Disusun Oleh:
KELAS A
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman, makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu kami terbuka untuk menerima segala kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................2
A. RIWAYAT HIDUP.............................................................................................................2
A. Kesimpulan............................................................................................................................7
B. Saran.......................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. RIWAYAT HIDUP
Al-Syatibi yang bernama lengkap Abu Ishaq bin Musa bin Muhammad Al-Lakhmi Al-
Gharnati Al-S yatibimraNGerupakan salah seorang cendikiawan muslim yang belum banyak
diketahui latar belakang kehidupannya. Ia berasal dari suku arab Lakhmi. Nama Al-
Syatibidinisbatkankedaerah asal keluarganya, Syatiba (Xatiba atau Jativa), yang terletak
dikawasan Spanyol bagian Timur.
Suasana ilmiah yang berkembang dengan baik dikota tersebut sangat menguntungkan
bagi Al-Syatibi dalam menuntut ilmu serta mengembangkannya dikemudian hari. Dalam
meniti pengembangan intelektualitasnya, tokoh yang bermazhab Maliki ini mendalami
berbagai ilmu, baik yang berbentuk ‘ulumal-wasa’il (metode) maupu ‘ulummaqashid (esensi
dan hakikat).
Sebagai sumber utama agama islam, Al Qur’an mengandung berbagai ajaran. Ulama
membagi kandungan Al Qur’an dalam tiga bagian besar, yaitu akidah, akhlaq, dan syariah.
Akidah berkaitan dengan dasar-dasar keimanan, akhlaq berkaitan dengan etika dan syariah
2
berkaitan dengan berbagai aspek hukum yang muncul dari aqwal (perkataan) dan af’al
(perbuatan). Kelompok terakhir (syari’ah), dalam sistematika hukum islam, dibagi dalam dua
hal, yakni ibadah (habl min Allah) dan muamalah (habl min al-nas).
Secara bahasa, Maqashid Al-Syari’ah terdiri dari dua kata, yakni maqashid dan al-syariah.
Maqashid berarti kesengajaan atau tujuan, sedangkan Al- Syari’ah berarti jalan menuju
sumber air, dapat pula dikatakan sebagai jalan kearah sumber pokok kehidupan.
a. Dharuriyat
Jenis maqashid ini merupakan kemestian dan landasan dalam menegakkan kesejahteraan
manusia di dunia dan akhirat yang mencakup pemeliharaan lima unsur pokok dalam
kehidupan manusia. Pengabaian terhadap kelima unsur pokok tersebut akan menimbulkan
kerusakan di muka bumi serta kerugian yang nyata diakhirat kelak.
Sebagai contoh, penunaian rukun islam, pelaksanaan kehidupan manusiawi serta larangan
mencuri masing-masingmerupakan salah satu bentuk pemeliharaan ekistensi agama dan jiwa
serta perlindungan terhadap eksistesi harta.
b. Hajiyat
3
lainnya yang bertujuan untuk memudahkan kehidupan atau menghilangkan kehidupan
manusia di dunia.
c. Tahsiniyat
Tujuan jenis maqashid yang ketiga ini adalah agar manusia dapat melakukan yang terbaik
untuk menyempurnakan pemeliharaan lima unsur pokok kehidupan manusia. Ia tidak
dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai kesulitan, tetapi hanya
bertindak sebagai pelengkap, penerang dan penghias kehidupan manusia.
Dari hasil penelaahannya secara lebih mendalam, Al-Syatibi menyimpulkan korelasi antara
ketiganya, sebagai berikut :
Dengan demikian, apabila dianalisis lebih jauh, dalam usaha mencapai pemeliharaan lima
unsur pokok secara sempurna, ketiga tingkat maqashid tersebut tidak dapat dipisahkan.
Tampaknya, bagi Al-Syatibi, tingkat hajiyat merupakan penyempurna tingkat dharuriyat,
tingkat tahsiniyat merupakan penyempurna lagi bagi tingkat, sedangkan dharuriyat menjadi
pokok hajiyat dan tahsiniyat.
