Anda di halaman 1dari 29

PRINSIP-PRINSIP DASAR EKONOMI ISLAM

Dosen Pembimbing : Syahrizul, S. Sos, M.E.Sy

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas individu Ekonomi Islam

OLEH:

Muhammad Mauladi NIM : 11840114094

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji

syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah,

dan Inayah-Nya sehingga saya dapat merampungkan penyusunan makalah Ekonomi

Islam dengan judul "Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Islam" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung bantuan

berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak

lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya

dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih

terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena

itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang

ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini

dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan saya dapat menginspirasi para pembaca

untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 3 Oktober 2019

Muhammad Mauladi

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................1


B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan .........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2

A. DASAR-DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM .........2


B. PERBANDINGAN EKONOMI ISLAM DENGAN
EKONOMI YANG LAIN ........................................................................10
C. MASALAH POKOK DALAM EKONOMI ISLAM ............................19
D. NILAI DASAR KEPEMILIKAN DALAM ISLAM .............................20
BAB III PENUTUP ..............................................................................................24

A. KESIMPULAN .........................................................................................24
B. SARAN ......................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran ekonomi Islam telah memunculkan harapan baru bagi banyak

orang, khususnya bagi umat Islam akan sebuah ekonomi alternatif dari sistem

ekonomi modren sekarang sebagai arus utama perdebatan sebuah sistem

ekonomi dunia, dalam hal ini, keberadaan ekonomi Islam sebagai sebuah model

ekonomi alternatif memungkinkan bagi banyak pihak, muslim maupun non

muslim untuk melakukan banyak penggalian kembali berbagai ajaran Islam.

Khususnya yang menyangkut hubungan pemenuhan kebutuhan antar manusia

melalui aktivitas perekonomian maupun aktifitas lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja dasar-dasar dan prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam?

2. Bagaimana perbandingan ekonomi Islam dengan ekonomi yang lainnya?

3. Masalah pokok apa saja yang menjadi hambatan bagi ekonomi Islam?

4. Bagaimana nilai-nilai dasar dari kepemilikan menurut Islam?

C. Tujuan

1. Memahami dasar-dasar dan prinsip-prinsip dalam ekonomi Islam.

2. Mengetahui perbedaan ekonomi Islam dengan ekonomi yang lainnya.

3. Mengetahui apa saja yang menjadi masalah pokok bagi ekonomi Islam.

4. Memahami nilai-nilai dasar dari kepemilikan menurut Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. DASAR-DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM

Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa dasar-dasar prinsip, antara

lain:1

1) Seorang muslim dalam kehidupan berekonomi tidak berhubungan dengan

bunga. Allah SWT berfirman,

...ٰ‫ٰٱلر ب َ و‬
ِّ ‫ٰٰو َح َّر َم‬ ۡ ‫ٰٱّلل ه‬
َ ‫ٰٰٱل ب َ ۡي َع‬ َّ ‫و أ َ َح َّل‬...
َ
“....Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba….

(Q. S. Al-Baqarah: 275)

...ٰ‫ٰٰٱلر ب َ و ا‬ َّ ‫ق‬
ِّ ‫ٰٱّلل ه‬ ‫ ي َ مۡ َح ه‬...

“...Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah...”. (Q. S.

Al-Baqarah: 276).

َ ‫واٰالرٰ ب َ اٰأ َض ع َ ا ف ً اٰ هم‬


ٰۖ ًٰ ‫ض ا عَ ف َ ة‬ ِّ َ ‫ي َ اٰأ َي ُّ َه اٰال َّ ِّذ ي َن ٰآ َم ن ه‬
‫واَٰل ٰ ت َأ كه ل ه‬

َٰ‫واَّٰللا َ ٰ ل َ ع َ ل َّ كه م ٰ ت هف لِّ هح و ن‬
َّ ‫َو ا ت َّق ه‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba

dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya

kamu mendapat keberuntungan”. (Q. S. Ali Immron: 130).

1
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 14-15.

2
Larangan yang terdapat dalam ayat di atas tertuju pada transaksi

yang berbasis riba, baik memberi maupun menerima, baik berhubungan

dengan sesama muslim maupun non muslim. Dan diriwayatkan bahwa Nabi

Muhammad SAW mengutuk orang yang membayar bunga, mereka yang

menerima, orang yang menuliskan kontrak perjanjiannya dan orang yang

menjadi saksi transaksi tersebut.

2) Seorang muslim tidak boleh mendapatkan harta atau kekayaan dengan jalan

penipuan, pemalsuan, pencurian dan tindakan kriminal lainnya.

َ ‫اس ٰأ َش ي َ ا َء ه ه م‬
ٰ ‫ٰو ََل‬ َ َّ ‫ٰو ََل ٰ ت َب َخ سه واٰال ن‬ َ ‫ ف َ أ َو ف هواٰال كَ ي َل‬...
َ ‫ٰو ال ِّم يزَ ا َن‬

ِّ ‫ت هف ِّس د هواٰ ف ِّ يٰاْل َر‬


ٰ ‫ض ٰ ب َ ع د َٰ إ ِّ ص ََل ِّح َه ا ٰ ٰۚ ذ َ لِّ كه م ٰ َخ ي ٌر ٰ ل َ كه م ٰ إ ِّ ن ٰ كه ن ت هم‬

...َٰ‫هم ؤ ِّم ن ِّ ي ن‬
“Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah

kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan

timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka

bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik

bagimu jika betul-betul kamu orang yang beriman.” (Q. S. Al-A’raf:

85)

3) Seorang muslim tidak boleh mengambil harta anak yatim yang berada di

bawah perwaliannya.

