktransfer
) di mana tertanggung harus membayar premi, tetapi lebih merupakan pembagian resiko (
risk sharing
) di mana para peserta saling menanggungkemudian akad yang digunakan dalam asuransi
syariah harus selaras denganhukum islam (syariah), artinya akad yang dilakukan harus
terhindar
gharar
(penipuan),
maysir
(perjudian), riba,
zhulm
(penganiayaan),
risywah
(suap), disamping itu investasi dana harus pada objek yang
halal-thoyyibah
bukan barangharam dan maksiat.
2
1
H. Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011).
2
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Prenada Media , 2012), hlm. 245
B. DASAR HUKUM
Peraturan perundang-undangan tentang perasuransian di Indonesia diaturdalam beberapa
tempat, antara lain dalam kitab Undang-Undang Hukum Dagang(KUHD), UU No.2 Tahun
1992 tentang Usaha Perasuransian, PP No. 63 Tahun1999 tentang Perubahan atas Pp No.73
Tahun 1992 tentang penyelenggaraanUsaha Perasuransian serta aturan-aturan lain yang
mengatur Asuransi Sosial yangdiselenggarakan oleh BUMN Jas Raharja (Asuransi Sosial
KecelakaanPenumpang), Astek (Asuransi Sosial Tenaga Kerja), dan Askes (Asuransi
SosialPemeliharaan Kesehatan).Sedangkan asuransi syariah masih terbatas dan belum diatur
secara khususdalam undang-undang. Secara lebih teknis operasional perusahaan asuransi
/ perusahaan reasuransi berdasarkan prinsip syariah mengacu kepada SK DirjenLembaga
keuangan No.
4499
/LK/
2000
tentang jenis, penilaian dan pembatasanInvestasi perusahaan Asuransi dan perusahaan
Reasuransi dengan sistem syariahdan beberapa keputusan Menteri Keuangan (KMK), yaitu
KMK No.
422/
KMK.
06/2003
tentang penyelenggaraan Usaha perusahaan Asuransi; KMK No. No.
424/
KMK.
06/2003
tentang kesehatan keuangan perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi; dan KMK No.
426/
KMK.
06/2003
tentang perizinanUsaha dan kelembagaan perusahaan Asuransi dan perusahaan
Reasuransi.Di samping itu, perasuransikan syariah di Indonesia juga diatur di
dalam beberapa fatwa DSN-MUI antara lain Fatwa DSN-MUI No.
21/
DSN-MUI/X/
2001
tentang pedoman Umum Asuransi syariah. Fatwa DSN MUI No.
51/
DSN-MUI/III/
2006
tentang Akad
Mudharabah Musyarakah
pada Asuransisyariah, Fatwa DSN-MUI No.
52/
DSN-MUI/III/
2006
tentang Akad
Wakalah BilUjrah
pada Asuransi dan Reasuransi syariah, Fatwa DSN MUI No.
53/
DSN-MUI/III/
2tentang Akad Tabarru
’pada Asuransi dan Reasuransi Syariah.

C. MACAM-MACAM ASURANSI
Asuransi yang terdapat pada negara-negara di dunia bermacam-
macam pula suatu yang diasuransikan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini macam-
macamasuransi yaitu :

1. Asuransi Timbal BalikMaksud dengan asuransi timbal balik adalah beberapa orang
memberikaniuran tertentu yang dikumpulkan dengan maksud meringankan
ataumelepaskan beban seseorang dari mereka saat mendapatkan kecelakaaan.Jika
uang yang dikumpulkan tersebut telah habis, dipungut lagi iuran yang baru untuk
persiapan selanjutnya.
2. Asuransi DagangAsuransi Dagang yaitu beberapa manusia yang senasib bermupakat
dalammengadkan pertanggungjawaban bersama untuk memikul kerugian
yangmenimpa salah seorang anggota mereka. Apabila timbul kecelakaan
yangmerugikan salah seorang anggota kelompoknya yang telah berjanji ituseluruh
orang yang bergabung dalam perjanjian tersebut memikul bebankerugian itu dengan
cara memungut derma (iuran) yang telah di tetapkanatas dasar kerjasama untuk
meringankan teman semasyarakat.
3. Asuransi PemerintahAsuransi Pemerintah adalah menjamin pembayaran harga
kerugian kepadasiapa saja yang menderita di waktu terjadinya suatu kejadian
yangmerugikan tanpa mempertimbangkan keuntungannya, bahkan
pemerintahmenanggung kekurangan yang ada karena uang yang dipungut
sebagaiiuran dan asuransi lebih kecil dari pada harga pembayaran kerugian yangharus
diberikan kepada penderita diwaktu kerugian itu terjadi.
Asuransi pemerintah dilakukan secara obligator atau paksaan dan dilakukan oleh bada
n-badanyang telah ditentukanuntuk masing-masing keperluan.
4. Asuransi JiwaMaksud Asuransi Jiwa adalah asuransi atas jiwa orang-orang
yangmempertanggungjawabkan atas jiwa orang lain, penanggung
(surador) berjanji akan membayar sejumlah uang kepada orang yang disebutnamanya
dalam polis apabila yang mempertanggujawabkan (yangditanggung) meninggal dunia
atau suddah melewati masa-masa tertentu.
5. Asuransi atas Bahaya yang Menimpa BadanAsuransi atas Bahaya yang Menimpa
Badan adalah asuransi dengankeadaan-keadaan tertentu pada asuransi jiwa atas
keruusakan-kerusakandiri seseorang, seperti asuransi mata, asuransi telinga, asuransi
tangan,atau asuransi atas penyakit-penyakit tertentu. Asuransi ini banyakdilakukan
oleh buruuh-buruh industri yang menghadapi bermacam-macamkecelakaan dalam
menunaikan tugasnya.
6. Asuransi terhadap bahaya-bahaya Pertanggujawaban SipilMaksud asuransi terhadap
bahaya-bahaya Pertanggujawaban Sipil adalahasuransi yang diadakan terhadap
benda-benda, sepertii asuransi rumah, perusahaan, mobil, kapal udara, kapal laut
motor, dan yang lainnya. Di RPA asuransi mengenai mobil dipaksakan

