Anda di halaman 1dari 21

AKHLAQ TASAWWUF

HUBUNGAN ILMU AKHLAQ DENGAN ILMU LAINNYA

MAKALAH

Oleh:

1. ARINI IZZAKA
(D20191007)
2. ANIQOH SUSILO WATI (D20191015)
3. SEPTIAWAN DWI CAHYO (D20191040)
4. MUHAMMAD GAMAL SYAH KOTO (D20191046)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

Fakultas Dakwah

SEPTEMBER, 2020

i
AKHLAQ TASAWWUF

HUBUNGAN ILMU AKHLAQ DENGAN ILMU LAINNYA

MAKALAH
Untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Akhlaq Tasawuf
Semester Genap Tahun Ajaran 2020/2021
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Oleh:

1. ARINI IZZAKA (D20191007)


2. ANIQOH SUSILO WATI (D20191015)
3. SEPTIAWAN DWI CAHYO (D20191040)
4. MUHAMMAD GAMAL SYAH KOTO (D20191046)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

Fakultas Dakwah

SEPTEMBER, 2020

i
MOTTO

‫َر ْالفَحْ شَا ِء َع ِن َويَ ْنهَ ٰى ْالقُرْ بَ ٰى ِذي َوإِيتَا ِء َواإْل ِ حْ َسا ِن بِ ْال َع ْد ِل يَأْ ُم ُر هَّللا َ إِ َّن‬
ِ ‫تَ َذ َّكرُونَ لَ َعلَّ ُك ْم يَ ِعظُ ُك ْم ۚ َو ْالبَ ْغ ِي َو ْال ُم ْنك‬

“Innallāha ya`muru bil-'adli wal-iḥsāni wa ītā`i żil-qurbā wa yan-hā 'anil-


faḥsyā`I wal-mungkari wal-bagyi ya'iẓukum la'allakum tażakkarụn”. Terjemah
Arti: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.

Tafsir Quran Surat An-Nahl Ayat 90. Sesungguhnya Allah memerintahkan


keadilan pada hamba-hamba-Nya dengan menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak
para hamba, tidak mengutamakan seseorang di atas orang lain dalam hukum
kecuali karena satu hak yang mengharuskan demikian. Allah memerintahkan
berbuat kebaikan dengan memberikan apa yang tidak wajib atas seorang hamba
seperti infak suka rela atau memaafkan orang zalim. Allah memerintahkan
membantu hajat kebutuhan para kerabat. Allah melarang segala sesuatu yang
buruk, baik berupa perkataan seperti perkataan yang buruk atau perbuatan seperti
zina. Allah melarang apa yang diingkari oleh syariat, yaitu segala bentuk
kemaksiatan. Allah melarang berbuat zalim dan sombong di hadapan manusia.
Allah menasihati kalian dengan apa yang Dia perintahkan kepada kalian dan apa
yang Dia larang dalam ayat ini dengan harapan kalian mau mengambil pelajaran
dari nasihat Allah tersebut

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehinga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
hubungan ilmu akhlaq dengan ilmu lainya ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Dosen pada Mata Kuliah Akhlaq Tasawuf. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang hubungan ilmu akhlaq dengan ilmu-ilmu
lainya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Hilmi Azizi, M.Pd.I


selaku Dosen Mata Kuliah Akhlaq Tasawuf yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang
penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuanya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.

Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 11 September 2020

penulis

iii
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................................i
MOTTO........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................1
C. Tujuan pembahasan......................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hubungan akhlaq dengan sosiologi..............................5
B. Hubungan akhlaq dengan psikologi.............................6
C. Hubungan akhlaq dengan filsafat.................................7
D. Hubungan akhlaq dengan ilmu tasawuf.......................9
E. Hubungan akhlaq dengan ilmu pendidikan................11
F. Hubungan akhlaq dengan aqidah dan ibadah.............13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...............................................................15
B. Saran...........................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................16

iv
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum melangkah lebih jauh membahas materi, seyogyanya


perlu dimengerti bahwa ahlak merupakan suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,
dengan tidak memerlukan pertimbangan terlebih dahulu. sedangkan ilmu
akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan
menerangkan apa yang harus diperbuat oleh sebagian manusia terhadap
sesamanya dan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan yang lurus yang harus
diperbuat. Ilmu Akhlak sering disamakan dengan ethika, namun diantara
keduanya memiliki perbedaan yaitu etika menentukan baik dan buruk
perbuatan manusia dengan tolak ukur akal pikiran, sedangkan ilmu akhlak
menentukannya dengan tolak ukur ajaran agama. Dengan demikian objek
pembahasan ilmu akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap
suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.