ْ ُ‫ََٰل‬ َ ‫َى‬ ۡ ْ
‫دُلوا‬ ‫َب‬
ََّ َ ‫َََل‬
‫تت‬ ۡۖ
‫ۡ و‬
‫هم‬ َ
‫مو‬ ٰٓ‫َٰم‬
ۡ‫َٰ أ‬ َ
‫َت‬ ‫ٱلي‬ ُ‫ءا‬
‫توا‬ ََ‫و‬
َ ‫لوا‬ ‫ۡك‬
‫َِلى‬
ٰٓ
َٰ ‫ۡ إ‬
‫هم‬ُ‫ََٰل‬
َ
‫مو‬ ۡ‫ْ أ‬ ُُٰٓ َ ‫َََل‬
‫تأ‬ ‫َّيِب‬
‫ِۖۡ و‬ ‫َ ب‬
‫ِٱلط‬ ‫ٱلخَب‬
‫ِيث‬ ۡ

3
‫ٗا‬ ‫َب‬
‫ِير‬ ‫ُوبا ك‬ َ‫َا‬ ُ‫ن‬َِّ ‫ُم‬
ۡۚ َِٰ
َ َ
ٗ ‫ن ح‬ ‫ه ك‬ ‫ۥ‬ ‫ۡ إ‬ ‫لك‬ ‫مو‬ۡ‫أ‬
“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta

mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan

jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya

tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang

besar”. (QS. An Nisa’: 2)

4) Seorang muslim dilarang untuk mendapatkan penghasilan dari hasil

perjudian, lotre, dari hasil produksi, penjualan dan distribusi alkohol.

ُ
‫مر‬َۡ‫َا ٱۡلخ‬
‫نم‬ ‫ْ إ‬
َِّ ‫وا‬ُٰٓ
‫من‬ َ َ
َ‫ءا‬ ‫ها ٱَّلذ‬
‫ِين‬ َ‫ي‬َُّ
‫يأ‬ٰٓ
َٰ
َ

‫َل‬
ِ ‫َم‬
‫ۡ ع‬
‫ِن‬‫ م‬ٞ‫ۡس‬
‫ِج‬ ‫َٰلم‬
‫ُ ر‬ َۡ‫َٱۡۡلَز‬
‫ُ و‬ ‫َٱۡۡلَنص‬
‫َاب‬ ‫ُ و‬
‫ِر‬ ‫َي‬
‫ۡس‬ ‫َٱۡلم‬
‫و‬

َ‫ُو‬
‫ن‬ ‫ِح‬‫ۡل‬
‫تف‬ ‫ُم‬
ُ ۡ ََّ
‫لك‬ ‫ه َلع‬
ُ‫ُو‬
‫ِب‬‫َن‬
‫ۡت‬ ‫َٰنِ ف‬
‫َٱج‬ َ
‫ۡط‬ ‫ٱلشَّي‬

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)

khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.

(QS. Al Maidah: 90).

5) Seorang muslim hendaknya mengambil barang sesuai dengan kebutuhan.

Karena menimbun makanan dan kebutuhan dasar lainnya merupakan

bentuk pelanggaran hukum dalam islam yang sangat merugikan orang

banyak.

َّ‫ُ ٱ‬
ُ‫ّلل‬ ‫هم‬َُٰ
‫تى‬ َ‫ءا‬ َٰٓ
َ ‫ا‬ ‫ِم‬‫ن ب‬ َُ‫ۡخ‬
َ‫لو‬ ‫يب‬َ َ ‫َّ ٱَّلذ‬
‫ِين‬ ‫َن‬ ‫ۡسَب‬
‫يح‬َ ‫َََل‬
‫و‬

4
ۡۖ
‫هم‬
ۡ ُ‫ َّل‬ٞ
‫َ شَر‬
‫هو‬ُ ۡ
‫بل‬َ ۡۖ
‫هم‬ ُ‫ٗا َّل‬
‫ۡر‬‫َي‬
‫َ خ‬
‫هو‬ُ ِ
‫ِه‬ ‫َض‬
‫ۡل‬
‫ۦ‬ ‫ِن ف‬
‫م‬

ََِّ
ِ‫ّلل‬ ‫َة‬
‫ِ و‬ ‫َٰم‬
َ
‫ِي‬ ‫َ ٱۡلق‬
‫ۡم‬ َ ِ
‫يو‬ ‫ِه‬‫ْ ب‬
‫ۦ‬ ُ‫بخ‬
‫ِلوا‬ َ ‫ما‬ َ‫ُو‬
َ ‫ن‬ ‫َو‬
‫َّق‬ ‫سَي‬
‫ُط‬

‫ن‬ َُ
َ‫لو‬‫ۡم‬ َ ‫َا‬
‫تع‬ ‫ِم‬ َّ‫َٱ‬
‫ّللُ ب‬ ‫ض و‬
ِۡ‫َٱۡۡلَر‬
‫َٰتِ و‬
‫َٰو‬
َ ‫ُ ٱلسَّم‬
َ ‫َٰث‬
َ‫ِير‬
‫م‬

ٞ ‫َب‬
‫ِير‬ ‫خ‬

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang

Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa

kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah

buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan

dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-

lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Ali Imron: 180).