4
C. BEBERAPA PANDANGAN AL-SYATIBI DI BIDANG EKONOMI
1. Objek Kepemilikan
Air yang tidak dapat di jadikan sebagai objek kepemilikan, seperti air sungai dan
oase, dan air yang bisa dijadikan sebagai objek kepemilikan, seperti air yang dibeli atau
termasuk bagian dari sebidang tanah milik individu. Lebih jauh, ia menyatakan bahwa tidak
ada hak kepemilikan yang dapat di klaim terhadap sungai dikarenakan adanya pembangunan
dam.
2. Pajak
Dalam pandangan Al-Syatibi, pemungutan pajak harus di lihat dari sudut pandang
maslahah (kepentingan umum). Dengan mengutip pendapat para pedahulunya, seperti Al-
Ghazali dan Ibnu Al-Farra’, yang menyatakan bahwa pemeliharaan kepentingan umum
secara essensial adalah tanggung jawab masyarakat. Dalam kondisi tidak mampu
melaksanakan tanggung jawab ini, masyarakat bisa mengalihkannya kepada Baitul Mall serta
menyumbangkan sebagai kekayaan mereka sendiri untuk tujuan tersebut. Oleh karena itu,
pemerintah dapat mengenakan pajak-pajak baru terhadap rakyatnya, sekalipun pajak tersebut
belum pernah dikenal dalam sejarah islam.
Dari pemaparan konsep Maqashid Al-Syariah diatas, terlihat jelas bahwa syaria
menginginkan setiap individu memperhatikan kesejahteraan mereka. Al –Syatibi
menggunakan istilah maslahah untuk mnggambarkan tujuan syariah ini. Dengan kata lain,
manusia senantiasa dituntut untuk mencari kemaslahatan. Aktifitas ekonomi produksi,
konsumsi, dan pertukaran yang menyertakan kemaslahatan seperti di defenisikan syariah
harus diikuti sebagai kewajiban agama untuk memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat.
5
Dengan demikian, seluruh aktifitas ekonomi yang mengandung kemaslahatan bagi umat
manusia disebut sebagai kebutuhan (needs).
Bila ditelaah dari sudut pandang ilmu manajemen kontenporer, konsep maqashidal-
syariah mempunyai relevansi yang begitu erat dengan konsep motivasi. Seperti yang telah
kita kenal, konsep motivasi lahir seiring dengan munculnya persoalan “mengapa”seseorang
berprilaku. Motivasi itu sendiri didefenisikan sebagai seluruh kondisi usaha keras yang
timbul dari dalam manusia yang di gambarkan dengan keinginan, hasrat, dorongan, dan
sebagainya. Bila dikaitkan dalam konsep maqashidal-syariah jelas bahwa dalam pandangan
islam, motivasi manusia dalam melakukan aktivitas ekonomi adalah untuk memenuhi
kebutuhanya dalam arti memperoleh kemaslahatan hidup di dunia maupun di akhirat.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Syatibi yang bernama lengkap Abu Ishaq bin Musa bin Muhammad Al-Lakhmi
Al-Gharnati Al-Syatibi merupakan salah seorang muslim yang belum banyak diketahui
latar belakang kehidupanya. Yang jelas, ia berasal dari suku Arab Lakhmi. Nama Al-
Syatibidinisbatkan ke daerah asal keluarganya, Syatibah (Xatiba atau Jativa), yang
terletak di kawasan Spanyol bagian timur, beliau wafat pada tanggal 8 Sya’ban 790
H/1388 M.
Kemaslahatan manusia dapat terealisasi apabila lima unsur pokok kehidupan dapat
diwujudkan dan dipelihara,yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
1. Objek Kepemilikan
2. Pajak
7
relevansi yang begitu erat dengan konsep Motivasi. Motivasi itu sendiri didefinisikan
sebagai seluruh kondisi usaha keras yang timbul dari dalam diri manusia yang
digambarkan dengan keinginan, hasrat, dorongan dan sebagainya. Bila dikaitkan dengan
konsep maqashidalsyari’ah, jelas bahwa dalam pandangan Islam, motivasi manusia
dalam melakukan aktivitas ekonomi adalah untuk memenuhi kebutuhannya dalam arti
memperoleh kemaslahatan hidup di dunia dan di akhirat.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan. Oleh karena itu,
pembaca diharapkan dapat memberi kritik ataupun saran yang dapat memperbaiki
makalah ini.
8
DAFTAR PUSTAKA