Kaitannya dengan akhlak seseorang, itu tidak terlepas dari tingkah


laku (sikap) dengan sesama dan penciptanya (Tuhannya). Maka dalam hal
ini ilmu akhlak tentunya mempunyai hubungan-hubungan yang terkait
dengan ilmu-ilmu lainnya, baik dari segi tujuan, konsep dan kontribusi
ilmu akhlak terhadap ilmu-ilmu tersebut dan sebaliknya bagaimana
kontribusi ilmu lain terhadap ilmu akhlak.

B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan sosiologi?
b) Bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan psikologi?
c) Bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan filsafat?
d) Bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan ilmu tasawuf?
e) Bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan ilmu pendidikan?
f) Bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan aqidah dan ibadah?

1
B. Tujuan Pembahasan
a) Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan sosiologi.
b) Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan psikologi.
c) Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan filsafat.
d) Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan ilmu tasawuf.
e) Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan ilmu pendidikan.
f) Untuk mengetahui bagaimana hubungan ilmu akhlaq dengan aqidah dan ibadah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

 Hubungan Ilmu Akhlaq Dengan Ilmu lainya

Perkembangan keilmuan dalam islam melaju dengan cepat dan


pasti. Dalam hal ini Nabi Muhammad sebagai tokoh penyebar agama
islam, telah memberikan penegasan tentang fungsi dan peran ilmu dalam
Islam.

Ilmu-ilmu agama islam muncul pada masa-masa awal Dinasti


Abasiyah (133-766 H/750-1258), tepatnya setelah kaum muslimin dapat
menciptakan stabilitas keamanan diseluruh wilayah islam. Kaum muslimin
yang tingkat kehidupanya semakin baik, tidak lagi berorientasi untuk
memperluas wilayah, melainkan berupaya untuk membangun suatu
peradaban melalui pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
muncullah berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kengangkitan ilmu
pengetahuan. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa:

1. penyusun buku-buku,

2. perumusan ilmu-ilmu Islam, dan

3. penerjemahan manuskrip dan buku-buku berbahasa asing ke


bahasa Arab[1]

Ilmu pengetahuan yang berkembang saat itu, tidak hanya Ilmu-


ilmu agama Islam. Ilmu-ilmu keduniaan yang memang tidak bisa
dipisahkan dari ilmu-ilmu agama juga turut berkembang, sehingga pada
masa ini muncul ahli-ahli ilmu bahasa arab, ahli ilmu alam, dan para filsuf.

Ada beberapa hal yang mendorong berkembangnya ilmu


pengetahuan sebagai berikut:

3
1. Masuknya orang-orang non-Arab kedalam agama islam
(mawali), baik dari Persia, bizantium, maupun Mesir. sebagian
dari mereka adalah orang dewasa yang sudah memiliki ilmu
pengetahuan cukup tinggi, atau memiliki kemampuan dibidang
administrasi negara.
2. Dukungan Khalifah Abasiyah, terutama sejak Abu Ja’far Al-
Manshur (137-159 H/734-755 M), untuk melakukan
penerjemahan buku-buku filsafat yunani ke dalam bahasa Arab,
serta pembukuan ilmu-ilmu islam. Penulisan buku-buku ini
selain atas dorongan internal kaum muslimin pada waktu
itu,  juga sebagai upaya untuk pelindungi pengaruh pemikiran-
pemikiran asing yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
3. Bertambahnya perhatian dalam menghafal Alquran dan
pembukuan hadis, sehingga mempermudah ijtihad dan
menemukan ilmu-ilmu agama islam[2].

Ilmu-ilmu agama islam yang timbul dikalangan umat islam ketika


itu, antara lain; ulum Alquran, ilmu hadis, ilmu fiqih Islam-ushul fiqih,
ilmu kalam (akidah), ilmu tasawuf, ilmu akhlak, ilmu filsafat islam, ilmu
sejarah islam, Ilmu pendidikan islam, dan ilmu dakwah. Sementara itu,
akhlak sebagai sebuah disiplin ilmu keislaman, tidak dapat lepas dari ilmu-
ilmu keislaman lainya, seperti ilmu filsafat, tasawuf, psikologi, ilmu
kalam, dan fiqh.