6) Zakat merupakan kewajiban yang berkaitan dengan harta seorang muslim.

Bila telah sampai nisabnya atau kadar tertentu dari harta yang wajib untuk

dizakatkan, seorang muslim harus mengeluarkannya. Allah SWT berfirman,

ُ‫َ َل‬
‫ه‬ ‫ِص‬
‫ِين‬ ‫مخۡل‬ َّ‫ْ ٱ‬
ُ َ‫ّلل‬ ُُ
‫دوا‬ ‫َع‬
‫ۡب‬ َِّ
ِ ‫َل‬
‫لي‬ ‫ْ إ‬
‫وا‬ُٰٓ
‫ِر‬‫ُم‬ ٰٓ‫م‬
‫ا أ‬ ََ
‫و‬

ْ ُۡ
‫توا‬‫يؤ‬َُ ََٰ
‫ة و‬ ‫لو‬ََّ
‫ْ ٱلص‬
‫ُوا‬
‫ِيم‬
‫يق‬َُ َ‫ا‬
‫ء و‬ ‫َف‬
َٰٓ ‫َ ح‬
‫ُن‬ ‫ِين‬
‫ٱلد‬

‫َة‬
ِ ‫َيِم‬
‫ُ ٱۡلق‬ ‫َٰل‬
‫ِكَ د‬
‫ِين‬ َ
‫َذ‬ َ ‫َو‬
َٰۡۚ
‫ة و‬ ‫َّك‬
‫ٱلز‬

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)

agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan

5
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang

lurus".(QS. Al Bayyinah: 5).

Setiap muslim yang memiliki kekayaan yang lebih dari jumlah

tertentu untuk memenuhi kebutuhannya harus membayar zakat kepada

orang yang membutuhkannya. Zakat adalah sarana untuk mempersempit

kesenjangan antara si kaya dan si miskin, dan untuk menjamin kebutuhan

semua orang terpenuhi.

7) Setiap muslim dianjurkan untuk memberi sedekah.

ُ
‫ه‬ َ‫ِن‬
ٰٓ‫ۥ‬
‫د‬ َّ‫َٱ‬
‫ّللُ ع‬ َۡۚ
ٞ
‫ة و‬ ‫ۡن‬‫ِت‬ ‫ُم‬
‫ۡ ف‬ ُ‫َٰل‬
‫دك‬ َۡ‫َو‬
‫َأ‬ ‫ُم‬
‫ۡ و‬ ‫َُٰلك‬
َ
‫مو‬ َ َٰٓ
ۡ‫ا أ‬ ‫نم‬َِّ
‫إ‬

‫ُم‬
ۡ ‫َع‬
‫ۡت‬ ‫َط‬
‫ما ٱسۡت‬ َّ‫ْ ٱ‬
َ َ‫ّلل‬ ‫ُوا‬
‫تق‬َّ‫َٱ‬
‫)ف‬١٥(ٞ ‫َظ‬
‫ِيم‬ ‫ٌ ع‬
‫ۡر‬‫َج‬
‫أ‬

‫ُم‬
ۡ ‫ُس‬
‫ِك‬ ‫ٗا ِۡلَنف‬
‫ۡر‬ ‫ْ خ‬
‫َي‬ ‫ُوا‬
‫ِق‬‫َنف‬
‫َأ‬‫ْ و‬
‫ُوا‬ ‫َط‬
‫ِيع‬ ‫ْ و‬
‫َأ‬ ‫َع‬
‫ُوا‬ ‫َٱسۡم‬
‫و‬

ُ
‫هم‬ ‫َٰلئ‬
ُ َ‫ِك‬ َ ‫ُو‬
ْٰٓ ‫َأ‬
‫ِ ف‬
‫ِه‬‫ۡس‬
‫ۦ‬ َ َّ
‫نف‬ ‫َ شُح‬ ََ
ُ ‫من‬
‫يوق‬ ‫و‬

َ‫ُو‬
)١٦(‫ن‬ ‫ِح‬ ‫ُف‬
‫ۡل‬ ‫ٱۡلم‬

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan

(bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar(15). Maka

bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan

dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk

dirimu. dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,

Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung(16)”. (Q. S. At

Taghobun: 15-16).

6
Secara garis besar prinsip–prinsip ekonomi Islam, yaitu sebagai berikut :2

1) Dalam ekonomi islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai

pemberian atau titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus

memenfaatkannya seefisien dan seoptimal mungkin dalam produksi guna

memenuhi kesejahteraan secara bersama di dunia, yaitu untuk diri sendiri

dan orang lain. Namun yang terpenting adalah bahwa kegiatan tersebutakan

dipertanngung jawabkannya di akhirat nanti.

2) Islam mengakui kepemilikan pribadi atas batas-batas tertentu, termasuk

kepemilikan alat produksi dan faktor produksi. Pertama ,kepemilikan

individu dibatasi oleh kepentingan masyarakat, dan kedua, islam menolak

setiap pendapatan yang diperoleh secara tidak sah, apalagi usaha yang

menghancurkan masyarakat.

3) Kekuatan penggerak utama ekonomi islam adalah kerja sama seorang

Muslim, apakah ia sebagai pembeli, penjual, penerimaupah, pembuat

keuntungan dan sebagainya, harus berpegangan pada tuntutan Allah Swt.

4) Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai capital produksi yang

akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sistem ekonomi islam

menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang

saja. Konsep ini berlawanan dengan system ekonomi kapitalis, dimana

kepemilikan industry di dominasi oleh monopoli dan oligopoli, tidak

terkecuali industri yang merupakan kepentingan umum.