PENDAPAT ULAMA TENTANG ASURANSI


Pada umumnya, alasan-alasan para ulama yang menentang praktikasuransi antara lain:
1. Asuransi adalah perjanjian pertaruhan dan merupakan perjudian semata-mata(maysir).
2. Asuransi melibatkan urusan yang tidak pasti (gharar).
3. Asuransi jiwa merupakan suatu usaha yang dirancang untuk merendahkan iradat
Allah
4. Dalam asuransi jiwa, jumlah premi tidak tetap karena tertanggung tidak mengetahui
beberapa kali byaran angsuran yang dapat dilakukan olehnyasampai ia mati.
5. Perusahaan asuransi menginvestasikan uang yang telah dibayar olehtertanggung
dalam bentuk jaminan berbunga. Dalam asuransi jiwa apabilatertanggung mati, dia
akan mendapatkan bayaran yang lebih dari jumlah uangyang telah dibayar. Ini adalah
riba (faedah atau bunga).
6. Bahwa semua perniagaan asuransi berdasarkan riba dilarang dalam islam.3

Para ulama Indonesia dalam hal ini menerima asuransi berdasarkan hasilFatwa DSN MUI
No: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Asuransi Syariah (Ta’min Takafful, atau
tadhanum) adalah usaha saling melindungi dan tolongmenolong di antara sejumlah orang/
pihak melalui investasi dalam bentuk dan/atau Tabarru’ yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risikotertentu melalui akad (perikatan) yang tidak mengandung gharar
(penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram
dan maksiat.

3
ibrahim lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar (Jakarta: Kalam Mulia, 1995), hlm.
440.Muhammad Muslehuddin,
asuransi Dalam Islam
(Jakarta: Bumu Aksara, 1995), hlm. 123. SayidSabiq,
fiqh as-sunnah
(Beirut: )Dar al-Fikr, 1995), Jilid II, hlm. 89. Abu Zahra,
Buhus fi ar-Riba
(Beirut: Dar al-Buhus al-Ilmiyah, 1970), hlm. 56. Andri Soemitra, Bank & Lembaga
KeuanganSyariah (Jakarta: Prenada Media , 2012), hlm. 253
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Menurut pasal 264


Wetboek van Koophandel (kitab Undang-undangPerniagaan) bahwa yang dimaksud dengan
asuransi adalah suatu persetujuandimana pihak yang meminjam berjanji kepada pihak yang
dijamin untukmenerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin
akandiderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelasakan
terjadi.Asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional. Pada asuransisyariah setiap
peserta sejak awal bermaksud saling menolong dan melindungi satudengan yang lain dengan
menyisihkan dananya sebagai iuran kebajikan yangdisebut
Tabarru’ . Peraturan perundang-undangan tentang perasuransian di Indonesia diaturdalam
beberapa tempat, antara lain dalam kitab Undang-Undang Hukum Dagang(KUHD).
Sedangkan asuransi syariah masih terbatas dan belum diatur secarakhusus dalam undang-
undang. Macam-macam asuransi yaitu:
Asuransi Timbal Balik, asuransi dagang,asuransi pemerintah, asuransi jiwa, asuransi atas
Bahaya yang Menimpa Badan,asuransi terhadap bahaya-bahaya Pertanggujawaban
Sipil.sebagian ulama dapat menerima kehadiran asuransi denganmenghilangkan unsur
gharar, maysir dan ribanya.

Anda mungkin juga menyukai