Secara subtansial, pengertian akhlak dan moral tidak terlalu


berbeda, keduanya mengacu pada masalah perbuatan baik dan buruk. Oleh
karena itu, sebagian ahli menyebut bahwa akhlak merupakan konsep moral
dalam Islam. Dengan demikian, objek formal dalam kajian akhlak adalah
tentang perilaku baik dan buruk manusia.

Ajaran akhlak dan moral biasanya mengacu pada ajaran yang


disampaikan melalui khutbah-khutbah, kumpulan peraturan dan ketepatan,

4
tentang bagaimana manusia hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia
yang baik.[3]Ajaran-ajaran moral dalam islam, bersumber dari Alquran dan
hadis. Firman Allah yang artinya “Dan sesungguhnya engkau benar-
benar berbudi pekerti yang luhur”. (QS. AL-Qalam (68) : 4).

Rasulullah memberikan keteladanan kepada umatnya untuk


berakhlak mulia. Oleh karena itu, salah satu misi utama diutusnya Nabi
Muhammad adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Akhlak sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, dalam


menjalankan fungsinya memilii keterkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain.
Berikut akan dijelaskan hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu-ilmu
lainya.

A. Hubungan Ilmu Aklaq Dengan Sosiologi

Sosiologi mempelajari perbuatan manusia dalam masyarakat,


dimana hal ini juga merupakan objek kajian dalam ilmu akhlak. Manusia
tidak dapat hidup tanpa bermasyarakat. Dalam hal ini, ilmu akhlak
memberikan gambaran mengetahui bentuk masyarakat yang ideal,
menyangkut perilaku, manusia yang baik dan sesuai dengan ajaran agama
dalam masyarakat

Sosiologi mempelajari tingkah laku, bahasa, agama, dan keluarga,


bahkan pemerintahan dalam masyarakat. Semua hal tersebut berkaitan
dengan tingkah laku yang timbul dari kehendak jiwa (akhlak). Dengan
demikian sosiologi bekontribusi pada ilmu akhlak, dalam merumuskan
pengertian tingkah laku manusia dalam kehidupanya.

Ilmu akhlak adalah bagian tidak terpisahkan dengan ilmu sosiologi


mengingat keduanya saling berhubungan. Dengan mempelajari ilmu
akhlak seseorang akan mudah dalam bergaul di masyarakat karena pada
dasarnya sosiologi adalah cara hidup bermasyarakat, maka antara ilmu

5
akhlak dengan ilmu sosiologi saling membutuhkan dan keberadaanya
saling melengkapi.

Manusia adalah mahluk sosial, karena itu diperlukan sosiologi


sebagai ilmu yang mempelajari masalah-masalah sosial manusia. Adapun
ilmu akhlak, mempelajari bagaimana seseorang bisa diterima dengan baik
dalam komunitasnya, melalui tingkah laku atau perbuatan yang baik.
Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa antara sosiologi dan ilmu
akhalak saling berkaitan

B. Hubungan Akhlaq Dengan Psiklogi

Psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala


jiwa manusia yang normal, dewasa, dan beradab. Menurut Ahmad Amin,
psikologi menyelidiki dan membicarakan kekuatan perasaan, paham,
mengenal, ingatan, kehendak, kemerdekaan, khayal, rasa kasih,
kenikmatan, dan rasa sakit. Sementara itu, akhlak membutuhkan sesuatu
yang dibahas dalam psikologi. Bahkan psikologi merupakan pengantar
bagi akhlak.

Psikologi mempelajari tingkah laku manusia selaku anggota


masyarkat, sebagai manifestasi dan aktifitas rohaniah, terutama yang ada
hubunganya dengan tingkah laku. Selain itu, psikologi juga membahas
interaksi antara satu orang dengan lainya dalam masyarakat. Adapun ilmu
akhlak memberikan gambaran kepada manusia tentang perbuatan yang
baik dan yang buruk, perbuatan yang terpujji dan tercela, perbuatan yang
halal dan haram.

Sementara itu, psikologi agama menurut Zakiah Daradjat, adalah


ilmu yang mempelajari kesadaran agama pada seseorang, yang
pengaruhnya terlihat dalam perilaku beragama orang itu dalam kehidupan.

6
Thoeless menyatakan bahwa persoalan pokok dalam psikologi agama,
adalah kajian terhadap kesadaran dan tingkah laku agama.