2
Abd. Shomad, Hukum Islam, Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Islam, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 76-77.

7
5) Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan

untuk kepentingan orang banyak.

6) Orang muslim harus beriman kepada Allah dan hari akhir, oleh karena itu

Islam mencela keuntungan yang berlebihan, perdagangan yang tidak jujur,

perlakuan yang tidak adil, dan semua bentuk diskriminasi dan penindasan.

7) Seorang muslim yang kekayaannya melebihi tingkat tertentu (nisab)

diwajibkan membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian

kekayaan orang kaya (sebagai sanksi atas penguasaan harta tersebut), yang

ditujukan untuk orang miskin dan orang – orang yang membutuhkan.

8) Islam melarang setiap pembayaran bunga (riba) atas berbagai bentuk

pinjaman, apakah pinjaman tersebut berasal dari teman, perusahaan,

perorangan, pemerintah maupun individual lain.

Menurut Veithzal Rifai dan Andi Bukhari, prinsip dasar ekonomi islam,

yaitu sebagai berikut:3

1) Individual mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat dan

berbuat suatu keputusan yang dianggap perlu selama tidak menyimpang

dari kerangka syariat islam untuk mencapai kesejahteraan islam yang

optimal dan menghindari kemungkinan terjadinya kekacauan dalam

masyarakat.

2) Islam mengakui hak milik individu dalam masalah harta sepanjang tidak

merugikan kepentingan masyarakat luas.

3
Veithzai Rivai dan Andi Bukhari, Islamic Economic, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hlm. 20-21.

8
3) Islam juga mengakui bahwa tiap individu pelaku ekonomi mempunyai

perbedaan potensi, yang berarti juga memberikan peluang yang luas

bagi seseorang untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam kegiatan

ekonomi. Namun, hal ini kemudian ditunjang oleh seperangkat kaidah

untuk menhindari kemungkinan terjadinya konsentrasi kekayaan pada

sesorang atau sekelompok pengusaha dan mengabaikan kepentingan

masyarakat.

4) Islam tidak mengarahkan pada suatu tatanan masyarakat yang

menunjukan kesamaaan ekonomi, tetapi mendukung dan menggalakan

terwujudnya tatanan kesamaan sosial. Kondisi ini mensyaratkan bahwa

kekayaan negara yang dimiliki tidak hanya dimonopoli oleh segelintir

masyarakat saja. Disamping itu dalam sebuah negara islam tiap individu

punya luang yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan melakukan

aktivitas ekonomi.

5) Adanya jaman sosial tiap individu dalam masyarakat. Menjadi tugas dan

kewajiban negara untuk menjamin setiap warga negaranya untuk

memenuhi kebutuhan pokok hidupnya

6) Instrumen islam mencegah kemungkinan konsentrasi kekayaan pada

sekelompok kecil orang dan mangnjurkan agar kekayaan terdistribusi

pada semua lapisan masyarakat melalui suatu mekanisme yang telah

diatur oleh syariat.

7) Islam melarang praktik penimbunan kekayaan secara berlebihan yang

dapat merusak tatanan perekonomian masyarakat. Untuk mencegah

9
kemungkinan munculnya praktik penimbunan, islam memberikan

sanksi yang keras kepada para pelatihnya.

8) Islam tidak mentolerir sedikitpun terhadap setiap praktik asosial dalam

kehidupan masyarakat seperti minuman keras, perjudian, prostitusi,

pengedaran ekstasi, pornografi, dsb.

Menurut AM.Hasan Ali, prinsip ekonomi islam yaitu:4

1) Pelarangan riba

2) Pembolehan jual beli

3) Zakat

4) Intersifiasi sedekah

5) Prinsip musyarakah

6) Larangan penimbunan dan

7) Keaadilan ekonomi

B. PERBANDINGAN EKONOMI ISLAM DENGAN EKONOMI YANG LAIN

Ekonomi Islam sebagai ilmu yang mempelajari masalah-masalah ekonomi

masyarakat dalam persfektif nilai-nilai Islam.5

Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang mengatur serta menjalin hubungan

ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan

kehidupan.6

4
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Persepektif Hukum Islam. suatu tinjauan Analisis
Historis, teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2004, hlm. 22-23.
5
Muhammad Abdul Mnnan, Islamic Economics: Theory and Practice, (Delhi: Idarah-I
Adabiyat-I, 1986), hlm. 50.
6
Dumairy, Perekonomian Indonesia (Jakarta: Erlangga, 1999), hlm. 29.

10
Ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah

ekonomi rakyat yang di ilhami oleh nilai-nilai islam.7 Kata Islam setelah

Ekonomi dalam ungkapan Ekonomi Islam berfungsi sebagai identitas tanpa

mempengaruhi makna atau definisi ekonomi itu sendiri.

Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa sistem ekonomi Islam adalah suatu

sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari

keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al-Quran, As-Sunnah, ijma’ dan qiyas.

Sebuah sistem ekonomi terdiri atas unsur-unsur manusia sebagai subjek,

barang-barang ekonomi sebagai objek, serta alat kelembagaan yang mengatur

dan menjalinnya dalam kegiatan ekonomi.

Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Islam:

1) Harta kepunyaan Allah dan manusia merupakan khalifah atas harta

Dalam hal ini dapat diartikan bahwa semua harta yang ada di tangan manusia pada

hakikatnya kepunyaan Allah, karena Dialah yang menciptakannya. Akan tetapi

Allah memberikan hak kepada manusia untuk memanfaatkannya. Namun

pemanfaaannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan orang lain. Jadi

kepemilikan dalam Islam tidak mutlak.

2) Ekonomi terikat dengan akidah, syariah dan moral

Yaitu setiap kegiatan ekonomi akan bernilai ibadah dengan mengikuti

aturan yang telah ditetapkan dalam Islam.

3) Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan

7
Manan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
1992), hlm. 19.

11
Maksudnya adalah bahwa apa saja yang kita lakukan di dunia ini hakikatnya

adalah untuk mencapai kebahagiaan akhirat.

4) Ekonomi Islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu

dengan kepentingan umum.

Artinya, kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang untuk

mensejahterakan dirinya tidak boleh dilakukan dengan mengabaikan dan

mengorbankan kepentingan orang lain dan masyarakat umum.

5) Kebebasan individu dijamin dalam Islam

Dalam Islam diberikan kebebasan individu namun tidak boleh melanggar

aturan-aturan Allah, dengan kata lain kebebasan tersebut sifatnya tidak

mutlak.

6) Negara diberi wewenang turut campur dalam perekonomian

Dalam Islam Negara berkewajiban melindungi kepentingan masyarakat dari

ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Negara

berkewajiban memberikan jaminan sosial agar seluruh masyarakat dapat

hidup secara layak.

7) Bimbingan Konsumsi

Artinya, didalam Islam ada ketentuan mana yang halal dan haram untuk

dikonsumsi dan juga perilaku yang baik dan tidak baik.

8) Petunjuk Investasi

Dalam Islam ada kriteria untuk dapat melakukan investasi yaitu:

a) Proyek yang baik menurut Islam

b) Memberikan rezeki seluas mungkin kepada masyarakat

12
c) Memberantas kekafiran, memperbaiki pendapatan dan kekayaan

d) Memelihara dan mengembangkan harta

e) Melindungi kepentingan anggota masyarakat

9) Zakat

Adalah karakteristik yang paling istimewa, karena tidak dimiliki oleh sistem

ekonomi konvensional. Dalam hal ini ada konsep dalam harta kita ada hak

orang lain dan hukumnya harus kita sisihkan.

10) Larangan riba

Dalam Islam sangat tegas dikatakan bahwa riba adalah haram. Untuk itu

harus dihidupkan ekonomi pada sektor riil.

Sedangkan, ekonomi kapitalis memiliki kecenderungan yang mengarah pada

kebebasan yang meliputi, Kebebasan memiliki harta secara perorangan,

kebebasan ekonomi dan persaingan bebas, serta ketimpangan ekonomi.

Pemikiran sistem ekonomi kapitalis sudah banyak dimulai oleh para pemikir

terdahulu, namun yang dianggap sebagai pendiri resmi dari sistem ekonomi

kapitalis adalah Adam Smith (1723-1790 M) dengan bukunya An inquiry into

the Nature and Causes of the Wealth of Nation.8

Semboyan kapitalisme adalah Laissez faire et laissez passer, le monde va de

lui meme (biarkan ia berbuat dan biarkan ia berjalan, dunia akan mengurus diri

sendiri). Selain itu, dia juga merupakan “Bapak Ilmu Ekonomi.”

Ciri-Ciri sistem ekonomi Kapitalis sebagai berikut:9

8
Ariswanto, Buku Pintar Teori Ekonomi (Jakarta: Aribu Matra Mandiri, 1997), hlm. 70.
9
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam (Yogyakarta: Ekonosia, 2004), hlm. 91.

13
1) Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi dimana Pemilikan alat-alat

produksi di tangan individu dan Inidividu bebas memilih pekerjaan/ usaha

yang dipandang baik bagi dirinya.

2) Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar dimana Pasar berfungsi

memberikan “signal” kepada produsen dan konsumen dalam bentuk harga-

harga. Campur tangan pemerintah diusahakan sekecil mungkin. “The

Invisible Hand” yang mengatur perekonomian menjadi efisien serta motif

yang menggerakkan perekonomian mencari laba.

3) Manusia dipandang sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu

mengejar kepentingan sendiri.

Perbandingan Sistem Ekonomi Islam dan Ekonomi Modern

a) Konsep Sumber kekayaan.

Sumber kekayaan, konsep sumber kekayaan antara kaum kapitalis dan

sosialis adalah sama dimana dalam konsep ini sumber kekayaan sangat

langka atau disebut dengan scarcity of resource. Namun tidak dalam konsep

Islam, dalam Islam konsep kekayaan adalah mutlak milik Allah, dari Allah,

karna Allah.

b) Konsep Kepemilikan

Konsep kapitalis memiliki pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi

dimana pemilikan alat-alat produksi ditangan individu, dan individu bebas

memilih pekerjaan atau usaha yang dipandang baik bagi dirinya, hal ini

ditandai dengan adanya pasar bebas yang merupkan mekanisme yang dapat

14
menjamin dari aktualisasi kebebasan dan hak kepemilikan pribadi, dan juga

mendorong dan melindungi hak kebebasan sampai batas maksimal individu

yang dalam hal ini tanpa campur tangan pemerintah. Sedangkan sosialis

sumber kekayaan didapat dari pemberdayaan buruh, dan Ekonomi Islam

sumber kekayaan yang dimiliki hanyalah titipan Allah.

c) Tujuan gaya hidup

Dalam kapitalis menimbun harta sebanyak-banyaknya untuk kepuasan

pribadii, sedangkan sosialis memiliki asumsi bahwa tujuan gaya hidup

dalam berekonomi adalah kesetaraan penghasilan bagi kaum buruh dan

tujuan Ekonomi Islam dalam hal tujuannya yaitu mencapai kemakmuran

dunia dan akhirat.