Psikologi agama menelaah ihwal kehidupan beragama pada


seseorang, dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama
terhadap sikap dan tingkah laku, serta keadaan hidup pada umumnya.
Selain itu, psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan jiwa agama pada seseorang serta faktor-faktor yang
mempengaruhi keyakinan tersebut.

Adapun akhlak berupaya mengkaji kehidupan seseorang, seberapa


besar pengaruh keyakinan agama terhadap sikap, perilaku, serta keadaan
hidup pada umumnya. Dalam akhlak dipelajari bagaimana cara seseorang
bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama.

 Oleh Karena Itu, Ilmu Akhlak Memiliki Keterkaitan Dengan


Psikologi. Dalam hal ini, psikologi berhubungan dengan tingkah laku,
khususnya kejiwaan manusia, sementara ilmu akhlak juga mempelajari
tingkah laku. Dengan demikian, antara psikologi dan ilmu akhak saling
membutuhkan. Keduanya saling berkaitan, karena refleksi dari psikologi
juga menjadi refleksi dari akhlak seseorang. Pengendalian kejiwaan
seseorang sangat dipengaruhi oleh akhlak atau budi pekerti seseorang.

C. Hubungan Akhlaq Dengan Filsafat

Menurut Al-Farabi (w. 950 M), filsafat adalah ilmu pengetahuan


tentang alam yang maujud, dan bertujuan menyelidiki hakikatnya.
[4]
 sementara menurut Immanuel Kant (1725-1804), filsafat merupakan
ilmu pokok dari segala ilmu pengetahuan, yang mencakup empat
persoalan, yaitu

a) apa yang dapat kita ketahui? (Dijawab oleh metafisika)

7
b) apa yang boleh kita kerjakan? (Dijawab oleh etika, akhlak)

c) sampai dimana penghargaan kita? (Dijawab oleh agama)

d) apa yang dinamakan manusia? (Dijawab antropologi).

Objek kajian filsafat meliputi, alam dengan segala isinya;


manusia, perilaku, dan sikapnya; serta mengenal eksistensi Allah. Adapun
objek kajian ilmu akhlak, adalah perilaku manusia tersebut, dapat
diketahui sebagai perbuatan baik atau buruk melalui kajian ilmu filsafat,
dengan dasar-dasar ajaran agama.

Pada masa lampau, ketika ilmu-ilmu sangat terbatas, ternyata


filsafat menaungi semua ilmu, demikian juga filsuf pada masa itu, mampu
menguasai semua ilmu. Pada saat itu, objek kajian filsafat terbagi menjadi
dua bagian, pertama, hal-hal yang tidak terdapat intervensi manusia,
kecuali yang berkaitan dengan perbuatan manusia (filsafat
teoretis). Kedua, hal-hal yang bergantung pada usaha manusia, yaitu
tindakan-tindakan manusia (filsafat praktis).

Filsafat teoretis (al-hikmah an-nazhariyyah) terbagi dalam tiga bagian.

 Filsafat ketuhanan (al-hikmah al-Ilahiyyah),yaitu yang


berkaitan dengan aturan-aturan umum tentang eksistensi, awal
mula eksistensi, dan akhir eksistensi.
 Fisika (thabi’iyat) yang terbagi dalam beberapa bagian lagi.
 Matematika yang juga terbagi dalam beberapa bagian.

Adapun filsafat praktis al-hikmah al-amaliyyah terbagi dalam tiga bagian.

 Akhlak yang menjadi penyebab bagi kebahagiaan atau


kesesatan manusia.
 Manajemen rumah tangga (tadbir al-manzil) dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan keluarga.
 Politik dan manajemen negara.

8
 Antara ilmu filsafat dan ilmu akhlak pada awalnya saling
berkaitan. Bahkan karya-karya khusus dibidang akhlak juga turut
berbicara mengenai manajemen rumah tangga dan politik negara. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa ilmu akhlak merupakan cabang filsafat
praktis. Namun demikian, karena sekarang jumlah ilmu sedemikian
banyak, ilmu akhlak berdiri menjadi ilmu tersendiri.

D. Hubungan Akhlaq Dengan Ilmu Tasawuf

Tasawuf ialah usaha melatih jiwa yang dilakukan dengan


sungguh-sungguh, yang dapat membebaskan manusia dari pengaruh
kehidupan duniawi untuk bertaqarub kepada tuhan. Dengan demikian, jiwa
manusia akan menjadi bersih, mencerminkan akhlak mulia, dan
menemukan kebahagiaan spiritual.