Bila dilihat dari berbagai aspek inilah perbedaan antara sistem ekonomi islam

dengan ekonomi modern:

No Keterangan Islam Modern

1 Sumber Al-Quran Daya fikir manusia

2 Motif Ibadah Rasional matearialism

3 Paradigma Syariah Pasar

4 Pondasi dasar Muslim Manusia ekonomi

Utilitarian
5 Landasan fillosofi Falah
individualism

6 Harta Pokok kehidupan Asset

7 Investasi Bagi hasil Bunga

15
Zakat, infak,

Distribusi shodaqoh, hibah,


8 Pajak dan tunjangan
kekayaan hadiah, wakaf dan

warisan.

Konsumsi- Maslahah, kebutuhan Egoism, materialism,


9
produksi dan kewajiban dan rasionalisme

Bebas dan dalam


10 Mekanisme pasar Bebas
pengawasan

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah perbedaan mendasar antara ekonomi Islam

dan ekonomi konvensional. Di antara perbedaan mendasar itu adalah:

1) Rasionaliti dalam ekonomi modern adalah rational economics man yaitu

tindakan individu dianggap rasional jika tertumpu kepada kepentingan diri

sendiri (self interest) yang menjadi satu-satunya tujuan bagi seluruh

aktivitas. Ekonomi modern mengabaikan moral dan etika dan terbatas

hanya di dunia saja tanpa mengambil kira hari akhirat.

Sedangkan, dalam ekonomi Islam jenis manusia yang hendak

dibentuk adalah Islamic man. Islamic man dianggap perilakunya rasional

jika konsisten dengan prinsip-prinsip Islam yang bertujuan untuk

menciptakan masyarakat yang seimbang. Tauhidnya mendorong untuk

yakin, Allah-lah yang berhak membuat peraturan untuk mengantarkan

kesuksesan hidup. Ekonomi Islam menawarkan konsep rasionaliti secara

lebih menyeluruh tentang tingkah laku agen-agen ekonomi yang

16
berlandaskan etika ke arah mencapai al-falah, bukan kesuksesan di dunia

malah yang lebih penting lagi ialah kesuksesan di akhirat.

2) Tujuan utama ekonomi Islam adalah mencapai falah di dunia dan akhirat,

sedangkan ekonomi konvensional/modern semata-mata kesejahteraan

duniawi.

3) Sumber utama ekonomi Islam adalah al-Quran dan al-Sunnah atau ajaran

Islam.

4) Islam lebih menekankan pada konsep need daripada want dalam menuju

maslahah, karena need lebih bisa diukur daripada want. Menurut Islam,

manusia mesti mengendalikan dan mengarahkan want dan need sehingga

dapat membawa maslahah dan bukan madarat untuk kehidupan dunia dan

akhirat.

5) Orientasi dari keseimbangan konsumen dan produsen dalam ekonomi

konvensional adalah untuk semata-mata mengutamakan keuntungan.

Semua tindakan ekonominya diarahkan untuk mendapatkan keuntungan

yang maksimal. Jika tidak demikian justru dianggap tidak rasional. Lain

halnya dengan ekonomi Islam yang tidak hanya ingin mencapai keuntungan

ekonomi tetapi juga mengharapkan keuntungan rohani dan al-falah.10

Perbedaan Konsep Ekonomi Kapitalis, Sosialis dan Islam:

Konsep Kapitalis Sosialis Islam

10
Umer Chapra, The Future of Economics (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 202-
206.

17
Sumber kekayaan
Sumber Sumber kekayaan Sumber kekayaan
alam semesta dari
Kekayaan sangat langka sangat langka
Allah swt.

Setiap pribadi Sumber kekayaan


Sumber kekayaan
dibebaskan untuk di dapat dari
yang kita miliki
Kepemilikan memiliki semua perberdayaan
adalah titipan dari
kekayaan yang tenaga kerja
Allah swt.
diperolehnya. (buruh)

Kesetaraan Untuk mencapai


Tujuan
penghasilan di kemakmuran di
Gaya Hidup Kepuasan pribadi
antara kaum dunia dan di
Perorangan
buruh akhirat.

Konsep dari ekonomi kapitalis di mana sumber kekayaan itu sangat langka

dan harus di peroleh dengan cara bekerja keras di mana setiap pribadi boleh

memiliki kekayaan yang tiada batas, untuk mencapai tujuan hidup nya. Dalam

sistim ekonomi kapitalis perusahaan di miliki oleh perorangan. Terjadi nya

pasar (market) dan terjadinya demand and supply adalah ciri khas dari ekonomi

kapitalis. Keputusan yang diambil atas isu yang terjadi seputar masalah

ekonomi sumbernya adalah dari kalangan kelas bawah yang membawa masalah

tersebut ke level yang lebih atas.