Dalam kajian tasawuf, terdapat satu asas yang disepakati, yaitu


tasawuf ialah moralitas yang berasaskan Islam. Dalam hal ini, seluruh
ajaran islam dari segala aspeknya adalah prinsip moral. Bertasawuf adalah
manifestasi dari pengalaman nilai-nilai luhur akhlaq al-karimah kepada
Allah, dalam upaya bertaqarub ila Allah.

Jika tasawuf dipahami sebagai ilmu tentang filsafat hidup, ilmu


tentang bagaimana mengelola hati agar menjadi baik, jelaslah hubungan
keterkaitan antara akhlak dengan tasawuf. Hubungan ini semakin tampak
jelas pada aspek terkait dengan akhlak bathini, semisal ikhlas dalam
beribadah, tawakal, dan sabar, dalam rangka mendekatkan diri kepada
Allah.

Dengan pemahaman tersebut, tidak heran jika ada sebagian


ulama yang mengartikan bahwa inti tasawuf adalah akhlak itu sendiri.
Misalnya, dikatakan oleh Abdul Qadir Isa dalam kitab Haqa’iq At-
Tashawwuf, bahwa ar-tashawwuf kulluhu akhlaq, faman zada ‘alaika bil

9
akhlaq, zada alaika bi at-tasawuf (tasawuf itu semuanya akhlaq, barang
siapa yang semakin bertambah baikakhlaknya, berarti semakin baik pula
kadar kesufianya). Dengan demikian, adalah hal yang kontra, ketika
seseorang mengaku bertasawuf, tetapi tidak berakhal. Karena pada
dasarnya, bertasawuf adalah berakhlak.

Tasawuf dapat dikategorikan menjadi dua: pertama, tasawuf


nazhari. Tasawuf yang bersifat teoritis filosofis ini, dimunculkan oleh para
filsuf-sufi, dengan mengedepankan beberapa ajaran tertentu. Diantara
konsep yang diajarkan dalam tasawuf ini, adalah Hulul, widhatul wujud,
fana, baqa, dan berbagai konsep lain. Kedua, tasawuf ‘amali (praktis),
yaitu ajaran-ajaran moral yang dimaksudkan untuk membentuk keshalehan
seseorang, baik secara ritual maupun sosial. Pada taraf inilah hubungan
akhlak dengan tasawuf sangat erat, bahkan keduanya memiliki entitas
yang sama.

Memang terdapat sebagan orang yang tidak suka dengan istilah


tasawuf, sebab tasawuf dianggap berasal dari ajaran non-islam. padahal
inti dari ajaran tasawuf, adalah keluhuran akhalak sebagai menifestasi dari
ma’rifatullah (mengenal Allah), yang dalam hadis Nabi disebut dengan
istilah ihsan. Ihsan adalah perasaan selalu diawasi oleh Allah dalam
beribadah (bertindak, bersikap, dan bertutur kata).

 Perihal ihsan, Nabi menyatakan, “Al-ihsanu an ta’budallaha


ka’annaka tarahu fain lam takun tarahu fa’innahu yaraka.”(Kamu
beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak
bisa melihat-Nya ‘dengan mata hati’, maka ketahuilah sesungguhnya Dia
melihatnya). (HR. Al-Bukhari)

 Dengan ma’rifatullah yang merupakan pancaran dari nilai-nilai


ihsan, munculah kesadaran moral dalam hidup seseorang, yang disebut

10
dengan istilah moral otonom. Sebagai contoh perilaku moral otonom,
adalah seorang karyawan yang selalu bekerja dengan baik, rajin,
profesional, dan tepat waktu, meski tidak ada pengawasan idari atasanya.
Akan tetapi, ia melakukan hal tersebut karena sadar bahwa pekerjaanya itu
adalah bagian dari ibadah dan amanat yang harus dipertanggungjawabkan,
tidak hanya didunia, tetapi juga dihadapan Allah.

 Bertasawuf tanpa akhlak adalah hal yang mustahil. Seorang sufi


adalah pelaku akhlak yang luhur, tidak hanya kepada Allah, tetapi kepada
seluruh manusia dan seluruh makhluk-Nya. Islam merupakan agama yang
sangat menjaga keseimbangan dalam beragama. Oleh karna itu, antara
keshalehahan ritual dan individual dengan keshalehahan sosial harus
seimbang. Sebagian besar pembicara tasawuf berkaitan dengan
pengetahuan tentang ketuhanan (al-ma’arif Al-Ilahiyah). Akan tetapi, hal
tersebut tidak ditempuh dengan jalan ilmu dan pembuktian ilmiah. Oleh
karena itu hati manusia harus berfungsi seperti cermin yang bersih,
sehingga dapat menangkap hakikat dan menyikap tirai.

Tujuan ilmu tasawuf adalah membersihkan hati (tazkiyatun nafs)


dalam hal ini, ilmu akhlak dapat membantu seseorang untuk
menghilangkan berbagai penyakit hati, yang menghalangi pemiliknya dari
esensi ketuhanan. Jadi, dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan pintu
gerbang menuju ilmu tasawuf.

E. Hubungan Akhlaq Dengan Ilmu Pedidikan

Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari akhlak, karena pada


dasarnya tujuan pendidikan dalam islam, adalah membentuk perilaku anak
didik menjadi baik dan mulia. Hakikat pendidikan adalah menyiapkan dan
mendampingi seseorang agar memperoleh kemajuan dan
kesempurnaan.kebutuhan manusia terhadap pendidikan beragam, seiring

11
dengan beragamnya kebutuhan manusia. Manusia membutuhkan
kebutuhan fisik untuk menjaga kesehatan fisiknya. Pendidikan etika untuk
menjaga tingkah lakunya, ia membutuhkan pendidikan alam agar dapat
mengenal alam, serta berbagai disiplin ilmu yang lain.

Ilmu pendidikan dalam hal ini pendidikan islam,memang sangat


erat kaitannya dengan ilmu akhlak. MenurutAsy-Syaibani, tujuan
pendidikan islam sebagai berikuat :

1.  Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan


yang berupa pengatahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani,
dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk
hidup di dunia dan akhirat.

2.   Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah


laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat,
perubahan kehidupan masyarakat, dan memperkaya
pengalaman masyarakat.

3.   Tujuan professional yang berkaitan dengan pendidikan dan


pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan
sebagai kegiatan masyarakat.

Menurut Ahmad Tafsir, pendidikan islam adalah bimbingan yang


diberikan oleh seseorang kepada orang lain, agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran islam. Singkatnya pendidikan islam adalah
bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal
mungkin.

Berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam,


menjadi tujuan akhlak. Karena seseorang yang mempelajari akhlak
kemudian menjalankannya sesuai ajaran islam, adalah inti dari
menjalankan nilai-nilai pendidikan islam. Dengan demikian, ilmu
pendidikan islam berjalan parallel dengfan ilmu akhlak. Hal ini karena

12
keduanya sama-sama bertujuan membentuk pribadi sebagai insan kamil,
yang menjalankan ajaran islam sesuai dengan tuntunan yang diajarkan
Rasulullah.

F. Hubungan Akhlaq Dengan Aqidah dan Ibadah

Akidah merupakan barometer bagi setiap ucapan dan perbuatan


dengan segala bentuk interaksi manusia. Berdasarkan keterangan Al-
Qur’an dan Sunnah, seseorang yang beriman kepada Allah, merupakn
bukti bahwa ia memiliki akhlak terpuji.

Untuk mengetahui hubungan akhlak dengan akidah atau


keimanan, terlebih dahulu dijelaskan pengertian iman. Iman menurut
bahasa berarti membenarkan (at-tashdiq), sedangkan menurut syara’
adalah membenarkan dengan hati, dalam arti menerima dan tunduk pada
sesuatu yang berasal dari agama Nabi Muhammad SAW. Mengenai hal ini
ada yang mengatakan bahwa, selain membenarkan dalam hati, iman juga
menuturkan dengan lisan, dan mengajarkan dengan anggota badan.
Definisi lain menyebutkan, iman adalah membenarkan Rasul tentang apa
yang beliau datangkan dari Tuhannya.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa iman bukan


sekedar tashdiq (membenarkan) dalam hati, tetapi diperlukan juga sikap
menerima dan tunduk. Denag kata lain, setelah membenarkan dan
mempercayai dalam hatinya, kemudian dilanjutkan dengan realisasi
penerimaan lisan, juga diamalkan dengan anggota badan. Iman tidak hanya
memercayai  ihwal yang terkandung dalam rukun iman lebih dari itu,
mencakup pengalaman terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad. Dengan demikian, makna imam sesungguhnya, I’tikad bi al-
qalbi,wa al-amalu bi-al arkan akan terwujud.