Sementara Islam mempunyai suatu konsep yang berbeda mengenai kekayaan,

semua kekayaan di dunia adalah milik dari Allah SWT yang dititipkan kepada

kita, dan kekayaan yang kita miliki harus di peroleh dengan cara yang halal,

18
untuk mencapai Al-falah (makmur dan success) dan Sa’ada Haqiqiyah

(kebahagian yang abadi baik di dunia dan akhirat). Dalam Islam yang ingin

punya property atau perusahaan harus mendapatkannya dengan usaha yang

keras untuk mencapai yang namanya Islamic Legal Maxim, yaitu mencari

keuntungan yang sebanyak banyak nya yang sesuai dengan ketentuan dari

prinsip prinsip syariah. Yang sangat penting dalam transaksi Ekonomi Islam

adalah tidak ada nya unsur Riba (interest) Maisir (judi) dan Gharar (ke tidak

pastian).

Lain halnya dengan konsep ekonomi sosialis, di mana sumber kekayaan itu

sangat langka dan harus di peroleh lewat pemberdayaan tenaga kerja (buruh),

di semua bidang, pertambangan, pertanian, dan lainnya. Dalam sistem Sosialis,

semua bidang usaha dimiliki dan diproduksi oleh negara. Tidak terciptanya

market (pasar) dan tidak terjadinya supply dan demand, karena Negara yang

menyediakan semua kebutuhan rakyatnya secara merata. Perumusan masalah

dan keputusan di tangani langsung oleh negara.11

C. MASALAH POKOK DALAM EKONOMI ISLAM

Dalam pandangan ekonomi konvensional Ilmu ekonomi adalah studi

tentang pemanfaatan sumber daya yang langka atau terbatas untuk memenuhi

kebutuhan manusia yang tidak terbatas.12 Ekonomi merupakan studi yang

membahas bagaimana menggunakan atau mengalokasikan sumber sumber daya

11
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hlm. 156-157.
12
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikronomi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002, hlm. 5.

19
ekonomi yang terbatas jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang

tidak terbatas. Di sini berarti terjadi pertentangan antara kebutuhan dan

Keinginan manusia yang sifatnya tidak terbatas, dengan kapasitas sumber daya

yang terbatas. Oleh karenanya, yang menjadi masalah pokok dalam suatu sistem

ekonomi menurut teori ekonomi konvensional adalah kelangkaan dan keinginan

manusia yang tidak terbatas.

Berikut masalah pokok dalam ekonomi islam:

1) Kecilnya market share industri keuangan syariah

2) Rendahnya tingkat literasi keuangan syariah

3) Kecilnya peranan industri perbankan dan keuangan syariah dalam

pembangunan infrastruktur

4) Perangkat peraturan, hukum, kebijakan dan fatwa baik dalam skala

nasional maupun internasional masih belum optimal merespon

percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.

5) Kualitas dan kompetensi sumber daya insan ekonomi dan keuangan

yang masih rendah.

6) Belum adanya blue print dan arsitektur pembangunan ekonomi syariah

nasional yang integratif dan dijalankan oleh pemerintah.

7) Belum terbangunnya sinergitas dan aliansi strategis antarpemegang

kebijakan.13

13
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/15/04/30/nnlpwg-tujuh-
masalah-yang-dihadapi-ekonomi-syariah (Diakses di Pekanbaru, Pukul 11:44 WIB, 03/10/19)

20
D. NILAI DASAR KEPEMILIKAN DALAM ISLAM

Kepemilikan berasal dari kata milik yang berarti pendapatan seseorang yang

diberi wewenang untuk mengalokasikan harta yang dikuasai orang lain dengan

keharusan untuk selalu memperhatikan sumber (pihak) yang menguasainya.

Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang

memiliki suatu barang berarti mempunyai kekuasaan atas barang tersebut,

sehingga ia dapat mempergunakannya sesuai dengan kehendahnya dan tidak

ada orang lain baik secara individual maupun kelembagaan yang dapat

menghalang-halanginya dari memanfaatkan barang yang dimilikinya tersebut.

Milik secara bahasa, sebagaimana dikatakan oleh Raghib al Ashfihani

adalah : “Pembelanjaan (alokasi harta) dengan dasar legal formal berupa

perintah dan larangan yang berlaku ditengah masyarakat.14

Milik atau hak milik sebagaimana yang dianut dalam Kitab Undang-Undang

Hukum. Perdata pasal 570 adalah : “Hak untuk menikmati kegunaan sesuatu

kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu

dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang

atau peraturan umum yang telah ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak

menetapkannya, dan tidak mengganggu hak orang lain, kesemuanya itu dengan

tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum

berdasar atas ketentuan undang-undang, dan dengan pembayaran ganti

rugi”.15

14
Abdullah Abdul Husein at-Tariqi. Ekonomi Islam, prinsip, dasar, dan
tujuan. (Yogyakarta: Magistra Insani Press.2004), hlm 58.
15
Muhamad, Alimin. Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi
Islam. (Yogyakarta: BPFE), 2004, hlm. 150.

21
Milik menurut pendapat para ahli Fiqh sebagaimana yang didefinisikan oleh

Al-Qurafi adalah: “Hukum syariat yang terkandung dalam suatu benda atau

dalam suatu yang dimanfaatkan yang dituntut adanya pemberdayaan bagi

siapapun yang menguasainya dengan cara memanfaatkan barang yang dimiliki

itu”.

Menurut ulama’ syar’i kepemilikan dalam syari’ah islam adalah

kepemilikan atas sesuatu sesuai dengan sturan hukum yang mana seseorang

mempunyai hak untuk bertindak dari apa yang dimiliki sesuai jalur yang benar,

dan sesuai dengan hukum.

Dalam konsep kepemilikan Islam, kepemilikan kekayaan pribadi dianggap

sebagai motivasi untuk merangsang upaya terbaik manusia untuk memperluas

kekayaan masyarakat. Akan tetapi bagi kaum sosialis ini merupakan penyebab

utama dari distribusi kekayaan yang irasional dan tidak adil. Konsep islam

dalam kepemilikan pribadi bersifat unik. Kepemilikan, dalam esensinya

merupakan kepemilikan Tuhan, sementara hanya sebagiannya saja, dengan

syaray-syarat tertentu, menjadi milik manusia sehingga ia bisa memenuhi

tujuan Tuhan. Yaitu, tujuan masyarakat dengan cara bertindak sebagai wali bagi

mereka yang membutuhkan.16

Kepemilikan dalam signifikannya yang komprehensif, menyatakan

hubungan antar seseorang dan semua hak-hak yang mana terletak padanya. Apa

yang dimiliki manusia adalah hak dalam segala hal. Hak seperti itu dalam islam

16
Djuwaini. Dimyauddin. Pengantar Fiqih Muamalah. (Yogyakarta: Pustaka pelajar.
2008), hlm. 25.

22
membawa kemurnian ketika hak itu tidak digunakan untuk kepentingan pemilik

semata akan tetapi juga untuk kepentingan masyarakat.

Islam menolak paham, bahwa kepemilikan adalah tugas kolektif. Posisi

islam dengan pengikut paham ini jelas berbeda. Islam juga berbeda dengan

paham kapitalis yang menganggap bahwa kepemilikan individu sangat bsolute,

selain itu islam juga menolak bahwa kepemilikan adalah hak bersama. Islam

sangat mengakui dan tidak menentang bahwa kepentingan umum harus

dipertimbangkan dan didahulukan daripada kepentingan sekelompok kecil atau

segelintir orang. Sebab mempertimbangkan kemaslahatan umum adalah satu

hal yang harus diterima dalam rumusan kepemilikan.17

Islam tidak menghendaki kepincangan antara hak individu pemilik

dengan hak masyarakat lain. Keberhakkan pemilik dalam pandangan islam

adalah baku. Hanya saja pemerintah mempunyai hak intervensi atas nama

undang-undang. Ini pun sangat terbatas pada kasus-kasus tertentu yang

kaitannya adalah target sosial kemasyarakatan yang hendak diwujudkan. Posisi

islam yang demikian dimaksudkan untuk membuat perimbangan antara hak

milik dan hak intervensi yang ditakutkan berlebihan dengan dalih: demi

kesejahteraan umum.

17
An Nababan Faruq. Sistem Ekonomi Islam. (Yogyakarta: UII Pres. 2000), hlm. 41.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Seperti dipaparkan diatas, bahwa Ekonomi islam adalah ilmu

pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi rakyat yang di

ilhami oleh nilai-nilai islam.

Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa sistem ekonomi Islam

adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai

Islam. Sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al-Quran, As-

Sunnah, ijma’ dan qiyas.

Adapun mengenai prinsip ekonomi islam saya mengutip pendapat

dari AM.Hasan Ali, yaitu: Pelarangan riba, pembolehan jual beli, zakat,

intersifiasi sedekah, prinsip musyarakah, larangan penimbunan dan

keaadilan ekonomi.

B. Kritik dan Saran

Demikianlah makalah tentang “Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi

Islam” yang telah Saya paparkan. Saya menyadari makalah ini jauh dari kata

sempurna maka dari itu kritik yang membangun dari pembaca sangat Saya

harapkan untuk perbaikan. Harapan Saya, semoga makalah ini dapat

memberi pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kita semua.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Shomad, (2010), Hukum Islam, Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum

Islam, Jakarta: Kencana.

Abdullah Abdul Husein at-Tariqi. (2004), Ekonomi Islam, prinsip, dasar, dan

tujuan. Yogyakarta: Magistra Insani Press.

Akhmad Mujahidin, (2007), Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

AM. Hasan Ali, (2004), Asuransi dalam Persepektif Hukum Islam. suatu tinjauan

Analisis Historis, teoritis dan Praktis, Jakarta: Kencana.

An Nababan Faruq. (2000), Sistem Ekonomi Islam. Yogyakarta: UII Pres.

Ariswanto, (1997), Buku Pintar Teori Ekonomi Jakarta: Aribu Matra Mandiri.

Djuwaini. Dimyauddin. (2008), Pengantar Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Dumairy, (1999), Perekonomian Indonesia Jakarta: Erlangga.

Eko Suprayitno, (2005), Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan

Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Heri Sudarsono, (2004), Konsep Ekonomi Islam Yogyakarta: Ekonosia.

Manan, (1992), Teori dan Praktik Ekonomi Islam Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Muhamad, Alimin. (2004), Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi

Islam. Yogyakarta: BPFE.

Muhammad Abdul Mnnan, (1986), Islamic Economics: Theory and Practice,

Delhi: Idarah-I Adabiyat-I.

Sadono Sukirno, (2002), Pengantar Teori Mikronomi, Jakarta: PT Raja Grafindo

iv
Persada.

Umer Chapra, (2001), The Future of Economics Jakarta: Gema Insani Press.

Veithzai Rivai dan Andi Bukhari, (2009), Islamic Economic, Jakarta: Bumi

Aksara.

https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/15/04/30/nnlpwg-

tujuh-masalah-yang-dihadapi-ekonomi-syariah

Anda mungkin juga menyukai