Lalu apa hubungan antara akhlak dan akidah? Kolerasi antara


kedua nya dapat dilihat pada firman Allah Swt, yang mengaitkan
keimanan dengan akhlah mulia.

13
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.  (QS.
Al-Maidah (5):8).

Antara iman (akidah) dan amal shaleh (akhlak), dianjurkan untuk


dilaksanakan secara bersamaan. Iman tidak cukup sekedar disimpan dalam
hati, tetapi harus direalisasikan dalam perbuatan nyata dan amal shaleh.
Hanya iman yang melahirkan amal shaleh, yang dinamakan iman yang
sempurna.

Adapun hubungan antara ilmu akhlak dengan ibadah, tercermin


dari tujuan akhir ibadah, yaitu keluhuran akhlak. Misalnya pada ibadah
shalat. Shalat merupakan ibadah terpenting dan yang paling pertama di
hisab pada hari kiamat. Dalam hal ini, hikmah disyariatkannya shalat,
adalah menjauhkan dari perbuatan kerji dan mungkar.

Sesuai dengan Firman Allah yang artinya “Bacalah apa yang


telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih
besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan”.  (QS. Al-Ankabut (29): 45)

Maka jelaslah bahwa ilmu akhlak memiliki keterkaitan yang


sangat erat dengan akidah dan ibadah. Iman (akidah) dan amal shaleh
(ibadah) tidak bisa dipisahkan dengan perilaku manusia, dalam hal ini
akhlak manusia. Seseorang yang akidahnya baik, dapat dipastikan
akhlaknya baik pula. Sebaliknya, seseorang yang ibadahnya baik, sudah
pasti akhlaknya juga baik.

14
BAB III

PENUTUP

a) Kesimpulaan

Ilmu akhlak tentunya mempunyai hubungan-hubungan yang


terkait dengan ilmu-ilmu lainnya, baik dari segi tujuan, konsep dan
kontribusi ilmu akhlak terhadap ilmu-ilmu tersebut dan sebaliknya
bagaimana kontribusi ilmu lain terhadap ilmu akhlak. Ilmu akhlak
memiliki banyak hubungan dengan ilmu lainnya seperti ilmu
filsafat, filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud, dan
bertujuan menyelidiki hakikatnya. Lalu ada ilmu sosiologi yaitu
ilmu  akhlak memberikan gambaran kepada manusia tentang perbuatan
yang baik dan yang buruk, perbuatan yang terpujji dan tercela, perbuatan
yang halal dan haram. Ilmu hukum Antara ilmu hukum dan ilmu akhlak
memiliki pokok pembicaraan yang sama, yaitu perbuatan manusia.
Tujuanya pun hampir sama, yaitu mengatur perbuatan manusia demi
terwujudnya keserasian, keselarasan, keselamatan, dan kebahagiaan. Tata
cara manusia bertingkah laku, terdapat pada kaidah-kaidah hukum dan
akhlak. dan masih banyak lagi ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu tasawuf,
ilmu pendidikan, ilmu akidah dan ibadah dan juga ilmu tauhid.

b) Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan,
silahkan sampaikan kepada penulis.

Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan


memakluminya, karena penulis adalah hamba Allah yang tak luput dari
salah, khilaf dan lupa.

Dengan ini semoga dapat memberikan wawasan kepada pembaca


atau penulis lain untuk dapat lebih baik dalam pembuatan makalah.

15
DAFTAR PUSTAKA

XMasykuri Abdillah, Sejarah dan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Agama Islam,


(Jakarta: 1997),hlm.2.

Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat Dan Agama, (Surabaya: Bina Ilmu,1990)

Jalalluddin, Psikologi Agama,(Jakarta: Raja
Grafindo, 2004), Hlm.77

Ahmad Amin, Etika(Ilmu Akhlak),Terj. Farid Ma’ruf, (Jakarta: Bulan


Bintang,1975), Hlm.8

Amin,Samsul Munir, Ilmu Akhlak,(Wonosobo: Imprint Bumi Aksara, 2016)


Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta:Bulan Bintang,1970)

Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak,(Wonosobo:Imprin Bumi Aksara,2016),

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja


Rosda Karya, 1994)

Harun Nasution,Islam Rasional,Op.Cit.,Hlm.59.

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2013)

16

Anda mungkin juga menyukai